https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia
73
PENDAHULUAN teknologi canggih (John Naisbett dan Patricia
Aburdene, Megatrends 2000). Keadaan ini
Pada Perkembangan kemajuan Teknologi
memaksa semua bentuk organisasi – salah
Informasi dan komunikasi dewasa ini
satunya adalah lembaga pendidikan atau
berlangsung demikian pesat, sehingga
sekolah khususnya untuk menggunakan ICT
pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai
sebagai pendukung operasional maupun
suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut
strateginya. Teknologi informasi merupakan
masih dalam perjalanannya, sejak sekarang
teknologi yang berkaitan dengan input,
sudah dapat diperkirakan bakal terjadi berbagai
penyimpanan, pemrosesan, menghasilkan,
perubahan dibidang informasi maupun bidang-
mengambil kembali informasi secara elektronik
bidang kehidupan lain yang berhubungan
(Abdul Razak bin Hamdan, Aziz Deraman,
sebagai implikasi dari perkembangan keadaan
2009 , h.
tersebut. Perubahanperubahan yang akan dan
1)
sedang terjadi, terutama disebabkan oleh
potensi dan kemampuan Teknologi Informasi Perkembangan teknologi khususnya
dan Komunikasi yang memungkinkan manusia teknologi informasi mengubah cara
untuk saling berhubungan (relationship) dan pandang, cara kerja dan sekaligus
memenuhi kebutuhan mereka akan informasi implementasi dalam bidang pembelajaran ,
hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan hal tersebut ditandai dengan munculnya
yang dulu dialami manusia dalam berhubungan istilah-istilah baru seperti eBook, e-
satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, learning , cyber university. Akar kata cyber
jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lain, kini adalah cybernetics, yang artinya tentang
dapat diatasi dengan dikembangkannya “cara untuk mengendalikan (robot) dari
berbagai Teknologi Informasi dan Komunikasi jarak jauh”, jadi kata cyber berkaitan
mutakhir. Dengan menggunakan satelit dengan “pengendalian” dan “jarak jauh”.
misalnya hampir tidak ada lagi batas, jarak, dan Oleh karena itu cyber university terkait
waktu untuk menjangkau khalayakyang dituju dengan hal lain seperti distance learning,
dimana pun dan kapan pun. Begitu pula dengan cyber campus, virtual university, e-
kemampuan menerima, mengumpulkan, education, e-classes dan bentuk kelas jarak
menyimpan, dan menelusuri kembali informasi jauh lainnya yang memberikan gelar
yang dimiliki oleh perangkat teknologi (degree) kepada pesertanya. Berbeda
informasi seperti komputer, videocassette, dengan konsep pembelajaran jarak jauh
videodisc, maka hampir tidak ada lagi tradisional yang menggunakan
hambatan yang dialami untuk memenuhi segala korespondensi (suratmenyurat), maka
kebutuhan dan keperluan yang berkenaan cyber university memakai komputer dan
dengan kemampuan sasaran yang digunakan. internet untuk melaksanakan kegiatan atau
fungsinya. Jadi, interaksi yang dapat
Teknologi informasi (TI) dan komunikasi atau
diberikan tidak terbatas pada materi yang
ICT (information communication technology)
pasif (surat), tetapi juga materi yang
pada abad 21 ini memainkan peranan penting
bersifat interaktif, baik melalui
dalam kehidupan manusia dan organisasi
suratmenyurat (email / chating), video dan
sebagai alat penggerak eknomi berbasis digital.
telekonferensi, maupun bentuk-bentuk lain
Keadaan ini pernah diramalkan oleh John
yang layaknya ada pada kegiatan
Naisbett dan Aburdene dalam bukunya
universitas tradisional. Oleh karena itu ,
“Megatrend 2000” bahwa abad 21 akan terjadi
cyber university populer juga disebut
masyarakat informasi yang ditandai dengan
sebagai virtual university.
eknomi dunia digital yang disokong oleh
74
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
75
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
76
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
7) . Relatif lebih efesien. Misalnya bagi pendidikan agama Islam. Maka media
mereka yang tinggal jauh dari sekolah. pembelajaran e-learning digunakan siswa agar
memberikan petunjuk yang terarah bagi
b. Kekurangan E-learning pengembangan hasil evaluasi belajar (Sagala,
Pemanfaatan internet untuk pembelajaran 2006: 156)..
