Disusun oleh
Rizcha Arfaresy
NIM : 01.18.034
Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Masalah Isolasi Sosial di Rumah Singgah ODGJ Al-
Hidayah yang telah disusun oleh :
Nama : Rizcha Arfaresy
NIM : 01.18.034
Kelas/Prodi : 4A/S1 Keperawatan
Telah disetujui pada
Hari :
Tanggal :
Kepala Ruangan
2. Etiologi
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada
orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar
berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut. Menurut
Stuart & Sundeen, Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.
1) Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi
akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan membari rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor biologi
Genetik adalah salah satu faktor pendukung ganguan jiwa, faktor genetik dapat
menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukti terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
c. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga, yang tidak
produktif, diasingkan dari orang lain.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam
ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif
akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
2) Faktor presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
a. Faktor Nature (alamiah)
Secara alamiah, manusia merupakan makhluk holistic yang terdiri dari dimensi
bio-psiko-sosial dan spiritual. Oleh karena itu meskipun stressor presipitasi yang
sama tetapi apakah berdampak pada gangguan jiwa atau kondisi psikososial tertentu
yang maladaptive dari individu, sangat bergantung pada ketahanan holistic individu
tersebut.
b. Faktor Origin (sumber presipitasi)
Demikian juga dengan factor sumber presipitasi, baik internal maupun eksternal
yang berdampak pada psikososial seseorang. Hal ini karena manusia bersifat unik.
c. Faktor Timing
Setiap stressor yang berdampak pada trauma psikologis seseorang yang
berimplikasi pada gangguan jiwa sangat ditentukan oleh kapan terjadinya stressor,
berapa lama dan frekuensi stressor.
d. Faktor Number (Banyaknya stressor)
Demikian juga dengan stressor yang berimplikasi pada kondisi gangguan jiwa
sangat ditentukan oleh banyaknya stressor pada kurun waktu tertentu. Misalnya, baru
saja suami meninggal, seminggu kemudian anak mengalami cacat permanen karena
kecelakaan lalu lintas, lalu sebulan kemudian ibu kena PHK dari tempat kerjanya
(Suryani, 2005).
e. Appraisal of Stressor (cara menilai predisposisi dan presipitasi) dialami
Pandangan setiap individu terhadap factor predisposisi dan presipitasi yang sangat
tergantung pada:
- Faktor kognitif : Berhubungan dengan tingkat pendidikan, luasnya pengetahuan
dan pengalaman.
- Faktor Afektif : Berhubungan dengan tipe kepribadian seseorang. Tipe
kepribadian introvert bersifat: Tertutup, suka memikirkan diri sendiri, tidak
terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak tahan keritik, mudah tersinggung,
menahan ekspresi emosinya, sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka
membesarkan kesalahannya dan suka kritik terhadap diri sendiri. Tipe kepribadian
extrovert bersifat: Terbuka, licah dalam pergaulan, riang, ramah, mudah
berhubungan dengan orang lain, melihat realitas dan keharusan, kebal terhadap
kritik, ekspresi emosinya spontan, tidak begitu merasakan kegagalan dan tidak
banyak mengeritik diri sendiri. Tipe kepribadian ambivert dimana seseorang
memiliki kedua tipe kepribadian dasar tersebut sehingga sulit untuk
menggolongkan dalam salah satu tipe.
f. Faktor Physiological
Kondisi fisik seperti status nutrisi, status kesehatan fisik, factor kecacadan atau
kesempurnaan fisik sangat berpengaruh bagi penilaian seseorang terhadap stressor
predisposisi dan presipitasi.
g. Faktor Bahavioral
Pada dasarnya perilaku seseorang turut mempengaruhi nilai, keyakinan, sikap dan
keputusannya. Oleh karena itu, factor perilaku turut berperan pada seseorang dalam
menilai factor predisposisi dan presipitasi yang dihadapinya. Misalnya, seorang
peminum alcohol, dalam keadaan mabuk akan lebih emosional dalam menghadapi
stressor. Demikian juga dengan perokok atau penjudi, dalam menilai stressor berbeda
dengan seseorang yang taat beribadah.
h. Faktor Sosial
Manusia merupakan makhluk social yang hidupnya saling bergantung antara satu
dengan lainnya. Menurut Luh Ketut Suryani (2005), kehidupan kolektif atau
kebersamaan berperan dalam pengambilan keputusan, adopsi nilai, pembelajaran,
pertukaran pengalaman dan penyelenggaraan ritualitas. Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa factor kolektifitas atau kebersamaan berpengaruh terhadap cara
menilai stressor predisposisi dan presipitasi.
3. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Terdapat dua respon yang dapat terjaid pada isolasi sosial, yakni :
a. Respons Adaptif
Merupakan suatu respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku dengan kata lain individu tersebut masih dalam
batas normal ketika menyelesaikan masalah.
1) Menyendiri (solitude) : Merupakan respons yang dibutuh seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya (instropeksi).
2) Otonomi : Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama : Merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain serta mampu untuk memberi dan menerima.
4) Interdependen : Merupakan saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Maladaptif
Merupakan suatu respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat, perilaku respons maladaptif, yakni meliputi:
1) Menarik diri : Merupakan keadaan dimana seseorang yang mengalami kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan : Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dirinya sehingga tergantung dengan orang
3) Manipulasi : Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan
sosial secara mendalam.
4) Curiga : Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri terhadap orang lain.
5) Impulsif : Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mmpunyai penilaian yang buruk dan cenderung
memaksakan kehendak.
6) Narkisisme : Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pence,buru dan marah jika orang
lain tidak mendukung
7) Mekanisme koping : Individu yang mengalami respon sosial maladaptive
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua kepribadian antisocial antara lain proyeksi,
splitting dan merendahkan orang lain, jenis masalah hubungan yang spesifik. Koping
yang berhubungan dengan gangguan koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.
8) Sumber koping : Menurut Stuart, 2006, sumber koping yang berhubungan dengan
respon social maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan
teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misal, kesenian, music atau tulisan.
Isolasi Sosial
core problem
3. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Halusinasi
d. Koping individu tidak efektif
e. Intoleransi aktivitas
f. Defisit perawatan diri
4. Nursing Care Plan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan Umum :
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK 1 : Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling
Klien dapat Klien dapat mengungkapkan perasaan dan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik percaya merupakan
membina keberadaannya secara verbal. a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal lamgkah awal untuk
hubungan saling - Klien mau menjawab salam maupun non verbal menentukan
percaya - Klien mau berjabat tangan b. Perkenalkan diri dengan sopan keberhasilan rencana
- Klien mau menjawab pertanyaan c. Tanya nama lengkap klien dan nama selanjutnya
- Ada kontak mata pangilan yang disukai klien
- Klien mau duduk berdampingan dengan perawat d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien
TUK 2 : Kriteria evaluasi: a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku Dengan mengetahui
Klien dapat Klien dapat menyebutkan penyebab perilaku menarik diri dan tanda-tandanya tanda-tanda dan gejala
menyebutkan menarik diri yang berasal dari : b. Beri kesempatan klien untuk menarik diri akan
penyebab a. Diri sendiri mengungkapkan perasaan penyebab menarik menentukan lamgkah
menarik diri b. Orang lain diri atau tidak mau bergaul intervensi selanjutnya
c. Lingkungan c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku
menarik diri, tanda dan gejala.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya,
TUK 3 : Kriteria evaluasi: 3.1 Kaji pergetahuan klien tentang keuntungan Reinforcemen dapat
Klien dapat - Klien dapat menyebutkan tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain meningkatkan harga
menyebutkan berhubungan dengan orang lain.misal banyak 3.2 Beri kesempetan klien untuk mengungkapkan diri
keuntungan teman, tidak sendiri, bisa diskusi, dll. perasaannya tentang keuntungan
berhubungan - Klien dapat menyebutkan tentang kerugian tidak berhubungan dengan dengan orang lain
dengan orang berhubungan dengan orang lain misal: sendiri 3.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat
lain dan kerugian tidak punya teman, sepi, dll. berhubungan berhubungan dengan orang lain
tidak 3.4 Kaji pengetahuan klien tentang ke rugian
berhubungan bila tidak berhubungan dengan orang lain
dengan orang 3.5 Beri kesempatan kepada klien untuk
lain mengungkapkan perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan dngan orang lain
3.6 Diskusikan bersama klien tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
3.7 Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
TUK 4 : Kriteria evaluasi : 4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan Mengetahui sejauh
Klien dapat Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial dengan orang lain mana pengetahuan
melaksanakan secara secara bertahap : 4.2 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan klien tentang
hubungan sosial a. Klien-perawat dengan orang lain melalui : berhubungan dengan
secara bertahap b. Klien-perawat- perawat lain . a. Klien-perawat orang lain
c. Klien- perawat- perawat lain-klien lain b. Klien-perawat- perawat lain
d. Klien-kelompok kecil c. Klien- perawat- perawat lain-klien lain
e. Klien-keluarga/ kelompok /masyarakat d. Klien-kelompok kecil
e. Klien-keluarga/ kelompok /masyarakat
4.3 Beri reinforcement terhadap keberhasilan
yang yang telah dicapai di rumah nanti.
