TUGAS PERTEMUAN 8 KGD METODE TRIASE START and SALT
Dosen Pengampu : Ns. Erny Forwaty, M.Kep
Oleh :
YULIANI NIM : P032014401042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES RIAU D III KEPERAWATAN PEKANBARU METODE TRIAGE START
Sistem Triase modifikasi yang paling sering digunakan adalah
START (Simple Triage and Rapid Treatment) yang biasanya digunakan untuk menangani kasus kecelakaan massal (multiple casualty incident/ MCI). Sistem ini dilakukan oleh penolong dalam 30 (tiga puluh) detik atau kurang untuk tiap korban yang mencakup pemeriksaan Respiration (respiras/pernafasan), Perfusion (perfusi/sirkulasi), dan mental status (status mental). Prinsip START adalah mengatasi ancaman nyawa, jalan nafas yang tersumbat, dan perdarahan massif arteri. System START di desain agar penolong pertama dapat memilah korban yang memiliki kondisi paling berat. Triase ulang harus dilakukan saat penolong lain telah tiba dilokasi kejadian untuk menilai kembali kondisi pasien, Tindakan pertolongan yang harus diberikan, stabilisasi dan transportasi pasien. START dapat dengan cepat dan akurat mengklasifikasi pasien ke dalam 4 (empat) kelompok/ kategori terapi yang ditandai dengan kartu warna (Triage Tag). Triage tag harus mudah dilihat sekalipun dalam cuaca gelap, dapat dilipat dan ditulis untuk mengisi informasi tentang pasien. Keempat warna kartu traise tersebut adalah: Hijau = minor : Delayed care/Tindakan dapat ditunda sampai 3 jam Kuning = Delayed : Urgent Care/Tindakan dapat ditunda sampai 1 jam Merah = Immediate: immediate care/Mengancam nyawa Hitam = Meninggal: victim is dead/ tidak perlu diberikan pertolongan Alat ini digunakan untuk anak-anak usia 1 dan 8 tahun. Mungkin tidak mudah untuk menentukan usia anak sehingga korban tampak masih anakanak maka menggunakan JUMPSTART dan jika korban terlihat seperti orang dewasa muda menggunakan START. Modifikasi dan penilaian tambahan akan diperlukan untuk anakanak kurang dari usia 1 tahun, denganketerlambatan perkembangan, cacat kronis atau cedera terjadi sebelum kejadian. Dalam metode START, Instruksi pertama kali yang harus disampaikan penolong kepada korban adalah meminta korban yang dapat berjalan untuk pindah ke tempat yang sudah dipersiapkan (bisa meminta korban menuju sumber suara). Jika korban dapat berdiri dan pindah ke tempat yang telah disediakan, kemungkinan besar mereka tidak dalam kondisi yang mengancam nyawa. Setelahnya berikan kartu hijau kepada korban yang telah pindah ke tempat yang disediakan. Jika korban mengeluh kesakitan dan kesulitan untuk pindah ke tempat yang sudah ditentukan minta mereka untuk tidak memaksakan diri berpindah tempat. Setelah semua korban yang bisa berjalan berpindah ketempat yang telah disediakan lalu lanjutkan triase kepada korban yang tidak mampu berjalan dengan penilaian sebagai berikut: Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut : 1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU. 2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa : 3. Pernapasan : a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH. b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM. c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler. 4. Waktu pengisian kapiler : a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada. b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya. c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun. 5. Pemeriksaan status mental : a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH. c. Bila mampu beri KUNING. Kategori dalam metode Triase START terdapat 4 (empat) kategori : 1. Warna merah (prioritas 1) Korban yang diberikan label merah dengan keadaan kritis, seperti : - Bermasalah pada jalan nafas - Luka bakar berat. (airway & breathing). - Hipertermia. - Cedera kepala. - Hipotermia. - Cedera leher. - Keracunan. - Perdarahan yang tidak terkontrol. 2. Warna kuning (prioritas 2) Kuning diberikan pada korban dengan keadaan mendesak, seperti : - Kejang. - Cedera mata. - Luka bakar tanpa adanya masalah pada jalan nafas. - Merasakan sakit yang sangat sakit terdapat pada beberapa bagian. - Terdapat bengkak dengan perubahan bentuk terutama pada tangan dan kaki. 3. Warna hijau (prioritas 3) Hijau diberikan kepada korban yang tidak mengalami cedera serius, tetapi hanya memerlukan perawatan sedikit dan dapat menunggu perawatan tanpa bertambah parah, seperti: Bengkak. - Rasa sakit yang ringan. - Luka bakar yang ringan. - Cedera jaringan lunak. 4. Warna hitam (prioritas 0) Hitam diberikan pada pasien yang sudah meninggal dunia. METODE TRIAGE SALT
SALT Triage singkatan (sort – assess –lifesaving – interventions –
treatment/transport). SALT terdiri dari dua langkah ketika menangani korban. Hal ini termasuk triase awal korban menggunakan perintah suara, perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan prioritas, dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT memiliki beberapa karakteristik tambahan. Pertama, SALT mengidentifikasi kategori expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat diubah berdasarkan faktor-faktor tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya mengkategorikan luka, tapi memberikan evaluasi sekunder untuk mengidentifikasi korban langsung. Step 1 : SORT SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui penilaian korban secara individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk berjalan ke suatu area tertentu dan dikaji pada prioritas terakhir untuk penilaian individu. Penilaian kedua dilakukan pada korban yang diminta untuk tetap mengikuti perintah atau di kaji kemampuan gerakan secara terarah / gerakan bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak dari tempatnya dan dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas harus dinilai pertama karena pada korban tersebut yang paling membutuhkan intervensi untuk penyelamatan nyawa. Step 2 : ASSES Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk memberikan intervensi menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan perdarahan utama; membuka jalan napas pasien, dekompresi dada pasien dengan pneumotoraks, dan menyediakan penangkal untuk eksposur kimia. Intervensi ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup pasien. Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum menetapkan kategori triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek lingkup responder dan jika peralatan sudah tersedia. Setelah intervensi menyelamatkan nyawa disediakan, pasien diprioritaskan untuk pengobatan berdasarkan ke salah satu dari lima warna- kode kategori. Pasien yang mengalami luka ringan yang self-limited jika tidak diobati dan dapat mentolerir penundaan dalam perawatan tanpa meningkatkan risiko kematian harus diprioritaskan sebagai minimal dan harus ditunjuk dengan warna hijau. Pasien yang tidak bernapas bahkan setelah intervensi live saving yang diprioritaskan sebagai mati dan harus diberi warna hitam. Pasien yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki pulsa perifer, atau dalam gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang tidak terkendali harus diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan warna merah. Penyedia harus mempertimbangkan apakah pasien ini memiliki cedera yang mungkin tidak sesuai dengan kehidupan yang diberikan sumber daya yang tersedia, jika ada, maka provider harus triase pasien sebagai expectant /hamil dan harus ditunjuk dengan warna abu-abu. Para pasien yang tersisa harus diprioritaskan sebagai delayed dan harus ditunjuk dengan warna kuning. Bagan pelaksanaan metode salt