PENDAHULUAN
1
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi dua sampai tim atau grup yang terdiri
atas tenaga profesional, technical dan pembantu, dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 November 2019
didapatkan tujuh orang perawat (100%) berpendapat bahwa MAKP TIM
dengan kepala ruangan adalah seorang sarjan keperawatan. Pada ruangan
Teratai kelas II ini terdapat 15 perawat, diperlukan 4 orang untuk menjadi
katim sebagai tanggung jawab di ruangan sesuai dengan tugas masing-masing
katim dengan kualifikasi pendidikan sarjana keperawatan yang meampunyai
pengalaman klinik minimal 4 tahun, setiap pimpinan katim diperlukan
Perawat Associate (PA) dengan kualifikasi pendidikan lulusan D3
keperawatan 8 perawat untuk melakukan tindakan keperawatan langsung
kepada pasien. Dari 15 perawat Ruang Teratai kelas II, terdapat 12 perawat
yang telah mengikuti pelatihan MAKP. Seluruh strategi pelaksanaan MPKP
sudah dilaksanakan di Ruang Teratai kelas II.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mencoba menerapkan Model
Praktek Keperawatan Proesional TIM dimana pelakasanaanya melibatkan
pasien diruang A dan B Ruang Teratai kelas II RS Dian Husada Mojokerto
dengan perawat yang bertugas tersebut. Keuntungan yang dirasakan adalah
pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu, asuhan yang di berikan bermutu tinggi, dan tercapainya
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi,
dan advokasi.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek anajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Metode TIM.
2
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek klinik manajemen keperawatan, mehasiswa
mampu:
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Teratai kelas II
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
3. Menentukan rumusan masalah
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) timbang
terima, (2) ronde keperawatan, (3) sentralisasi obat, (4) supervisi
keperawatan, (5) discharge planning, (6) dokumentasi keperawatan
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan, (3) sentralisasi obat, (4)
supervisi keperawatan, (5) discharge planning, (6) dokumentasi
keperawatan
1.3 Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal selama perawatan.
2. Bagi rumah sakit
Diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang ada di
ruangan sehingga dapat dilakukan perncanaa untuk dilakukan pendekatan
dalam upaya penerapan model asuhan keperawatan TIM.
3. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
c. Tumbuh dan terbinya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan proesionalisme keperawatan.
3
BAB II
PENERAPAN MAKP
4
2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 18 – 20 November 2019, meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan mutu. Data
yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh
beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
Ns. A
Perawat Perawat
Perawat Perawat Pelaksana Pelaksana
Pelaksana Perawat Perawat
Pelaksana
Ns. A Pelaksana Pelaksana
Ns. A
Ns. M Ns. R
Ns. N Ns. N
5
6
M1 – Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto
Keterangan :
7
2. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada
Mojokerto
Keterangan :
Tenaga non keperawatan di ruang teratai berjumlah 9 orang. 3 orang ahli gizi dengan
lulusan D3, 2 orang visite farmasi dengan lulusan D3 , dan 4 orang cleaning service
dengan lulusan out sourcing.
3. Tenaga Medis
Tabel 2.3 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter Ortopedi 1
2 Dokter Bedah Umum 2
3 Dokter Kandugan 2
4 Dokter Syaraf 1
5 Dokter Penyakit Dalam 2
6 Dokter Anak 1
8
Rencana pengembangan staf dilakukan tahun depan pada bulan januari 2020 dan
pelatihan yang dibutuhkan yaituPelatihan K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit), Pelatihan membaca EKG.
5. Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang Teratai Bulan Oktober 2019
Tabel 2.4 Tenaga Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada Mojokerto
No Klasifikasi Penyakit Jumlah
1. Penyakit Dalam 108
2. Bedah 12
3. Orthopedi 5
4. Syaraf 6
5. Anak 26
Keterangan :
Jadi kasus terbanyak di ruang teratai kelas II RS Dian HUsada pada bulan oktober
tahun 2019 yaitu pada kasus penyakit dalam dengan jumlah 108.
9
Total tenaga perawat :
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang +
Total : 12 orang
86 x 12
= 3,69 dibulatkan menjadi 4 orang
279
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang +
10
Total : 12 orang
279
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang +
Total : 12 orang
11
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
86 x 12
= 3,69 dibulatkan menjadi 4 orang
279
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas dinas
3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.
7. Tabulasi Data Kuesioner PULTA Manajemen Keperawatan Diruang Teratai kelas II : Tabel
2.8 Tabulasi Kuesioner PULTA
Responden Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
Keterangan :
Ya :1
Tidak : 0
12
Dian Husada. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 18-20 November 2019. Adapun
data yang didapatadalahsebagaiberikut :
Lokasi ruangTeratai kelas II RS Dian Husada dengan batas –batas sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 November 2019, didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur ruang Teratai kelas II adalah 12 tempat tidur
13
1. BOR pasien di Ruang Teratai Kelas II tanggal 18 - 20 November 2019 pagi jam 09.00
WIB
Table 2.9 BOR pasien di RuangTeratai Kelas II
NO Shift Tanggal Ruang Jumlah Bed BOR
18 November
1 Pagi 2019 Teratai 12 BEd
x 100% =
100%
19 November
2 Pagi 2019 Teratai 10 Bad
x 100% =
2 ( kosong ) 83.3%
20 November
3 Pagi 2019 Teratai 8 Bad x 100% =
4 ( kosong ) 66,6%
Jadi prosentase BOR di Ruang Teratai Kelas II pada tanggal 18 November 2019
pagi jam 09.00 WIB sebasar 100%, tanggal 19 November pagi jam 08.45 WIB sebesar
83,3%, dan tanggal 20 November jam 09.30 WIB sebesar 66,6%.
Tabel 2.10Kondisi Ruang Kerja Unit Di Runag Teratai Kelas II RS Dian Husada pada
Tanggal 18 November 2019
NO. Kondisi Ruang Baik Retak Bocor Rusak
1. KondisiAtap √ - - -
(Plafon)
2. Kondisi Lantai √ - - -
3. Wastafel √ - - -
4. Tempat Sampah √ - - -
5. Meja √ - - -
6. Kursi √ - - -
7. Kondisi Dinding √ - - -
14
2.2.5 Peralatan dan Fasilitas
15
Tabel 2.12 Alat – Alat Non Medis di Ruang Teratai Kelas II RS Dian Husada
No Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Tempat Tidur Pasien (Bad) 12 Baik
2 Kasur Pasien 12 Baik
3 Almari Pasien 12 Baik
4 Standart Infus Di Tempat Tidur 12 Baik
Pasien
5 Ac 12 Baik
6 Troley Mayoo – Meja Mayoo 6 Baik
7 Korden 12 Baik
8 Keset 6 Baik
9 Tempat Sampah Non Infeksius 6 Baik
10 Kursi Panjang 12 Baik
11 Jam Dinding 6 Baik
12 Cermin 6 Baik
13 Tempat Sampah kamar mandi 6 Baik
14 Kursi Bakso 12 Baik
15 Portable standart Infus 12 Baik
16
9 Perangkat Komputer 1 Baik
Keyboard 1
Power Supply Merk Power Up 1
Monitor Merk Lg 1
Cpu Merk Basic 1
17
ISND 10
DEXAMETASON INJ 3
UROSEMIDE INJ 3
FARBIVENT 1
WFI 2
HIGH ALERT
ATROPIN INJ 10
UDOPA 1
DOBUTAMIN INJ 1
D40 INFUS 2
EPINEPHRIN INJ 5
LIDOCAIN INJ 5
D40 INF 2
VALISANBE INJ 1
VASCON INJ 1
18
pasien, tanggal lahir, no RM, tanggal MRS, ruangan ), tanggal/jam, mana obat
dan dosis, jumlah obat,serah terima obat, aturan pakai, dan pemberian.
