Anda di halaman 1dari 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Proses Morfologi dengan Afiks Derivasional ke-an

Afiks ke-an merupakan salah satu afiks yang tergolong produktif dalam

bahasa Indonesia, terutama sebagai pembentuk kata dengan kategori nomina.

Pada penelitian ini, afiks ke-an diketahui berfungsi sebagai pembentuk leksem

baru sehingga kemudian tergolong sebagai afiks derivasional. Berdasarkan hasil

analisis data, pola pembentukan kata dengan afiks ke-an dalam morfologi

derivasional dapat dinyatakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 1.
Pola Pengimbuhan Afiks Derivasional ke-an

No Kategori Pola Contoh Data Jumlah Nomor Data


1 Nominalisasi ke-an + Adj. kejahatan 70 4, 5, 6, 8, 10, 14, 16,
→N 17, 29, 20, 22, 24, 25,
26, 27, 28, 30, 31, 33,
34, 36, 39, 42, 44, 45,
46, 48, 52, 53, 60, 61,
62, 64, 65, 66, 67, 68,
74, 75, 77, 78, 79, 80,
83, 87, 94, 95, 96, 99,
101, 102, 106, 107,
115, 116, 118, 121,
122, 123, 126, 127,
133, 135, 137, 139,
140, 145, 147, 149,
150
commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

ke-an + V → kemenangan 36 7, 9, 12, 13, 18, 29,


N 30, 32, 38, 40, 41, 43,
49, 51, 53, 55, 58, 63,
69, 70, 71, 76, 81, 82,
97, 108, 117, 124,
125, 130, 131, 132,
138, 141, 146, 151
ke-an + Adv. kemungkinan 2 56, 148
→N
ke-an + Num. kesatuan 1 110
→N
ke-an + Nkonkret kementerian 30 1, 2, 3, 11, 15, 21, 35,
→ Nabstrak 36, 37, 47, 50, 54, 57,
59, 73, 93, 109, 111,
112, 113, 114, 119,
120, 128, 129, 134,
136, 142, 143, 144
2 Verbalisasi ke-an + V → ketinggalan 5 83, 84, 88, 98, 100
V
ke-an + N → keracunan 3 90, 91, 100
V
ke-an + Adj. kecelakaan 7 72, 85, 86, 89, 92,
→V 103, 105
Total 154

Tabel 1 memperlihatkan terdapat delapan pola pembentukan leksem baru

melalui afiksasi ke-an. Seperti yang ditampilkan dalam tabel, proses morfologi

derivasional berupa afiksasi ke-an pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis,

yaitu nominalisasi atau pembentukan nomina dan verbalisasi atau pembentukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

verba. Berikut adalah uraian untuk masing-masing pola.

1. Afiks ke-an sebagai pembentuk nomina

Pada penelitian ini, konfiks ke-an merupakan jenis afiks yang produktif

sebagai pembentuk kata dengan kelas nomina. Pembentukan nomina atau

nominalisasi dengan afiks ke-an dapat dilakukan secara derivasional yang

dicirikan dengan adanya perubahan identitas leksikal. Afiks ke-an

menurunkan nomina dari dasar berupa adjektiva, verba, adverbia, numeralia,

dan nomina. Berikut adalah uraian pola nominalisasi melalui afiks

derivasional ke-an satu-persatu.

a. Afiks ke-an + Adj. → N

Pengimbuhan afiks ke-an pada dasar adjektiva yang menurunkan

bentuk nomina merupakan proses nominalisasi yang tergolong produktif

dalam penelitian ini. Penurunan nomina dari dasar adjektiva melalui

afiksasi ke-an dapat dilihat pada data berikut.

(6) Sesuai PKPU No.20/2018, mantan napi korupsi, eks napi bandar
narkoba, dan pelaku kejahatan seksual terhadap anak dilarang
menjadi caleg. (8/S/30918/hlm.2)

Pada data (6), terdapat kata kejahatan yang merupakan bentuk

turunan dari proses pembubuhan afiks ke-an. Dengan menggunakan

teknik bagi unsur langsung, diketahui bahwa kejahatan terdiri atas dua

unsur, yaitu pertama adalah afiks ke-an yang merupakan morfem terikat

karena tidak dapat berdiri sendiri dan harus menempel pada morfem lain

sehingga memiliki makna. Unsur yang kedua adalah jahat yang

commit
merupakan morfem bebas to user
yang juga sebagai bentuk dasar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

pembentukan kejahatan sehingga dapat dinyatakan proses morfologinya

sebagai JAHAT → KEJAHATAN.

Pada bentuk kejahatan, afiks ke-an menduduki peran sebagai unsur

inti yang mana kehadirannya bersifat mutlak harus ada. Kadar keintian

unsur tersebut diuji menggunakan teknik lesap yang penerapannya adalah

sebagai berikut.

(6a) Sesuai PKPU No.20/2018, mantan napi korupsi, eks napi bandar
narkoba, dan pelaku kejahatan seksual terhadap anak dilarang
menjadi caleg.
(6b) *Sesuai PKPU No.20/2018, mantan napi korupsi, eks napi bandar
narkoba, dan pelaku jahat seksual terhadap anak dilarang menjadi
caleg.

