14410583-Hasnul Gorimah-Fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 TH
14410583-Hasnul Gorimah-Fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 TH
SKRIPSI
Oleh:
HASNUL GORIMAH
No. Mahasiswa: 14410683
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna memperoleh
Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
Oleh:
HASNUL GORIMAH
No. Mahasiswa: 14410683
Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbung Tugas Akhir untuk
diajukan ke Depan Tim Penguji dalam Ujian Tugas Akhir/Pendadaran
i
SURAT PERNYATAAN
Karya ilmiah ini telah saya ajukan kepada Tim Penguji dalam Ujian Pendadaran
yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya menyatakan :
1. Bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
yang dalam penyusunannya tunduk pada kaidah, etika, dan norma-norma
sebuah penulisan karya ilmiah sesuai engan ketentuan yang berlaku.
2. Meskipun secara prinsip Hak Milik Karya Tulis Ilmiah ini ada pada saya,
namun demi kepentingan akademik dan pengembangannya, saya
memberikan wewenang kepada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia dan Perpustakaan Pusat Univeristas Islam Indonesia untuk
mempergunakan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya berkaitan dengan hal di atas (terutama butir 1 dan 2) saya sanggup
menerma sankis administratrif maupun sanksi pidanan jika saya melakukan
pelanggaran atas pernyataan tersebut, saya juga akan bersikap kooperatif apabila
ii
iii
CURRICULUM VITAE
(Hasnul Gorimah)
NIM: 14410683
iv
HALAMAN MOTTO
(Imam Husain)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kakakku tersayang,
Adikku tersayang,
Sahabat-sahabatku,
vi
KATA PENGANTAR
puji dan syukur atas segala berkah, rahmat, karunia dan hidayahnya yang telah
diberikan Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sholawat serta
sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman dan juga berkat doa dan
2014 TENTANG DESA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Terdapat banyak kesulitan yang penulis hadapi dan lewati dalam perjalanan
menyelesaikan proses penulisan tugas akhir guna meraih gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang tidak mungkin dapat
penulis selesaikan sendiri. Berkat kuasa dan kemurahan hati Allah SWT tugas
akhir ini dapat diselesaikan oleh penulis. Terselesaikannya tugas akhir ini juga
vii
mencurahkan ilmu dan pemikirannya dalam membantu penulis melewati tiap-tiap
1. Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang senantiasa
2. Ayah Maisar dan Amak masnidar yang sangat penulis cintai yang
Marisa yang sangat penulis sayangi dan selalu mendorong penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
4. Yang terhormat, Dian Kus Pratiwi S.H MH. selaku Dosen Pembimbing
6. Yang terhormat, Dr. Abdul Jamil S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum
9. Semua teman dan sahabat Fakultas Hukum yang tidak bisa disebutkan satu
Penulis menyadarai bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Disamping
(Hasnul Gorimah)
NIM: 14410683
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
D. Kerangka Teori........................................................................................... 11
F. Metode Penelitian....................................................................................... 19
x
BAB III FUNGSI LEGISLASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DI
DESA BUKIT TIGO KABUPATEN SAROLANGUN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA................. 56
A. Kesimpulan ................................................................................................ 84
B. Saran ........................................................................................................... 85
A. Buku ........................................................................................................... 87
B. Jurnal .......................................................................................................... 89
C. Elektronik ................................................................................................... 90
D. Peraturan Perundang-Undangan................................................................. 90
xi
ABSTRAK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
18B Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1
CST.Kansil, Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia,
1984, hlm 25.
1
Keberadaan desa sebagai satu kesatuan masyarakat hukum memberi
pemahaman yang mendalam bahwa institusi desa bukan hanya sebagai
entitas administratif belaka tetapi juga entitas hukum yang harus
dihargai, diistimewakan, dilestarikan, dan dilindungi dalam struktur
pemerintahan di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Pasal 18B ayat (2)
dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang menjelaskan bahwa, desa diartikan bukan saja sebagai kesatuan
masyarakat hukum adat, tetapi juga sebagai hierarki pemerintahan yang
terendah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.2
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2
Yusnani Hasjimzoem, “Dinamika Hukum Pemerintahan Desa”, Jurnal Justisia Jurnal
Hukum, Volume 8 No. 3, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Juli-September, 2014, hlm. 464.