2. Lembar Observasi
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II sudah mempunyai lembar observasi TTV yang sesuai standart
dari ormat yang benar terdiri atas suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan
3. Buku Laporan Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II buku timbang terima sudah ada dalam ruangan yang biasa
dipakai oleh perawat mempunyai format tabel yang terdiri atas ruang/kamar
identitas pasien (nama,umur, tgl pengkajian no RM, alamat jenis pembayaran),
penggantian tindakan (infus, NGT, DC,tanggal operasi), dokter diagnosa, advis
atau rencana tindakan lanjut ang berupa SOAP, operan sift (pagi, siang,
malam)
4. Buku SOP
Berdasarka hasil wawancara dengan kepala ruangan di dapatkan data
bahwa buku SOP di RS Dian Husada sudah ada dan dapat digunakan secara
keseluruan oleh semua ruangan di RS Dian Husada.
5. BukuKematian
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18-20 November 2019 Ruang
Teratai Kelas II di dapatkan hasil data bahwa buku kematian yang ada di
dalam ruangan sudah ada dengan format tabel yang terdiri dari nomor, nama,
umur, diagnosa, register,alamat, tanggal MRS, tanggal meninggal dan tanda
tangan.
6. BukuLaboratorium (tidakada )
7. BukuPenilaianPerawat( tidakada )
8. Buku CSSD ( tidakada )
9. BukuVisite( tidakada )
10. BukuDalin (tidakada )
19
1. Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (Makp)
Model Asuhan Keperawatan (MAKP) adalah suatu sistem (struktut, proses dan
nilai-nilai) yang mungkin perawat profesional mengatur prmberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996). Unsur dasar dalam menentukan MAKP dapat didasarkan
pertimbangan yang sesuai dengan Visi dan Misi Institut, dapat diterapkan proses
asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan, efisien dan efektif penggunaan biaya,
terpenuhinya kepuasan klien, keluarga, dan masyarakat, kepeuasan kinerja kerja dan
MAKP-nya.
Menurut Grant & Massey (1997) ada 4 model MAKP yang sudah ada dan terus
dikembangkan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan yaitu MAKP
Fungsional, MAKP Kasus, MAKP Primer, dan MAKP Tim.
Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas dari
filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayananan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Metode Fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada ssat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemempuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervesi (misalnya merawat luka) keperawatan kepada semua
pasien di bangsal.
Dari hasil wawancara dan pengumpulam data yang dilakukan tanggal 18-20
November 2019 kepada Koordinator Ruangan Teratai Kelas II. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruangan Teratai Kelas II Bahwa Menggunakan
MAKP Fungsional dikarenakan keterbatasan ketenaga kerjaan, dengan Koordinator
Ruangan adalah seorang S1 Keperawatan,dengan pengalam kerja menjadi Perawat
Pelaksana (PP) selam 3 bulan di ruang Anggek, sebagai Penanggung Jawab (PJ)
selama 1 tahun di ruang Tulip, sebagai Kepala Ruangan (KARU) selama 1 setengan
tahun di ruang Tulip, dan sebagai Koordinator Ruangan dari bulan juni 2019 –
sekarang di ruang Teratai Kelas II, 2 orang S1 Keperawatan sebagai Penanggung
Jawab (PJ) dan 2 orang D3 Keperawatan sebagai Penanggung Jawab (PJ), 3 orang D3
Keperawatan sebagai Perawat HCU dan 1 orang S1 Keperawatan sebagai Perawata
HCU, 4 orang S1 Keperawatan sebagai Perawat Pelaksana (PP) dan 2 orang D3
Keperawatan sebagai Perawat Pelaksana (PP). MAKP Fungsional diterapkan dengan
20
adanya 4 Penanggung Jawab dimana setiap ada Peratwat Penanggung Jawab 1 orang,
Perawat HCU 1 Orang, Perawat Pelaksana1-2 Orang dan juga saling bertanggung
jawab/kondisional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Ruangan
Terarai Kelas II. Kepala Ruangan hanya dinas pada shif pagi sedangkan shif sore dan
malam ada Perawat penanggung Jawab dan Perawata Pelaksana 2 orang. Dimana
Pembagian tim di ruang Teratai Kelas II semua perawat bertanggung jawab di ruangan
tersebut mencangkup bed pasien kelas 2 terdiri 6 ruangan (28,29,30,31,32,33) dimana
setiap ruangan terdiri dari 2 bed.
Berdasarkan hasil kuisioner pada tanggal 18-20 November 2019 didapatkan 100%
perawat berpendapat bahwa MAKP yang digunakan di ruangan Teratai Kelas II adalah
MAKP Fungsional. Berdasarkan hasil kuisioner, didapatkan juga bahwa 91% perawat
berpendapat memahami asuhan keperawatan yang digunakan saat ini, 9% perawat
tidak memahami asuhan yang di gunakan saat ini, 82% perawat berpendapat job
desacription selama ini sudah jelas, 18% perawat berpendapat job desacription selama
ini belum jelas dan 73% perawat berpendapat model yang digunakan saat ini
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja bagi perawat, 27% perawat
berpendapat model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan memberikan beban
berat kerja bagi perawat
2. Timbang Terima
Overan atau timbang terima merupakan cara atau tehnik menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang
belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh Perawat Penanggung Jawab dinas pagi
kepada perawat Penaggung Jawab dinas sore / malam serta tertulis dan lisan
(Nursalam, 2012).Dokumentasi timbang terima di ruang Teratai Kelas II menggunakan
SOAP dan dokumtasi lainnya yang harus dipersiapakan oleh perawat yang bertugas
dengan membawa buku Timbang Terima, Buku TTV, RM pasien,dan alat tulis/catatan
masing-masing perawat.
Setelah dilakukan observasi dan angket timbang terima yang dilakukan diruang
Teratai Kelas II tanggal 19 November 2019 didapatkan hasil bahwa timbang terima
pasien dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada saat pergantian shif malam ke pagi
21
(Jam 07.00 WIB) pagi ke sore (Jam 14.00 WIB) dan sore ke malam (Jam 21.00 WIB)
dan setiap timbang terima dihadiri oleh seluruh perawat yang bertugas dan juga
koordinator ruangan kecuali untuk shif sore ke malam tanpa koordinator ruangan.
Timbang terima pasien dilakukan di ruangan nurse station lalu di lanjutkan dengan
validasi ruang perawatan pasien. Prinsip timbang terima di Ruangan Teratai Kelas II
bahwa pada dasarnya sudah sesuai dengan prosedur timbang terima, yaitu semua
pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan validasi ke pasien.