Pelesapan afiks ke-an pada (6b) menyebabkan kalimat data tersebut

menjadi tidak berterima secara gramatikal. Sebaliknya, kalimat pada (6a)

berterima secara gramatikal karena afiks ke-an tidak dilesapkan. Dari

pengujian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kehadiran afiks ke-an

pada data tersebut memang mutlak harus ada. Selain itu, pengujian

dengan pelesapan unsur pokok berupa afiks ke-an juga menunjukkan

adanya perbedaan antara kejahatan sebagai bentuk turunan dari afiksasi

ke-an dengan jahat yang merupakan bentuk dasarnya. Perbedaan antara

kedua bentuk tersebut ialah berupa perbedaan identitas leksikal di mana

kejahatan merupakan nomina ke-an yang dibentuk dari adjektiva jahat.

Kejahatan tergolong dalam kelas nomina dengan dasar ciri nomina, yaitu

tidak memiliki potensi untuk didampingi oleh partikel tidak → *tidak

kejahatan, serta memiliki potensi untuk didahului oleh partikel dari →


commit
dari kejahatan. Sementara itu, to user dasar jahat digolongkan dalam
bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

kelas adjektiva dengan ciri: 1) dapat bergabung dengan partikel tidak →

tidak jahat; 2) memiliki kemungkinan untuk dapat mendampingi nomina

seperti misalnya mendampingi nomina orang → orang jahat; serta 3)

dapat didahului oleh partikel sangat → sangat jahat, lebih → lebih jahat,

dan agak → agak jahat.

Pembentukan nomina ke-an dari dasar adjektiva juga ditunjukkan

pada data berikut ini.

(7) Menurut Baruno, ini adalah keikutsertaan pertama KRI Bima


Suci dalam balapan kapal layar, jadi wajar jika masih ada
beberapa kelemahan. (53/K/100918/hlm.4)

(8) Kesabaran intelektual artinya mampu menahan diri dan kuat


untuk tidak menyerah kepada tekanan-tekanan untuk menyatakan
suatu pendirian ilmiah, sebab memang belum selesai dan cukup
lengkap hasil dari penelitian. (116/PS/ES&UK/hlm.23)

Data (7) dan (8) menunjukkan bentuk turunan dari afiksasi ke-an berupa

kelemahan dan kesabaran. Kedua bentuk tersebut termasuk ke dalam

kategori nomina. Melalui teknik BUL, diketahui bahwa kelemahan dan

kesabaran terdiri atas unsur afiks ke-an yang dibubuhkan pada dasar

lemah untuk bentuk kelemahan dan sabar untuk bentuk kesabaran.

Kedua nomina ke-an tersebut diturunkan dari dasar yang termasuk dalam

kategori adjektiva, sehingga keduanya dapat dikategorikan sebagai

nomina deadjektiva. Proses penurunan leksem KELEMAHAN dan

KESABARAN dapat dinyatakan sebagai LEMAH → KELEMAHAN dan

SABAR → KESABARAN.

Perubahan identitas leksikal yang ditunjukkan dengan terjadinya

commitbentuk
pergeseran kelas kata antara to userdasar dan bentuk turunan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

adjektiva menjadi nomina mencirikan bahwa pembentukan kata

kejahatan, kelemahan, dan kesabaran termasuk dalam morfologi

derivasional. Hubungan derivasional pada pembentukan nomina

kejahatan, kelemahan, dan kesabaran dibuktikan melalui pemerian

paradigma infleksional dan derivasional dari masing-masing dasar.

Pertama, paradigma dari dasar JAHAT.

B A C
- -JAHAT -
terjahat I - Adj.
menjahati
dijahati
kujahati
II - V
kaujahati
diajahati
terjahati
penjahat
III - N
kejahatan

Pada paradigma dari dasar JAHAT tersebut, terdapat kata terjahat yang

merupakan bentuk infleksi dari leksem JAHAT. Selanjutnya, dasar

JAHAT dapat menurunkan bentuk verba seperti menjahati, dijahati,

kujahati, kaujahati, diajahati, dan terjahati. Penurunan verba tersebut

merupakan pembentukan derivasional dari JAHAT yang ditandai dengan

perubahan kelas kata. Leksem JAHAT juga menurunkan bentuk nomina

seperti yang diperlihatkan pada paradigma III, yaitu kata penjahat dan

kejahatan. Berdasarkan paradigma tersebut, dapat dinyatakan bahwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

kejahatan merupakan bentuk derivasi dari JAHAT yang didasari oleh

adanya perubahan kelas kata ( adjektiva menjadi nomina) serta perubahan

makna, yaitu kejahatan menyatakan ‘perihal jahat’.

Kedua, paradigma dari dasar LEMAH.

B A C
- -LEMAH -
terlemah I - Adj.
melemah
melemahkan
dilemahkan II - V
terlemahkan
memperlemahkan
pelemahan
III - N
kelemahan

Leksem LEMAH menurunkan bentuk infleksi berupa adjektiva terlemah

yang menyatakan makna ‘paling lemah’. Pada paradigma II yang

merupakan bentuk verba deadjektiva, leksem LEMAH menurunkan

melemah, melemahkan, dilemahkan, terlemahkan, dan meperlemahkan

yang merupakan bentuk derivasi. Pembentukan derivasional dari dasar

LEMAH juga diperlihatkan pada paradigma III yang berupa nomina

deadjektiva yang ditunjukkan oleh kata pelemahan dan kelemahan.

Sesuai dengan penelitian ini, kata kelemahan merupakan nomina turunan

dari afiksasi ke-an dalam morfologi derivasional. Hubungan derivasional

ini ditandai dengan perbedaan kategori, yaitu dasar adjektiva dan turunan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

nomina, serta adanya perubahan makna. Nomina kelemahan menyatakan

makna ‘perihal lemah atau hal yang berkaitan dengan lemah’.