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
kewenangan desa atas kekuasaan sendiri, yang didasarkan pada ketentuan Pasal
lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b
diatur dan diurus oleh Desa”, dan juga terdapat kewenangan desa yang
asas otonomi.
Tahun 2014 Tentang Desa yang menentukan bahwa “Pemerintah Desa adalah
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa
3
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Daerah Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah secara Langsung, Raja Grafika Persada, Jakarta, 2005, hlm. 54.
Adapun tugas dan kewenangan kepala desa sebagaimana diatur dalam
Pasal 26 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
menentukan bahwa:
“Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
Desa (BPD) dapat membuat Rancangan Peraturan Desa yang secara bersama-
sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Dalam hal ini, BPD
perangkat desa.
dalam masyarakat.
demokratis.
pemerintah desa.
Dikatakan bahwa, antara BPD dan kepala Desa harus bisa bekerja sama
bentuk pembentukan Peraturan Desa. Selain itu BPD juga memiliki fungsi
dilaksanakan oleh kepala desa dan perangkat desa, bahwa BPD memiliki hak,
nyata yang konkrit, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara penulis kepada
Hendri Gunawan selaku ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit Tigo
“memang dalam waktu 10 Tahun ini belum ada Peraturan Desa yang dibentuk
6
Wawancara Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit Tigo
Kabupaten Sarolangun, tanggal 2 September 2020
7
Wawancara Akhayar, Kaur Pembangunan Desa Pemerintah Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun, tanggal 5 September 2020
Ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian terkait dengan fungsi
Sarolangun didasarkan pada masalah yang telah diuraikan di atas bahwa dalam
waktu 10 Tahun terakhir sama sekali tidak ada membentuk Peraturan Desa, hal
ini tentu terkait dengan fungsi dalam membahas dan menyepakati rancangan
6 Tahun 2014 Tentang Desa antara lain dengan mengawasi dan meminta
B. Rumusan Masalah
diteliti:
di Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun dari tahun 2019 sampai 2020?
C. Tujuan Penelitian
D. Kerangka Teori
1. Pemerintahan desa
sansekerta berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan otonom.8
pemerintahan”.10
8
Ateng Syarifuddin, Republik Desa, Alumni, Bandung, 2010, hlm. 2.
9
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa dalam Konstitusi Indonesia sejak
Kemerdekaan Hingga Era Reformasi, Setara Press, Malang, 2015, hlm. 32.
10
Ridwan HR, Op. Cit., hlm. 2.
Pemerintahan adalah sebagai alat kelengkapan negara dapat diartikan
secara luas dan dalam artis sempit. Pemerintahan dalam arti luas
mencangkup semua alat kelengkapan negara, yang terjadi dari
cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudisial atau alat-
alat kelengkapan negara lain yang bertindak untuk dan atas nama
negara. Sedangkan Pemerintah juga dapat diartikan dalam arti sempit
yaitu pemangku jabatan sebagai pelaksanaan eksekutif atau secara
lebih penting, pemerintah sebagai penyelenggara administrasi
Negara.11
bahwa:
pula bahwa “Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
Pemerintahan Desa”.
11
Bagir Manan, Menyongsong Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas
Hukum UII Yogyakarta, Yogyakarta, 2001, hlm. 101.
12
Didik Sukaryono, Pembaharuan Hukum Pemerintah Desa, Setara Press, Malang, 2010,
hlm. 57.
Mengacu pada ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah
pokok 13 :
ditentukan bahwa:
13
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Erlangga, Jakarta,
2011, hlm. 5
h. Efektivitas dan efisiensi;
i. Kearifan lokal;
j. Keberagaman; dan
k. Partisipatif.
sebagaimana dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Darmini Roza dan
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
demokratis”.
14
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S, “Peran Badan Permusyawaratan Desa di
Dalam Pembangunan Desa dan Pengawasan Keuangan Desa”, Jurnal Ilmu Hukum Universitas
padjadjaran, Volume 4 Nomor 3, 2017, hlm. 4.
15
Fatmawati, Hukum Tata Negara, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, 2014, hlm. 7
Berdasarkan fungsi dan pengertian tersebut di atas dapat
Pemerintah Desa.
