Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRATIKUM

ILMU BUDAYA DASAR

PENCAK SILAT

“ACARA 7 BANTINGAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA :RISKY BIMA PURNAWAN


NIM :21728
KELAS :STIPP A
CO-ASS :MUHAMMAD RAHADIAN NUR

JURUSAN SARJANA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2020
I. ACARA I : Bantingan
II. HARI DAN TANGGAL : Kamis, 26 November 2020
III. TUJUAN : Melatih dasar-dasar dalam melakukan bantingan dan teknik
bantingan yang baik dan benar
IV. TINJAUAN PUSTAKA

Pencak silat atau silat merupakan seni olahraga beladiri yang berasal Asia
Tenggara(Indonesia,Singapura,Filipina,Thailand). Di Indonesia, nama pencak silat digunakan
sejak 1948 untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang ada di
Indonesia. Awalnya pencak merupakan nama yang digunakan di Jawa, sedangkan silat
digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Namun seiring berjalannya
waktu, istilah pencak digunakan pada atraksi yang lebih mengedepankan unsur seni dan
keindahan gerakan. Sedangkan istilah silat dgunakan untuk atraksi yang mengedepankan
unsur pertarungan.

Asal usul pencak silat di Indonesia, sampai saat ini belum ada yang dapat memastikan
kapan dan bagaimana asal muasal pencak silat ini. Ada yang menyebut adanya bela diri ini
karena kemampuan para nenek moyang untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan berbagai jurus
dengan menirukan berbagai gerakan binatang seperti kera, harimau, ular, atau burung elang

Selain itu, ada pula y ang menyebut asal usul seni bela diri karena keterampilan berbagai
suku di Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan berbagai senjata
seperti parang, tombak, dan perisai. Misalnya suku Nias yang terampil menggunakan parang.
Adat dan tradisi suku Nias dipercaya hingga abad ke 20 tidak tersentuh budaya luar sama
sekali.Meskipun asal muasal pencak silat belum diketahui secara pasti namun diyakini
pencak silat mulai tersebar dan berkembang di Indonesia sejak abad ke 7 masehi. Pencak silat
tersebut berkembang secara lisan, dari mulut ke mulut seperti dari guru ke murid. Ada yang
menyebut bahwa perkembangan silat berasal dari cerita legenda seperti cerita kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit yang dikenal memiliki pendekar-pendekar yang menguasai beladiri
dan ilmu kanuragan serta memiliki prajurit yang juga mahir dalam beladiri.

Menurut seorang peneliti silat Donald F. Draeger, bukti adanya seni bela diri bisa dilihat
dari artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik serta pahatan relief-relief di candi
Prambanan dan Borobudur yang menunjukkan sikap kuda-kuda silat. Sementara itu menurut
Shamsuddin, perkembangan silat mendapat pengaruh dari beladiri China dan India. Hal ini
karena sejak awal budaya Melayu telah mendapat pengruh dari kebudayaan yang dibawa oleh
pedagang dari India, Cina, dll.

Menurut legenda Minangkabau, silat atau silek (dalam bahasa Minangkabau) diciptakan
oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke 11.
Silat atau silek kemudian dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh
kawasan Asia Tenggara. Adapula cerita silat dari tanah sunda tentang asal mula aliran silat
Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menirukan gerakan pertrukan
antara harimau dan monyet.
Di sebuah dalam gerakan pencak dibuat dengan meniru gerakan binatang di alam sekitar,
seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di Nusantara
ini kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia yang berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya tradisi suku Nias.
Kemudian silat menyebar di kepulauan Nusantara di setiap kerajaan-kerajaan besar, seperti
Sriwijaya dan Majapahit.Menurut ahli sejarah, pencak silat perrtama kali ditemukan di Riau
pada zaman kerajaan Sriwijaya di abad ke VII, kemudian menyebar ke Semenanjung Malaka
dan pulau jawa. Lalu pada abad ke XVI kerajaan Majapahit memanfaatkan pencak silat
sebagai ilmu perang untuk memperluas wilayahnya.