Ketiga, paradigma dari dasar SABAR.

B A C
- -SABAR -
tersabar I - Adj.
bersabar
menyabarkan II - V
mempersabar
penyabar
III - N
kesabaran

Paradigma I menunjukkan adjektiva yang diturunkan dari leksem SABAR

yang merupakan bentuk infleksional, sementara paradigma II dan III

menunjukkan bentuk derivasional yang berupa verba deadjektiva dan

nomina deadjektiva. Leksem SABAR menurunkan adjektiva tersabar yang

menyatakan makna ‘paling sabar’ yang merupakan bentuk infleksional

pada kolom A. Sementara itu, bentuk derivasional berupa verba

deadjektiva ditunjukkan oleh kata bersabar, menyabarkan, dan

mempersabar pada paradigma II yang ditandai dengan perubahan kelas

kata. Bentuk derivasional dengan perubahan kelas kata juga ditunjukkan

pada paradigma III, yakni berupa nomina deadjektiva. Selain itu,

berdasarkan maknanya kata penyabar menyatakan ‘orang yang sabar’,

sedangkan kesabaran menyatakan ‘perihal sabar’.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Proses nominalisasi dengan dasar adjektiva melalui afiksasi ke-an

dalam morfologi derivasional dapat dibuat pola dan diuraikan sebagai

berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + Adj. → N ke-an + jahat kejahatan
ke-an + Adj. → N ke-an + lemah kelemahan
ke-an + Adj. → N ke-an + sabar kesabaran

Uraian pola pembentukan nomina kejahatan, kelemahan, dan kesabaran

menunjukkan afiks derivasional ke-an berfungsi mengubah kategori

adjektiva menjadi nomina. Selain itu, afiks derivasional ke-an juga

berfungsi mengubah leksem Adj. menjadi leksem N seperti pada data (6),

(7), dan (8) yaitu leksem Adj. JAHAT, LEMAH, dan SABAR menjadi

leksem N KEJAHATAN, KELEMAHAN, dan KESABARAN.

b. Afiks ke-an + V → N

Nomina ke-an sebagai hasil dari proses morfologi derivasional tidak

hanya dibentuk dari dasar berupa adjektiva. Pada penelitian ini,

ditemukan afiks derivasional ke-an juga membentuk kata berupa nomina

dengan bentuk dasar verba seperti pada data berikut ini.

(9) Peperangan adalah salah satu gejala sosial di mana terdapat lebih
dari satu kelompok manusia yang berambisi untuk saling serang
dengan demi memperoleh kemenangan.
(117/PS/ES&UK/hlm.55)

Kata kemenangan pada data (9) merupakan bentuk turunan dari

nominalisasi (pembentukan nomina) melalui afiksasi ke-an. Berdasarkan

penguraian terhadap commit to userlingual


unsur-unsur pembentuknya, nomina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

kemenangan terdiri atas dua unsur, yaitu morfem terikat afiks ke-an dan

morfem bebas menang. Pada proses morfologi tersebut, leksem

KEMENANGAN diturunkan dari leksem MENANG sehingga dapat

dinyatakan prosesnya sebagai MENANG → KEMENANGAN.

Sama halnya dengan kejahatan pada data (6), afiks ke-an pada

nomina kemenangan merupakan unsur inti sehingga kehadirannya mutlak

harus ada. Kadar keintian afiks ke-an pada kemenangan ini dapat diuji

menggunakan teknik lesap. Penerapan teknik tersebut dilakukan dengan

cara melesapkan afiks ke-an yang merupakan unsur pokok pada satuan

lingual tersebut. Berikut adalah pelesapan unsur afiks ke-an pada data.

(9a) Peperangan adalah salah satu gejala sosial di mana terdapat lebih
dari satu kelompok manusia yang berambisi untuk saling serang
dengan demi memperoleh kemenangan.
(9b) *Peperangan adalah salah satu gejala sosial di mana terdapat
lebih dari satu kelompok manusia yang berambisi untuk saling
serang dengan demi memperoleh menang.

Pengujian kadar keintian afiks ke-an pada kemenangan melalui

pelesapan seperti data (9b) menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak

berterima secara gramatikal. Sebaliknya, data (9a) yang tidak dikenai

pelesapan kalimatnya berterima secara gramatikal. Perbandingan bentuk

kemenangan dan menang pada (9a) dan (9b) menunjukkan adanya

perbedaan identitas leksikal antara keduanya. Telah dinyatakan bahwa

kemenangan termasuk dalam kelas nomina yang dibuktikan dengan

pengujian terhadap ciri nomina, yaitu 1) tidak dapat didampingi oleh

partikel tidak → *tidak kemenangan serta 2) dapat didahului oleh partikel

dari → dari kemenangan.commit to user


Sementara itu, bentuk dasar menang termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

dalam kategori verba dengan ciri antara lain, yaitu 1) dapat didampingi

oleh partikel tidak → tidak menang; serta 2) tidak dapat didampingi

partikel di → *di menang, ke → *ke menang, dan dari → *dari menang

yang mencirikan nomina serta partikel sangat → *sangat menang, lebih

→ *lebih menang, dan agak → *agak menang yang merupakan ciri dari

adjektiva.