Desa.
E. Orisinalitas Penelitian
Desa di Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun sebagai objek penelitian, tidak
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
yaitu suatu studi hukum yang menggunakan kasus studi empiris berupa
perilaku hukum masyarakat. Pokok kajiannya adalah hukum yang
dikonsepkan sebagai perilaku nyata sebagai gejala sosial yang tidak tertulis,
Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun dari tahun 2019 sampai 2020 serta
2. Objek penelitian
3. Subjek penelitian
16
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : PT Raja Grafindo Persadaa,
2003), hlm 43
4. Sumber data penelitian
b. Sumber data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer; bahan
Daerah
hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang
Kamus Hukum.
massa dan internet serta referensi lain yang relevan guna menjawab berbagai
kepada Pemerintah Desa serta Masyarakat Desa Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun.
bukit tigo, observasi masyarakat observasi tokoh, BPD Desa Bukit Tigo,
6. Pendekatan
penelitian yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyrakat,
Tentang Desa.
G. Kerangka Skripsi
Penelitaian ini disusun 4 bab (empat bab) secara garis besar yang terdiri
dari:
BAB IV: Penutup. Bagian ini menguraikan kesimpulan dan saran yang
TINJAUAN TEORI
A. Otonomi Desa
sansekerta berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan otonom.17
bersangkutan19
17
Ateng Syarifuddin, Op. Cit, hlm. 2.
18
Ni’matul Huda, Op. Cit, hlm. 32.
19
Hanif Nurcholis, Op. Cit, hlm. 19
23
Selajutnya menurut Widjaja menyatakan bahwa 20 :
otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa
tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan
perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata,
memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di
muka pengadilan.
Konsepsi otonomi antara desa dan daerah merupakan dua konsep yang
Sedangkan otonomi yang dimiliki desa bukan berasal dan akibat dari
peraturan perundang-undangan tapi berasal dari asal usul dan adat istiadat.
Artinya otonomi desa bearasal dari asal usul dan adat istiadat yang
20
HAW Widjaja, Op. Cit, hlm. 165
21
Syaukrani. HR dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Ctk. Ketiga, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 20-30
dikembangkan, dipelihara, dipertahankan masyarakat setempat dari dulu
sampai sekarang, dengan kata lain urusan-urusan yang secara adat diatur dan
urusan yang diatur dan diurus oleh desa tersebut, bukan mengatur seperti
masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada
menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan
22
Hanif Nurcholis, Op. Cit, hlm. 64
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam Pasal 18 diatur kewenangan desa
usul, dan istiadat Desa”. Selanjutnya kewenangan desa diatur dalam Pasal 19
B. Pemerintahan Desa
23
HAW Widjaja, Op. Cit, hlm. 166
pula bahwa “Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
Desa”.
atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan
1. Kepala Desa
a. Sekretaris Desa
c. Pelaksana Teknis.
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa yang terdiri atas pemuka-
prospektif politik BPD memiliki otoritas politik yang sangat kuat, otonom, dan
Kepala Desa,
Peraturan Desa maka dalam hal ini Badan Permusyawaratan desa sebagai
3. Fungsi Pengawasan
apakah pelaksanaan kinerja Kepala Desa sesuai dengan rencana yang telah
langkah perbaikan. 24
desa dapatlah diperingan oleh karena para pelaksana tidak mungkin dapat
24
Y.W Sunindhia, SH, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah, Rineka Cipta, Jakarta,
1996, hlm 103
25
Drs. Riwu Kaho, MPA, Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Bima
Aksara, Jakarta,1982, hlm 194
26
Hanif Nurcholis, Loc. Cit
diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ditentukan bahwa:
sebagaimana dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Darmini Roza dan
27
Moch, Solekhan, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi
Mayarakat, Setara, Malang, 2012, hlm. 44.
28
Saputra, Prayoza, Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan
Kabupaten Bekasi), 2015, hlm. 34.
masyarakat pedesaan. Hal terebut dikarenakan perencanaan pembangunan
bersifat dari atas kebawah (top down planning), dimana pendekatan tersebut
desa tersebut dan lingkungannya. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu aturan
oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus urusan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul dan adat
peraturan daerah.