Timbang terima dimulai setelah breafing di ruangan oleh koordinator ruangan,
timbang terima di pimpin oleh perawat penanggung jawab yang sedang dinas dan akan
di operankan ke perawat penanggung jawab yang akan dinas. Isi pelaporan timbang
terima kurang lengkap yang terdiri dari identitas ruangan, pasien (nama, DPJP,
diagnosa, kondiri pasien saat ini, intervensi yang sudah diberikan, dan rencana
tindakan, TTV, respon pasien, terapi) penggantian tindakan (infus, NGT, DC, Tanggal
Operasi), belum cukup lengkap seharusnya timbang terima berupa jumlah pasien,
umur, jenis pembayaran, alamat, sudah berapa hari di rawat.
Setelah dilakukan pelaporan proses timbang terima kemudian dilakukakan
validasi ke pasien meliputi Koordinator Ruangan, Perawat Penanggung Jawab, Perawat
HCU dan Perawat Pelaksana Kecuali pada dinas shif sore ke malam tanpa di dampingi
Kapala Ruangan dikarenakan Koordinator Ruangan hanya dinas pagi hari. Setelah
proses timbang terima ada conference antara perawat pelaksana dimasingmasing shif.
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan di buku timbang terima yang sudah di
sediakan oleh ruangan. Tanda tangan yang tercantung di buku timbang terima hanya
ada tanda tangan perawat yang menulis di buku tersebut.
Berdasarkan hasil kuesioner dari tanggal 18-20 November 2019 di Ruang Teratai
Kelas II di dapatkan 82% perawat berpendapat yang memimpin kegiatan overan yaitu
perawat, 18% perawat berpendapat yang memimpin kegiatan overan yaitu kepala
ruangan, 100% perawat tau apa saja yang harus disampaikan dalam pelaporan overan,
100% perawat berpendapat overan dilaksanakan tepat waktu, 100% perawat
berpendapat overan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan, 45% perawat
berpendapat tidak ada interaksi dengan pasien saat overan berlangsung 55% perawat
berpendapat ada interaksi dengan pasien saat overan berlangsung.
22
Gambar 2.1Alur Timbang Terima Ruang Teratai Kelas II Rs Dian Husada.
3. Ronde Keperawatan
Ronde yaitu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer, perawat pelaksana, konselor, kepala ruangan, dan
seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan. Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktek
keperawatan (Nursalam, 2012).
Dari Hasil Pengkajian pelaksanaan Ronde keperawatan di ruang Teratai Kelas II
bahwasannya tidak dilakukan Ronde Keperawatan dikarenakan dalam mengumpulkan
beberapa anggota Tenaga kesehatan lainnya seperti Farmakologi, Dokter, Ahli Gizi
dikareenakan keterbatasan waktu dari setiap peran.
Adapun krtiteria/karakteristik ronde keperawatan yang sesuai teori adalah :
1. Pasien dilibatkan secara langsung fokus kegiatan
2. Pasien merupakan fokus kegiatan dalam meningkatkan
3. Katim, PA, dan konselor melakukan diskusi bersama
23
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemempuan katim, PA dalam mengatasi
masalah.
Salah satu kendala pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Teratai Kelas II tidak
dilakukan karena mayoritas perawat belum memahami tentang ronde keperawatan itu
sendiri, waktu tidak memungkinkan dilakukann ronde keperawatan. Padahal
sebenarnya ada kesempatan untuk dilakukan ronde keperawatan di Ruang Teratai
Kelas II, karena:
Berdasarkan hasil kuesioner dari tanggal 18-20 November 2019 di Ruang Teratai
Kelas II di dapatkan 82%perawat berpendapat sebagian besar perawat diruang internal
dan bedah mengerti ronde keperawatan 18% perawat berpendapat sebagian besar
perawat diruang internal dan bedah belum mengerti adanya ronde keperawatan, 36%
perawat berpendapat melaksanakan ronde keperawatan diruangan ini telah optimal
64% perawat berpendapat melaksanakan ronde keperawatan diruangan ini belum
optimal, 18% perawat berpendapat ronde keperawatan dilaksanakan dalam 1 bulan
82% perawat berpendapat ronde keperawatan tidak dilaksanakan dalam 1 bulan, 45%
perawat berpendapat tim pelaksana dalam kegiatan ronde keperawatan telah di bentuk
55% perawat berpendapat tim pelaksana dalam kegiatan ronde keperawatan belum di
bentuk dan 45% perawat berpendapat tim yang dibentuk telah mampu melaksanakan
kegiatan ronde keperawatan dengan optimal 55% perawat berpendapat tim yang
dibentuk telah mampu melaksanakan kegiatan ronde keperawatan belum optimal
4. Supervisi
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas tugas kegiatan yng telah
ditetapkan secara efisien dan efektif ( sudjana, 2004). Arief (1987) merumuskan
supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai
dengan proses dan hasil yang diharapkan. Supervisi keperwtan adalah kegiatan
24
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar
pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Dipkes,2000).
Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai 100%
perawat berpendapat mengerti tentang supervise,91% perawat berpendapat supervisi
telah dilakukan diruanan Teratai,dan 82% selalu ada feed back dari supervisor untuk
setiap tindakan Saat dilakukan wawancara kepada perawat menyatakan bahwa
supervisi tindakan asuhan keperawatan belum ada, dan supervisi askep juga belum ada
diakibatkan keterbatasan waktu.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di Ruang Teratai ysng
dilakukan pada tanggal 18-20 november 2019, supervise diruangan dilakukan rutin
setiap hari dimana waktunya adalah pada sore hari untuk Tim dari supervise ini sendiri
ada 5 orang kepala ruangan yang ditugaskan untuk melakukan supervise dari masing-
masing ruangan dari kepala ruangan (IRJ,UGD,TULIP,DAHLIA,dan TERATAI)
Supervise ini hanya mencari apakah ada masalah dari tiap-tiap ruangan, maka akan
dibahas bersama untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut. Hal- hal
yang disupervisi adalah salah satunya tentang jumlah px, jumlah Bad, jumlah Perawat
Ruangan dan permasalahan yang ada di ruangan. Untuk supervise asuhan keperawatan,
tindakan keperawatan, status pasien,discharge planning, timbang terima, kebersihan
dan kinerja adtibut masih belum dilakukan supervise. Untuk supervise sentralisasi obat
dilakukan 1minggu sekali oleh kepala farmasi
25
Gambar 2.2Alur Supervisi di RS Dian Husada Mojokerto
5. Discharge Planning
Discharge Planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien, sebelum
keluar dari rumah sakit yang dimulai dari rumah sakit yang dimulai dari
mengumpulankan data sampai dengan masuk area perawatan yang meliputi
pengkajian, rencana perawatan, implementasi, evaluasi ( Fisbach,2004). Discharge
Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian kebutuhan klien
tentang perawatan kesehatan di luar rumah sakit, disertai dengan kerjasama dengan
klen dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana-rencana perawatan setelah
perawatan di RS ( Brunner & Suddart, 2002)
Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai Kelas
II100% perawat berpendapat telah melakukan discharge planning,dan sudah
melakukan pendokumentasian dari discharge planning yang sudah dilakukan.