Elearning juga tidak terlepas dari berbagai Teknik penilaian dalam menggunakan media
kekurangan, yaitu: pembelajaran e-learning dalam pembelajaran
1) . Kurangnya interaksi antara gutu dan siswa pendidikan agama Islam tergantung dengan
atau bahkan antar siswa itu sendiri. kompetensinya. Yang dapat dilakukan evaluasi
pada media pemebelajaran elearning adalah
Kurangnya interaksi ini bisa
komptensi pengetauan. Kompetensi sikap dan
meperlambat terbentuknya values
keterampilan dapat dilakukan secara langsung.
dalam proses belajar dan mengajar.
2) . Kecendurungan mengabaikan aspek Analisis SWOT E-Learning Dalam
akademik atau aspek sosial dan sebaliknya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
mendorong tumbuhnya aspek Refleksi organisasi adalah tindakan yang
bisnis/komersial. dilakukan untuk mendapatkan analisis
3) . Proses belajar dan mengajarnya cenderung lingkungan internal (ALI) dan analisa
ke arah pelatihan dari pada pendididikan lingkungan eksternal (ALE). Untuk itu institusi
4) . Berubahnya peran guru dari yang semula sekolah digital harus mengenal kondisi-kondisi
menguasai teknik pembelajaran elemen internal organisasi (sekolah digital)
konversional ( tatap muka ), kini juga di yang sifatnya controllable (dapat dikuasai)
tuntut mengetaui teknik pembelajaran yang yang berguna untuk mengetahui faktor
berbasis tekhnologi informasi dan kekuatan dan kelemahan organisasi serta
komunikasi (ITC). mengenal kondisi-kondisi elemen eksternal
organisasi (sekolah digital) yang sifatnya
5) . Siswa yang tidak mepunyai motivasi yang
uncontrollable (yang relatif kurang dikuasai)
tinggi cenderung gagal.
yang berguna untuk mengetahui faktor peluang
6) . Tidak semua tempat tersedia fasilitas dan ancaman dengan menggunakan pendekatan
internet. analisis
7) . Kurangnya tenaga yang mengetaui dam SWOT (strength=kekuatan,
memiliki internet. weakness=kelemahan, opportunity=peluang,
8) . Kurangnya pengusaan bahasa komputer. dan threat=ancaman). Analisis SWOT ini
dimaksudkan untuk menentukan tingkat
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama urgensi dan dampak potensial serta skala
Islam dengan E-learning prioritas dalam mewujudkan sekolah digital.
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam Dengan asesmen organisasi ini dapat
dilakukan pada saat proses pembelajaran membantu institusi sekolah digital dalam
maupun akhir pembelajaran, tetapi teknih pengalokasian sumber daya yang lebih efektif,
proses evaluasinya dilakukan dengan cara e- melalui status finansial serta kuantitas dan
learning. Setelah melakukan evaluasi akhir, kualitas sumber dayanya (Sonhadji,
dengan e-learning, kita dapat melihat daftar Suprayogo, 2010)
siswa nama yang remedial mana yang tidak. Dengan pencermatan (scanning) terhadap
Remedial dapat langsung menggunakan e- lingkungan organisasi (institusi
learning, baik itu proses remedialnya, maupun sekolah digital) dapat diidentifikasi
hasil remedialnya (Sutikno, 2009: 34) kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap perwujudan sekolah digital. Dapat
dilakukan oleh guru dalam hal ini guru agama dilihat dalam tabel dibawah ini:
dan wakasek kurikulum pada setiap akhir Tabel 1. Kekuatan, Peluang, Ancaman
semester. Produk yang di evaluasi adalah Perwujudan E-Learning PAI
media pembelajaran e-learning itu sendiri. Kekuatan Kelemahan
Dengan evaluasi tersebut maka media (strength) (Weakness)
pembelajaran e-learning terus digunakan untuk
keberlangsungan proses pembelajaran
77
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
1. Jumlah SDM 1. Keterbatasan dana gramatikal berasal dari kata sifat kembang,
(pimpinan, guru, staf, untuk operasional yang berarti mekar, terbuka atau membentang,