29
HAW Widjaya, Op.Cit, hlm 22
“Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Tahun 2015 bab V pasal 133 jenis peraturan di desa meliputi peraturan desa,
1. Kejelasan tujuan;
4. Dapat dilaksanakan
7. Keterbukaan
30
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaran Pemerintahan Desa, hlm. 113
lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan
tata cara pengambilan keputusan bentuk peraturan desa, tata cara pengesahan,
Pasal 83
31
Ibid, hlm. 59.
4) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Pasal 84
undangan salah satunya dalam hal ini adalah peraturan desa harus didasari
desa dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD. Jika berasal dari pemerintah
desa maka kepala desa yang menyiapkan rancangan Peraturan Desa tersebut.
Terhadap rancangan Peraturan Desa baik dari pemerintah desa maupun BPD,
pemerintah desa dan BPD. Rancangan peraturan desa yang berasal dari
32
Hamzah Halim dan Kemal Redindo. Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan
Daerah. Kencana Media Group. Jakarta, 2009, hlm. 47
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
Proses yang dilakukan oleh BPD dan Kepala Desa di dalam merumuskan
yang di ajukan.
peraturan desa.
c. BPD memberikan masukan atau usul untuk melengkapi atau
untuk di agendakan.
Desa.
sama-sama memiliki peran yang sangat penting antara lain sebagai berikut:
tetapkan; dan
karena itu hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dan Pemerintah
mengingatkan. 33
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan diatur lebih rinci lagi
33
Wasistiono Sadu dan Irwan Tahir, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2007,
hlm 35-36.
Selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Daerah (PERDA)
Pasal 141
1) Rancangan peraturan desa yang telah disepakati bersama di sampaikan
oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada Kepala Desa
untuk di tetapkan menjadi peraturan desa paling lambat 7 (tujuh) Hari
terhitung sejak tanggal kesepakatan.
2) Rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
di tetapkan menjadi peraturan desa paling lambat 15 (lima belas) Hari
terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan
Badan Permusyawaratan Desa.
Bagian Kelima Penetapan
Pasal 142
1) Rancangan peraturan desa yang telah dibubuhi tanda tangan
sebgaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekertaris
Desa untuk diundangkan.
2) Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani rancangan peratuaran
desa sebgaimana dimaksud pada ayat (1), rancangan peraturan desa
tersebut wajib diundangkan dalam lembaran desa dan sah menjadi
peraturan desa.
Bagian ke engam pengundangan
Pasal 143
1) Sekertaris Desa mengundang peraturan desa dalam lembaran desa.
2) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat sejak di undangkan.
Bagian Ketujuh Penyebarluasan
Pasal 144
1) Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak
penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan
Rancangan Peraturan Desa, Rancangan Peraturan Dea, hingga
Penundangan Peraturan Desa.
2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan
para pemangku kepentingan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014 dan menjadi
tahun 2014, baik dari aspek Hukum, Politik, Ekonomi, maupun Sosial Budaya.34
1. Problem Hukum
terdapat sebanyak 15 bab dan 122 pasal. Hingga akhir tahun 2014
Desa dan no. 60/2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
peraturan yang ada. Misalnya pada pasal 20 dan 21 dari PP no. 60/2014,
34
Pudjiono Santoso 2018 Problematika Penerapan UU No. 6/2014 Tentang Desa
yang telah berusia 60 tahun lebih, atas permintaan sendiri dan
tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa. Namun pada ayat 3
Bupati. Hal ini makin diperjelas pada ayat 4 bahwa semua aturan
Desa oleh Kades sebagaimana bunyi pasal 26 ayat 2 (b) bahwa Kades
sekretaris desa merupakan salah satu bagian dari perangkat desa. Sejak
langsung bukan ada pada Kades tapi pada Camat, maka tidak jarang
dan fakta, yaitu tidak adanya hukum yang mengatur atau hukum tidak
gab). 35
2. Problem Politik
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Peluang yang
harapan pada tahun 2015 ini Undang Undang Desa dapat dilaksanakan.