Berdasarkan pengkajian wawancara dengan KARU yang dilakukan pada tanggal
18-20 november 2019 Discharge Planning di Ruangan Teratai kelas II dilakukan
secara optimal pada semua pasien yang menjalani rawat inap oleh perawat dan dokter
yang ada pada ruangan,setiap pasien yang akan pulang dilakukan discharge planning
bersama perawat dan juga dokter yang jaga pada hari tersebut. Beberapa kendala dari
kegiatan ini belum tersedianya leaflet untuk discharge planning, ada leaflet tetapi
hanya dari pihak ahli gizi tentang Diet.
PX MRS
25
Keadaan Px
Perencanaan pulang /
Discharge Planning
Adminitrasi Farmasi
Program HE:
- Penjelasan sekilas
tentang sakit Px
Px KRS
27
SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019
6. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2007).
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan Farmasi didapatkan bahwa
sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II ada kolektif dan umum, pengelolahan
sentralisasi obat diruang Teratai adalah dilakukan dengan modifikasi, untuk pasien
BPJS ( BPJS PBI dan BPJS non PBI), umum,ansuransi. Baik obat oral maupun injeksi
telah dilakukan sistem sentralisasi dimana prakteknya menggunakan UDD (unit
disentralisasi drugs). Alur sentralisasi obat Rawat inap adalah obat diresepkan oleh
dokter kemudian diserahkan oleh perawat, setelah itu resep diberikan ke depo farmasi.
Kemudian farmasi mengantar ke perawat dalam kemasan perdosis pemberian.setelah
obat sudah diterima baru ke keluarga pasien. Dan untuk lembar serah terima obat
hanya dimiliki oleh depo farmasi yang ditanda tangani oleh perawat. Sedangkankan
untuk penjelasan obat ke keluarga hanya dilakukan pada pasien UMUM jika ada obat
yang harganya lebih dari Rp.200.000,- Sedangkan untuk Alur sentralisasi obat Rawat
Jalan adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke perawat, setelah itu
resep diberikan ke depo Farmasi. Setelah itu obat di berikan ke keluarga pasien
dengan di sertai KIE. Setelah itu berdasarkan resep obat yang diserahkan ke keluarga
dalam kemasan perdosis, dengan tanda bukti lembar serah terima obat apa saja yang
sesudah diberikan kepada keluarga pasien, maka keluarga pasien atau pasien diminta
untuk tanda tangan pada form pemberian obat. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa
obat benar-benar diberikan kepada pasien.
Berdasarkan observasi dan juga menanyakan pada perawat dan farmasi,obat
setiap pasien sesuai dengan saran dokter, sedangkan dalam pengelolahan maupun
pendistribusian dilakukan oleh perawat. Dalam pelaksanaannya di Ruang Teratai kelas
II obat yang sudah diresepkan oleh dokter diserahkan pada perawat dan kemudian
untuk dibawah ke depo farmasi oleh depo farmasi setelah dilakukan dokumentasi obat-
obat tersebut (untuk masing-masing pasien) diserahhkan kepada perawat untuk sehari
penuh. Setelah itu, obat yang sudah disiapkan tersebut di koreksi kembali sesuai
dengan pasien masing-masing meliputi dosis dan waktu pemberian juga identitas
(nama pasien yang mendapat obat tersebut). Hal tersebut dilakukan sesuai dengan
masing shiff setiap harinya. Dari pelaksanaan dari sentralisasi tersebut, hal yang belum
28
dilakukan secara efektif adalah belum adanya informed consend mengenai proses
sentralisasi yang dilakukan dari depo pada perawat setelah keluarga menyerahkan
resep pada depo. Keluarga mendapatkan penjelasan mengenai fungsinya terkait
keadaan pasien.Pelaksanaan sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II dilakukan
dengan baik sesuai dengan teori UDD. Dalam hal ini inform consend sentralisasi obat
kepada pasien juga sudah dilakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara 18-20 november 2019 didapatkan data sebagai
berikut:
Gambar 2.4Alur Sentralisasi obat di Ruang Rawat Inap Teratai kelas II RS Dian Husada
29
maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu kepercayaan pasien terhadap
pelayanan suatu rumah sakit. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan
fungsi perawat dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah dengan melakukan proses
penerimaan pasien baru sesuai standart. Dengan harapan adanya faktor pengelolaan
yang optimal mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanaan
keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasen terhadap pelayanan
keperawatan.
Ruang Teratai Kelas II hampir setiap harinya mendapatkan pasien baru.
Berdasarkan hasil informasi dari kepala ruangan yang kami lakukan, proses
penerimaan pasien baru yang datang di ruang ini, sudah dilakukan penerimaan pasien
baru. Alur dari penerimaan pasien baru di sini adalah pertama perawat jaga Ruangan
Teratai kelas II mendapatkan informasi via telfon dari ruangan IGD/POLI/ dari ruang
rawat inap lainnya, kemudian perawat jaga ruangan teratai menyiapakan tempat tidur
ataun kamar pasien sesuai permintaan pasien apakah pasien memilih umum atau bpjs,
di sesuaikan kelas (kelas I, kela II, kelas III dan VIP, VVIP), dan yang mengantarkan
pasien ke ruang Teratai Kelas II yaitu perawat jaga dan keluarga pasien, setelah itu
keluarga pasien di panggil ke ners station untuk menandatangani lembar pasien masuk
rumah sakit, lembar rawat inap dan memberitahukan dokter yang bertanggung jawab.
Sebelum keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru, perawat jaga
Ruang Teratai Kelas II meperkenalkan diri kapada keluarga pasien dan menjelaskan
fasilitas, peraturan, cara menekan bel, dan mengorientasikan ruangan yang ada di
ruang Teratai Kelas II secara lisan dan perawat lainnya melakukan anamnesa keluhan
pasien kepada pasien dan melakukan TTV.
Adapun sarana prasarana yang dibutuhkan dalam penerimaan Pasien Baru
menurut teori yaitu :
1. Lembar pasien masuk Rumah Sakit
2. Lembar dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan
3. Nursing kit
4. Lembar informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tingkat kepuasan pasien
6. Kartu penunggu pasien
Jika melihat sarana prasarana yang dibutuhkan seperti teori di atas, di Ruang
Teratai Kelas II sudah terdapat lembar pasien masuk RS, selain itu lembar pengkajian
asuhan keperawatan, lembar serah terim pasien baru, lembar informconsen sentralisasi
30
obat, lembar tingkat kepuasan pasien, kartu penunggu pasien, kartu parkir (Free 3
hari), dan surat persetujuan untuk dirawat.
Berdasarkan hasil kuisiner yang diberikan kepada perawat Ruang Teratai II
didapatkan bahwa 100% perawat mengatakan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib. Dan juga
didapatkan 100% perawat mengatakan melaksanakan prosedur penerimaan pasien secara
tepat dan tidak berbelit-belit. Dan juga di dapatkan 100% perawat mengatakan perawat
memeperkenalkan diri kepada pasien, dan keluarga, memberitahu dokter yang
bertanggung jawab.