menjadi besar dan menjadi tambah sempurna
personalia yang ahli IT) penyelenggaraan
(Depdikbud,1997:473). Jadi menurut istilah,
yang memadai 2. sekolah digital
pengembangan berarti proses, cara, perbuatan
2. Jumlah computer/laptop Terbatasnya saranamengembangkan (Depdikbud,1997:473).
yang memadai dan prasarana Maksudnya adalah proses perubahan dari
penunjang komponen-komponen sistem kearah yang lebih
3. Adanya political
perwujudan sekolahbaik atau lebih sempurna, dalam konteks
will komitmen 3. pembahasan ini adalah dari pembelajaran
digital
pimpinan terhadap tradisional menjadi pemebelajaran berbasis
Masih cukup banyak
perwujudan sekolah internet.
guru/staf yang
digital 4.
gaptek (gagap
Dalam rangka pengembangan e-learning dalam
teknologi) pembelajaran PAI tidak semudah apa yang kita
Kurangnya bayangkan, namun perlu manajemen, dan
pelatihan/workshopperencanaan strategis. Sebab mengembangkan
tentang konsep e-learning
IT tidak hanya sekedar memasang
dan praksisnya (setup) ICT, infrastruktur dan aplikasi-
aplikasinya, tetapi menyangkut nilai-nilai
manusia, sosial, budaya, kebijakan, struktur
Peluang Ancaman organisasi, prosedur, sistem pelayanan, politik
(Opportunity) (Threat) organisasi, manajemen perubahan, arah tujuan,
1. Era sekarang 1. Mudahnya perubahan sistem birokrasi dan strategi
mengadalah era ICT akses hal-hal pencapainya. Termasuk di dalamnya
yang menentukan apa yang sepatutnya dapat dicapai
2. Publikasi sekolah negatif dan bagaimana mencapainya serta proses
digital melalui 2. Arus menyejajarkan rencana strategi sekolah,
strategi sistem informasi dan strategi ICT.
informasi yang
ICT dapat bebas berakibat dilakukan Adapun tujuan dari perencanaan strategis ICT
dengan pada masuknya mudah budaya luar dalam pengembangan e-learning dalam
yang pembelajaran PAI adalah (1)
mengimplementasikan ICT lebih kreatif, (2)
3. Dikenal negatif masyarakat diarahkan untuk keunggulan kompetitif, (3)
dalam negeri maupun mancanegara, diselaraskan dengan visi, misi, dan tujuan
karena mudahnya meng-akses sekolah, (4) mengendalikan anggaran yang
kampus sekolah sangat terbatas, (5) mengontrol investasi ICT
tersebut dan infra strukturnya secara efisien dan efektif,
4. Jumlah penduduk yang berusia (6) menghindari konflik permintaan ICT, (7)
sekolah masih cukup banyak mendukung sistem manajemen pelayanan
sekolah, dan (8) menghindari proyek-proyek
ICT yang bersifat ad-hoc.