Akan tetapi ada pihak yang menganggap terbitnya dua PP ini tergesa-
35
Prayoza Saputra 2014 Optimalisasi Badan Permusyawartan Desa dalam Pembentukan
Peratruan Desa
gesa karena tidak ada pembahasan publik dan secara hukum ada
bahwa mereka akan dihambat dalam proses pencairan dana desa yang
desa untuk bisa dipilih kembali sebanyak 3 (tiga) kali dengan masa
(delapan) tahun dan bisa dipilih kembali sebanyak banyak 2 (dua) kali.
di Jawa Timur beberapa waktu lalu, rata-rata setiap calon kepala desa
pada saat pilkades mengeluarkan biaya antara 300 ribu hingga 2 milyar.
Besar kecilnya biaya ini pada umumnya tergantung pada besar kecilnya
tanah bengkok yang bisa dikuasai oleh kades. Namun ada juga mereka
resmi diangkat menjadi kepala desa. Ada beberapa kepala desa di Jawa
kades ini masih dimusuhi oleh calon kades pesaingnya, bahkan dengan
dengan para calon kepala desa. Sehingga bisa dipastikan jika dalam
setiap pilkades ada 3 (tiga) calon, maka akan ada dua kelompok yang
yang baru lagi maka akan ada dua kelompok lagi yang memusuhi kades
tersebut jika terpilih kembali. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini
jika calon kades yang kalah itu masuk menjadi anggota BPD. Acapkali
berkeliaran di desa. Menariknya lagi para wartawan dan LSM ini akan
selama ini desa memperoleh alokasi dana desa (ADD) dengan kisaran
50 juta hingga 500 juta rupiah per tahun, maka ketika desa memperoleh
tambahan anggaran Dana Desa antara 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah
dilakukan oleh BPD dan pihak luar (wartawan dan LSM) kepada
urusannya semakin ribet maka para wartawan dan LSM tersebut diberi
tidak serta merta desa bisa leluasa untuk merencanakan program dan
besar (antara 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah per tahun), justru
menuntut tanggung jawab yang sangat besar dari kepala desa. Dana
besar yang diperoleh dari Alokasi Dana Desa dan Dana Desa tersebut
Desa dalam hal ini kepala desa dituntut untuk mampu melakukan tata
desa yang dimiliki oleh setiap desa. Perbaikan sistem manajemen dan
masyarakat desa.
salah satu ketakutan yang dihadapi oleh kepala desa. Ada beberapa
dengan senang hal itu, karena adanya penafsiran dari kepala desa bahwa
seluruh tanah kas desa yang selama ini dikenal dengan tanah bengkok
penghasilan jabatan akan ditarik dan menjadi tanah kas desa (TKD) dan
penghasilan sebanyak antara 500 juta hingga 750 juta rupiah per tahun.
tetap 15 juta rupiah per bulan. Oleh karena itu seyogyanya pemerintah
desa.
nilai budaya dan adat istiadat yang hidup di desa. Banyak adat istiadat
pula dengan berbagai adat kebiasaan yang ada di desa seperti upacara
bersih desa, upacara petik laut, Nyadran, dan beberapa tradisi lainnya.
Problem yang acapkali terjadi dan tidak sesuai dengan semangat
istiadat dan tradisi yang dimiliki oleh desa tidak sesuai dengan nilai-
kecil di desa namun mereka pada umumnya sangat militan dan pantang
tidak menyebutkan bahwa Islam adalah agama resmi negara. Namun hukum
nusantara dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam.38
36
Ichtijanto, Hukum Islam dan Hukum Nasional Ind-Hill Co, Jakarta, 1990, hlm. 68
37
Ibid, hal-86-87
38
Said Agil Husein Al Munawwar, Islam dalam Pluralitas Masyarakat Indonesia, Kaifa,
Jakarta, 2004, hlm. 74.
Perspektif hukum Islam dalam sistem pembentukan Peraturan
untuk diterapkan karena dalam bentuk ini hukum Islam mudah terlaksana dan
atau terintegrasi.40
39
Ichtijanto, Op. Cit, hlm. 94
40
Ibid
BAB III
56
57
pemerintahan desa oleh kepala desa yang dalam hal ini maka keberadaan
berikut:
Desa Bukit Tigo yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Singkut
terdiri dari satu orang Kepala Desa, satu orang Sekretaris Desa, tiga orang
Kepala Urusan (Kaur), dan 5 (lima) orang Ketua RT serta tujuh orang
bekerja sebagai pegawai Negeri Sipil. Disadari bahwa Desa Bukit Tigo
Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi pada tahun 2019
sampai 2020.