Penurunan nomina kemenangan dari bentuk verba menang termasuk

dalam proses morfologi derivasional. Hubungan derivasi tersebut ditandai

dengan perbedaan kategori antara bentuk dasar dan bentuk turunannya.

Kata kemenangan termasuk dalam kategori nomina deverba, karena

nomina kemenangan diturunkan dari dasar berupa verba. Hubungan

derivasional dalam pembentukan nomina kemenangan dapat dilihat pada

tabel paradigma dasar MENANG berikut.

B A C
-MENANGI -MENANG -MENANGKAN
memenangi memenangkan
dimenangi dimenangkan
kumenangi kumenangkan I-V
kaumenangi kaumenangkan
diamenangi diamenangkan
pemenang
II - N
kemenangan

Berdasarkan tabel paradigma tersebut, leksem MENANG tidak

memiliki bentuk infleksional dan sebaliknya memiliki bentuk derivasi

berupa MENANGI pada commit


kolom toB user
dan MENANGKAN pada kolom C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Paradigma I menunjukkan leksem MENANGI memiliki bentuk turunan

berupa memenangi, dimenangi, kumenangi, kaumenangi, dan diamenangi

sehingga kolom B merupakan bentuk infleksional dari MENANGI.

Sementara itu, leksem MENANGKAN menurunkan bentuk infleksional

berupa memenangkan, dimenangkan, kumenangkan, kaumenangkan, dan

diamenangkan pada kolom C. Selain menurunkan verba, leksem

MENANG memiliki bentuk derivasional berupa nomina seperti yang

ditunjukkan pada paradigma II. Kata pemenang merupakan bentuk

nomina pe- dari dasar MENANG yang memiliki makna ‘orang yang

menang atau orang yang D’. Selanjutnya, terdapat bentuk derivasional

berupa nomina kemenangan yang menyatakan makna ‘perihal menang’.

Maka, berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, nomina

kemenangan merupakan bentuk derivasional dari MENANG.

Pada penelitian ini, proses pembubuhan afiks derivasional ke-an pada

dasar verba yang menurunkan nomina juga ditunjukkan oleh data berikut.

(10) Sudah empat jam kita membicarakan kesepakatan ini, Syahdan.


(70/E/TL/2015/hlm.12)

Kata kesepakatan pada data (10) merupakan bentuk nomina ke-an yang

diturunkan dari dasar sepakat. Pembentukan kesepakatan melalui

pembubuhan afiks ke-an menunjukkan fungsi afiks ke-an sebagai afiks

derivasional yang dapat mengubah kelas kata, yaitu dari verba menjadi

nomina. Untuk menguraikan nomina kesepakatan sebagai bentuk

derivasional dari leksem SEPAKAT, dapat dinyatakan paradigma dari

commit to user
dasar SEPAKAT seperti berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

B A C
-SEPAKATI -SEPAKAT -
menyepakati
disepakati
kusepakati I-V
kausepakati
diasepakati
kesepakatan II - N

Tabel paradigma tersebut memperlihatkan bahwa leksem SEPAKAT

tidak memiliki bentuk infleksional seperti *menyepakat, *disepakat, dan

lain sebagainya pada kolom A. Sementara itu, leksem SEPAKATI yang

merupakan bentuk derivasional dari SEPAKAT memiliki bentuk

infleksional seperti yang ditunjukkan pada kolom B. Leksem SEPAKAT

juga menurunkan bentuk derivasional seperti kesepakatan pada

paradigma II yang merupakan nomina deverba.

Nomina kemenangan dan kesepakatan diturunkan dari bentuk verba

menang dan sepakat yang tergolong sebagai verba dasar. Pada penelitian

ini, pembentukan nomina deverba tidak dibatasi pada nomina yang

dibentuk dari verba dasar, melainkan juga dibentuk dari verba turunan

seperti pada data berikut.

(11) Ketersediaan benih bawang putih yang bagus menjadi hal yang
sangat penting. (13/S/30918/hlm.3)

Pada data (11) terdapat kata ketersediaan yang merupakan nomina

ke-an yang dibentuk dari dasar verba tersedia. Verba tersedia termasuk

dalam kategori verba turunan yaitu berupa verba berafiks yang ditandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

dengan adanya afiks ter- sehingga proses penurunan leksem

KETERSEDIAAN dapat dinyatakan sebagai SEDIA → TERSEDIA →

KETERSEDIAAN. Pembentukan nomina ketersediaan sebagai bentuk

derivasional dapat dilihat pada pemerian paradigma dari dasar TERSEDIA

seperti berikut.

B A C
- -SEDIA -SEDIAKAN
tersedia menyediakan
disediakan
kusediakan I-V
kausediakan
tersediakan
penyedia
penyediaan II - N
ketersediaan

Paradigma I merupakan verba dan menunjukkan dasar SEDIA

memiliki bentuk derivasi berupa verba SEDIAKAN dengan bentuk-bentuk

infleksionalnya berupa menyediakan, disediakan, kusediakan,

kausediakan, dan tersediakan pada kolom C. Sementara itu, kata tersedia

pada kolom A merupakan bentuk infleksi dari dasar SEDIA. Bentuk

derivasi dari dasar SEDIA juga ditunjukkan pada paradigma II yang

merupakan nomina deverba. Kata penyedia diturunkan dari dasar SEDIA

melalui afiksasi pe-, kata penyediaan diturunkan melalui afiksasi pe-an,

dan ketersediaan diturunkan dari ke-an yang sebelumnya didahului

dengan pengimbuhan afiks ter-. Paradigma II menunjukkan bentuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

derivasional yang ditandai dengan perubahan kelas kata, yaitu verba

menjadi nomina.

Pembentukan nomina kemenangan, kesepakatan, dan ketersediaan

melalui pembubuhan afiks ke-an termasuk dalam morfologi derivasional.

Hal tersebut ditandai dengan perubahan kategori, yaitu verba menjadi

nomina. Proses pembentukan nomina kemenangan dan ketersediaan

dapat dibuat pola dan diuraikan sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + V → N ke-an + menang kemenangan
ke-an + V → N ke-an + sepakat kesepakatan
ke-an + V → N ke-an + tersedia ketersediaan

Uraian pola pembentukan nomina kemenangan, kesepakatan, dan

ketersediaan menunjukkan afiks derivasional ke-an berfungsi mengubah

kategori verba, baik verba dasar maupun verba turunan menjadi nomina.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa afiks derivasional ke-an

berfungsi mengubah leksem V menjadi leksem N seperti pada data (9),

(10) dan (11), yaitu leksem V MENANG menjadi leksem N

KEMENANGAN, SEPAKAT menjadi KESEPAKATAN, dan TERSEDIA

menjadi KETERSEDIAAN.

c. Afiks ke-an + Adv. → N

Pada penelitian ini juga ditemukan bentuk nomina ke-an yang

diturunkan dari bentuk dasar dengan kelas adverbia seperti pada data

berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

(12) Antara lain, menjajaki kemungkinan menggunakan mata uang


mitra dagang dalam impor; menjaga harga komoditas pangan
tidak bias konsumen; terjadi transfer kenaikan pendapatan bagi
petani yang komoditasnya dieskpor, seperti sawit; mengurangi
impor pangan yang mampu diproduksi dalam negeri, seperti gula
dan garam. (56/K/100918/hlm.6)

Pada data (12) terdapat kata kemungkinan yang merupakan bentuk

turunan dari proses morfologi berupa pembubuhan afiks ke-an. Bentuk

kemungkinan dapat diuraikan unsur-unsur lingualnya, yakni terdiri atas

dua unsur. Pertama adalah afiks ke-an yang merupakan morfem terikat,

dan kedua mungkin yang merupakan morfem bebas. Morfem bebas

mungkin pada proses morfologi tersebut juga menduduki peran sebagai

bentuk dasar sehingga dapat dinyatakan bahwa leksem KEMUNGKINAN

diturunkan dari leksem MUNGKIN.

Selain menduduki peran sebagai morfem terikat, afiks ke-an

merupakan unsur pokok dari bentuk kemungkinan. Hal itu menyebabkan

afiks ke-an memiliki kadar keintian yang tinggi sehingga keberadaannya

mutlak harus ada pada data karena ketidakhadiran unsur pokok pada data

menyebabkan data menjadi tidak berterima secara gramatikal. Kadar

keintian dari unsur pokok afiks ke-an dapat diuji dengan teknik lesap

yang penerapannya dilakukan dengan cara melesapkan unsur yang

menjadi pokok pada sebuah satuan lingual seperti berikut.

(12a) Antara lain, menjajaki kemungkinan menggunakan mata uang


mitra dagang dalam impor; menjaga harga komoditas pangan
tidak bias konsumen; terjadi transfer kenaikan pendapatan bagi
petani yang komoditasnya dieskpor, seperti sawit; mengurangi
impor pangan yang mampu diproduksi dalam negeri, seperti
gula dan garam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

(12b) *Antara lain, menjajaki mungkin menggunakan mata uang


mitra dagang dalam impor; menjaga harga komoditas pangan
tidak bias konsumen; terjadi transfer kenaikan pendapatan bagi
petani yang komoditasnya dieskpor, seperti sawit; mengurangi
impor pangan yang mampu diproduksi dalam negeri, seperti
gula dan garam.

Data (12a) dan (12b) menunjukkan pengaruh pembubuhan afiks

ke-an pada data. Pada data (12a), kehadiran afiks ke-an yang membentuk

kata kemungkinan mengakibatkan kalimat tersebut berterima secara

gramatikal. Sebaliknya, pelesapan afiks ke-an pada (12b) menyebabkan

kalimat tersebut menjadi tidak berterima. Ketidakberterimaan kalimat

pada (12b) menunjukkan bahwa afiks ke-an merupakan unsur pokok yang

kehadirannya mutlak harus ada.

Ketidakberterimaan kalimat (12b) menunjukkan adanya perbedaan

antara bentuk kemungkinan dengan mungkin. Berdasarkan pengujian

kategori kelas kata, diketahui bahwa kemungkinan termasuk dalam kelas

nomina dengan ciri yaitu tidak dapat didampingi oleh partikel tidak →

*tidak kemungkinan. Ciri selanjutnya adalah adanya potensi untuk

didampingi oleh partikel dari → dari kemungkinan itu. Sementara itu,

bentuk dasar mungkin termasuk dalam kategori adverbia.

Pembentukan nomina kemungkinan menunjukkan fungsi afiks ke-an

sebagai afiks derivasional yang dapat mengubah identitas leksikal berupa

kelas kata, yaitu dari bentuk dasar mungkin yang berkategori adverbia

menjadi kemungkinan yang tergolong sebagai nomina. Hubungam

derivasional tersebut dapat dilihat pada paradigma dari dasar MUNGKIN

berikut ini. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

B A C
- -MUNGKIN -
berkemungkinan memungkinkan
I-V
dimungkinkan
kemungkinan II - N

Berdasarkan pemerian paradigma di atasa, dasar MUNGKIN yang

dikategorikan sebagai adverbia tidak memiliki bentuk infleksional.

