Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KRITIS

CVP (CENTRAL VENOUS PRESSURE)

Dosen Pembimbing

Puteri Indah Dwipayanti, S.Kep.Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Nurul Wilkyis (0118030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “CVP (CENTRAL VENOUS PRESSURE)” tepat pada
waktunya. Makalah ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dan kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik atau saran
untuk makalah ini.

Mojokerto, 15 Desember 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman era globalisasi ini teknologi semakin maju terutama dibidang kesehatan.
Dengan adanya kemajuan teknologi ini maka diperlukan sumber daya manusia yang
bermutu. Perawat yang merupakan salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan
dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuannya baik melalui pendidikan formal
maupun pendidikan informal seperti mengikuti pelatihan kursus keperawatan, seminar
atau yang lainnya sesuai dengan bidangnya.
Cairan merupakan bagian terbesar dalam bagian tubuh, yang salah satu perannya
adalah untuk membantu metabolisme tubuh. Agar metabolism tubuh dapat berjalan baik
dibutuhkan input cairan setiap hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Hilangnya cairan pada individu dapat disebabkan karena beberapa hal termasuk keadaan
patologis pada individu (gagal ginjal, ARF, gagal jantung, shock,dll), perbedaan suhu
yang ekstrim, serta perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami
dehidrasi.
Pengukuran keseimbangan cairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
pengukuran melalui vena sentral den gan menggunakan manometer. Pengukuran tekanan
vena sentral (CVP) dilakukan untuk mengukur tekanan darah di vena kava. Pengukuran
ini memberikan informasi tentang tiga parameter yang meliputi; volume darah,
keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Adanya pengukuran ini,
paramedis dapat mengetahui keseimbangan cairan pada klien yang sedang dalam
keadaan patologis untuk mengantisipasi terjadinya shock hipovolemik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)


1. Pengertian

Tekanan vena Central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan
jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari
tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal. Pengukuran
CVP / RJP (Right Arterial Pressure) dengan menggunakan manometer.
Darah dari vena sistemik masuk ke atrium kanan sehingga pengukuran tekanan
pada atrium kanan dapat dilakukan. CVP ditentukan oleh fungsi dari sebelah kanan
jantung dan tekanan darah vena di vena cava. Dalam situasi normal, peningkatan
venous return menyebabkan peningkatan cardiac output tanpa perubahan tekanan
vena. Namun bila fungsi ventrikular kanan berkurang atau pada sirkulasi pulmunol
yang terobstruksi, tekanan atrium kanan akan meningkat. Kehilangan volume darah
ataupun dilatasi menyeluruh juga menyebabkan berkurangnya venus return dan
tekanan atrium kanan turun. Nilai normal CVP 5 - 10 cm H2O, dan pada orang yang
menggunakan ventilator naik 3 - 5 cm H2O.
CVP menggambarkan tekanan pada vena central. Alat untuk mengukur CVP
adalah CVC line (Central Venous Cathether). Pemasangan CVC line, biasanya
dilakukan oleh seorang anastesiologi. Area pemasangan CVC line biasanya
dilakukan di vena jugularis interna/eksterna, vena subclavia dextra/sinistra, dan juga
vena femoralis. Namun yang area yang bisanya dilakukan tempat penusukan untuk
memasukkan CVC line adalah di vena subclavia karena letaknya yang relatif dekat
dengan atrium kanan. Ujung dari CVC line akan sampai pada muara vena cava di
atrium kanan jantung.
2. Indikasi Pemasangan CVP

Indikasi seorang pasien dilakukan pemasangan CVC line, diantaranya :

1) Pasien dengan kondisi shock yang memerlukan cairan dalam jumlah yang besar
dan dalam waktu yang singkat.
2) Pasien yang mengalami pada akses vena perifer sehingga tidak memungkinkan lagi
dilakukan akses cairan melalui vena perifer.
3. Tujuan dari pemasangan CVC

Tujuan dari pemasangan CVC line diantaranya adalah :


1. Sebagai pemantauan tekanan vena sentral terkait status cairan dan oksigenasi
tubuh.
2. Memberikan cairan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relative
singkat.
3. Untuk memberikan nutrisi via parenteral.
4. Untuk memasukkan obat.
Cara pengukuran CVP bisa dilakukan dengan 2 metode, yaitu secara manual
dan membaca melalui monitor yang sudah dihubungkan oleh tranduser. Cara
melakukan pengukuran CVP secara manual, diantaranya :
 Persiapan alat
1. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan pengukuran
CVP diantaranya manometer, cairan, water pass, extension
tube, three way, bengkok, plester, dll.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP kepada
pasien.
3. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman. Pasien bisa
diposisikan semi fowler (450).
4. Dekatkan alat-alat ke tubuh pasien.
5. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point
merupakan suatu titik yang nantinya dijadikan acuan dalam
pengukuran CVP. Zero point ditentukan dari SIC (spatium
inter costa) ke 4 pada linea midclavicula karena SIC ke 4
tersebut merupakan sejajar dengan letak atrium kanan. Dari
midclavicula ditarik ke lateral (samping) sampai mid axilla.
Di titik mid axilla itulah kita berikan tanda.
Gambar 1 : Posisi zero point

6. Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada


manometer yang ditempelkan pada tiang infus. Caranya
adalah dengan mensejajarkan titik tersebut dengan angka 0
dengan menggunakan waterpass. Setelah angka 0 pada
manometer sejajar dengan titik SIC ke 4 midaxilla, maka kita
plester manometer pada tiang infus.
7. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem
1 (satu). Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari
sumber cairan (infus) kea rah pasien. Jalur threeway dari
sumber cairan dan ke arah pasien kita buka, sementara jalur
yang ke arah manometer kita tutup.
8. Setelah aliran cairan dari sumber cairan ke pasien lancar,
lanjutkan dengan mengaktifkan sistem 2 (dua). Caranya
adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan ke arah
manometer. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah
manometer dibuka, sementara yang ke arah pasien kita tutup.
Cairan yang masuk ke manometer dipastikan harus sudah
melewati angka maksimal pada manometer tersebut.
9. Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan
jara mengalirkan jairan dari manometer ke tubuh pasien.
Jalur threeway dari manometer dan ke arah pasien dibuka,
sementara jalur yang dari sumber jairan ditutup.
10. Amati penurunan jairan pada manometer sampai posisi jairan
stabil pada angka/titik tertentu. Lihat dan jatat undulasinya.
Undulasi merupakan naik turunnya jairan pada manometer
mengikuti dengan proses inspirasi dan ekspirasi pasien. Saat
inspirasi, permukaan jairan pada manometer akan naik,
sementara saat pasien ekspirasi kondisi permukaan jairan
akan turun. Posisi jairan yang turun itu (undulasi saat klien
ekspirasi) itu yang dijatat dan disebut sebagai nilai CVP.
Normalnya nilai CVP adalah 5-12 jmH2O.
4. Nilai CVP

 Yang kurang/rendah artinya pasien dalam kondisi kurang jairan, mendapatkan


ventilasi tekanan negatif, shock, dll.
 Sedangkan jika nilai CVP pada pasien jenderung tinggi artinya klien
mengalami kelebihan volume jairan, gagal jantung kanan, dan pada pasien
dengan ventilasi positif.
5. Kapan CVP harus diukur

1. Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen klinis dasar.


2. Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran jairan atau kehilangan
cairan.
3. Pasien yang membutuhkan infus inotropik.
6. Penilaian CVP

1. Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock amati infus lancar


atau tidak.
2. Penderita terlentang.
3. Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka tertinggi.
4. Jaga jangan sampai jairan keluar cairan infus kita tutup, dengan memutar
stopcock.
5. Hubungkan manometer akan masuk ke tubuh penderita.
6. Permukaan jairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai irama
nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi) undulasi berhenti.
7. Disitu batas terakhir.
8. Nilai CVP Nilai pada angka 7 -> nilai CVP 7 jmH2O Infus dijalankan lagi
setelah diketahui nilai CVP.
 Nilai CVP
 Nilai rendah : < 4 cmH2O
 Nilai normal : 4 - 10 cmH2O
 Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O
 Nilai tinggi : >15 cmH2O
 Penilaian cvp dan arti klinisnya CVP sangat berarti pada penderita yang
mengalami shock dan penilaianya adalah sebagai berikut :
1. CVP rendah (< 4 cmH20)
Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat, Bila cvp normal, tanda
syok hilang > syop hipovelemik, Bila cvp normal, tanda- tanda syok
bertambah > syok septik.
2. Cvp normal (4 - 14cmH20)
Bila darah atau cairan dengan hati -hati dan di pantau pengaruhnya
dalam sirkulasi. Bila cvp normal , tanda - tanda syok negatif > syook
hipervolemik. Bila cvp bertambah naik, tanda syok positif >septik syok,
kardiogenik syok.
3. Cvp tinggi 9>15 cm H20)
Menunjukkan ganguan kerja jantung (insfusiensi kardiak). Terapi :
obat kardiogenika (dopain).

7. Kontraindikasi dan kewaspadaan

a. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark/gagal


vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan
hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false
(salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan
positif.
b. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak
akurat.
c. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan
syok dari berbagai penyebab.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral

1) Volume darah vena sentral


a) Venous return/cardiac output
b) Volume darah total
c) Tonus vaskuler regional
2) Pemenuhan kompartemen sentral
a) Tonus vaskuler
b) Pemenuhan ventrikel kanan
3) Penyakit myokard
4) Penyakit perikard
5) Tamponade
6) Penyakit katup tricuspid
a) Stenosis
b) Regurgitasi

7) Ritme jantung
 Ritme junctional
 Fibrilasi atrium
 Disosiasi atrioventrikular
8) Level transducer
 Posisi pasien
9) Tekanan intrathorakal
 Respirasi
 Intermittent positive-presure ventilation
 Positive end-expiratory pressure
 Tension pneumothorax
10) Lokasi pemantauan
 Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan).
 Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan.
 Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis.
 Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di
atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior.
9. Komplikasi

 Pneumothoraks

 Emboli udara

 Kelebihan cairan
 Sepsis

 Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)

 Emboli pumuner

 Disritmia

 Erosi vena cava superior yang mengakibatkan hemothoraks dan tamponade


jantung.

 Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat menyebabkan


pemberian cairan infus melambat.

 Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena central - Lapor segera!!
B. Prosedur Tindakan
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda
komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
 Kaji akan kebutuhan pemasangan CVP dan pengukuran CVP
 Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
 Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
 Frekuensi napas, suara napas
 Tanda - tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
 Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter.
 Kesesuaian posisi jalur infus set.
 Tanda-tanda vital

2. Perencanaan
 Persiapan alat
1) Bak instrumen
2) Kassa steril
3) Plester
4) Gunting
5) Betadine
6) Spuit 5 ml
 Persiapan pasien
1) Identifikasi pasien
2) Informed consent
3) Menjaga privasi pasien
 Persiapan petugas
Menggunakan APD yang terdiri dari :
1) Sarung tangan bersih
2) Apron sesuai kebutuhan
3. Pelaksanaan
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
 Atur posisi pasien dan siapkan lingkungan
 Jaga privasi pasien dengan cara memasang tirai
 Pakai APD sesuai prosedur
 Pastikan aliran CVC lancar dengan melakukan aspirasi menggunakan
spuit 5 ml
 Observasi tanda-tanda infeksi
 Ganti kain kassa tiap hari (dibersihkan pakai betadine dan plaster) atau
ganti dengan lecomed minimal tiga hari kecuali bila kotor
 Rapikan pasien dan alat-alat
 Rapikan alat yang telah diberikan dan membuang sampah sesuai
dengan prosedur
 Jelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan selesai dilakukan dan
memohon undur diri
 Lepas APD sesuai dengan prosedur
 Cuci tangan
 Dokumentasi pelaksanaan tindakan di dalam catatan terintegrasi
4. Peranan Perawat
 Sebelum Pemasangan
a) Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan.
b) Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan
mengatur posisi sesuai dengan daerah pemasangan.
 Saat Pemasangan
a) Memelihara alat-alat selalu steril
b) Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung, perdarahan.
c) Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan.
 Setelah Pemasang
1) Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara :
a) Melakukan Zero Balance : menentukan titik nol/letak atrium, yaitu
pertemuan antara garis ICS IV dengan mid aksila.
b) Zero balance : dilakukan pd setiap pergantian dinas atau gelombang
tidak sesuai dg kondisi klien melakukan kalibrasi untuk mengetahui
fungsi monitor/transduser, setiap shift.
2) Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis
klien.
3) Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
4) Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
5) Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi
(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
6) Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
7) Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan
foto toraks (CVP, Swan gans).
5. Evaluasi
1) Lihat kembali posisi vena central, sumbatan ataupun perdarahan.
2) Laporkan adanya hasil ukuran CVP yang tidak normal.
6. Dokumentasi
 Nama Pasien
 Tanggal
 Catat waktu dilakukan pengukuran CVP
 Catat hasil pengukuran sebelum dan sesudah CVP
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengukuran intake merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang
masuk kedalam tubuh. Intake/asupan cairan untuk kondisi normal pada orang
dewasa adalah kurang lebih 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa
cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengukuran Output merupakan suatu
tindakan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Output/pengeluaran cairan
sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam
kondisi normal adalah kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar
berasal dari ekskresi ginjal (berupa urien), sebanyak kurang lebih 1500 cc perhari
pada orang dewasa.
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium
kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume
darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central
dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal
B. Saran
1) Bagi para perawat agar lebih memahami dan dapat melakukan tindakan
pengukuran intake dan output serta dapat melakukan pemasangan CVP.
2) Bagi para pembaca agar lebih mengerti tentang pengukuran intake dan output
serta CVP.
DAFTAR PUSTAKA

Mancini H. Mary. 2002. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : HGC

Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat

RShttp://sitirochana.blogspot.com/2010/04/perawatan-klien-terpasang-cvp-
central.htmlhttp://LP Central Venous Pressure « Hikari Research.htm

https://id.scribd.com/document/497428457/MAKALAH-KEPERAWATAN-KRITIS-
KELOMPOK-5. Diakses pada tanggal 02 Desember 2021 pukul 21.16 WIB.

https://youtu.be/DFkZsKsDDyc. Diakses pada tanggal 02 Januari 2021 pukul 21.44 WIB.

https://youtu.be/4AxSZ4-BY3s. Diakses pada tanggal 02 Januari 2021 pukul 22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai