Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui


upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen keperawatan di
indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan pada masa mendatang. Hal ini berkaita dengan tuntutat proesi
dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara proesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi di indonesi. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara
proesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang ( Gillies,
1986 dalam Nursalam, 2011 ).
Sebagaimana proses keperawatan, dala manajemen keperawatan terdiri
dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,pelaksanaan, dan
evaluasi hasil. Karena manejemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan
didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan : pengumpulan data analisis SWOT dan penyusunan
langkahlangkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya
dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan
melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 November 2019 di
Ruang Teratai kelas II RS Dian Husada Mojokerto di dapatkan bahwa Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan berdasarkan
pada kelompok manajemen keperawatan. Enam sampai delapan perawat
profesional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim, di supervisi oleh
ketua tim, metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang

1
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi dua sampai tim atau grup yang terdiri
atas tenaga profesional, technical dan pembantu, dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 November 2019
didapatkan tujuh orang perawat (100%) berpendapat bahwa MAKP TIM
dengan kepala ruangan adalah seorang sarjan keperawatan. Pada ruangan
Teratai kelas II ini terdapat 15 perawat, diperlukan 4 orang untuk menjadi
katim sebagai tanggung jawab di ruangan sesuai dengan tugas masing-masing
katim dengan kualifikasi pendidikan sarjana keperawatan yang meampunyai
pengalaman klinik minimal 4 tahun, setiap pimpinan katim diperlukan
Perawat Associate (PA) dengan kualifikasi pendidikan lulusan D3
keperawatan 8 perawat untuk melakukan tindakan keperawatan langsung
kepada pasien. Dari 15 perawat Ruang Teratai kelas II, terdapat 12 perawat
yang telah mengikuti pelatihan MAKP. Seluruh strategi pelaksanaan MPKP
sudah dilaksanakan di Ruang Teratai kelas II.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mencoba menerapkan Model
Praktek Keperawatan Proesional TIM dimana pelakasanaanya melibatkan
pasien diruang A dan B Ruang Teratai kelas II RS Dian Husada Mojokerto
dengan perawat yang bertugas tersebut. Keuntungan yang dirasakan adalah
pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu, asuhan yang di berikan bermutu tinggi, dan tercapainya
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi,
dan advokasi.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek anajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Metode TIM.

2
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek klinik manajemen keperawatan, mehasiswa
mampu:
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Teratai kelas II
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
3. Menentukan rumusan masalah
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) timbang
terima, (2) ronde keperawatan, (3) sentralisasi obat, (4) supervisi
keperawatan, (5) discharge planning, (6) dokumentasi keperawatan
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan, (3) sentralisasi obat, (4)
supervisi keperawatan, (5) discharge planning, (6) dokumentasi
keperawatan

1.3 Manfaat

1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal selama perawatan.
2. Bagi rumah sakit
Diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang ada di
ruangan sehingga dapat dilakukan perncanaa untuk dilakukan pendekatan
dalam upaya penerapan model asuhan keperawatan TIM.
3. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
c. Tumbuh dan terbinya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan proesionalisme keperawatan.

3
BAB II
PENERAPAN MAKP

2.1 Visi, Misi dan Motto


2.1.1 Visi RS Dian Husada
Terwujudnya RS trauma dan rujukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
mojokerto tahun 2031
2.1.2 Misi RS Dian Husada
1. Mewujudkan SDM yang loyal dan prfesional
2. Memberikan pelayanan kesehatan profesional sesuai standart profesi
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
memuaskan serta terjangkau seluruh lapisan masyarakat
2.1.3 Motto RS Dian Husada
Layananku pengabdianku

2.1.4 Visi Ruang Teratai Kelas II

Terwujudnya RS trauma dan rujukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat


mojokerto tahun 2031

2.1.5 Misi Ruang Teratai Kelasi II

1. Mewujudkan SDM yang loyal dan prfesional


2. Memberikan pelayanan kesehatan profesional sesuai standart profesi
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
memuaskan serta terjangkau seluruh lapisan masyarakat

2.1.6 Motto Ruang Teratai Kelas II

Kesembuhan Anda Kebahagian Kami

4
2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 18 – 20 November 2019, meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan mutu. Data
yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh
beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1- Man)

Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan


non keperawatan, keunggulan dari Ruang X salah satunya adalah memiliki
SOP dan SAK yang menjadi acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
tenaga S1 Keperawatan 7 orang, tenaga DIII Keperawatan sebanyak 8
orang.

1 Struktur MAKP Ruang Teratai Kelas II

Koordinator Ruangan Rawat Inap

Ns. A

Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung


Jawab I Jawab II Jawab III Jawab IV

Ns. H Ns. D Ns. Y Ns. N

Perawat HCU Perawat HCU


Perawat HCU Perawat HCU
Ns. A Ns. Y
Ns. W Ns. N

Perawat Perawat
Perawat Perawat Pelaksana Pelaksana
Pelaksana Perawat Perawat
Pelaksana
Ns. A Pelaksana Pelaksana
Ns. A
Ns. M Ns. R
Ns. N Ns. N

SUMBER : Ruang Teratai RS Dian Husada tahun 2019

5
6
M1 – Tenaga Keperawatan

Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto

No Nama Jenis Jabatan Pendidikan Tahun Masa kerja di Pelatihan


Kelamin kelulusan rs dh yangpernah
diikuti

1 AWS P Koordinator S1 Kep 2012 3 Tahun PPGD + BTCLS


2 DU P Pj shift S1 Kep 2015 3 Tahun PPGD
3 YIS P Pj shift D3Kep 2015 2 Tahun PPGD
4 HR P Pj shift D3 Kep 2015 3 Tahun PPGD
5 NI P Pj shift S1 Kep 2013 2 Tahun PPGD
6 ACW P Pelaksana D3 Kep 2013 2 Tahun PPGD
7. AR P Pelaksana D3 Kep 2015 3Tahun BTCLS
8. Y P Pelaksana S1 Kep 2017 2 Tahun PPGD
9 AEC L Pelaksana S1 Kep 2017 1 Tahun PPGD
10 WAP L Pelaksana D3 Kep 2019 1 Tahun BTCLS
11. MFR L Pelaksana S1 Kep 2019 1 Tahun PPGD
12 RP P Pelaksana S1 Kep 2017 1 Tahun PPGD
13 NB P Pelaksana S1 Kep 2017 2Tahun PPGD
14 AP L Pelaksana D3 Kep 2017 1 Tahun PPGD
15 ND P Pelaksana D3 Kep 2004 1 Tahun BLS

SUMBER : Ruang Teratai RS Dian Husada tahun 2019

Keterangan :

Perawat di ruang teratai berjumlah 15 orang 11orang berjenis kelamin perempuan


dan 4 orang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah perawat lulusan S1 8 orang dan
jumlah perawat lulusan D3 7 orang, mempunyai sertifikat PPGD dan BTCLS dari
pelatihan yang diadakan di INSTITUSI pendidikan masing-masing. Pihak rumah sakit
mempunyai program pengadaan pelatihan untuk perawat pada tahun 2020.

7
2. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada
Mojokerto

No Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Ahli Gizi 3 D3
2. Visite Farmasi 2 D3
3. Cleaning Service 4 Out sourcing
SUMBER : Ruang Teratai RS Dian Husada tahun 2019

Keterangan :

Tenaga non keperawatan di ruang teratai berjumlah 9 orang. 3 orang ahli gizi dengan
lulusan D3, 2 orang visite farmasi dengan lulusan D3 , dan 4 orang cleaning service
dengan lulusan out sourcing.

3. Tenaga Medis
Tabel 2.3 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto

No Kualifikasi Jumlah

1 Dokter Ortopedi 1
2 Dokter Bedah Umum 2
3 Dokter Kandugan 2
4 Dokter Syaraf 1
5 Dokter Penyakit Dalam 2
6 Dokter Anak 1

SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019


Keterangan :
Tenaga medis di ruang teratai berjumlah 9 orang. 1 orang dokter orthopedi, 2
orang dokter bedah umum, 2 orang dokter kandungan, 1 orang dokter syaraf, 2
orang dokter penyakit dalam, dan 1 orang dokter anak.

4. Rencana Pengembangan staf tahun 2020

8
Rencana pengembangan staf dilakukan tahun depan pada bulan januari 2020 dan
pelatihan yang dibutuhkan yaituPelatihan K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit), Pelatihan membaca EKG.
5. Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang Teratai Bulan Oktober 2019
Tabel 2.4 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto
No Klasifikasi Penyakit Jumlah
1. Penyakit Dalam 108
2. Bedah 12
3. Orthopedi 5
4. Syaraf 6
5. Anak 26

SUMBER : Ruang Teratai RS Dian Husada tahun 2019

Keterangan :
Jadi kasus terbanyak di ruang teratai kelas II RS Dian HUsada pada bulan oktober
tahun 2019 yaitu pada kasus penyakit dalam dengan jumlah 108.

6. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat :


Kebutuhan tenaga perawat di ruang Teratai 2 dari hasil pengkajian adalah sebagai
berikut:

a. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di ruang teratai 2 perhari pada tanggal 18 november 2019 adalah: Tabel
2.5 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


pasien pasien
Pagi Sore Malam

Total care 1 1 x 0,36 = 0,36 1 x 0,3 = 0,3 1 x 0,2 = 0,2

Partial care 11 11 x 0,27 = 2,97 11 x 0,15 = 1,65 11x 0,10 = 1,1

Minimal care 0 10x 0,17 = 0 0 x 0,14= 0 0 x 0,07 = 0

Total 12 3,33 1,95 1,3

9
Total tenaga perawat :

Pagi : 5 orang

Sore : 4 orang

Malam : 3 orang +

Total : 12 orang

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :

86 x 12
= 3,69 dibulatkan menjadi 4 orang

279

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.

b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di ruang teratai 2 perhari pada tanggal 19 november 2019 adalah: Tabel
2.6 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


pasien pasien
Pagi Sore Malam

Total care 1 1 x 0,36 = 0,36 1 x 0,3 = 0,3 1 x 0,2 = 0,2

Partial care 7 7 x 0,27 = 1,89 7 x 0,15 = 1,05 7 x 0,10 = 0,7

Minimal care 2 2 x 0,17 = 0,3 2 x 0,14= 0,28 2 x 0,07 = 0,14

Total 10 2,55 1,63 1,04

Total tenaga perawat :

Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang

Malam : 3 orang +

10
Total : 12 orang

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :

86 x 12 = 3,69 dibulatkan menjadi 4 orang

279

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.

c. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di ruang teratai 2 perhari pada tanggal 20 November 2019 adalah: Tabel
2.7 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


pasien pasien
Pagi Sore Malam

Total care 1 1 x 0,36 = 0,36 1 x 0,3 = 0,3 1 x 0,2 = 0,2

Partial care 2 2 x 0,27 = 0,54 2 x 0,15 = 0,3 2 x 0,10 = 0,2

Minimal care 5 5 x 0,17 = 0,85 5 x 0,14= 0,7 5 x 0,07 = 035

Total 8 1,75 1,3 0,75

Total tenaga perawat :

Pagi : 5 orang

Sore : 4 orang

Malam : 3 orang +

Total : 12 orang

11
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :

86 x 12
= 3,69 dibulatkan menjadi 4 orang

279

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.

7. Tabulasi Data Kuesioner PULTA Manajemen Keperawatan Diruang Teratai kelas II : Tabel
2.8 Tabulasi Kuesioner PULTA

Responden Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

Keterangan :
Ya :1
Tidak : 0

2.2.2 Bangunan, Sarana dan Prasarana ( M2/Material )

Penerapan proses praktika manajmen keperawatan mahasiswa Program StudiI lmu


Keperawatan Dian Husada Mojokerto, mengambil tempat diruang Teratai Kelas II RS Dian

12
Dian Husada. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 18-20 November 2019. Adapun
data yang didapatadalahsebagaiberikut :

2.2.1 Batas lokasi ruang Teratai kelas II

Lokasi ruangTeratai kelas II RS Dian Husada dengan batas –batas sebagai berikut :

1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang tulip


2) Sebelah barat berbatasan dengan parkiran
3) Sebelah utara berbatasan dengan ruanganggrek
4) Sebelah selatan berbatasan dengan ruang

Denah Ruang Teratai Kelas II

SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019

2.2.2 Data tempat tidur pasien

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 November 2019, didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur ruang Teratai kelas II adalah 12 tempat tidur

2.2.3 BOR ( Bed Occupancy Rate )


Penghitungan BOR ( Bed Occupancy Rate )

13
1. BOR pasien di Ruang Teratai Kelas II tanggal 18 - 20 November 2019 pagi jam 09.00
WIB
Table 2.9 BOR pasien di RuangTeratai Kelas II
NO Shift Tanggal Ruang Jumlah Bed BOR
18 November
1 Pagi 2019 Teratai 12 BEd
x 100% =
100%

19 November
2 Pagi 2019 Teratai 10 Bad
x 100% =
2 ( kosong ) 83.3%

20 November
3 Pagi 2019 Teratai 8 Bad x 100% =
4 ( kosong ) 66,6%

Jadi prosentase BOR di Ruang Teratai Kelas II pada tanggal 18 November 2019
pagi jam 09.00 WIB sebasar 100%, tanggal 19 November pagi jam 08.45 WIB sebesar
83,3%, dan tanggal 20 November jam 09.30 WIB sebesar 66,6%.

2.2.4 Kondisi Ruang Kerja Unit

Tabel 2.10Kondisi Ruang Kerja Unit Di Runag Teratai Kelas II RS Dian Husada pada
Tanggal 18 November 2019
NO. Kondisi Ruang Baik Retak Bocor Rusak
1. KondisiAtap √ - - -
(Plafon)
2. Kondisi Lantai √ - - -
3. Wastafel √ - - -
4. Tempat Sampah √ - - -
5. Meja √ - - -
6. Kursi √ - - -
7. Kondisi Dinding √ - - -

14
2.2.5 Peralatan dan Fasilitas

Tabel 2.11Alat-alat Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada


No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Pulse Oximeter 2 Baik
2 Blood Glucose Monitoring Sistem 1 Baik
3 Penlight 2 Baik
4 Reflek Hamer 1 Baik
5 Nebulezer 1 Baik
6 Resuscitator Set Dewasa 1 Baik
7 Resuscitator Set Anak 1 Baik
8 Resuscitator Set Bayi 1 Baik
9 Tensimeter 3 Baik
10 Termometer Digital 2 Baik
11 Termometer Air Raksa 1 Rusak
12 TermometerRektal 1 Baik
13 Torniquet 1 Baik
14 Jakson Rees Dewasa 0 -
15 Jakson Rees Anak 0 -
16 TromolKasaUkuranSedang 1 Baik
17 Patien Monitor 1 Baik
18 TroleyEmergensi 1 Baik
19 Oksigen Transport Set 1 Mobile
20 EcgMerk Mindray 1 Baik
21 Monitor Merk Mindray 4 Baik
22 SphygmomanomaterAnak 1 Baik
23 StetoscopeDewasa 3 Baik
24 StetoscopeAnak 1 Baik
25 X-Ray Viewer 1 Baik
26 Infus Pump 1 Baik
27 Syiring Pump 3 Baik
28 Bengkok 1 Baik
29 Flowmeter 15 Rusak 2

15
Tabel 2.12 Alat – Alat Non Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada
No Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Tempat Tidur Pasien (Bad) 12 Baik
2 Kasur Pasien 12 Baik
3 Almari Pasien 12 Baik
4 Standart Infus Di Tempat Tidur 12 Baik
Pasien
5 Ac 12 Baik
6 Troley Mayoo – Meja Mayoo 6 Baik
7 Korden 12 Baik
8 Keset 6 Baik
9 Tempat Sampah Non Infeksius 6 Baik
10 Kursi Panjang 12 Baik
11 Jam Dinding 6 Baik
12 Cermin 6 Baik
13 Tempat Sampah kamar mandi 6 Baik
14 Kursi Bakso 12 Baik
15 Portable standart Infus 12 Baik

Tabel 2.13 Investaris Alat Rumah Tangga


No Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Meja Panjang Besar 9 Baik
2 MejaPerawat 3 Baik
3 Telepon Extension 1 Baik
4 Almari KacaWarna Putih 2 Baik
5 Almari KacaWarna Hitam 1 Baik
6 Almari stainless 1 Baik
7 Lokerobat px 1 Baik
8 Televisi Merk Sharp 2 Baik

16
9 Perangkat Komputer 1 Baik
Keyboard 1
Power Supply Merk Power Up 1
Monitor Merk Lg 1
Cpu Merk Basic 1

10 Tempat Sampah 5 Baik


11 Spul Hock Box 1 Baik
12 Kursi Perawat 4 Baik
13 Keset 2 Baik
14 Dispenser Merk Cheers 1 Rusak
15 Galon Merk Cheers 1 Baik
16 Cooler Merk Honeywel 1 Baik
17 Troley Obat Portable Sentral Stainlist 0 Dialihkanke
IPRS 2
18 Troley Rawat Luka 1 Baik
19 Troley Biasa 1 Baik
20 Kulkas Merk Sharp 1 Baik
21 Safety Box 3 Baik
22 Bak Linen 2 Baik
23 Jam Dinding 2 Baik
24 Cermin 2 Baik
25 PapanTulis Set/ White Board 2 Baik
26 Hit Elektrik 1 Baik
27 Stella electric 4 Baik
28 BOX tempat instrument RL 2 Baik
29 Troleyobat besar 1 Baik
30 Printer canon 1 Baik
31 Laci obat plastic 3 set Baik

Tabel 2.14 Obat Emergency di RuangTeratai Kelas II RS Dian Husada


NO. Nama Obat Jumlah
CLOPIDOGREL 6

17
ISND 10
DEXAMETASON INJ 3
UROSEMIDE INJ 3
FARBIVENT 1
WFI 2
HIGH ALERT
ATROPIN INJ 10
UDOPA 1
DOBUTAMIN INJ 1
D40 INFUS 2
EPINEPHRIN INJ 5
LIDOCAIN INJ 5
D40 INF 2
VALISANBE INJ 1
VASCON INJ 1

2.2.6 Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan


1. Ruang kepala ruangan di Ruang Teratai ( tidak ada)
2. Kamar mandi
3. Ruang staf dokter di ruang Teratai ( tidak ada )
4. Nurse station Ruang Teratai berada di depan Ruang HCU
5. Ruang mahasiswa berada di sebelah timur Ruang HCU
2.2.7 RuangPenunjang
1. Ruang HCU ( High Care Unit )
2. Gudang ( tidak ada )
2.2.8 Administrasi Penunjang Recam Medic
1. Lembar Injeksi dan Obat Oral
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Teratai Kelas II pada tanggal 18-
20 November 2019 pada lembar injeksi dan obat oral (Lembar Medicasi),
didapatkan hasil data bahwa lembar obat ang ada dalam ruangan sudah ada dan
sudah tertulis pada masing-masing obat pasien yang ada dalam tiap
ruangannya aitu berupa lembar medika si terdiri atas identitas pasien ( nama

18
pasien, tanggal lahir, no RM, tanggal MRS, ruangan ), tanggal/jam, mana obat
dan dosis, jumlah obat,serah terima obat, aturan pakai, dan pemberian.
2. Lembar Observasi
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II sudah mempunyai lembar observasi TTV yang sesuai standart
dari ormat yang benar terdiri atas suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
3. Buku Laporan Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II buku timbang terima sudah ada dalam ruangan yang biasa
dipakai oleh perawat mempunyai format tabel yang terdiri atas ruang/kamar
identitas pasien (nama,umur, tgl pengkajian no RM, alamat jenis pembayaran),
penggantian tindakan (infus, NGT, DC,tanggal operasi), dokter diagnosa, advis
atau rencana tindakan lanjut ang berupa SOAP, operan sift (pagi, siang,
malam)
4. Buku SOP
Berdasarka hasil wawancara dengan kepala ruangan di dapatkan data
bahwa buku SOP di RS Dian Husada sudah ada dan dapat digunakan secara
keseluruan oleh semua ruangan di RS Dian Husada.
5. BukuKematian
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II di dapatkan hasil data bahwa buku kematian yang ada di
dalam ruangan sudah ada dengan format tabel yang terdiri dari nomor, nama,
umur, diagnosa, register,alamat, tanggal MRS, tanggal meninggal dan tanda
tangan.
6. BukuLaboratorium (tidakada )
7. BukuPenilaianPerawat( tidakada )
8. Buku CSSD ( tidakada )
9. BukuVisite( tidakada )
10. BukuDalin (tidakada )

2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3/Metode)

19
1. Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (Makp)
Model Asuhan Keperawatan (MAKP) adalah suatu sistem (struktut, proses dan
nilai-nilai) yang mungkin perawat profesional mengatur prmberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996). Unsur dasar dalam menentukan MAKP dapat didasarkan
pertimbangan yang sesuai dengan Visi dan Misi Institut, dapat diterapkan proses
asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan, efisien dan efektif penggunaan biaya,
terpenuhinya kepuasan klien, keluarga, dan masyarakat, kepeuasan kinerja kerja dan
MAKP-nya.
Menurut Grant & Massey (1997) ada 4 model MAKP yang sudah ada dan terus
dikembangkan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan yaitu MAKP
Fungsional, MAKP Kasus, MAKP Primer, dan MAKP Tim.
Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas dari
filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayananan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Metode Fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada ssat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemempuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervesi (misalnya merawat luka) keperawatan kepada semua
pasien di bangsal.
Dari hasil wawancara dan pengumpulam data yang dilakukan tanggal 18-20
November 2019 kepada Koordinator Ruangan Teratai Kelas II. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruangan Teratai Kelas II Bahwa Menggunakan
MAKP Fungsional dikarenakan keterbatasan ketenaga kerjaan, dengan Koordinator
Ruangan adalah seorang S1 Keperawatan,dengan pengalam kerja menjadi Perawat
Pelaksana (PP) selam 3 bulan di ruang Anggek, sebagai Penanggung Jawab (PJ)
selama 1 tahun di ruang Tulip, sebagai Kepala Ruangan (KARU) selama 1 setengan
tahun di ruang Tulip, dan sebagai Koordinator Ruangan dari bulan juni 2019 –
sekarang di ruang Teratai Kelas II, 2 orang S1 Keperawatan sebagai Penanggung
Jawab (PJ) dan 2 orang D3 Keperawatan sebagai Penanggung Jawab (PJ), 3 orang D3
Keperawatan sebagai Perawat HCU dan 1 orang S1 Keperawatan sebagai Perawata
HCU, 4 orang S1 Keperawatan sebagai Perawat Pelaksana (PP) dan 2 orang D3
Keperawatan sebagai Perawat Pelaksana (PP). MAKP Fungsional diterapkan dengan

20
adanya 4 Penanggung Jawab dimana setiap ada Peratwat Penanggung Jawab 1 orang,
Perawat HCU 1 Orang, Perawat Pelaksana1-2 Orang dan juga saling bertanggung
jawab/kondisional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Ruangan
Terarai Kelas II. Kepala Ruangan hanya dinas pada shif pagi sedangkan shif sore dan
malam ada Perawat penanggung Jawab dan Perawata Pelaksana 2 orang. Dimana
Pembagian tim di ruang Teratai Kelas II semua perawat bertanggung jawab di ruangan
tersebut mencangkup bed pasien kelas 2 terdiri 6 ruangan (28,29,30,31,32,33) dimana
setiap ruangan terdiri dari 2 bed.
Berdasarkan hasil kuisioner pada tanggal 18-20 November 2019 didapatkan 100%
perawat berpendapat bahwa MAKP yang digunakan di ruangan Teratai Kelas II adalah
MAKP Fungsional. Berdasarkan hasil kuisioner, didapatkan juga bahwa 91% perawat
berpendapat memahami asuhan keperawatan yang digunakan saat ini, 9% perawat
tidak memahami asuhan yang di gunakan saat ini, 82% perawat berpendapat job
desacription selama ini sudah jelas, 18% perawat berpendapat job desacription selama
ini belum jelas dan 73% perawat berpendapat model yang digunakan saat ini
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja bagi perawat, 27% perawat
berpendapat model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan memberikan beban
berat kerja bagi perawat
2. Timbang Terima
Overan atau timbang terima merupakan cara atau tehnik menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang
belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh Perawat Penanggung Jawab dinas pagi
kepada perawat Penaggung Jawab dinas sore / malam serta tertulis dan lisan
(Nursalam, 2012).Dokumentasi timbang terima di ruang Teratai Kelas II menggunakan
SOAP dan dokumtasi lainnya yang harus dipersiapakan oleh perawat yang bertugas
dengan membawa buku Timbang Terima, Buku TTV, RM pasien,dan alat tulis/catatan
masing-masing perawat.
Setelah dilakukan observasi dan angket timbang terima yang dilakukan diruang
Teratai Kelas II tanggal 19 November 2019 didapatkan hasil bahwa timbang terima
pasien dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada saat pergantian shif malam ke pagi

21
(Jam 07.00 WIB) pagi ke sore (Jam 14.00 WIB) dan sore ke malam (Jam 21.00 WIB)
dan setiap timbang terima dihadiri oleh seluruh perawat yang bertugas dan juga
koordinator ruangan kecuali untuk shif sore ke malam tanpa koordinator ruangan.
Timbang terima pasien dilakukan di ruangan nurse station lalu di lanjutkan dengan
validasi ruang perawatan pasien. Prinsip timbang terima di Ruangan Teratai Kelas II
bahwa pada dasarnya sudah sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu semua
pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan validasi ke pasien.
Timbang terima dimulai setelah breafing di ruangan oleh koordinator ruangan,
timbang terima di pimpin oleh perawat penanggung jawab yang sedang dinas dan akan
di operankan ke perawat penanggung jawab yang akan dinas. Isi pelaporan timbang
terima kurang lengkap yang terdiri dari identitas ruangan, pasien (nama, DPJP,
diagnosa, kondiri pasien saat ini, intervensi yang sudah diberikan, dan rencana
tindakan, TTV, respon pasien, terapi) penggantian tindakan (infus, NGT, DC, Tanggal
Operasi), belum cukup lengkap seharusnya timbang terima berupa jumlah pasien,
umur, jenis pembayaran, alamat, sudah berapa hari di rawat.
Setelah dilakukan pelaporan proses timbang terima kemudian dilakukakan
validasi ke pasien meliputi Koordinator Ruangan, Perawat Penanggung Jawab, Perawat
HCU dan Perawat Pelaksana Kecuali pada dinas shif sore ke malam tanpa di dampingi
Kapala Ruangan dikarenakan Koordinator Ruangan hanya dinas pagi hari. Setelah
proses timbang terima ada conference antara perawat pelaksana dimasingmasing shif.
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan di buku timbang terima yang sudah di
sediakan oleh ruangan. Tanda tangan yang tercantung di buku timbang terima hanya
ada tanda tangan perawat yang menulis di buku tersebut.
Berdasarkan hasil kuesioner dari tanggal 18-20 November 2019 di Ruang Teratai
Kelas II di dapatkan 82% perawat berpendapat yang memimpin kegiatan overan yaitu
perawat, 18% perawat berpendapat yang memimpin kegiatan overan yaitu kepala
ruangan, 100% perawat tau apa saja yang harus disampaikan dalam pelaporan overan,
100% perawat berpendapat overan dilaksanakan tepat waktu, 100% perawat
berpendapat overan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan, 45% perawat
berpendapat tidak ada interaksi dengan pasien saat overan berlangsung 55% perawat
berpendapat ada interaksi dengan pasien saat overan berlangsung.

22
Gambar 2.1Alur Timbang Terima Ruang Teratai Kelas II Rs Dian Husada.

3. Ronde Keperawatan
Ronde yaitu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer, perawat pelaksana, konselor, kepala ruangan, dan
seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan. Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktek
keperawatan (Nursalam, 2012).
Dari Hasil Pengkajian pelaksanaan Ronde keperawatan di ruang Teratai Kelas II
bahwasannya tidak dilakukan Ronde Keperawatan dikarenakan dalam mengumpulkan
beberapa anggota Tenaga kesehatan lainnya seperti Farmakologi, Dokter, Ahli Gizi
dikareenakan keterbatasan waktu dari setiap peran.
Adapun krtiteria/karakteristik ronde keperawatan yang sesuai teori adalah :
1. Pasien dilibatkan secara langsung fokus kegiatan
2. Pasien merupakan fokus kegiatan dalam meningkatkan
3. Katim, PA, dan konselor melakukan diskusi bersama
23
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemempuan katim, PA dalam mengatasi
masalah.

Salah satu kendala pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Teratai Kelas II tidak
dilakukan karena mayoritas perawat belum memahami tentang ronde keperawatan itu
sendiri, waktu tidak memungkinkan dilakukann ronde keperawatan. Padahal
sebenarnya ada kesempatan untuk dilakukan ronde keperawatan di Ruang Teratai
Kelas II, karena:

1. Adanya mahasiswa praktek manajememen keperawatan salah satunnya membahas


pada M3 (Metode) yaitu Ronde keprawatan.
2. Adanya kesempatan dari Kepala Ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan
dan banyaknya kasus medik yang membutuhkan perhatian ksusus.

Berdasarkan hasil kuesioner dari tanggal 18-20 November 2019 di Ruang Teratai
Kelas II di dapatkan 82%perawat berpendapat sebagian besar perawat diruang internal
dan bedah mengerti ronde keperawatan 18% perawat berpendapat sebagian besar
perawat diruang internal dan bedah belum mengerti adanya ronde keperawatan, 36%
perawat berpendapat melaksanakan ronde keperawatan diruangan ini telah optimal
64% perawat berpendapat melaksanakan ronde keperawatan diruangan ini belum
optimal, 18% perawat berpendapat ronde keperawatan dilaksanakan dalam 1 bulan
82% perawat berpendapat ronde keperawatan tidak dilaksanakan dalam 1 bulan, 45%
perawat berpendapat tim pelaksana dalam kegiatan ronde keperawatan telah di bentuk
55% perawat berpendapat tim pelaksana dalam kegiatan ronde keperawatan belum di
bentuk dan 45% perawat berpendapat tim yang dibentuk telah mampu melaksanakan
kegiatan ronde keperawatan dengan optimal 55% perawat berpendapat tim yang
dibentuk telah mampu melaksanakan kegiatan ronde keperawatan belum optimal

4. Supervisi
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas tugas kegiatan yng telah
ditetapkan secara efisien dan efektif ( sudjana, 2004). Arief (1987) merumuskan
supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai
dengan proses dan hasil yang diharapkan. Supervisi keperwtan adalah kegiatan

24
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Dipkes,2000).
Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai 100%
perawat berpendapat mengerti tentang supervise,91% perawat berpendapat supervisi
telah dilakukan diruanan Teratai,dan 82% selalu ada feed back dari supervisor untuk
setiap tindakan Saat dilakukan wawancara kepada perawat menyatakan bahwa
supervisi tindakan asuhan keperawatan belum ada, dan supervisi askep juga belum ada
diakibatkan keterbatasan waktu.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di Ruang Teratai ysng
dilakukan pada tanggal 18-20 november 2019, supervise diruangan dilakukan rutin
setiap hari dimana waktunya adalah pada sore hari untuk Tim dari supervise ini sendiri
ada 5 orang kepala ruangan yang ditugaskan untuk melakukan supervise dari masing-
masing ruangan dari kepala ruangan (IRJ,UGD,TULIP,DAHLIA,dan TERATAI)
Supervise ini hanya mencari apakah ada masalah dari tiap-tiap ruangan, maka akan
dibahas bersama untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut. Hal- hal
yang disupervisi adalah salah satunya tentang jumlah px, jumlah Bad, jumlah Perawat
Ruangan dan permasalahan yang ada di ruangan. Untuk supervise asuhan keperawatan,
tindakan keperawatan, status pasien,discharge planning, timbang terima, kebersihan
dan kinerja adtibut masih belum dilakukan supervise. Untuk supervise sentralisasi obat
dilakukan 1minggu sekali oleh kepala farmasi

25
Gambar 2.2Alur Supervisi di RS Dian Husada Mojokerto

Keterangan kegiatan supervise delegasi &supervise

SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019

5. Discharge Planning
Discharge Planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien, sebelum
keluar dari rumah sakit yang dimulai dari rumah sakit yang dimulai dari
mengumpulankan data sampai dengan masuk area perawatan yang meliputi
pengkajian, rencana perawatan, implementasi, evaluasi ( Fisbach,2004). Discharge
Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian kebutuhan klien
tentang perawatan kesehatan di luar rumah sakit, disertai dengan kerjasama dengan
klen dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana-rencana perawatan setelah
perawatan di RS ( Brunner & Suddart, 2002)
Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai Kelas
II100% perawat berpendapat telah melakukan discharge planning,dan sudah
melakukan pendokumentasian dari discharge planning yang sudah dilakukan.
Berdasarkan pengkajian wawancara dengan KARU yang dilakukan pada tanggal
18-20 november 2019 Discharge Planning di Ruangan Teratai kelas II dilakukan
secara optimal pada semua pasien yang menjalani rawat inap oleh perawat dan dokter
yang ada pada ruangan,setiap pasien yang akan pulang dilakukan discharge planning
bersama perawat dan juga dokter yang jaga pada hari tersebut. Beberapa kendala dari
kegiatan ini belum tersedianya leaflet untuk discharge planning, ada leaflet tetapi
hanya dari pihak ahli gizi tentang Diet.
PX MRS
25

Dokter tim KARU/ KATIM PJ dan PA


kesehatan lain

Keadaan Px

- Klinis dan pemeriksaan


penunjang
- Tingkat ketergantungan px

Perencanaan pulang /
Discharge Planning

Adminitrasi Farmasi

Program HE:

- Penjelasan sekilas
tentang sakit Px

Dokumen Discharge planning

Px KRS

Gambar 2.3Alur perencanaan Discharge Planning Di Ruang Rawat Teratai RS Dian


Husada Mojokerto (Sumber:

27
SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019
6. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2007).
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan Farmasi didapatkan bahwa
sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II ada kolektif dan umum, pengelolahan
sentralisasi obat diruang Teratai adalah dilakukan dengan modifikasi, untuk pasien
BPJS ( BPJS PBI dan BPJS non PBI), umum,ansuransi. Baik obat oral maupun injeksi
telah dilakukan sistem sentralisasi dimana prakteknya menggunakan UDD (unit
disentralisasi drugs). Alur sentralisasi obat Rawat inap adalah obat diresepkan oleh
dokter kemudian diserahkan oleh perawat, setelah itu resep diberikan ke depo farmasi.
Kemudian farmasi mengantar ke perawat dalam kemasan perdosis pemberian.setelah
obat sudah diterima baru ke keluarga pasien. Dan untuk lembar serah terima obat
hanya dimiliki oleh depo farmasi yang ditanda tangani oleh perawat. Sedangkankan
untuk penjelasan obat ke keluarga hanya dilakukan pada pasien UMUM jika ada obat
yang harganya lebih dari Rp.200.000,- Sedangkan untuk Alur sentralisasi obat Rawat
Jalan adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke perawat, setelah itu
resep diberikan ke depo Farmasi. Setelah itu obat di berikan ke keluarga pasien
dengan di sertai KIE. Setelah itu berdasarkan resep obat yang diserahkan ke keluarga
dalam kemasan perdosis, dengan tanda bukti lembar serah terima obat apa saja yang
sesudah diberikan kepada keluarga pasien, maka keluarga pasien atau pasien diminta
untuk tanda tangan pada form pemberian obat. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa
obat benar-benar diberikan kepada pasien.
Berdasarkan observasi dan juga menanyakan pada perawat dan farmasi,obat
setiap pasien sesuai dengan saran dokter, sedangkan dalam pengelolahan maupun
pendistribusian dilakukan oleh perawat. Dalam pelaksanaannya di Ruang Teratai kelas
II obat yang sudah diresepkan oleh dokter diserahkan pada perawat dan kemudian
untuk dibawah ke depo farmasi oleh depo farmasi setelah dilakukan dokumentasi obat-
obat tersebut (untuk masing-masing pasien) diserahhkan kepada perawat untuk sehari
penuh. Setelah itu, obat yang sudah disiapkan tersebut di koreksi kembali sesuai
dengan pasien masing-masing meliputi dosis dan waktu pemberian juga identitas
(nama pasien yang mendapat obat tersebut). Hal tersebut dilakukan sesuai dengan
masing shiff setiap harinya. Dari pelaksanaan dari sentralisasi tersebut, hal yang belum

28
dilakukan secara efektif adalah belum adanya informed consend mengenai proses
sentralisasi yang dilakukan dari depo pada perawat setelah keluarga menyerahkan
resep pada depo. Keluarga mendapatkan penjelasan mengenai fungsinya terkait
keadaan pasien.Pelaksanaan sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II dilakukan
dengan baik sesuai dengan teori UDD. Dalam hal ini inform consend sentralisasi obat
kepada pasien juga sudah dilakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara 18-20 november 2019 didapatkan data sebagai
berikut:

BPJS ( BPJS PB I dan


BPJS non PBI ),u mum , Resep Dokter
Ansurasi

Keluarga Perawat Farmasi Perawat

Gambar 2.4Alur Sentralisasi obat di Ruang Rawat Inap Teratai kelas II RS Dian Husada

SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019


BPJS ( BPJS PBI dan
BPJS non PBI ),umum, Resep Dokter
Ansurasi

Keluarga Farmasi Perawat

Gambar 2.5Alur Sentralisari Obat Pasien Rawat Jalan

SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019


7. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
komprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu
kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan adanya
suatu upaya perencanna tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai
pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum yang dlakukan sesuai standart

29
maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu kepercayaan pasien terhadap
pelayanan suatu rumah sakit. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan
fungsi perawat dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah dengan melakukan proses
penerimaan pasien baru sesuai standart. Dengan harapan adanya faktor pengelolaan
yang optimal mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanaan
keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasen terhadap pelayanan
keperawatan.
Ruang Teratai Kelas II hampir setiap harinya mendapatkan pasien baru.
Berdasarkan hasil informasi dari kepala ruangan yang kami lakukan, proses
penerimaan pasien baru yang datang di ruang ini, sudah dilakukan penerimaan pasien
baru. Alur dari penerimaan pasien baru di sini adalah pertama perawat jaga Ruangan
Teratai kelas II mendapatkan informasi via telfon dari ruangan IGD/POLI/ dari ruang
rawat inap lainnya, kemudian perawat jaga ruangan teratai menyiapakan tempat tidur
ataun kamar pasien sesuai permintaan pasien apakah pasien memilih umum atau bpjs,
di sesuaikan kelas (kelas I, kela II, kelas III dan VIP, VVIP), dan yang mengantarkan
pasien ke ruang Teratai Kelas II yaitu perawat jaga dan keluarga pasien, setelah itu
keluarga pasien di panggil ke ners station untuk menandatangani lembar pasien masuk
rumah sakit, lembar rawat inap dan memberitahukan dokter yang bertanggung jawab.
Sebelum keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru, perawat jaga
Ruang Teratai Kelas II meperkenalkan diri kapada keluarga pasien dan menjelaskan
fasilitas, peraturan, cara menekan bel, dan mengorientasikan ruangan yang ada di
ruang Teratai Kelas II secara lisan dan perawat lainnya melakukan anamnesa keluhan
pasien kepada pasien dan melakukan TTV.
Adapun sarana prasarana yang dibutuhkan dalam penerimaan Pasien Baru
menurut teori yaitu :
1. Lembar pasien masuk Rumah Sakit
2. Lembar dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan
3. Nursing kit
4. Lembar informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tingkat kepuasan pasien
6. Kartu penunggu pasien
Jika melihat sarana prasarana yang dibutuhkan seperti teori di atas, di Ruang
Teratai Kelas II sudah terdapat lembar pasien masuk RS, selain itu lembar pengkajian
asuhan keperawatan, lembar serah terim pasien baru, lembar informconsen sentralisasi

30
obat, lembar tingkat kepuasan pasien, kartu penunggu pasien, kartu parkir (Free 3
hari), dan surat persetujuan untuk dirawat.
Berdasarkan hasil kuisiner yang diberikan kepada perawat Ruang Teratai II
didapatkan bahwa 100% perawat mengatakan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib. Dan juga
didapatkan 100% perawat mengatakan melaksanakan prosedur penerimaan pasien secara
tepat dan tidak berbelit-belit. Dan juga di dapatkan 100% perawat mengatakan perawat
memeperkenalkan diri kepada pasien, dan keluarga, memberitahu dokter yang
bertanggung jawab.

Tersedia Format Penerimaan Pasien Baru Memuat:

1. Format Serah Terima Pasien Ruangan


- Biodata pasien meliputi: Nama, Alamat, Tgl lahir/Umur, No RM
- Asal ruang perawatan / RS
- Ke ruang perawatan / RS
- Tanggal / jam serah terima
- TT dan nama perawat yang menyerahkan
- TT dan nama perawat yang menerima
- Diagnosa
- Dokter penanggung jawab
- Perawat penanggung jawab pasien
- Tindakan medis ysng telah diberikan
- Terapi yang telah diberikan
- Sisa obat yang diserahkan
- Intervensi keperawatan yang telah diberikan
- Pemeriksaan penunjang medis yang telah diberikan
- Periksaan tanda-tanda vital saat serah terima meliputi: Tekanan darah, GCS,
Nadi, Pernafasan, Suhu badan
- Catatan khusus
2. Peraturan di Ruang Teratai tidak tersedia format hanya saja di berikan lewat
komunikasi langsung
3. Format Informasi Hak Pasien Dan Keluarga
- Standar prosedur operasional meliputi: Tanggal terbit, TT dokter yang
menangani pasien
31
- Pengertian: pemberian kepada pasien dan keluarga tentang hak dan
kewajibannya dalam memperoleh pelayan di RUMAH SAKIT DIAN
HUSADA MOJOKERTO
- Tujuan: untuk memberikan penjelasan hak dan kewajiban pasien dan keluarga
dalam memperoleh pelayanan - Kebijakan:
1) Pemberian informasi hak dan keluarga selalu diberikan saat admisi oleh
pasien dan keluarga melalui lembar hak dan kewajiban pasien dan
keluarga (RM 01)
2) Bila ada penjelasan yang tidak dipahami pleh pasien dan keluarga, maka
petugas menjelaskan yang di butuhkan pasien sesuai dengan haknya.
- Prosedur:
1) Ucapkan salam.
2) Pastikan identitas pasien.
3) Berikan informasi yang sebenar-benarnya kepada pasien dan keluarga atas
keadaan yang dialami pasien.
4) Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang hak dan
kewajibannya dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit.
5) Pastikan kembali pasien dan keluarga memahami tentang hak dan
kewajibannya di rumah sakit.
6) Dokumentasikan dalam rekamedik pada lembar hak dan kewajiban pasien
dan keluarga (RM 01)
7) Mintakan tanda tangan pasien yang telah di beri informasi dan petugas
admisi yang memberikan informasi. - Unit terkait
1) Bagian pendaftaran
2) Instalasi gawat darurat
4. Format Persetujuan Tindakan Dokter
- Biodata pasien meliputi: Nama, Alamat,Tgl lahir / Umur, No RM -
Pemberian informasi meliputi:
• Dr. Penanggung jawab
• Pemberi informasi
• Jenis informasi
• Isi informasi
- Persetujuan tindakan medik

32
• Biodata keluarga meliputi: Nama, Umur, Alamat, Telepon / HP, No KTP /
SIM, Pekerjaan, jenis kelamin
• Biodata pasien meliputi: Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, No register,
No rekam medis, Ruang perawatan
Tanda tangan: saksi dan pemberi persetujuan

Gambar 2.6 Gambar Alur Penerimaan pasien Baru

DP JP, PPJA dan PPA lainnyaharus memperkenalkan diri saat


pertama kali bertemu pasien

Mengucapkan salam dan menyapa pasien sesuai identitas pasien

Memperkenalkan diri sesuai jabatan dan wewenangnya

Menyampaikan tujuan tindakan yang akan dilakukan

33
Melakukan tindakan jika ada persetujuan dari pasien

Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

Berikan salam untuk meninggalkan pasien

Gambar 2.7Alur Cara Perkenalan Diri Ke Pasien Di Ruang Teratai Kelas II

8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat informasi yang di
butuhkanuntuk menentukan diagnosis keperawatan, menyususn rencana keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis,
valid, dan dapat dipertaggung jawabkan. Jadi dapat di simpulkan pendokumentasian
adalah sebagai informasi mencakup aspek biologis, psoikologis, sosial, dan spiritual
yang terjadi setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh serta
informasi disusun secara sistematis, dalam suatu format yang telah disetujui dan dapat
dpertanggung jawabkan secara moral maupun hukum.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan medical record (status) didapatkan
pendokumentasian yang berlaku di Ruang Teratai Kelas II adalah sistem SOR
(Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dokter, perawat, ahli gizi dan lai-lain.
Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh status pasien yang ada, didapatkan:
Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan pendokumentasian
mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan utama, data subjektif, dataobjektif,
intervensi keperawatan sudah ada formatnya sehingga perawat pelaksana tinggal
mengisi dengan cara cawang atau contreng dengan persistem dan menulis SOAPI.
Tindakan keperawatan dan evaluasi namun dalam pelaksanaannya, dokumentasi pada
implementasi hanya berisi jawaban instruksi dokter/tindakan kolaboratif.
Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada perawat Ruang Teratai Kelas
II didapatkan 100% perawat mengatakan model dokumentasi keperawatan yang
digunakan di ruang tersebut menggunakan SOR, dan didapatkan 100% perawat
mengatakan sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar, dan
didapatkan 45% perawat mengatakan model dokumentasi yang digunakan saat ini

34
menambah beban kerja perawat, dan 55% perawata engatakan model dokumentasi
yang digunakan menambah beban kerja perawat, dan juga didapatkan 27% perawat
model dokumentasi yang digunakan saat ini menyita waktu perawat, dan 77%
perawata mengatakan model dokumentasi yang digunakan saat ini tidak menyita waktu
perawat.
Tabel 2.15 bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di Ruang Teratai Kelas II,
yaitu:
No URAIAN BAGAN SUMBER
1. Lembar penerimaan pasien baru, lembar pernyataan IGD, Perawat
persetujuan (RM 1) atau penolakan

2. Lembar masuk dan keluar rumah sakit (RM 2) Dokter


3. Lembar sebab kematian (RM 3) Dokter
4. Lembar penempelan surat (MRS, rujukan dll) (RM 4) Perawat
5. Lembar riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik (RM Dokter
5)
6. Daftar masalah (RM 6) Dokter
7. Lembar cacatan kemajuan (perjalanan penyakit) (RM Dokter
7)
8. Lembar instruksi dokter dan laporan perawat (RM 8) Perawat, Dokter
9. Lembar penempelan hasil pemeriksaan penunjang Perawat, Dokter
(RM 9)
10. Lembar konsultasi (RM 10) Perawat, Dokter
11. Lembar daftar pengamatan intensif (RM 11) Perawat
12. Lembar grafik suhu (RM 12) Perawat
13. Lembar discharge summary (ringkasan penyakit) Dokter
(RM 13)
14. Lembar penolakan tindakan (RM 14) Perawat

35
2.4. Pembiayaan (M4/Money)

Rincianuntukpembiayaanruangteratai 2
diperolehdariberbagaisegmenyaitu :biayasendiri (pasienumum) dan BPJS (PBI dan
non PBI), dan KSO
(Kerjasamadenganperusahaan).

Jumlahpasien di ruangrawatinapteratai 2

Senin, 18 November 2019. Total 11 pasien, 7 pasien BJPS, 4 pasienumum

Selasa, 19 November 2019. Total 10 pasien, 6 pasien BPJS, 4 pasienumum

Rabu, 20 November 2019. Total 8 pasien, 4 pasien BPJS, 4 pasienumu

Gambar 2.7 ALUR PASIEN UNTUK PERAWATAN DI RSDH

36
SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019
Biayaperawatan yang berlakusaatinisesuaidengankelas perawatan di ruang Ruangteratai 2
teratai 2.Adalahwilayahperawatankelas 2.

Tabel 2.16TarifKamarRuangteratai II RS Dian HusadaTahun 2019


No Jenis Tariff

1. SewaKamarKlas 2/Teratai 225.000

Tabel 2.17TarifJasaMedisRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019

No Jenis Tarif
1. VisiteDokterUmumKlas 2 50.000
2. VisiteDokterSpKlas 2 80.000

Tabel 2.18TarifAsuhanKeperawatan per hariRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


No Jenis Tarif Jasa RS
1. AsuhanKeperawatanKlas 2 80.000 80.000

Tabel 2.19TarifTindakanMedisRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


No Jenis Tariff
1. Injeksi articular Dr Spesialis 180.000
2. InjeksiintraarticularDr Umum 132.000
3. InjeksiVarises 180.000
4. Insulin per unit 1,200
5. GDA 20.000
6. Rawat Luka 100.000
7. Pasanginfuse 42.000
8. Lepasinfuse 18.000
Lepas Catheter 18.000
9. Oksigen 6000/liter/jam
10. ECG 72.000
11. Pasang NGT 60.000

37
12. Nebulizer 42.000
13. MemberikanSuppositoria 12.000
14. Aff Drain 42.000
15. Aff Tampon 42.000

Tabel2.20TarifAdministrasiRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


NO JenisTindakan Tarif
1. Administrasi 1 – 3 hari 100.000
2. Administrasi 4 – 5 hari 125.000
3. Administrasi> 6 hari 150.000
Tabel2.21Tarif BHP (BarangHabisPakai)Ruang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019
NO JenisTindakan Tarif
1. BHP Cleansing Enema 3000
2. BHP Injeksi articular DrSpesialis 18.000
3. BHP Injeksiintraarticular DrUmum 18.000
4. BHP InjeksiVarises 18.000
5 BHP KumbahLambung 6000
6. BHP lepasinfuse 6000
7. BHP lepaskateter 6000
8. BHP pasangkateter 6000
9. BHP pasang infuse bayi/balita 3000
10. BHP pasang infuse dewasa 3000
11. BHP GDA 2000
12. BHP Rawat Luka Besar 24.000
13. BHP Rawat Luka Dobelmalumen 24.000
14. BHP Rawat Luka dr. Spesialis 24.000
15. BHP Rawat Luka Kecil 12.000
16. BHP Rawat Luka Sedang 18.000
17. BHP Pemakaian Suction 6000
18.. BHP Pasang NGT 6000
19. BHP ECG 6000
20. BHP Memberikanobatsupositoria 3000
21. BHP Aff Drain 6000
38
22. BHP Aff Tampon 2000
23.. BHP kumbahlambung 6000

Tabel 2.22TarifSewaAlatRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


NO Tarif
1. Sewa ECG Monitor 108.000
2. SewaAlatPemakaian Suction 75.000
3. SewaPasien Monitor 100.000
4. Sewa Syringe Pump 100.000
5. Sewa Infuse Pump 100.000

Tabel 2.23TarifLaboratRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


NO Jenis Tarif
1. DarahLengkap 65.000
2. BUN 35.000
3. Creatinin 35.000
4. HDL 35.000
5. Chol Total 35.000
6. TG 35.000
7. LDL 35.000
8. Uric Acid 40.000
9. SGOT 35.000
10. SGPT 35.000
11. Bil D 30.000
12. Bil Total 30.000
13. BilIndirec 30.000
14. Albumin 30.000

15. Globulin 60.000


16. Total Protein 30.000
17. Glukosapuasa 20.000
18. Glukosa 2pp 20.000

39
19. Glukosasewaktu 20.000
20. Urine Lengkap 30.000
21. FaesesLengkaap 30.000
22. Na, K , Cl, Cal, PH 225.000
23. Widal 30.000
24. Ig G/M Dengue 120.000
25. Malaria 72.000
26. TB ICT 210.000
27. BTA SPS A 144.000
28. BTA SPS B 192.000
29. Plano Test 15.000
30. Bleeding time 15.000
31. Cloting time 15.000
32. PPT 84.000
33. APTT 84.000
34. BGA 480.000
35. HbsAg 70.000
36. Anti Hbs 84.000
37. Anti HCV 125.000
38. HIV 70.000
39. Spermaanalisis 120.000
40. Ig G M thyphoit 100.000
41. NarkobaAmpetamin 60.000
42. NarkobaCoccaine 60.000
43. GolDarah ABO 20.000
44. GolDarahResus 20.000
45. Hormone T 3 174.000
46. Hormon T 4 174.000
47. FT 4 190.000
48. FSH 282.000
49. LH 288.000
50. TSHS 180.000
51. CA- 125 420.000

40
52. CA 15-3 384.000
53. CEA 210.000
54. Total PSA 282.000
55. Free PSA 324.000
56. HDT 110.000
57. ANA Screen 400.000
58. CK-MB 144.000
59. Troponin 1 426.000
60. KulturDarah 330.000
61. Kultur Urine 330.000
62. Kultur Pus 330.000
63. KulturJaringan 330.000
64. KulturFaeses 330.000
65. PA kecil 470.000
66. PA Sedang 540.000
67. PA Besar 600.000
68. PA Ekstrabesar 770.000
69. Clini Test 138.000
70. Floating Test 138.000
71. Benzidine (darahsamar) 138.000
72. AFP 216.000
73. B – Hcg 270.000
74. HBA 1 C 180.000
75. Serum Iron (S1) 105.000
76. TIBC 110.000
77. FNAB 710.000

Tabel 2.24TarifRadiologiRuang Teratai II RS Dian HusadaTahun 2019


No Jenis Tariff
1. ANKLE JOINT AP/LAT 120.000
3 ANTEBRACHII AP/LAT 120.000
4 APPENDICOGRAM 630.000
5 BOF 175.000

41
6 CALCANEUS AP/LAT 120.000
7 CERVICAL AP/LAT 120.000
8 CLAVIKULA 120.000
9 CRURIS AP/LAT 120.000
10 EISLER D/S 120.000
11 ELBOW AP/LAT 120.000
12 FEMUR AP/LAT 150.000
13 GENU AP/LAT 120.000
14 HUMERUS AP/LAT 120.000
15 IVP STANDART/TANPA OBAT 675.000
16 BOF/LLD 325.000
17 LS AP/LAT 210.000
18 MANUS AP/LAT 120.000
19 MASTOID D/S 210.000
20 OS COXAE 120.000
21 OS NASAL 175.000
22 OS SACRUM 120.000
23 PEDIS AP/LAT 120.000
24 PELVIS 120.000
25 SCAPULA 120.000
26 SHOULDER 120.000
27 SKULL AP/LAT 175.000
28 TEMPORO MANDIBULA 210.000
29 THORAX AP/PA 100.000
30 THORAX AP/RLD 200.000
31 THORAX PA/LAT 200.000
32 TL AP/LAT 210.000
33 WATERS 120.000
34 WRIST 120.000
35 USG 4D 400.000
36 USG ABDOMEN 400.000
37 USG KANDUNGAN PX UMUM 180.000
38 USG KANDUNGAN PX BPJS 150.000

42
39 USG MAMAE 350.000
40 USG TESTIS 350.000
41 USG KEPALA 350.000
42. USG THYROID 350.000
43. USG UROLOGI 350.000
44. USG TRANSVAGINA 150.000

2.7 Pemasaran (M5/Mutu)

M5 - Mutu

Rumah Sakit Dian Husada Mojokerto merupakan salah satu sarana kesehatan,
mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan kesehatan yang bertugas menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien, selain itu Rumah
Sakit Dian Husada Mojokerto berakreditasi D+ juga sebagai tempat praktek bagi mahasiswa
perawat memandang perlu untuk terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang telah
ada menjadi lebih baik.

Mutu Pelayanan Keperawatan

Ruang Teratai kelas II telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,
dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai beriku :

1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan 18 Nvember 2019 mengenai tata
laksana keselamatan pasien untuk melaksanakan kegiatan sesuai sasaran
keselamatan pasien di rawat inap ruang teratai kelas II adalah sebagai berikut :
1) Semua petugas kesehatan yang ada di ruang teratai kelas II melakukan
identifikasi dan komunikasi efektif dengan benar : mencocokkan identitas
pasien dengan cara mengecek gelang pasien dengan mencocokkan nama
pasien, tanggal lahir, nomer rekam medik

Semua pasien yang menjalani rawat inap wajib dipakaikan gelang


identitas, untuk macam gelang identitas sebagai berikut:

1. Gelang warna biru : digunakan pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki

43
2. Gelang warna merah muda : digunakan pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan
3. Gelang warna kuning : digunakan pada pasien dengan resiko jatuh
4. Gelang warn amerah :mdigunakan pada pasien dengan resiko alergi

2) Petugas memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dari tindakan yang


dilakukan
3) Memastikan pasien yang akan dilakukan tindakan benar pasien tersebut
4) Melakukan Pemasangan pendamping tempat tidur
5) Memberi gelang kuning bila pasien resiko jatuh, dan gelang merah bila pasien
alergi obat
6) Bila melakukan tindakan injeksi harus dilakukan pengecekan ganda dengan teman
sejawat, dan harus memperhatikan 7 tepat yaitu; tepat obat, tepat pasien, tepat
dosis, tepat rute, tepat jam pemberian, tepat cara pemberian
7) Bila ada obat yang termasuk High obat Alert maka obat harus diberi etiket merah
yang bertuliskan High Alert

3. Keselamatan Pasien dan Petugas

Untuk keselamatan pasien dan petugas tidak kalah pentingnya melakukan cuci tangan
dengan benar, ada 6 langkah mencuci tangan dengan handwash dan hand rub yang diterapkan
di RS Dian Husada Mojokerto.

Cuci tangan dengan hand wash :

1) Basuh tangan dengan air


2) Tuangkan sabun/ hand rub secukupnya
3) Ratakan dengan kedua telapak tangan dengan Gerakan memutar
4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
5) Gosok kedua telapak tagan dan sela-sela jari
6) Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan dengan telapak tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
9) Bilas kedua tangan dengan air

44
10) Keringkan dengan handuk/tissue sekali pakai sampai benar-benar kering
11) Gunakan handuk/tissue tersebut untuk menutup kran

Ada 5 moment cuci tangan yaitu :

1) Sebelum melakukan tindakan


2) Sesudah melakukan tindakan
3) Sesudah menyentuh cairan tubuh pasien
4) Sebelum/sesudah tindakan asepsis
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien

Berdasarkan data observasi dari ruang Teratai II mengenai jumlah petugas yang patuh
dalam melakukan cuci tangan pada 18 – 20 November 2019 didapatkan hasil sebagai
berikut :

Table 2.25 Jumlah petugas yang patuh dalam melakukan cuci tangan di Ruang Teratai II
antara 18 – 20 November 2019

Hari/Tanggal Jumlah petugas yang Jumlah %


petugas
melakukan
yang patuh dalam
cuci tangan cuci tangan
18 – 12 - 2019 15 15 100%
19 – 12 – 15 15 100%
2019
20 – 12 – 15 15 100%
2019
Jadi, hasil dari observasi petugas yang patuh dalam melakukan patuh cuci tangan dari 15
petugas ruang Teratai II 100% .

4. Angka Kejadia Jatuh

Berdasarkan data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II angka insiden pasien
jatuh yang di hitung dari tanggal Oktober 2019 sebesar

Tabel 2.26 Angka insiden pasien jatuh di ruang Teratai II Oktober 2019
Oktober

45
Angka Insiden Pasien 0
Jatuh

Dari data pengkajian yang diperoleh dari koordinator ruanganbulan Oktober 2019
menggunakan angket penilaian resiko jatuh pasien dewasa skala morse fall scale yang
disebarkan secara acak kepada pasien di ruang Teratai II di dapatkan :

Tabel 2.27 Data penilaian resiko jatuh pasien dewasa skala morse fall scale Oktober 2019
No Resiko Jatuh Oktober 2019
Frekuensi (%)
1 Resiko tinggi 0 0%
2 Resiko rendah 0 0%
3 Tidak Beresiko 108 100%

Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai penilaian resiko jatuh
pasien adalah Tidak Beresiko dengan frekuensi 108 prosentase 100%.

5. Kesalahan Pengobatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari koordinator ruanganangka KTD dalam pemberian obat
bulan Oktober 2019

Tabel 2.28 Angka Insiden pemberian obat di Ruang Teratai II Oktober 2019
Oktober
Angka Insiden Kesalahan Pemberian obat 0
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
kesalahan pemberian obat pasien adalah 0 (nol).

6. Angka kejadian Flebitis

Menurut data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II angka insiden Flebitis
antara

Tabel 2.29 Angka kejadian Flebitis di Ruang Teratai II


Oktober
Angka Insiden Flebitis 0

46
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
Flebtis pasien adalah 0 (nol)

Menurut pengkajian yang dilakukan pada Oktober 2019 menggunakan angkat


penilaian Flebitis menggunakan VIP Score (Visual Infusion Flebitis Score) yang disebarkan
acak kepada pasien di ruang Teratai II bahwa di dapatkan hasil :

Tabel 2.30 Data Penilaian Flebitis Menggunakan VIP Score (Visual Infusion Flebitis Score)
di Ruang Teratai II tanggal Oktober 2019
Frekuensi Presentasi
Tidak ada tanda flebitis 108 100%
Tahap awal flebitis 0 0%
Awal trombo flebitis 0 0%
Stadium lanjut tromboflebitis 0 0%
Total 0 0%

Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai penilaian flebitis
menggunkan Vip Score (Visual Infusion Flebitis Score) adalah tidak ada tandan flebitis
frekuensi 108 prosentase 100%, tahap awal flebitis frekuensi 0 presentasi 0%, awal trombo
flebitis frekuensi 0 presentasi 0%, stadium lanjut tromboflebitis frekuensi 0 presentasi 0%.
7. Angka Kejadian dekubitus

Menurut data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II pada bulan Oktober
2019

Tabel 2.31 Angka Insiden dekubitus di Ruang Teratai II Oktober 2019


Bulan Oktober 2019
Angka Insiden Dekubitus 0

Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
dekubitus pasien adalah 0 (nol)

Menurut hasil laporan yang diberikan oleh koordinator Teratai II pada bulan Oktober
2019 menggunakan angket norton scale yang disebarkan secara acak kepada pasien di Ruang
Teratai II di dapatkan

Tabel 2.32 Data Kejadian Dekubitus Norton Scale di Ruang Teratai II pada Oktober 2019
47
Frekuensi Presentasi
Resiko dekubitus 0 0%
Tidak beresiko 0 0%
Total 0 0%

Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai kejadian dekubitus
adalah Tidak Beresiko dengan frekuensi 108 prosentase 100%.

8. Kepuasan

a. Kepuasan Pasien

Berikut ini akan di paparkan mengenai kepuasaan pasien pada tanggal 18 – 20 November
2019 terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisioner
RATER yang berisi 25 awal petanyaan berbentuk pilihan dengan jawaban “sangat tidak
puas”, “tidak puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Dari 10 pasien/keluarga yang diambil secara
acak didapatkan nilai berikut:
Tabel 2.33 Data Kepuasan Pasien di Rang Teratai II pada Oktober 2019
Frekuensi Presentase
Sangat tidak puas 0 0
Tidak puas 0 0
Puas 10 100%
Sangat puas 0 0
Total 10 100%
Jadi, dari hasil kuisioner yang di kumpulkan ruangan Teratai II menggenai kepuasan
pasien adalah sangat tidak puas frekuensi 0 presentase 0%, tidak puas frekuensi 0 presentase
0%, puas frekuensi 10 presentase 100%,sangat puas frekuensi 0 presentase 0%.

b. Tigkat Kepuasan Perawat


Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja selama
menjadi perawat di Ruang Teratai II RS Dian Husada Mojokerto
Tabel. 2.37 Tingkat kepuasan Peerawat terhadap hasil kinerja perawat di Ruang
Teratai II RS Dian Husada Mojokerto 21 November 2019

48
No Tingkat Jumlah Presentase
Kepuasan Perawat

1 Puas 5 55,6%
2 Cukup Puas 0 0%
3 Tidak Puas 4 44,4%
Total 9 100%
Data primer pengkajian pada tanggal 21 November 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja
selama menjadi perawat di Ruang Teratai I Rumah Sakit Dian Husada pada kategori
puas sebanyak 5 perawat dengan persentase 55,5% dan pada kategori Tidak Puas
sebanyak 4 perawat dengan Persentase 44,4%.

9. Kecemasan Pasien

Berdasarkan data kecemasan pasien dengan Zung Self- Rating Ansiety Scale pada
tanggal 18 November 2019 yang disebar ke 10 pasien secaraacak di Ruang Teratai II
didapatkan pasien yang mengalami kecemasan berjumlah 100% sedang dari jumlah sampling
tidak megalami kecemasan atau dalam keadaan normal.

10. Kenyamanan Pasien

Kenyamanan pasien di Ruang Teratai II pada 18 November 2019 menggunakan


Instrumen intensitas nyeri. Dari hasil pengumpulan data dari 10 pasien didapatkan bahwa
pasien yang tidak nyeri sebesar 50%, nyeri ringan 20%, nyeri sedang 10%, dan nyeri berat
20%.

11. Penilaian perawatan diri

Berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan Instrumen menggunakan Indeks Katz


dengan 10 pasien di Ruang Teratai kelas II di dapatkan sebagai berikut :
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Kategori A 6 60%
2 Kategori B 0 0%

49
3 Kategori C 0 0%
4 Kategori D 0 0%
5 Kategori E 2 20%
6 Kategori F 1 10%
7 Kategori G 1 10%
Total 10 100%

Jadi, dari hasil diatas disimpulkan di Ruang Teratai kelas II : kategori A frekuensi 6
presentase 0%, tidak puas frekuensi 0 presentase 0%, puas frekuensi 10 presentase
100%,sangat puas frekuensi 0 presentase 0%.

12. Penilain Pengetahuan Pasien

Berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan instrumen pengetahuan dengan 10


pasien di Ruang Teratai kelas II di dapatkan sebagai berikut :
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Baik 7 70%
2 Cukup 2 20%
3 Kurang 1 10%
Total 10 100%

Jadi, dari hasil diatas disimpulkan di Ruang Teratai kelas II : pasien dengan pengetahuan
baik frekuensi 7 presentase 70%, pasien dengan pengetahuan cukup frekuensi 2 presentase
20%, pasien dengan pengetahuan kurang frekuensi 1 presentase 10% 13.

BOR dan ALOS Bulan Oktober

Table 2.37 Analisa Rawat Inap Bulan Oktober 2019 Ruang Teratai II
Pend Pend Pend Keluar Lama Hari
Awal Masuk Hidup Mati dirawat Perawatan
Oktober 0 108 102 6 31 hri 339 hri
2019

BOR(%) ALOS TOI BTO GDR(%) NDR(%)


29% 3 369 9 56% 9%
50
14. Indikator Mutu Pelayanan Ruang Teratai II RS Dian Husada Mojokerto

Tabel Indikator Mutu Pelayanan rawat inap ruang Teratai II di bulan Oktober
No Indikator Standar Hasil
1 Pemberi pelayanan di a. Dr. Spesialis - Dr. Spesialis penyakit dalam
rawat inap b. Perawat minimal - Dr. Spesialis bedah
pendidikan D3
- Dr. Spesialis Ortho
- Dr. Spesialis anak
- Perawat pendidikan D3 = 7
perawat dan S1= 8 perawat

2 Dokter penanggung 100% 100%

jawab pasien rawat


inap

3 Ketersediaan a. Anak a. ruang anak


pelayanan rawat inap b. Penyakit dalam b. ruang pasien dewasa laki-laki
c. Kebidanan c. ruang pasien dewasa wanita
d. Bedah d. ruang khusus infeksius

4 Jam visite dokter 08.00 s/d 11.00 setiap Mulai pukul 14.00
hari kerja
spesialis
5 Kejadian infeksi 0% 0%
paska operasi
6 Kejadian infeksi 0% 0%
Nosokomial
7 Tidak adanya 0 % 0%
kejadian pasien jatuh
yang berakibat
kecacatan/kematian
8 Kematian pasien > ≤ 0.24 % 0,02 %
48 jam
9 Kejadian pulang <5% 0,1 %
paksa
10 Kepuasan pelanggan 100 % 95 %

51
11 Rawat inap TB a. ≥ 60 % a. 0 %
a. penegakan b. ≥ 60 % b. 100 %
diagnosis TB
melalui
pemeriksaan
mikroskopis
TB
b. terlaksana
kegiatan
pencatatan

Dan pelaporan TB di
Rumah Sakit
12 Kebutuhan darah bagi 100% terpenuhi 100% terpenuhi
setiap
pelayanan tranfusi
13 Waktu tunggu < 90 menit 120 menit/pasien
administrasi pasien
pulang

14 Decubitus 0% 0%

52
2.4 Analisis SWOT
Dari hasil pengkajian yang dilakukan analisis SWOTberdasarkan subsistem dalam
MAKP yang meliputi : 1) Penerapan MAKP, 2) sentralisasi obat, 3) Supervisi , 4)
Timbang Terima, 5) Dkumentasi, 6) Discharger Planning, 7) Ronde Keperawatan ,
8) Penerimaan Pasien Baru
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATIN BOBOT x S-W
G RATING
M1 – M5