32
• Biodata keluarga meliputi: Nama, Umur, Alamat, Telepon / HP, No KTP /
SIM, Pekerjaan, jenis kelamin
• Biodata pasien meliputi: Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, No register,
No rekam medis, Ruang perawatan
Tanda tangan: saksi dan pemberi persetujuan
33
Melakukan tindakan jika ada persetujuan dari pasien
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat informasi yang di
butuhkanuntuk menentukan diagnosis keperawatan, menyususn rencana keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis,
valid, dan dapat dipertaggung jawabkan. Jadi dapat di simpulkan pendokumentasian
adalah sebagai informasi mencakup aspek biologis, psoikologis, sosial, dan spiritual
yang terjadi setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh serta
informasi disusun secara sistematis, dalam suatu format yang telah disetujui dan dapat
dpertanggung jawabkan secara moral maupun hukum.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan medical record (status) didapatkan
pendokumentasian yang berlaku di Ruang Teratai Kelas II adalah sistem SOR
(Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dokter, perawat, ahli gizi dan lai-lain.
Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh status pasien yang ada, didapatkan:
Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan pendokumentasian
mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan utama, data subjektif, dataobjektif,
intervensi keperawatan sudah ada formatnya sehingga perawat pelaksana tinggal
mengisi dengan cara cawang atau contreng dengan persistem dan menulis SOAPI.
Tindakan keperawatan dan evaluasi namun dalam pelaksanaannya, dokumentasi pada
implementasi hanya berisi jawaban instruksi dokter/tindakan kolaboratif.
Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada perawat Ruang Teratai Kelas
II didapatkan 100% perawat mengatakan model dokumentasi keperawatan yang
digunakan di ruang tersebut menggunakan SOR, dan didapatkan 100% perawat
mengatakan sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar, dan
didapatkan 45% perawat mengatakan model dokumentasi yang digunakan saat ini
34
menambah beban kerja perawat, dan 55% perawata engatakan model dokumentasi
yang digunakan menambah beban kerja perawat, dan juga didapatkan 27% perawat
model dokumentasi yang digunakan saat ini menyita waktu perawat, dan 77%
perawata mengatakan model dokumentasi yang digunakan saat ini tidak menyita waktu
perawat.
Tabel 2.15 bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di Ruang Teratai Kelas II,
yaitu:
No URAIAN BAGAN SUMBER
1. Lembar penerimaan pasien baru, lembar pernyataan IGD, Perawat
persetujuan (RM 1) atau penolakan
35
2.4. Pembiayaan (M4/Money)
Rincianuntukpembiayaanruangteratai 2
diperolehdariberbagaisegmenyaitu :biayasendiri (pasienumum) dan BPJS (PBI dan
non PBI), dan KSO
(Kerjasamadenganperusahaan).
Jumlahpasien di ruangrawatinapteratai 2
36
SUMBER :RuangTeratai RS Dian Husada tahun 2019
Biayaperawatan yang berlakusaatinisesuaidengankelas perawatan di ruang Ruangteratai 2
teratai 2.Adalahwilayahperawatankelas 2.
No Jenis Tarif
1. VisiteDokterUmumKlas 2 50.000
2. VisiteDokterSpKlas 2 80.000
37
12. Nebulizer 42.000
13. MemberikanSuppositoria 12.000
14. Aff Drain 42.000
15. Aff Tampon 42.000
39
19. Glukosasewaktu 20.000
20. Urine Lengkap 30.000
21. FaesesLengkaap 30.000
22. Na, K , Cl, Cal, PH 225.000
23. Widal 30.000
24. Ig G/M Dengue 120.000
25. Malaria 72.000
26. TB ICT 210.000
27. BTA SPS A 144.000
28. BTA SPS B 192.000
29. Plano Test 15.000
30. Bleeding time 15.000
31. Cloting time 15.000
32. PPT 84.000
33. APTT 84.000
34. BGA 480.000
35. HbsAg 70.000
36. Anti Hbs 84.000
37. Anti HCV 125.000
38. HIV 70.000
39. Spermaanalisis 120.000
40. Ig G M thyphoit 100.000
41. NarkobaAmpetamin 60.000
42. NarkobaCoccaine 60.000
43. GolDarah ABO 20.000
44. GolDarahResus 20.000
45. Hormone T 3 174.000
46. Hormon T 4 174.000
47. FT 4 190.000
48. FSH 282.000
49. LH 288.000
50. TSHS 180.000
51. CA- 125 420.000
40
52. CA 15-3 384.000
53. CEA 210.000
54. Total PSA 282.000
55. Free PSA 324.000
56. HDT 110.000
57. ANA Screen 400.000
58. CK-MB 144.000
59. Troponin 1 426.000
60. KulturDarah 330.000
61. Kultur Urine 330.000
62. Kultur Pus 330.000
63. KulturJaringan 330.000
64. KulturFaeses 330.000
65. PA kecil 470.000
66. PA Sedang 540.000
67. PA Besar 600.000
68. PA Ekstrabesar 770.000
69. Clini Test 138.000
70. Floating Test 138.000
71. Benzidine (darahsamar) 138.000
72. AFP 216.000
73. B – Hcg 270.000
74. HBA 1 C 180.000
75. Serum Iron (S1) 105.000
76. TIBC 110.000
77. FNAB 710.000
41
6 CALCANEUS AP/LAT 120.000
7 CERVICAL AP/LAT 120.000
8 CLAVIKULA 120.000
9 CRURIS AP/LAT 120.000
10 EISLER D/S 120.000
11 ELBOW AP/LAT 120.000
12 FEMUR AP/LAT 150.000
13 GENU AP/LAT 120.000
14 HUMERUS AP/LAT 120.000
15 IVP STANDART/TANPA OBAT 675.000
16 BOF/LLD 325.000
17 LS AP/LAT 210.000
18 MANUS AP/LAT 120.000
19 MASTOID D/S 210.000
20 OS COXAE 120.000
21 OS NASAL 175.000
22 OS SACRUM 120.000
23 PEDIS AP/LAT 120.000
24 PELVIS 120.000
25 SCAPULA 120.000
26 SHOULDER 120.000
27 SKULL AP/LAT 175.000
28 TEMPORO MANDIBULA 210.000
29 THORAX AP/PA 100.000
30 THORAX AP/RLD 200.000
31 THORAX PA/LAT 200.000
32 TL AP/LAT 210.000
33 WATERS 120.000
34 WRIST 120.000
35 USG 4D 400.000
36 USG ABDOMEN 400.000
37 USG KANDUNGAN PX UMUM 180.000
38 USG KANDUNGAN PX BPJS 150.000
42
39 USG MAMAE 350.000
40 USG TESTIS 350.000
41 USG KEPALA 350.000
42. USG THYROID 350.000
43. USG UROLOGI 350.000
44. USG TRANSVAGINA 150.000
M5 - Mutu
Rumah Sakit Dian Husada Mojokerto merupakan salah satu sarana kesehatan,
mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan kesehatan yang bertugas menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien, selain itu Rumah
Sakit Dian Husada Mojokerto berakreditasi D+ juga sebagai tempat praktek bagi mahasiswa
perawat memandang perlu untuk terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan yang telah
ada menjadi lebih baik.
