Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PENYAKIT DEFISIT PERAWATAN DIRI


RUMAH SINGGAH AL HIDAYAH MOJOKERTO

OLEH :
Fanny Okte Novita Sari
0118015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

2.1 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes, 2000
dalam Direja, 2011).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005 dalam
Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja, 2011) menjelaskan kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas
perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit
perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, 2015).

2.2 Jenis-jenis perawatan diri


Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit perawatan diri
terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan
kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan.

2.3 Rentang Respon


Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :

Adaptif Maladaptif

Pola Perawatan Diri Kadang Perawatan Diri Tidak melakukan perawatan diri

Seimbang Kadang Tidak pada saat stress

Gambar 2.1 Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.

2.4 Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
a. Faktor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes melitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
2.5 Tanda dan Gejala Defisit Perawatn Diri
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
a. Fisik
1. Badan bau, pakaian kotor
2. Rambut dan kulit kotor
3. Kuku panjang dan kotor
4. Gigi kotor disertai mulut bau
5. Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif
2. Menarik diri, isolasi diri
3. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiataan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1. Pasien merasa lemah
2. Malas untuk beraktivitas
3. Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1. Rambut kotor, acak-acakan
2. Badan dan pakaian kotor dan bau
3. Mulut dan gigi bau
4. Kulit kusam dan kotor
5. Kuku panjang dan tidak terawat.
6. Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene ialah:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali, seperti
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan
dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan
diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan
mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya:
menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa
takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu
keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa sedih
karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia
sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang
dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-
acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang
diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan
situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV),
pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang
biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1. Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki
atau perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.
c. Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/
kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d. Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e. Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain, fungsi
peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
f. Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena
penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien.
Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat
berinteraksi dengan orang lain.
g. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna
tidak menghirauan lagi dirinya.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
h. Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering terhenti/bloking,
apatisserta tidak mampu memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien berubah-
ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap atau
peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau membersihkan
diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial, kadang
tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik satu
ke topik lainnya dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i. Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien tampak
kusam dan bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
j. Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga
karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan, pasien
tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh
kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah
dengan sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan
kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan
sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping
yang efektif.
B. Pohon Masalah
Effect Isolasi sosial
Core problem Defisit perawatan diri

Causa Harga diri rendah

C. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit perawatan
diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial

D. Intervensi keperawatan
Rencana Keperawatan
Klien Dengan Defisit Perawatan Diri

Perencanaan Intervensi Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi


Tujuan umum :
Klien dapat
meningkatkan
minat dan
motivasinya untuk
memperhatikan
kebersihan diri,
melakukan BAK /
BAB secara
mandiri, dan
mampu melakukan
makan dan berhias
dengan baik
TUK I : 1. Wajah cerah, 1. Berikan salam setiap Hubungan saling
Klien dapat tersenyum berinteraksi. percaya menjadi
membina 2. Mau 2. Perkenalkan nama, nama dasar interaksi
hubungan saling berkenalan panggilan perawat dan selanjutnya
percaya dengan 3. Ada kontak tujuan perawat sehingga klien
perawat. Kriteria mata berkenalan. lebih terbuka,
evaluasi dalam 4. Menerima 3. Tanyakan nama dan merasa aman, dan
berinteraksi klien kehadiran panggilan kesukaan mau berinteraksi
menunjukkan perawat klien.
tanda-tanda 5. Bersedia 4. Tunjukkan sikap jujur
percaya pada menceritakan dan menepati janji setiap
perawat perasaannya. kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi
klien.
6. Buat kontrak interaksi
yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan
perasaan klien dengan
empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar
klien.