Seni bela diri Pencak silat telah banyak di kenal di berbagai Negara di belahan dunia ini
dan dengan nama aliran yang berbeda-beda tentunya, namun tidak menutup kemungkinan
gerakan yang dilakukan hampir memiliki gerakan yang sama. Tradisi silat juga diturunkan
secara lisan dan menyebar, diajarkan dari guru ke murid. Silat juga berkembang dari ilmu
bela diri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela Negara untuk menghadapi
penjajah. Pencak silat sangatlah penting dan harus dikembangkan dan perlu dibentuk suatu
organisasi pencak silat yang bersifat Nasional, yang dapat mengikat aliran pencak silat di
seluruh Indonesia. Istilah yang dominan dalam gerakan pencak silat yaitu di antaranya;
Teknik, Belaan, serangan, Kuda-kuda, sikap dan gerak, langkah, kembangan, buah, jurus,
sapuan dan guntingan, serta kuncian

V. HASIL PENGAMATAN

1. Bantingan dalam

Keterangan : Bantingan dalam dilakukan dari posisi


kuda-kuda kiri depan kemudian tangkap tendangan
lawan disamping kiri, langkahkan kaki kanan kedepan
dan geser kaki kanan/jegal untuk menjatuhkan lawan
dengan tangan juga ikut mendorong untuk
menjatuhkan lawan.
2. Bantingan luar

Keterangan : Bantingan luar dilakukan dari posisi kuda-


kuda kiri depan kemudian tendangkan kaki kanan
lawan untuk menjatuhkannya, sambil mengangkat badan lawan dengan dorongan tangan
untuk menjatuhkannya.
VI. PEMBAHASAN
Adapun pembahasan yang dapat di ambil dari laporan pratikum seni budaya dasar pencak
silat ini ialah di dalam sebuah pertandingan/sambung kita harus menguasai dan mengetahui
bagai mana teknik bantingan, tujuan pembelajaran teknik bantingan adalah untuk melatih
dasar-dasar dalam melakukan bantingan dan mempelajari teknik bantingan yang baik dan
benar. Dalam pencak silat bantingan adalah belaan dengan menangkap serangan lawan
kemudian dilanjutkan dengan membantingnya.
Bantingan terdiri dari dua macam teknik yakni bantingan dalam dan bantingan keluar.
Bantingan dalam dilakukan dari posisi kuda-kuda kiri depan kemudian tangkap tendangan
lawan disamping kiri, langkahkan kaki kanan kedepan dan geser kaki kanan/jegal untuk
menjatuhkan lawan dengan tangan juga ikut mendorong untuk menjatuhkan lawan.
Sedangkan bantingan luar dilakukan dari posisi kuda-kuda kiri depan kemudian tendangkan
kaki kanan lawan untuk menjatuhkannya, sambil mengangkat badan lawan dengan dorongan
tangan untuk menjatuhkannya.

Dalam bantingan perlu di perhatikan dalam proses tangkapan atau menangkap dan posisi
kuda kuda, karena sangat berpengaruh dalam proses membanting dan menjatuhkan lawan.
Dalam praktikum ini dianjurkan untuk membawa teman, hal itu agar bisa lebih mendalami
dalam belajar melakukan gerakannya.
Untuk dapat menguasai teknik bantingan ini ada beberapa hal yang harus di persiapkan
salah satunya adalah kesiapan dan ketangkasan kita dalam mengahadapi suatu serangan
bantingan. Sebelum melakukan teknik ini diusahakan bagi para pesilat untuk melakukan
peregangan kaki atau pemanasan.

VII. KESIMPULAN

Pada kesimpulan Praktikum Acara 7 kali ini dapat diambil sebagai berikut ialah:

1. untuk melatih dasar-dasar dalam melakukan bantingan dan mempelajari teknik bantingan
yang baik dan benar Pada tangan berguna untuk menahan tendangan atau serangan lawan
2. Pada saat bantingan kaki berfungsi untuk menggeser kaki lawan agar lawan mudah di
kalahkan dengan bantingan
3. Di dalam gerakan ini merupakan suatu usaha pembelaan dengan kontak langsung terhadap
serangan lawan yang bertujuan mengalihkan serangan
4. Di dalam pertandingan pencak silat, membanting lawan merupakan tambahan poin

DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, Kotot R. 2003. Teknik Dasar Penacak Silat, Seni Bela Diri. Jakarta: PT Dian
Rakyat Diakses tanggal 26 November 2020 .
Gunawan, Gugun Arief. 2007. “Beladiri”. Yogyakarta. PT. Pustaka Insan Madani
Irfanto, Muhammad. 2017. “Teknik Bantingan”. https://seputarpencaksilat.wordpress.com/.
Diakses pada tanggal 26 November 2020.
Jambi, 26 November 2020

Mengetahui,

Co.Ass Pratikan

(MUHAMMAD RAHADIAN NUR) (RISKY BIMA PURNAWAN)

Anda mungkin juga menyukai