Desa
Desa.
41
Pemerintah Desa Bukit Tigo Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
tahun 2020
60
kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD dan setelah mengalami
kata lain dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan peraturan desa maka
61
dalam pemerintahan desa, BPD sejajar dan menjadi mitra kerja pemerintah
desa. Pengertian sejajar disini adalah bahwa kedudukan BPD tidak lebih
Jambi pada tahun 2019 sampai tahun 2020 faktanya tidak berjalan cukup
baik, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya Peraturan Desa yang terbentuk
Hendri Gunawan selaku ketua BPD Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun
42
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
62
Sarolangun Provinsi Jambi tidak berjalan dengan baik yang didasarkan fakta
bahwa tidak adanya peraturan desa yang terbentuk pada tahun 2019 sampai
2020 hal ini disebabkan karena BPD dalam melaksanakan fungsi tidak
yang rendah pada 2 tahun terakhir serta kurangnya partisipasi ide dan
43
Wawancara Kepada Riswan, Kepala Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal
21 Januari 2021
63
masyarakat desa.
kepada Hendri Gunawan selaku ketua BPD Desa Bukit Tigo Kabupaten
masyarakat dilakukan dalam bentuk lisan dan atau tulisan, yang dimaksud
masyarakat oleh BPD dalam musyawarah BPD yang dihadiri Kepala Desa,
Desa”.44
ketua BPD Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi terkait
44
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa
Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
64
langsung kepada BPD oleh warga kepada BPD bahkan tidak jarang pula
cara seperti ini cenderung bukanlah masalah yang sangat mendesak bagi
warga. Dalam forum warga BPD membuka ruang bagi masyarakat dalam
bentuk musyawarah dalam waktu yang telah ditetapkan. Bahwa bisa saja
anggota BPD diundang dalam forum warga yang telah terbentuk untuk
masyarakat yaitu ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh adat, dan warga
45
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
46
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
65
Desa sehingga dengan kata lain dalam penyaluran aspirasi masyarakat, BPD
hanya menerima masukan dan keluhan warga tapi hal itu belum terlaksana,
hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penulis kepada Andri Gunawan
47
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
48
Wawancara Andri Gunawan, ketua Karang Taruna Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun, Tanggal 21 Januari 2021
66
bahwa:
bahwa dari keterangan Karang Taruna bahwa BPD tidak membukan ruang
49
Wawancara Ahmad Miftah, Wakil Ketua Karang Taruna Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun, Tanggal 21 Januari 2021
67
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Pengawas sebagai salah satu fungsi BPD dalam hal ini seperti
Desa, penggunaan anggaran dan juga belanja daerah serta keputusan Kepala
Desa. Terkait dengan fungsi BPD sebagai pengawas posisi BPD dengan
dalam Pasal 46 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
pemerintahan desa.
bahwa:
terhadap kinerja kepala desa tidak terlaksana dengan baik, hal ini dibuktikan
menerangkan bahwa:
50
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
69
Lebih lanjut hal ini pula disampaikan oleh Akhayar selaku Kaur
hal ini didasarkan apda kenyataan bahwa berbagai kegiatan atau pelaksanaan
pemerintah Desa oleh Kepala Desa seperti pengelolaan dana desa kurang
51
Wawancara Andri Gunawan, ketua Karang Taruna Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun, Tanggal 21 Januari 2021
52
Wawancara Akhayar, Kaur Pembangunan Desa Pemerintah Desa Bukit Tigo Kabupaten
Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
70
2015 Tentang Peraturan Desa ini lah yang setelah penulis amati terdapat
pemberhentian dan masa jabatan, tata tertib BPD, mekanisme kerja BPD,
pengawasan.
1. Kelembagaan BPD
tiap anggota BPD, hal ini bersifat penting karean dengan jelasnya
mendorong ekonomi
53
Mudrajad Kuncoro, Perencanaan Pembangunan Daerah Teori dan Aplikasi, Gramedia Pustaka,
Jakarta, Hal 41.