53
1 M1(Suber daya manusia/MAN)

Internal Faktor (IFAS)

 STRENGTH
1. Adanya tugas, peran, dan
0,4 3 1,2
wewenang yang jelas
2. Pelaksanaan kegiatan di Ruang
Teratai Kelas 2 sesuai dengan
0,3 3 0,9
uraian tugasnya
3. Adanya pelatihan perawat

0,3 4 1,2 S-W


TOTAL
3,3 -
2,7 =
0,6
1 3,3

 WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Beban kerja perawat diruangan 0,3 3 0,9

cukup tinggi 0,1 4 0,4


2. Perawat banyak yang belum
0,2 2 0,4
mengikuti pelatihan MAKP
3. Rendahnya kesejahteraan perawat 0,2 3 0,6
4. Kualitas tenaga belum memenuhi
kualifikasi standar professional

54
5. Jenis ketenagakerjaan di Ruang 0,2 2 0,4
Teratai banyak yang lulusan D3
Keperawatan
1 2,7

TOTAL

Eksternal Faktor (EFAS)

 OPPORTUNITY 0,1 1 0,1


1. Adanya program pelatihan atau
seminar khusus tentang seminar
atau khusus tentang manajemen
keperawatan dari diklat 0,1 1 0,1
2. Adanya kesempatan melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi 0,3 3 0,9
3. Adanya kerja sama yang baik
antara mahasiswa Keperawatan
STIKES DIAN HUSADA 0,3 3 0,9
MOJOKERTO
4. Adanya kebijakan pemerintah
tentang professional perawat 0,2 2 0,4
5. Adanya program akreditasi Rumah
Sakit dari pemerintah dimana
MAKP merupakan penilaian 1 2,4

TOTAL
0,3 1 0,3
 TREATHENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan yang 0,2 1 0,2
lebih professional

55
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan hokum
0,2 2 0,4
3. Makin tinggi kesadaran
masayarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
4. Persaingan antar Rumah Sakit
semakin kuat 0,1 2 0,2

5. Terbatasnya kuota tenaga


keperawatan yang melanjutkan
1 1,7 O–T
pendidikan tiap tahun
TOTAL 2,4 -
1,7 =
0,7

2. SARANA DAN PRASARANA


(MATERIAL-M2)
a. Int1ernal Faktor (IFAS)
STRATEGI : Kekuatan
1. Tersedianya nurse station 0,1 3 0,3
2. Mempunyai sarana dan
prasarana yang cukup 0.2 3 0,6
lengkap untuk pasien dan
tenaga kesehatan
3. Semua perawat di ruangan 0,2 4 0,8

mampu menggunakan
semua alat-alat perawatan
untuk pasien.
0,2 2 0,4
4. Jumlah dan kualitas tempat
tidur Ruang Teratai Kelas II
sudah memadai.
0,3 3 0,9
5. Terdapat administrasi
penunjang (misal : buku
medikasi, lembar observasi

56
TTV, buku TT, buku SPO,
dan lain-lain)
TOTAL 1 3 S-W
3-2,9=
0,1
WEAKNESS : kelemahan
1. Peralatan yang tersedia untuk 0,3 2 0,6
tindakan di Ruang Teratai
Kelas II tidak sesuai dengan
rasio pasien.
0,3 3 0,9
2. Tidak tersedianya ruang rapat
perawat dan ruang dokter
secara tersendiri.
0,2 3 0,6
3. Tidak tersedianya nurse station
tersendiri bagi mahasiswa
praktek management.
0.2 4 0,8
4. Tidak tersedianya ruang untuk
kepala ruangan.
1 2,9
TOT`AL

b. Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY : Peluang 0,2 2 0,4
1. Adanya perkembangan
teknologi yang lebih
canggih. 0,2 3 0,6
2. Adanya anggaran dari
rumah sakit untuk sarana
dan prasarana yang rusak. 0,3 4 1,2
3. Adanya kerjasama antara
rumah sakit dengan pihak
luar yang dapat
menyediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.

57
58
2) Kegiatan manajemen yang sudah
berjalan meliputi: timbang terima.
0,1 3 0,3
discharge planning. sentralisasi obat.
supervisi ,dokumentasi dan peneriman
pasien baru.
3) Mempunyai Standar Asuhan
Keperawatan dan Protap setiap 0,2 3 0,4

tindakan.
4) Komunikasi antar perawat
0,2 4 0,8
cukup efektif.
5) Adanya kepuasaan pasien terhadap 0,1 4 0,4
kinerja perawat sebanyak 71,4%.
6) Pelaksanaan MAKP sudah dilakukan.
0,1 2 0,2
TOTAL
1 2,7
WEAKNESS

1) Perbandingan tenaga kerja ahli :


0,5 2 1
trampil sehingga pelaksanaan MAKP
tidak optimal
2) Kurangnya jumlah tenaga yang
0,5 1 0,5
membantu optimalisasi penerapan
model yang digunakan.

1 1,5 S–W
TOTAL
2,7-1,5 =
1,2

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa S1 keperawatan 0,3 4 1.2


Praktika manajemen keperawatan.

59
2) Adanya kerjasama antara institusi 0,3 3 0,9
pendidikan kesehatan dengan RS.
3) Adanya kebijakan RS dalam
peningkatan SDM 0,2 3 0,6
4) Rumah sakit yang sudah terakreditasi
0,1 2 0,2
16 standart pelayanan
5) PPNI berkontribusi dengan menaungi 0,2 3 0,6

perkembangan profesi perawat.

1 3,5
TOTAL

THREATENED

1) Adanya tuntutan masyarakat yang


0,4 4 1,6
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional.
0,3 1 0,3
2) Makin tingginya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan. O-T
3) Persaingan RS yang semakin ketat
0,3 3 0,9 3,52,8=0,7
dalam penerapan MAKP
TOTAL 1 2,8

60
2. Ronde
a. keperawatan

Internal Factor (IFAS)

1) STRENGTH

Bidang perawatan dan ruangan 0,4 3 1,2


mendukung adanya kegiatan ronde
2)
keperawatan.
Tenaga kesehatan yang lengkap. terdiri 0,3 2 0,6

dari Dokter spesialis, perawat, DM,


3)
ahli gizi, mahasiswa perawat praktek.
0,3 4 1,2
Sebagian besar perawat mengerti
adanya ronde keperawatan.
TOTAL
1 2,7 S-W

2,7-4= -
1,3

1) WEAKNESS
2)
Tidak dilakukan ronde keperawatn
0,5 4 2
Perawat tidak memhami ronde
keperawatan 0,5 4 2

1 4
TOTAL

b.
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY

Adanya mahasiswa praktek yang akan 0,3 3 0,9


menerapkan ronde keperawatan di
ruang Teratai Kelas II RS Dian
1)
Husada

61
2) Adanya dukungan dari ruangan untuk 0,4 3 1,2
mengadakan ronde keperawatan.
3) Banyaknya kasus-kasus medik yang
memerlukan perhatian khusus. 0,4 2 0,8
TOTAL
1 2,9

TREATHENED

1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari


0,3 1 0.3
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional
2) Persaingan antar ruang semakin kuat 0,3 3 0.9
dalam pemberian pelayanan.
3) Pengetahuan akan kasus bagi tenaga
keperawatan semakin meningkat. 0,4 3 1.2

TOTAL
1 2,4 O-T=
2,9-2,4 =
0,5

62
3. Sentralisasi Obat

a. Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1) Perawat mengerti tentang sentraliasasi 0.4 4 1,6


obat.
0.2 3 0,6
2) Sentralisasi obat sudah di terapkan di
ruang Teratai kelas II
3) Sentralisasi obat sudah optimaldi ruang
0,4 3 1,2
Teratai kelas II

63
TOTAL 1 3,4

WEAKNESS

1) Ketersediaan obat yang terkadang


belum lengkap sehingga mengganggu
0,2 2 0,4 S-W
pengaturan obat.
2) Format persetujuan sentralisasi obat 3,4-2,4=
dari pasien/ keluarga pasien 1
0.4 1 0,4
3) Sebelum memberikan obat kepada
pasien selalu menginformasikan 0,4 4 1,6

jumlah kepemilikan obat yang telah


digunakan
1 2,4
TOTAL

b. Ekternal Faktor (EFAS)

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa S1 yang Praktik


Manajemen keperawatan 0,5 3 1,5

2) Kerjasama yang baik antara perawat 0,5 3 1,5


dan mahasiswa.

TOTAL 1 3

TREATHENED

1) Adanya tuntutan pasien untuk 0,5 2 1


mendapatkan pelayanan yang
profesional
O-T
2) Adanya ketidakpercayaan pasien 0,5 1 0,5
terhadap pengelolaan sentralisasi obat. 3-1,5 =

64
3) 1,5
TOTAL
1 1,5

4. Supervisi

a. Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1) Perawat mengerti tentang supervisi. 0,4 4 1,6

2) Adanya hubungan kerja sama yang baik


antara kepala ruangan dengan staf
0,2 3 0,6
3) Adanya umpan balik dari supervisor
0,3 2 0,6
untuk setiap tindakan.
4) Kepala ruangan mendukung kegiatan
supervisi. 0,1 1 0,1
TOTAL
1 2,9 S-W

2,9-2,6
WEAKNESS =0,3

1) Supervisi ruangan hanya dilakukan


0,4 2 0,8
sesuai kebutuhan dan
kebijakan koordinator ruangan.
2) Tidak adanya format supervise setiap
tindakan
TOTAL 0,6 3 1,8

b. Eksternal Faktor (EFAS) 1 2,6

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa Keperawatan yang


praktik manajemen
0,2 4 0,8

65
2) Adanya kerjasama yang baik antara
institusi kesehatan dengan bidang
0,3 3 0,9
keperawatan
3) Adanya kebijakan RS tentang
pengembangan profesionalisasi
0,2 3 0,6
keperawatan
4) Adanya supervisi dapat meningkatkan
mutu pelayanan 0,3 4 1,2
TOTAL
1 3,5

THREATENED
0,3 2 0,6
1) Adanya kompetisi beberapa RS
mengenai kegiatan keperawatan.
2) Adanya komplainan masyarakat yang 0,2 4 0,8
tinggi terhadap mutu kesehatan. 3)
0,5 4 2
Aanya KTD diruangan

1 3,4 O-T

TOTAL 3,5-3,4 =
0,1

5. Timbang Terima

a. Internal Factor (IFAS)

STRENGTH

1) Adanya laporan jaga tiap shift. 0,3 3 0,9


2) Adanya buku khusus untuk pelaporan
0,2 3 0,6
timbang terima.
3) Dokumentasi keperawatan 0,1 1 0,1
menggunakan SOR.