Paradigma I menunjukkan bentuk derivasional dari dasar MUNGKIN

yang merupakan verba deadverbia. Verba yang terbentuk di antaranya

adalah memungkinkan, dimungkinkan, dan berkemungkinan. Sementara

itu, paradigma II menunjukkan kata berkelas nomina yang merupakan

bentuk derivasional dari dasar MUNGKIN yaitu kata kemungkinan.

Hubungan derivasional ini ditandai dengan adanya perubahan kelas kata

dari adverbia menjadi nomina.

Proses pembentukan nomina kemungkinan dari adverbia mungkin

melalui afiksasi ke-an tersebut dapat dibuat pola sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + Adv. → N ke-an + mungkin kemungkinan

Uraian pola pembentukan nomina kemungkinan menunjukkan fungsi

afiks derivasional ke-an yaitu mengubah kategori adverbia menjadi

nomina. Selain itu, afiks derivasional ke-an juga berfungsi mengubah

leksem Adv. menjadi leksem N seperti pada data (12), yaitu leksem Adv.

MUNGKIN menjadi leksem N KEMUNGKINAN.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

d. Afiks ke-an + Num. → N

Morfologi derivasional yang ditandai dengan perubahan kategori

kelas kata pada penelitian ini tidak hanya membentuk kata dengan

kategori nomina deadjektiva, nomina deverba, dan nomina deadverbia.

Pada penelitian ini juga ditemukan pembentukan nomina ke-an yang

diturunkan dari dasar numeralia seperti data berikut.

(13) Dengan demikian, masyarakat sendiri merupakan kesatuan hidup


manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinu dan terikat oleh identitas bersama.
(110/PS/ES&UK/hlm.5)

Pada data (13), terdapat kata kesatuan yang merupakan bentuk

turunan dari afiksasi ke-an. Apabila diuraikan unsur-unsur pembentuknya,

diketahui bahwa kesatuan terdiri atas dua unsur, yaitu morfem terikat

berupa afiks ke-an dan morfem bebas satu. Leksem SATU pada proses

morfologi ini juga menduduki fungsi sebagai dasar dari KESATUAN

sehingga dapat dinyatakan prosesnya sebagai SATU → KESATUAN.

Afiks ke-an juga merupakan unsur inti yang mana memiliki sifat

kehadirannya mutlak harus ada. Keintian afiks ke-an dapat diuji

menggunakan teknik lesap, yaitu dengan melesapkan unsur pokok yang

dalam hal ini adalah afiks ke-an seperti berikut.

(13a) Dengan demikian, masyarakat sendiri merupakan kesatuan


hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh identitas
bersama.
(13b) *Dengan demikian, masyarakat sendiri merupakan satu hidup
manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinu dan terikat oleh identitas bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Data (13a) dan (13b) menunjukkan perbandingan fungsi kesatuan

dan satu pada kalimat. Pelesapan afiks ke-an pada (13b) menyebabkan

kalimat tersebut menjadi tidak berterima secara gramatikal. Hal tersebut

dikarenakan pembubuhan afiks ke-an pada satu telah mengubah kategori

dari bentuk tersebut sehingga unsur tersebut merupakan unsur pokok

yang mutlak diperlukan sebagai pembentuk satuan lingual. Kata kesatuan

termasuk dalam kategori nomina yang memiliki ciri tidak dapat

didampingi oleh partikel tidak → *tidak kesatuan serta dapat didahului

oleh partikel dari → dari kesatuan hidup. Sementara itu, satu tergolong

sebagai numeralia yang memiliki ciri di antaranya sebagai berikut: 1)

dapat mendampingi nomina, misalnya nomina buah apel → satu buah

apel; serta 2) tidak dapat didahului oleh partikel tidak → *tidak satu atau

pun partikel sangat → *sangat satu.

Perubahan identitas leksikal yang ditandai dengan pergeseran kelas

kata yaitu numeralia menjadi nomina menandakan bahwa pembentukan

kata kesatuan termasuk dalam morfologi derivasional. Hal tersebut dapat

dilihat pada pemerian paradigma dari dasar SATU seperti berikut.

B A C
- -SATU -
kesatu I - Num.
menyatu menyatukan
bersatu disatukan
kusatukan II - V
kausatukan
commit to user diasatukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

mempersatukan
penyatu
penyatuan
pemersatu
III - N
pemersatuan
satuan
kesatuan

Tabel paradigma tersebut memperlihatkan bahwa bentuk SATU memiliki

bentuk infleksional kata kesatu seperti pada paradigma I yang merupakan

numeralia. Paradigma II menunjukkan bentuk derivasional dengan

kategori verba denumeralia yang dibagi menjadi dua, yaitu menyatu

dengan bentuk infleksional bersatu dan menyatukan dengan bentuk

infleksional disatukan, kusatukan, kausatukan, diasatukan, dan

mempersatukan. Selanjutnya, paradigma III merupakan nomina

denumeralia yang merupakan bentuk derivasional dari dasar SATU.

Bentuk derivasional berupa penyatu, penyatuan, pemersatu, pemersatuan,

satuan, dan kesatuan ditandai dengan perubahan kelas yaitu dasari

numeralia menjadi nomina serta adanya makna ‘benda’ yang ciri makna

tersebut tidak dimiliki oleh dasar SATU.

Berdasarkan uraian mengenai pembentukan nomina kesatuan dari

dasar numeralia satu melalui pembubuhan afiks ke-an, proses penurunan

nomina kesatuan dapat dibuat pola dan diuraikan sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + Num. → N ke-an + satu kesatuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Uraian pola pembentukan nomina kesatuan menunjukkan fungsi afiks

derivasional ke-an yaitu mengubah kategori numeralia menjadi nomina.

Selain itu, afiks derivasional ke-an juga berfungsi mengubah leksem Num.

menjadi leksem N seperti pada data (13), yaitu leksem Num. SATU

menjadi leksem N KESATUAN.

e. Afiks ke-an + Nkonkret → Nabstrak

Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan bentuk nomina dengan

afiks ke-an yang dibentuk dari nomina. Meskipun tidak ada perubahan

kelas kata dalam proses morfologinya, namun pembentukan nomina dari

bentuk dasar berupa nomina tersebut termasuk ke dalam kategori

morfologi derivasional. Misalnya pada data berikut ini.

(14) Kementerian Pertanian mengimbau importir bawang putih dan


petani mitra tidak salah memilih benih. (11/S/30918/hlm.3)

Kata kementerian pada data (14) merupakan bentuk turunan dari

proses afiksasi ke-an yang terdiri atas dua unsur lingual, yaitu morfem

terikat berupa afiks ke-an dan morfem bebas menteri. Dilihat dari segi

kelas katanya, kementerian merupakan nomina yang dibentuk dari

nomina menteri yang artinya dalam proses morfologi kementerian ini

tidak terjadi perubahan kategori atau kelas kata. Meskipun tidak terdapat

perubahan kelas kata, proses morfologi tersebut tergolong dalam proses

derivasional. Penggolongan afiksasi ke-an pada kementerian sebagai

proses morfologi derivasional ini didasarkan pada adanya perubahan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

identitas leksikal berupa perubahan komponen makna. Komponen makna

dari kata menteri dan kementerian dapat diuraikan sebagai berikut.

komponen makna menteri kementerian

benda + +

bernyawa + -

tidak bernyawa - +

manusia + -

bukan manusia - +

Tabel tersebut memperlihatkan perbedaan komponen makna dari kata

menteri dan kementerian. Tabel komponen makna tersebut menunjukkan

bahwa kata menteri memiliki ciri sebagai benda bernyawa dan merupakan

manusia. Berdasarkan ciri tersebut, menteri menunjuk pada referen

berupa orang (manusia) yang menduduki jabatan sebagai menteri.

Sementara itu, kementerian memiliki ciri komponen makna sebagai

sebuah benda, tidak bernyawa, dan bukan manusia. Kementerian

menunjuk pada referen berupa sebuah benda yaitu suatu instansi

pemerintahan yang dipimpin oleh seorang menteri. Selain menunjuk pada

suatu instansi pemerintahan, kementerian juga menunjuk pada suatu

sistem yang berkaitan dengan menteri.

Pengujian terhadap komponen makna dari menteri dan kementerian

menunjukkan bahwa kedua kata tersebut tergolong dalam kategori

nomina karena memiliki ciri sebagai benda. Namun ketika diuji lebih

lanjut dengan ciri yangcommit


lain, to
diketahui
user bahwa kedua kata tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

memiliki identitas yang berbeda, seperti ciri makna bernyawa yang

dimiliki oleh menteri dan tidak dimiliki oleh kementerian. Hal ini

menunjukkan bahwa meskipun keduanya termasuk dalam kategori

nomina, namun tidak dapat saling menggantikan dalam kalimat. Hal itu

disebabkan keduanya menunjuk pada referen yang berbeda sehingga

ketika diujikan dalam kalimat maka akan terdapat perbedaan informasi

seperti berikut.

(14a) Kementerian Pertanian mengimbau importir bawang putih dan


petani mitra tidak salah memilih benih.
(14b) Menteri Pertanian mengimbau importir bawang putih dan
petani mitra tidak salah memilih benih.

Kalimat data (14a) dan (14b) menyatakan informasi yang berbeda.

Data (14a) menyatakan bahwa sebuah instansi pemerintahan di tingkat

kementerian yang mengurusi masalah pertanian memberikan imbauan

kepada importir bawang putih dan petani agar tidak salah dalam memilih

benih. Artinya pada kalimat (14a) yang melakukan pengimbauan adalah

pihak kementerian, dan tidak menunjuk pada satu personal. Sementara itu,

data (14b) menyatakan bahwa yang memberikan imbauan adalah

seseorang yang menjabat sebagai menteri. Pengujian perbedaan

komponen makna pada data (14a) dan (14b) membuktikan bahwa

meskipun sama-sama termasuk dalam kategori nomina, namun menteri

dan kementerian menunjuk pada referen yang berbeda. Perubahan referen

yang ditunjuk ini menunjukkan bahwa kedua bentuk lingual tersebut

memiliki identitas leksikal yang berbeda, sehingga antara keduanya

commit to user
memiliki hubungan derivasional. Hubungan derivasional tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

diperlihatkan lebih jelas pada pemerian paradigma dasar MENTERI

seperti berikut.