4.4 Bantu klien untuk merevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang lain
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan
terapi Aktivitas kelompok sosialisasi.
4.7 Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
TUK 5 : Kriteria evaluasi : 5.1 Dorong klien mengungkapkan perasaannya Agar klien lebih
Klien dapat Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah bila berhubungan dengan orang lain percaya diri
mengungkapkan berhubungan dengan orang lain untuk : 5.2 Diskusikan dengan klen manfaat berhubungan berhubungan dengan
perasaannya a. Diri sendiri dengan orang lain orang lain.
setelah b. Orang lain 5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan Mengetahui sejauh
berhubungan klien mengungkapkan perasaan manfaat mana pengetahuan
dengan orang berhubungan dengan orang lain klien tentang kerugian
lain bila tidak berhubungan
dengan orang lain
TUK 6 : Kriteria evaluasi : 6.1 BHSP dengan keluarga Agar klien lebih
Klien dapat Keluarga dapat: a. Salam, perkenalan percaya diri dan tahu
memberdayakan a. Menjelaskan Perasaannya b. Sampaikan tujuan akibat tidak
system b. Menjelaskan cara merawat klien menarik diri c. Membuat kontrak berhubungan dengan
pendukung atau c. Mendemonstrasi kan cara perawatan menarik d. Eksplorasi perasaan keluarga orang lain.
keluarga atau diri 6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
keluarga mampu d. Berpartisipasi dalam perawatan menarik diri a. Perilaku menarik diri Mengetahui sejauh
mengembangkan b. Penyebab perilaku menarik diri. mana pengetahuan
kemampuan c. Cara keluarga menghadapi klien yang klien tentang
klien untuk sedang menarik membuna hubungan
berhubungan 6.3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dengan orang lain.
dengan orang dukungan kepada klien berkomunikasi
lain. dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga untuk secara
rutin dan bergantian mengunjungi klien
minimal 1x seminggu
6.5 Beri reinforcement atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
5. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari intervensi keperawatan yang
telah disusun dengan melihat situasi dan kondisi pasien. Tindakan ini dapat dilakukan secara
mandiri/kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini bertanggung jawab terus-
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Jika kriteria yang
ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat selanjutnya adalah melakukan pengkajian
kembali. Eevaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan kriteria hasil pada
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, S., Rahayuningsih, A., & Muharyati, W. (2002). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial.
Merawat, D., & Isolasi, K. (2010). Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010, 5(2), 85–94.
Perilaku, D. A. N., Penerapan, M., & Perilaku, T. (n.d.). Peningkatan kemampuan interaksi
sosial (kognitif, afektif dan perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr
amino gondohutomo semarang, 121–128.
Yunalia, E. M. (2015). HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN
ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI PADA LANSIA, 3(3), 30–35.
Zainuri, Imam., Azizah Lilik M., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa - Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Edisi Pertama.