Ruang Teratai kelas II telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,
dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai beriku :
1. Gelang warna biru : digunakan pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki
43
2. Gelang warna merah muda : digunakan pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan
3. Gelang warna kuning : digunakan pada pasien dengan resiko jatuh
4. Gelang warn amerah :mdigunakan pada pasien dengan resiko alergi
Untuk keselamatan pasien dan petugas tidak kalah pentingnya melakukan cuci tangan
dengan benar, ada 6 langkah mencuci tangan dengan handwash dan hand rub yang diterapkan
di RS Dian Husada Mojokerto.
44
10) Keringkan dengan handuk/tissue sekali pakai sampai benar-benar kering
11) Gunakan handuk/tissue tersebut untuk menutup kran
Berdasarkan data observasi dari ruang Teratai II mengenai jumlah petugas yang patuh
dalam melakukan cuci tangan pada 18 – 20 November 2019 didapatkan hasil sebagai
berikut :
Table 2.25 Jumlah petugas yang patuh dalam melakukan cuci tangan di Ruang Teratai II
antara 18 – 20 November 2019
Berdasarkan data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II angka insiden pasien
jatuh yang di hitung dari tanggal Oktober 2019 sebesar
Tabel 2.26 Angka insiden pasien jatuh di ruang Teratai II Oktober 2019
Oktober
45
Angka Insiden Pasien 0
Jatuh
Dari data pengkajian yang diperoleh dari koordinator ruanganbulan Oktober 2019
menggunakan angket penilaian resiko jatuh pasien dewasa skala morse fall scale yang
disebarkan secara acak kepada pasien di ruang Teratai II di dapatkan :
Tabel 2.27 Data penilaian resiko jatuh pasien dewasa skala morse fall scale Oktober 2019
No Resiko Jatuh Oktober 2019
Frekuensi (%)
1 Resiko tinggi 0 0%
2 Resiko rendah 0 0%
3 Tidak Beresiko 108 100%
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai penilaian resiko jatuh
pasien adalah Tidak Beresiko dengan frekuensi 108 prosentase 100%.
5. Kesalahan Pengobatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari koordinator ruanganangka KTD dalam pemberian obat
bulan Oktober 2019
Tabel 2.28 Angka Insiden pemberian obat di Ruang Teratai II Oktober 2019
Oktober
Angka Insiden Kesalahan Pemberian obat 0
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
kesalahan pemberian obat pasien adalah 0 (nol).
Menurut data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II angka insiden Flebitis
antara
46
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
Flebtis pasien adalah 0 (nol)
Tabel 2.30 Data Penilaian Flebitis Menggunakan VIP Score (Visual Infusion Flebitis Score)
di Ruang Teratai II tanggal Oktober 2019
Frekuensi Presentasi
Tidak ada tanda flebitis 108 100%
Tahap awal flebitis 0 0%
Awal trombo flebitis 0 0%
Stadium lanjut tromboflebitis 0 0%
Total 0 0%
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai penilaian flebitis
menggunkan Vip Score (Visual Infusion Flebitis Score) adalah tidak ada tandan flebitis
frekuensi 108 prosentase 100%, tahap awal flebitis frekuensi 0 presentasi 0%, awal trombo
flebitis frekuensi 0 presentasi 0%, stadium lanjut tromboflebitis frekuensi 0 presentasi 0%.
7. Angka Kejadian dekubitus
Menurut data yang diperoleh dari koordinator ruanganTeratai II pada bulan Oktober
2019
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai angka insiden
dekubitus pasien adalah 0 (nol)
Menurut hasil laporan yang diberikan oleh koordinator Teratai II pada bulan Oktober
2019 menggunakan angket norton scale yang disebarkan secara acak kepada pasien di Ruang
Teratai II di dapatkan
Tabel 2.32 Data Kejadian Dekubitus Norton Scale di Ruang Teratai II pada Oktober 2019
47
Frekuensi Presentasi
Resiko dekubitus 0 0%
Tidak beresiko 0 0%
Total 0 0%
Jadi, dari hasil laporan koordinator ruangan Teratai II menggenai kejadian dekubitus
adalah Tidak Beresiko dengan frekuensi 108 prosentase 100%.
8. Kepuasan
a. Kepuasan Pasien
Berikut ini akan di paparkan mengenai kepuasaan pasien pada tanggal 18 – 20 November
2019 terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisioner
RATER yang berisi 25 awal petanyaan berbentuk pilihan dengan jawaban “sangat tidak
puas”, “tidak puas”, “puas”, dan “sangat puas”. Dari 10 pasien/keluarga yang diambil secara
acak didapatkan nilai berikut:
Tabel 2.33 Data Kepuasan Pasien di Rang Teratai II pada Oktober 2019
Frekuensi Presentase
Sangat tidak puas 0 0
Tidak puas 0 0
Puas 10 100%
Sangat puas 0 0
Total 10 100%
Jadi, dari hasil kuisioner yang di kumpulkan ruangan Teratai II menggenai kepuasan
pasien adalah sangat tidak puas frekuensi 0 presentase 0%, tidak puas frekuensi 0 presentase
0%, puas frekuensi 10 presentase 100%,sangat puas frekuensi 0 presentase 0%.
48
No Tingkat Jumlah Presentase
Kepuasan Perawat
1 Puas 5 55,6%
2 Cukup Puas 0 0%
3 Tidak Puas 4 44,4%
Total 9 100%
Data primer pengkajian pada tanggal 21 November 2019
Berdasarkan tabel diatas diketahui tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja
selama menjadi perawat di Ruang Teratai I Rumah Sakit Dian Husada pada kategori
puas sebanyak 5 perawat dengan persentase 55,5% dan pada kategori Tidak Puas
sebanyak 4 perawat dengan Persentase 44,4%.
9. Kecemasan Pasien
Berdasarkan data kecemasan pasien dengan Zung Self- Rating Ansiety Scale pada
tanggal 18 November 2019 yang disebar ke 10 pasien secaraacak di Ruang Teratai II
didapatkan pasien yang mengalami kecemasan berjumlah 100% sedang dari jumlah sampling
tidak megalami kecemasan atau dalam keadaan normal.
49
3 Kategori C 0 0%
4 Kategori D 0 0%
5 Kategori E 2 20%
6 Kategori F 1 10%
7 Kategori G 1 10%
Total 10 100%
Jadi, dari hasil diatas disimpulkan di Ruang Teratai kelas II : kategori A frekuensi 6
presentase 0%, tidak puas frekuensi 0 presentase 0%, puas frekuensi 10 presentase
100%,sangat puas frekuensi 0 presentase 0%.
Jadi, dari hasil diatas disimpulkan di Ruang Teratai kelas II : pasien dengan pengetahuan
baik frekuensi 7 presentase 70%, pasien dengan pengetahuan cukup frekuensi 2 presentase
20%, pasien dengan pengetahuan kurang frekuensi 1 presentase 10% 13.