TUK II: 1. Klien dapat 1. Bina hubungan saling Meningkatkan


Klien dapat menyebutkan percaya dengan kemampuan klien
mengenal tentang kebersihan menggunakan prisip terhadap orientasi
pentingnya diri pada komunikasi terapeutik. terhadap
kebersihan diri. waktu 2 kali 2. Diskusikan bersama kebutuhan
pertemuan. klien pentingnya tubuhnya.
2. Mampu kebersihan diri dengan
menyebutkan cara menjelaskan
kembali pengertian tentang arti
kebersihan bersih dan tanda-tanda
untuk bersih.
kesehataan 3. Dorong klien untuk
seperti menyebutkan 3 dari 5
mencegah tanda kebersihan diri
penyakit. 4. Diskusikan fungsi
3. Klien dapat kebersihan diri dengan
meningkatka menggali pengetahuan
n cara klien terhadap hal yang
merawat diri. berhubungan dengan
kebersihan diri.
5. Bantu klen
mengungkapkan arti
kebersihan diri dan
tujuan memelihara
kebersihan diri.
6. Ingatkan klien untuk
memelihara kebersihan
diri seperti : mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi
minimal 2 kali sehari
(sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut,
gunting kuku jika
panjang.
TUK III : i. Klien berusaha 1. Motivasi klien untuk Klien dapat
Klien dapat untuk mandi memenuhi
melakukan memelihara 2. Beri kesempatan untuk kebutuhan
kebersihan diri kebersihan diri mandi, beri kesempatan kebersihan dirinya
dengan bantuan seperti mandi klien untuk
perawat. pakai sabun mendemonstrasikan cara
dan disiram memelihara kebersihan
pakai air diri yang benar.
sampai bersih. 3. Anjurkan klien untuk
ii. Mengganti mengganti baju setiap
pakaian bersih hari.
sehari – hari. 4. Kaji keinginan klien
iii. Merapikan untuk memotong kuku
penampilan. dan merapikan rambut
5. Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
6. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, shampo,
pakaian ganti, handuk
dan sandal.

TUK IV : 1. Setelah satu 1. Monitor klien dalam Klien dapat


Klien dapat minggu klien melakukan kebersihan memenuhi
melakukan dapat diri secara teratur. kebutuhan
kebersihan melakukan 2. Ingatkan untuk mencuci kebersihan dirinya
perawatan diri perawatan rambut, menyisir, gosok dengan baik.
secara mandiri kebersihan diri gigi, ganti baju, dan
secara rutin pakai sandal.
dan teratur
tanpa anjuran,
seperti mandi
pagi dan sore.
2. ganti baju
setiap hari
3. penampilan
bersih dan rapi.
TUK V : 1. Klien selalu 1. Beri reinforcement Klien dapat
Klien dapat tampak bersih positif jika berhasil mempertahankan
mempertahankan dan rapi. melakukan kebersihan kebersihan dirinya
kebersihan diri diri. secara mandiri.
secara mandiri

TUK VI: 1. Keluarga selalu 1. Jelaskan pada keluarga Keluarga


Klien dapat mengingatkan tentang penyebab krang membantu klien
dukungan hal-hal yang minatnya klien menjaga dalam memotivasi
keluarga dalam berhubungan kebersihan diri kebersihan diri.
meningkatkan dengan 2. Diskusikan bersama
kebersihan diri kebersihan diri. keluarga tentang
2. keluarga tindakan yang telah
menyiapkan dilakukan klien selama
sarana untuk di RS dalam menjaga
membantu kebersihan dan
klien dalam kemajuan yang telah
menjaga dialami di RS.
kebersihan diri. 3. Anjurkan keluarga untuk
3. keluarga menyiapkan sarana
membantu dan dalam menjaga
membimbing kebersihan diri klien.
klien dalam 4. Jelaskan pada keluarga
menjaga tentang manfat sarana
kebersihan diri. yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri
klien

TUK VII: 1. Keluarga 1. Jelaskan pada keluarga Keluarga dapat


Klien dapat selalu tentang penyebab krang memotivasi dan
dukungan mengingatkan minatnya klien menjaga memantau klien
keluarga dalam hal-hal yang kebersihan diri dalam memenuhi
meningkatkan berhubungan 2. Diskusikan bersama kebersihan diri
kebersihan diri dengan keluarga tentang
kebersihan tindakan yang telah
diri. dilakukan klien selama
2. Keluarga di RS dalam menjaga
menyiapkan kebersihan dan
sarana untuk kemajuan yang telah
membantu dialami di RS.
klien dalam 3. Anjurkan keluarga untuk
menjaga menyiapkan sarana
kebersihan dalam menjaga
diri. kebersihan diri klien.
3. Keluarga 4. Jelaskan pada keluarga
membantu dan tentang manfat sarana
membimbing yang lengkap dalam
klien dalam menjaga kebersihan diri
menjaga klien
kebersihan 5. Anjurkan keluarga untuk
diri. memutuskan memberi
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah
dialami.

E. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat

Kurang perawatan diri :

- Kebersihan diri
- Makan
- BAK/BAB
- Berdandan
A. Pasien
SP 1
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
4. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.


2. Menjelaskan cara makan yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.


2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.


2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

F. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai apa belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien
dengan kriteria hasil pada perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Ma’rifatul Azizah, I.Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori dan
Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Dialami, Ekawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa, Jakarta:
Trans Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta: Nuha Medika.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa
berat, Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta. Salemba Media.

Anda mungkin juga menyukai