54
Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Barat No.1 Tahun 2019
73
berkompeten.
5. Pendanaan
apalagi kewenangan yang telah ada pada BPD melalui pengaturan fungsi BPD
dalam hal ini Kepala Desa bersama dengan BPD sudah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Adapun materi muatan dari
sebuah peraturan desa menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu:
pembentukan dusun atau dengan sebutan lain (Pasal 3), susunan organisasi
dan tata kerja pemerintah desa (Pasal 12), APBDes (Pasal 61 dan 73) Rencana
Desa (Pasal 76), Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Pasal 78), dan
tidak secara keseluruhan berjalan dengan baik atau masih rendah karena
1. Komunikasi
baik.
menerangkan bahwa:
55
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
76
menerangkan bahwa:
dengan Kepala Desa. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa adanya tarik
56
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
77
proses demokrasi.
peran dan fungsi BPD secara maksimal di desa adalah karakter Kepala
Kepala Desa Desa bukit Tigo adalah komunikasi politik antara Badan
bentuk komunikasi yagn dilakukan politisi dan actor politik yang lain
kosntituen atau kolumnis surat kabar; serta (c) komunikasi tentang actor
dan aktivitasnya seperti terdapat pada laporan berita, editorial, dan diskusi
dalam lingkup politik yang menurut Kaid (1999) melingkupi berbagai hal,
masyarakat, dan kontruksi sosial relitas politik yang dilakukan oleh media.
78
belanja dan penerimaan negara atau daerah yang telah dissepakti dengan
Proses Politik ini ditandai dengan dua hal: (1) stabilitas politik,
penampilan pemerintah yang penting bagi proses politik itu sendiri; dan
Pendidikan yang berbeda dan mereka juga datang dari suku yang berbeda-
79
Hal terbaik yang bisa dilakukan menurut Gun gun Heryanto oleh
inkonstitusional.
80
aturan yang berlaku. Ide untuk mengirim utusan dari satu perwakilan kubu
ataupun suku ke kubu dan suku lain bukan semata diperlukan dalam
lebih dari itu, yakni menjaga keutuhan dalam berbangsa dan bernegara.
pihak yang terkait (BPD, Pemerintahan Desa dan Masyarakat) harus jelas,
terlalu jelas ditengah suasana para pihak yang mbutuhkan informasi terang
benderang.57
57
Gun Gun Heryanto, Realitas Komunikasi Politik Indonesia Kontemporer IRCiSoD, 2020 Hal,
33-34
81
menerangkan bahwa:
Peraturan Desa.
Hal ini jika diruntut berdasarkan fakta yang penils temui dan telah
penulis jelaskan pada bagian peranan fungsi legislasi BPD di dDesa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun yakni diawali dari tumpang tindih atau kurang
58
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
82
nya detail aturan yang di buat, dari mulai Permendagri, turun ke Peraturan
legislasi.
bahwa:
fungsi legislasi karena kurangnya atau bahwa tidak adanya pembinaan dari
59
Wawancara Kepada Hendri Gunawan, ketua Badan Permusyawatan Desa di Desa Bukit
Tigo Kabupaten Sarolangun, tanggal 19 Januari 2021
83
Hal ini sesuai dengan temuan penulis seperti yang telah penulis
Pemerintahan Desa.
kepada desa, wewenang dalam rangka tugas pembantuan yang berasal dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
84
85
B. Saran
Daya Manusia anggota BPD Desa Bukit Tigo Kabupaten Sarolangun agar
2. Perlu adanya sosialisasi yang lebih menyeluruh dan secara rutin kepada
A. Buku
Malang, 2010
Indonesia, 1984
2014
Hamzah Halim dan Kemal Redindo. Cara Praktis Menyusun dan Merancang
HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan
Ichtijanto, Hukum Islam dan Hukum Nasional Ind-Hill Co, Jakarta, 1990
87
88
2005
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Cet. 11, Rajawali Persada, Jakarta,
2014
Jakarta, 2000
B. Jurnal
Nomor 3, 2017
2017
90
C. Elektronik
https://csws.fisip.unair.ac.id/2018/03/problematika-penerapan-uu-no-62014-
tentang-desa-pudjio-santoso/
D. Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa
91