Table 2.37 Analisa Rawat Inap Bulan Oktober 2019 Ruang Teratai II
Pend Pend Pend Keluar Lama Hari
Awal Masuk Hidup Mati dirawat Perawatan
Oktober 0 108 102 6 31 hri 339 hri
2019
Tabel Indikator Mutu Pelayanan rawat inap ruang Teratai II di bulan Oktober
No Indikator Standar Hasil
1 Pemberi pelayanan di a. Dr. Spesialis - Dr. Spesialis penyakit dalam
rawat inap b. Perawat minimal - Dr. Spesialis bedah
pendidikan D3
- Dr. Spesialis Ortho
- Dr. Spesialis anak
- Perawat pendidikan D3 = 7
perawat dan S1= 8 perawat
4 Jam visite dokter 08.00 s/d 11.00 setiap Mulai pukul 14.00
hari kerja
spesialis
5 Kejadian infeksi 0% 0%
paska operasi
6 Kejadian infeksi 0% 0%
Nosokomial
7 Tidak adanya 0 % 0%
kejadian pasien jatuh
yang berakibat
kecacatan/kematian
8 Kematian pasien > ≤ 0.24 % 0,02 %
48 jam
9 Kejadian pulang <5% 0,1 %
paksa
10 Kepuasan pelanggan 100 % 95 %
51
11 Rawat inap TB a. ≥ 60 % a. 0 %
a. penegakan b. ≥ 60 % b. 100 %
diagnosis TB
melalui
pemeriksaan
mikroskopis
TB
b. terlaksana
kegiatan
pencatatan
Dan pelaporan TB di
Rumah Sakit
12 Kebutuhan darah bagi 100% terpenuhi 100% terpenuhi
setiap
pelayanan tranfusi
13 Waktu tunggu < 90 menit 120 menit/pasien
administrasi pasien
pulang
14 Decubitus 0% 0%
52
2.4 Analisis SWOT
Dari hasil pengkajian yang dilakukan analisis SWOTberdasarkan subsistem dalam
MAKP yang meliputi : 1) Penerapan MAKP, 2) sentralisasi obat, 3) Supervisi , 4)
Timbang Terima, 5) Dkumentasi, 6) Discharger Planning, 7) Ronde Keperawatan ,
8) Penerimaan Pasien Baru
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATIN BOBOT x S-W
G RATING
M1 – M5
53
1 M1(Suber daya manusia/MAN)
STRENGTH
1. Adanya tugas, peran, dan
0,4 3 1,2
wewenang yang jelas
2. Pelaksanaan kegiatan di Ruang
Teratai Kelas 2 sesuai dengan
0,3 3 0,9
uraian tugasnya
3. Adanya pelatihan perawat
WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Beban kerja perawat diruangan 0,3 3 0,9
54
5. Jenis ketenagakerjaan di Ruang 0,2 2 0,4
Teratai banyak yang lulusan D3
Keperawatan
1 2,7
TOTAL
TOTAL
0,3 1 0,3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan yang 0,2 1 0,2
lebih professional
55
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan hokum
0,2 2 0,4
3. Makin tinggi kesadaran
masayarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
4. Persaingan antar Rumah Sakit
semakin kuat 0,1 2 0,2
mampu menggunakan
semua alat-alat perawatan
untuk pasien.
0,2 2 0,4
4. Jumlah dan kualitas tempat
tidur Ruang Teratai Kelas II
sudah memadai.
0,3 3 0,9
5. Terdapat administrasi
penunjang (misal : buku
medikasi, lembar observasi
56
TTV, buku TT, buku SPO,
dan lain-lain)
TOTAL 1 3 S-W
3-2,9=
0,1
WEAKNESS : kelemahan
1. Peralatan yang tersedia untuk 0,3 2 0,6
tindakan di Ruang Teratai
Kelas II tidak sesuai dengan
rasio pasien.
0,3 3 0,9
2. Tidak tersedianya ruang rapat
perawat dan ruang dokter
secara tersendiri.
0,2 3 0,6
3. Tidak tersedianya nurse station
tersendiri bagi mahasiswa
praktek management.
0.2 4 0,8
4. Tidak tersedianya ruang untuk
kepala ruangan.
1 2,9
TOT`AL
57
58
2) Kegiatan manajemen yang sudah
berjalan meliputi: timbang terima.
0,1 3 0,3
discharge planning. sentralisasi obat.
supervisi ,dokumentasi dan peneriman
pasien baru.
3) Mempunyai Standar Asuhan
Keperawatan dan Protap setiap 0,2 3 0,4
tindakan.
4) Komunikasi antar perawat
0,2 4 0,8
cukup efektif.
5) Adanya kepuasaan pasien terhadap 0,1 4 0,4
kinerja perawat sebanyak 71,4%.
6) Pelaksanaan MAKP sudah dilakukan.
0,1 2 0,2
TOTAL
1 2,7
WEAKNESS
1 1,5 S–W
TOTAL
2,7-1,5 =
1,2
59
2) Adanya kerjasama antara institusi 0,3 3 0,9
pendidikan kesehatan dengan RS.
3) Adanya kebijakan RS dalam
peningkatan SDM 0,2 3 0,6
4) Rumah sakit yang sudah terakreditasi
0,1 2 0,2
16 standart pelayanan
5) PPNI berkontribusi dengan menaungi 0,2 3 0,6
1 3,5
TOTAL
THREATENED
60
2. Ronde
a. keperawatan
1) STRENGTH
2,7-4= -
1,3
1) WEAKNESS
2)
Tidak dilakukan ronde keperawatn
0,5 4 2
Perawat tidak memhami ronde
keperawatan 0,5 4 2
1 4
TOTAL
b.
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
61
2) Adanya dukungan dari ruangan untuk 0,4 3 1,2
mengadakan ronde keperawatan.
3) Banyaknya kasus-kasus medik yang
memerlukan perhatian khusus. 0,4 2 0,8
TOTAL
1 2,9
TREATHENED
TOTAL
1 2,4 O-T=
2,9-2,4 =
0,5
62
3. Sentralisasi Obat
STRENGTH
63
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
OPPORTUNITY
TOTAL 1 3
TREATHENED
64
3) 1,5
TOTAL
1 1,5
4. Supervisi
STRENGTH
2,9-2,6
WEAKNESS =0,3
OPPORTUNITY
65
2) Adanya kerjasama yang baik antara
institusi kesehatan dengan bidang
0,3 3 0,9
keperawatan
3) Adanya kebijakan RS tentang
pengembangan profesionalisasi
0,2 3 0,6
keperawatan
4) Adanya supervisi dapat meningkatkan
mutu pelayanan 0,3 4 1,2
TOTAL
1 3,5
THREATENED
0,3 2 0,6
1) Adanya kompetisi beberapa RS
mengenai kegiatan keperawatan.