66
67
4) Kegiatan timbang terima telah 0,2 3 0,6
dilakukan pada tiap shift
5) Kegiatan timbang terima dilaksanakan
tepat waktu 0,2 3 0,6

TOTAL
1 2,8 S-W

2,8-
2=0,8
WEAKNESS

1) Isi timbang terima kurang lengkap


2) Perawat kesulitan dalam 0,5 2 1

pendokumentasien laporan 0,5 2 1


timbang terima
TOTAL
1 2

b. External Factor (EFAS)

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa S1 yang praktik


manajemen 0.5 4 2
2) Adanya kerja sama yang baik antara
0,5 3 1,5
mahasiswa S1 dengan perawat ruangan

TOTAL 1 3.5

THREATENED

1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,5 2 1


masyarakat untuk mendapatkan

68
pelayanan keperawatan yang
professional
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan tanggung 0,5 2 1
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
2 O-S

1 3,52=1,5
TOTAL

6. Discharge Planning

a. Internal Faktor (IFAS)

STRENGHT

1)
Adanya kemauan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada

69
2) pasien/keluarga 0,3 4 1,2
Pernah dilaksanakannya
0,1 2 0,2
3) discharge planning sebelumnya
Adanya surat kontrol dan format resume
4) untuk pasien pulang
0,3 3 0,9
Ada alur pasien pulang
TOTAL 0,3 3 0,9

WEAKNESS 1 3,2
1)
Keterbatasan waktu perawat dalam
2) memberikan Pendidikan Kesehatan. 0,4 3 1,2
Sudah tersedianya kartu discharge
planning untuk pasien pulang
0,6 3 1,8
TOTAL
1 3
OPPORTUNITY

70
1) Adanya kerjasama yang baik antara
institusi kesehatan dengan bidang
0,4 3 1,2
keperawatan S-W
2) Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa s1 dengan perawat klinik 3,2-3
0,6 2 1,2
=0,2

TOTAL
1 2,4

TREATHENED
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan keperawatan 0,5 3 1,5
yang profesional
2) Makin tingginya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan 0,5 4 2
O-T

2,4-3,5 =
TOTAL 1 3,5 -1,1

7. Dokumentasi Keperawatan

a. Internal Factor (IFAS)


STRENGTH

1) Pendokumentasian model SOR


0,3 4 1,2
(Source Oriented Record).
2) Tersedianya sarana dan prasarana 0,2 3 0,6
untuk pendokumentasian
0,2 4 0.8
3) Tersedia format asuhan keperawatan
dan standar asuhan keperawatan.
4) Pendokumentasian yang memudahkan
0,2 3 0,6
perawat.

71
5) Ketepatan waktu dalam 0,1 3 0,3
pendokumentasian.
S-W
TOTAL
1 3,5 3,5-1,5 =
2

WEAKNESS

1) Pengawasan terhadap sistematika


pendokumentasian kurang 0,5 2 1
dilaksanakan secara optimal.
2) Format pendokumentasian yang sudah
ada masih ada yang kosong. 0,5 1 0,5

TOTAL 1,5
1
b. External Factor (EFAS)

OPPORTUNITY

1) Peluang perawat untuk meningkatkan 3 1,2


0,4
pendidikan (pengembangan SDM)
0,2 1 0,2
2) Kerjasama yang baik antara perawat
dengan mahasiswa. 0,4 2 0,8
3) Rentang waktu yang panjang dalam
setiap shift untuk melakukan
pendokumentasian. 2,2
1
TOTAL

THREATHENED
3 1,8
0,6
1) Adanya tingkat kesadaran yang tinggi
dari pasien dan keluarga tentang
tanggung jawab dan tanggung gugat.

72
2) Persaingan antar RS dalam 0,4 4 1,6
memberikan pelayanan keperawatan
O-T
TOTAL
1 3,4 2,2-3,4 =
-1,2

73
8. Penerimaan Pasien Baru

a. Internal Factor (IFAS)

STRENGTH

1) Sudah ada format penerimaan pasien 0,6 4 2,4


baru dan tata tertib pasien
2) Ada kepuasan pasien dan keluarga
terhadap pelayanan 0,4 3 1,2

S-W
TOTAL
1 3,6 3,6-3 =
0,6

WEAKNESS

1) Kurang tersedianya waktu bagi


perawat untuk mengorientasikan
pasien dan keluarga akibat 0,4 3 1,2
keterbatasan waktu dan tenaga
2) Kurangnya penjelasan tentang
perkiraan tariff rawat inap 0,6 3 1,8

TOTAL 1 3

b. External Factor (EFAS )

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa s1 yang praktik 0,4 3 1,2

74
manajemen keperawatan
2) Adanya kerjasama yang baik antara
0,6 3 1,8
mahasiswa dengan perawat Ruang
tulip atas. O-T

1 3 3-3,4=
TOTAL
-0,4

TREATHENED

1) Adanya tuntutan masyarakat untuk


0,2 3 0,6
mendapatkan pelayanan keperawatan
yang profesional.
2) Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,4 4 1,6
akan pentingnya kesehatan.
0,4 3 1,2
3) Persaingan antar Rumah Sakit swasta
yang semakin ketat. 1 3,4
TOTAL

4 M4 (MONEY)
a) Internal Factor (IFAS)
STRENGHT
1. Terdapat pendapatan dari jasa 0,5 3 1,5
medic, baik dari pasien dengan
biaya sendiri, maupun BPJS
Kesehatan yang dapat diklaim
untuk menunang proses
keperawatan.
0,5 3 1,5
2. Berdasarkan data rawat inap ruang
teratai lebih banyak pasien yang
menggunakan bpjs untuk
mengakses jasa keperawatan di
S–W
rumah sakit dian husada
3-3

75
Total 1 3 =0

WEAKNESS
1. Banyak perawat yang mengeluh 0,25 3 0,75
gaji yang diberikan rumah sakit
belum mencukupi dari standar yang
berlaku.
2. Gaji yang diberikan tidak sesuai 0,25 3 0,75

dengan kewajiban dan kompetensi


kerja yang dimiliki.
3. Perawat belum menerima kenaikan
0,25 3 0,75
gaji berdasarkan prestasi kerja dan
tanggung jawab terhadap
pekerjaannya
0,25 3 0,75
4. Perawat merasa rumah sakit belum
menepati janji untuk menaikkan
gaji sesuai dengan besaran yang
dijanjikan.

1 3
Total

OPPORTUNITY 0,33 3 0,99


1. Perawat menerima tunjangan hari
raya sesuai waktu yang telah
ditentukan 0,33 2 0,66
2. Ada kesempatan untuk
menggunakan instrument medis
dengan reuse sehingga dapat
menghemat anggaran rumah sakit.
3. Perawat lebih semangat untuk 0,33 2 0,66 O-T
bekerja jika fasilitas yang diberikan 2,31-2
menunjang. =0,31

76
Total 1 2,31

THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 2 1
dari masyarakat dalam aspek
perawatan yang membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.
2. Perawat merasa pekerjaan saat ini
tidak sesuai dengan harapan yang 0,5 2 1

diinginkan, yang dapat berdampak


pada pelayanan ke pasien.

1 2
Total

5 MUTU (M5)
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya upaya penjaminan mutu 0,3 2 0,6
keselamatan pasien dengan
pemberian gelang indetivikasi pada
semua pasien
2. Kepatuhan petugas dalam 0,3 3 0,9
Penerapan 5 moment cuci tangan
3. Kepuasan pasien pada pelayanan 0,4 3 1,2

keperawatan

1 2,7 S-W
TOTAL
2,7-1=
1,7
WEAKNESS
0,5 3 1,5
1. Tidak adanya rekap manual
lamanya perawatan pasien di ruang
0,5 3 1,5
Teratai II
2. Rata – rata BOR 29%

77
TOTAL 1 3

2. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Mahasiswa S1 Keperawatan dan 0,3 3 0,9
D3 keperawatan praktik
managemen 0,3 3 0,9
2. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa 0,4 3 1,2

3. Adanya indikator mutu dari komite


1 3 O-T =
keperawatan
3-3,5=
TOTAL
0,5

TREATHENED
0,5 3 1,5
1. Persaingan RS dalam memberikan
pelayanan keperawatan
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
0,5 4 2
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional

TOTAL
1 3,5

DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT

78
Konvensional Agresif

Diferensif Diversifikasi
SV = Metode Supervisi

TT = Metode Timbang Terima

Keterangan : DP = Metode Discharge Planning

M1 = Ketenagakerjaan PPB = Metode Penerimaan Pasien Baru

M2 = Sarana dan Prasarana

M4 = Keuangan

M5 = Mutu

MAKP = Metode Penerapan Model

DK = Metode Dokumentasi

RK = Metode Ronde Keperawatan SO


= Metode Sentralisasi Obat

79
2.5 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi, degan menggunakan pendekatan SWOT,
maka kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah :
1. Sumber daya manusia (M1)
Masalah
• Lebih banyak perawat lulusan D3 dengan jumlah 8 orang dari
pada jumlah lulusan S1 yaitu 7 orang
• Perawat diruang teratai banyak yang belum mengikuti
pelatihan atau seminar tentang MAKP
Penyebab
• Dengan banyaknya perawat lulusan D3 dapat mempengaruhi
perbedaan pengetahuan tentang sistem MAKP
• Kurangnya pelatihan atau seminar yang diadakan untuk para
perawat ruangan di ruang Teratai.
2. Sarana dan Prasarana (M2) Masalah
1. Alat-alat yang tersedia sudah memadai namun perlu ada beberapa
penambahan alat yang perlu ditambahkan
2. Tidak adanya ruang tersendiri bagi dokter dan kepala ruangan.

Penyebab :

1. Karena peralatan di pakai di dua ruangan dengan BOR rata-


rata 83,3 %
2. Kurangnya lahan ruangan untuk dokter dan kepala ruagan.
3. MAKP (M3)
Masalah :
Model asuhan keperawatan yang digunakan adalah MAKP fungsional
dengan adanya variasi jenjang pendidikan yang berbeda, pembagian kerja
yang tidak sesuai dengan jobdesc, antar jenjang pendidikan, dan
kurangnya jumlah tenaga profesional, perbandingan tenaga profesional :
vokasional 47% : 63%.
Penyebab :
 Kurangnya tenaga kesehatan di ruangan tersebut

80
 Perawat belum ada yang pernah melakukan pelatihan MAKP
sebelumnya sehingga dalam menjalankan MAKP perawat kurang
memahami.
a) Timbang Terima Masalah :
 Belum menggunakan format timbang terima yang baku Penyebab :
 Format isi timbang terima kurang lengkap
b) Ronde Keperawatan Masalah
:
 Ronde keperawatan tidak dilakukan Penyebab :
 Keterbatasan waktu tenaga kesehatan yang berperaran dalam ronde
keperawatan
c) Supervisi
Masalah :
 Belum adanya format penilaian yang tetap untuk supervisi  Yang
memimpin jalannya supervisi yaitu koordinator ruangan
Penyebab :
 Kurangnya sumber daya dalam melakukan supervisi
 Pelatihan tentang MAKP masih belum optimal
d) Discharge Planning
Masalah :
 Belum tersedianya leaflet dalam melakukan discharge Planning
Penyebab :
 Tidak adanya sumber daya yang memadai untuk membuat leaflet.
e) Sentralisasi Obat
Masalah :Tidak ada masalah
Penyebab :

f) Penerimaan pasien Baru


Masalah : Tidak terdapat
masalah Penyebab :

81
g) Dokumentasi keperawatan
Masalah : Tidak terdapat
masalah Penyebab:
Pembiayaan (M4)

Masalah :

a) Pendapatan atau gaji yang didapat belum sesuai dengan tuntutan kerja
yang berdampak pada pelayanan kesehatan kepada pasien
b) Tingginya kebutuhan ruangan dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien tidak sebanding dengan pendapatan rungan mutu (M5)

2.7 Prioritas Masalah

KEGIATAN IFAS EFAS


1. Ronde Keperawatan -1,3 -1,3

82
2. Dokumentasi 2 -1,2
Discharge Planning 0,2 -1,1
4. M2 (Sarana dan 0,1 -0,7
Prasarana)
5. M5 (Mutu) 1,7 0,5
6. Sentralisasi Obat 1 1,5
7. Timbang Terima 0,8 1,5
8. MAKP 1,2 0,7
9. M1 (Ketenagakerjaan) 0,6 0,7
10. Penerimaan Pasien 0,6 0,4
baru
11. Supervisi 0,3 0,1
12. M4 (Keuangan) 0 0,3

83

Anda mungkin juga menyukai