Dari keterangan tabel diatas, setelah melakukan Menurut Slamet (2010: 3) ada beberapa tahap
analisis SWOT terhadap perwujudan e-learning faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam indikator pencapaian keberhasilan
akan dapat melakukan terobosan-terobosan pengembangan sekolah digital yaitu:
positif, baik melalui ALI dan ALE tadi agar
Tahap pertama ICTSP (information
terwujudnya e-learning PAI.
communication technology strategic
Pengembangan Menuju E-Learning Dalam planning)
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel 2. Faktor dan Indikator
Setelah kita melakukan analisis SWOT Keberhasilan
terhadap perwujudan e-learning PAI adalah Tahap 1
melakukan pengembangan menuju arah Faktor Kunci Indikator Kunci
elearning PAI. Kata pengembangan secara
78
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
Keberhasilan Keberhasilan
(critical success factors) (key performance
indcators)
1. Ada niatan yang Terbentuknya
1. unit dan
kuat dari Faktor Kunci strukturIndikator Kunci
Keberhasilan
stakeholder Keberhasilan
manajemen
(critical success (key performance
internal untuk ICT yang
factors) indcators)
merubah bersifat
1. Faktor
paradigma 1. Faktor
strategis yang
Teknologi
pembelajaran Telknologi
dipimpin oleh
tradisional menjadi ICT
• Tersedianya • CIO
seorang Terpenuhinya
elearning untuk seluruh (chief ICT dan
perkantoran, information
2. Adanya dukungan infrastrukturnya
laboratorium,
yang kuat dari 2. officer) ditempattempat
dan tempat
political will sekolah Dokumenpenting
cetak dalam
3. Stakeholedr student loungs
internal lingkungan
biru
yang
ada kesediaan terhubung (blueprint)sekolah yang
dengan
menerima perubahan jaringan
pengembangadilengkapi
internet yang n e-learning dengan jaringan
4. Adanya komitmen
berkecepatan internet
mengembangka
tinggi • Terwujudnya
n e-learning
• Aplikasi berbasis web site sekolah
5. Adanya unit
web untuk • Tidak ada
manajemen ICT
menyampaikan kesulitan dengan
yang bersifat dan
informasi sarana &
bertindak
perguruan tinggi prasarana,
strategis serta
2. Faktor
professional yangsumber khususnya
daya manusia &
dipimpin oleh stakeholder
seorang CIOsosial organisasi internal untuk
(Chief• Stakeholder mengakses
informationinternal informasi secara
Officer) mempunyai on-line
tingkat eliteracy 2. Faktor sumberdaya
dan internet- manusia dan
literacy yang sosial organisasi
tinggi • Stakeholder
• Stakeholder internal dalam
Tabel 3. Faktor dan Indikator Keberhasilan berbasis web,3. Faktor
internal tidak mengakses
Tahap 2 grafis, ahli organisasi
gaptek (gagap informasi secara
jaringan dan
teknologi) on line sudah Terbentuknya
• Lingkungan menjadi lainnya struktur
sekolah kondusif, kebiasaan
3. Faktor organisasi unit
jika dilakukan (habit) Organisasi manajemen
system on-line • Terpenuhinya • Struktur
• Tersedianya tim tenaga ahli ICT
sumber daya dibidang disain
organisasi unit Kepuasan
manusia dibidang web, database
disain web, berbasis web,
database grafis, ahli
jaringan 79
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
Tahap yang berikutnya adalah interaksi digital yang bertujuan untuk menyediakan
fasilitas interaksi dua arah (two way) secara on line antara manajemen sekolah dengan
stakeholder dalam bentuk tanggapan, pesan atau pertanyaan singkat yang dapat
dilakukan melalui e-mail. Tahap keempat dalam metodologi e-learning ladalah
mentransformasikan sistem manajemen administrasi sekolah dalam bentuk digital. Kata
kunci yang harus diperhatikan adalah integrasi sistem informasi dari sumber daya
sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk platform tunggal atau single-windows yang
berfungsi sebagai pintu gerbang maya kampus dalam menjalankan sistem-sistem
manajemen sekolah. Ia dimaksudkan untuk memberikan fasilitas kepada guru, staf
administrasi dan siswa dalam melakukan transaksi secara on-line. Sehingga sebagian
besar pelayanan administrasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja di dunia ini
dengan mudah dan cepat. Inilah kunci keberhasilan dalam pengembangan elearning
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
80
Muchammad eka Mahmud / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019
81