2) Adanya komplainan masyarakat yang 0,2 4 0,8
tinggi terhadap mutu kesehatan. 3)
0,5 4 2
Aanya KTD diruangan
1 3,4 O-T
TOTAL 3,5-3,4 =
0,1
5. Timbang Terima
STRENGTH
66
67
4) Kegiatan timbang terima telah 0,2 3 0,6
dilakukan pada tiap shift
5) Kegiatan timbang terima dilaksanakan
tepat waktu 0,2 3 0,6
TOTAL
1 2,8 S-W
2,8-
2=0,8
WEAKNESS
OPPORTUNITY
TOTAL 1 3.5
THREATENED
68
pelayanan keperawatan yang
professional
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan tanggung 0,5 2 1
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
2 O-S
1 3,52=1,5
TOTAL
6. Discharge Planning
STRENGHT
1)
Adanya kemauan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada
69
2) pasien/keluarga 0,3 4 1,2
Pernah dilaksanakannya
0,1 2 0,2
3) discharge planning sebelumnya
Adanya surat kontrol dan format resume
4) untuk pasien pulang
0,3 3 0,9
Ada alur pasien pulang
TOTAL 0,3 3 0,9
WEAKNESS 1 3,2
1)
Keterbatasan waktu perawat dalam
2) memberikan Pendidikan Kesehatan. 0,4 3 1,2
Sudah tersedianya kartu discharge
planning untuk pasien pulang
0,6 3 1,8
TOTAL
1 3
OPPORTUNITY
70
1) Adanya kerjasama yang baik antara
institusi kesehatan dengan bidang
0,4 3 1,2
keperawatan S-W
2) Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa s1 dengan perawat klinik 3,2-3
0,6 2 1,2
=0,2
TOTAL
1 2,4
TREATHENED
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan keperawatan 0,5 3 1,5
yang profesional
2) Makin tingginya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan 0,5 4 2
O-T
2,4-3,5 =
TOTAL 1 3,5 -1,1
7. Dokumentasi Keperawatan
71
5) Ketepatan waktu dalam 0,1 3 0,3
pendokumentasian.
S-W
TOTAL
1 3,5 3,5-1,5 =
2
WEAKNESS
TOTAL 1,5
1
b. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
THREATHENED
3 1,8
0,6
1) Adanya tingkat kesadaran yang tinggi
dari pasien dan keluarga tentang
tanggung jawab dan tanggung gugat.
72
2) Persaingan antar RS dalam 0,4 4 1,6
memberikan pelayanan keperawatan
O-T
TOTAL
1 3,4 2,2-3,4 =
-1,2
73
8. Penerimaan Pasien Baru
STRENGTH
S-W
TOTAL
1 3,6 3,6-3 =
0,6
WEAKNESS
TOTAL 1 3
OPPORTUNITY
74
manajemen keperawatan
2) Adanya kerjasama yang baik antara
0,6 3 1,8
mahasiswa dengan perawat Ruang
tulip atas. O-T
1 3 3-3,4=
TOTAL
-0,4
TREATHENED
4 M4 (MONEY)
a) Internal Factor (IFAS)
STRENGHT
1. Terdapat pendapatan dari jasa 0,5 3 1,5
medic, baik dari pasien dengan
biaya sendiri, maupun BPJS
Kesehatan yang dapat diklaim
untuk menunang proses
keperawatan.
0,5 3 1,5
2. Berdasarkan data rawat inap ruang
teratai lebih banyak pasien yang
menggunakan bpjs untuk
mengakses jasa keperawatan di
S–W
rumah sakit dian husada
3-3
75
Total 1 3 =0
WEAKNESS
1. Banyak perawat yang mengeluh 0,25 3 0,75
gaji yang diberikan rumah sakit
belum mencukupi dari standar yang
berlaku.
2. Gaji yang diberikan tidak sesuai 0,25 3 0,75
1 3
Total
76
Total 1 2,31
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 2 1
dari masyarakat dalam aspek
perawatan yang membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.
2. Perawat merasa pekerjaan saat ini
tidak sesuai dengan harapan yang 0,5 2 1
1 2
Total
5 MUTU (M5)
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya upaya penjaminan mutu 0,3 2 0,6
keselamatan pasien dengan
pemberian gelang indetivikasi pada
semua pasien
2. Kepatuhan petugas dalam 0,3 3 0,9
Penerapan 5 moment cuci tangan
3. Kepuasan pasien pada pelayanan 0,4 3 1,2
keperawatan
1 2,7 S-W
TOTAL
2,7-1=
1,7
WEAKNESS
0,5 3 1,5
1. Tidak adanya rekap manual
lamanya perawatan pasien di ruang
0,5 3 1,5
Teratai II
2. Rata – rata BOR 29%
77
TOTAL 1 3
TREATHENED
0,5 3 1,5
1. Persaingan RS dalam memberikan
pelayanan keperawatan
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
0,5 4 2
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih profesional
TOTAL
1 3,5
78
Konvensional Agresif
Diferensif Diversifikasi
SV = Metode Supervisi
M4 = Keuangan
M5 = Mutu
DK = Metode Dokumentasi
79
2.5 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi, degan menggunakan pendekatan SWOT,
maka kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah :
1. Sumber daya manusia (M1)
Masalah
• Lebih banyak perawat lulusan D3 dengan jumlah 8 orang dari
pada jumlah lulusan S1 yaitu 7 orang
• Perawat diruang teratai banyak yang belum mengikuti
pelatihan atau seminar tentang MAKP
Penyebab
• Dengan banyaknya perawat lulusan D3 dapat mempengaruhi
perbedaan pengetahuan tentang sistem MAKP
• Kurangnya pelatihan atau seminar yang diadakan untuk para
perawat ruangan di ruang Teratai.
2. Sarana dan Prasarana (M2) Masalah
1. Alat-alat yang tersedia sudah memadai namun perlu ada beberapa
penambahan alat yang perlu ditambahkan
2. Tidak adanya ruang tersendiri bagi dokter dan kepala ruangan.
Penyebab :
80
Perawat belum ada yang pernah melakukan pelatihan MAKP
sebelumnya sehingga dalam menjalankan MAKP perawat kurang
memahami.
a) Timbang Terima Masalah :
Belum menggunakan format timbang terima yang baku Penyebab :
Format isi timbang terima kurang lengkap
b) Ronde Keperawatan Masalah
:
Ronde keperawatan tidak dilakukan Penyebab :
Keterbatasan waktu tenaga kesehatan yang berperaran dalam ronde
keperawatan
c) Supervisi
Masalah :
Belum adanya format penilaian yang tetap untuk supervisi Yang
memimpin jalannya supervisi yaitu koordinator ruangan
Penyebab :
Kurangnya sumber daya dalam melakukan supervisi
Pelatihan tentang MAKP masih belum optimal
d) Discharge Planning
Masalah :
Belum tersedianya leaflet dalam melakukan discharge Planning
Penyebab :
Tidak adanya sumber daya yang memadai untuk membuat leaflet.
e) Sentralisasi Obat
Masalah :Tidak ada masalah
Penyebab :
81
g) Dokumentasi keperawatan
Masalah : Tidak terdapat
masalah Penyebab:
Pembiayaan (M4)
Masalah :
a) Pendapatan atau gaji yang didapat belum sesuai dengan tuntutan kerja
yang berdampak pada pelayanan kesehatan kepada pasien
b) Tingginya kebutuhan ruangan dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien tidak sebanding dengan pendapatan rungan mutu (M5)
82
2. Dokumentasi 2 -1,2
Discharge Planning 0,2 -1,1
4. M2 (Sarana dan 0,1 -0,7
Prasarana)
5. M5 (Mutu) 1,7 0,5
6. Sentralisasi Obat 1 1,5
7. Timbang Terima 0,8 1,5
8. MAKP 1,2 0,7
9. M1 (Ketenagakerjaan) 0,6 0,7
10. Penerimaan Pasien 0,6 0,4
baru
11. Supervisi 0,3 0,1
12. M4 (Keuangan) 0 0,3
83