B A C
- -MENTERI -
kementerian I-N

Paradigma I merupakan bentuk nomina yang diturunkan dari dasar

MENTERI berupa kata kementerian. Nomina kementerian merupakan

bentuk turunan satu-satunya dari dasar MENTERI. Hubungan derivasional

tersebut ditandai dengan adanya perubahan makna leksikal serta referen

yang ditunjuk seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Fenomena pembentukan nomina secara derivasional dengan afiksasi

ke-an yang tidak diikuti oleh adanya perubahan kelas kata juga

ditunjukkan pada data berikut.

(15) Momentum Asian Games mengingatkan semangat keindonesiaan


dan persatuan masih dimiliki bangsa ini dalam menyongsong
Pemilu 2019. (54/K/100918/hlm.5)

(16) Dalam kasus Perancis, ketidakadilan tersebut bertambah-tambah


akibat totaliter yang diterapkan dalam pemerintahan kerajaan
tersebut. (113/PS/ES&UK/hlm.8)

Data (15) dan (16) menunjukkan bentuk turunan dari afiksasi ke-an

berupa keindonesiaan dan kerajaan yang dibentuk dari dasar Indonesia

dan raja. Kedua bentuk tersebut, yaitu keindonesiaan dan kerajaan

termasuk ke dalam kategori nomina yang diturunkan dari dasar nomina.

Pembentukan nomina keindonesiaan dan kerajaan sebagai bentuk

derivasional dapat dilihat pada paradigma dasar INDONESIA dan RAJA


commit to user
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

(a) Paradigma dari dasar INDONESIA

B A C
- -INDONESIA -
keindonesiaan I-N

(b) Paradigma dari dasar RAJA

B A C
- -RAJA -
kerajaan I-N
merajai meraja merajakan I-V

Paradigma (a) dan (b) menunjukkan bahwa kedua bentuk nomina yaitu

keindonesiaan dan kerajaan masing-masing diturunkan dari dasar berupa

nomina melalui pembentukan derivasional. Meskipun kedua nomina

turunan tersebut berasal dari dasar nomina, bentuk turunan dan dasar

tersebut memiliki identitas leksikal yang berbeda seperti kementerian dan

menteri pada data (14). Nomina Indonesia merupakan bentuk lingual atau

kata yang menunjuk pada referen yang konkret, yaitu sebuah negara di

wilayah Asia Tenggara bernama Indonesia. Sebaliknya, keindonesiaan

merupakan bentuk nomina yang abstrak karena referennya tidak berwujud.

Oleh karena itu, keindonesiaan dikategorikan sebagai bentuk nomina

yang menunjuk pada ‘segala hal yang berkaitan dengan Indonesia’.

Sementara itu, nomina raja menunjuk pada referen berupa seseorang

yang menduduki jabatan sebagai pemimpin dalam sebuah wilayah atau

sistem pemerintahan. Melalui afiksasi ke-an, nomina raja menurunkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

nomina kerajaan yang menunjuk pada wilayah yang dipimpin oleh

seorang raja.

Berdasarkan uraian data (14), (15), dan (16), diketahui bahwa afiks

ke-an dapat menurunkan bentuk nomina melalui morfologi derivasional

dari bentuk dasar berupa nomina. Hubungan derivasional tersebut

ditunjukkan oleh adanya perubahan identitas leksikal seperti perubahan

subkategori dari nomina konkret menjadi nomina abstrak pada bentuk

keindonesiaan dan perubahan dari nomina bernyawa menjadi nomina

tidak bernyawa pada kementerian dan kerajaan yang kemudian

menyebabkan keduanya memiliki referen yang berbeda dari bentuk dasar

pembentuknya. Oleh karena itu, meskipun keduanya termasuk dalam

kategori nomina, keduanya merupakan leksem yang berbeda karena

memiliki identitas leksikal yang berbeda. Pembentukan nomina

kementerian, keindonesiaan, dan kerajaan melalui afiksasi ke-an dapat

dibuat pola dan diuraikan sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + Nkonkret → Nabstrak ke-an + menteri kementerian
ke-an + Nkonkret → Nabstrak ke-an + Indonesia keindonesiaan
ke-an + Nkonkret → Nabstrak ke-an + raja kerajaan

Uraian pola pembentukan nomina kementerian, keindonesiaan, dan

kerajaan menunjukkan bahwa afiks derivasional ke-an berfungsi

mengubah kategori nomina konkret menjadi nomina abstrak. Oleh karena

itu, dapat dinyatakan bahwa afiks ke-an memiliki fungsi mengubah


commit to user
leksem N menjadi leksem N seperti pada data (14), (15) dan (16), yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

leksem N MENTERI, INDONESIA, dan RAJA menjadi leksem N

KEMENTERIAN, KEINDONESIAAN, dan KERAJAAN.

2. Afiks ke-an sebagai pembentuk verba

Fungsi afiks derivasional ke-an yang kedua adalah sebagai pembentuk

verba. Dalam penelitian ini, ditemukan bentuk-bentuk verba ke-an yang

diturunkan dari dasar verba, nomina, dan adjektiva. Berikut adalah uraian

mengenai pembentukan verba ke-an.

a. Afiks ke-an + V → V

Pada penelitian ini ditemukan bahwa afiks ke-an sebagai afiks

derivasional juga berfungsi sebagai pembentuk verba. Seperti pada data

berikut yang menunjukkan bentuk verba yang diturunkan dari dasar

berupa verba.

(17) Amirza tak mau ketinggalan sandiwara radio Menantu Durhaka,


yang saban malam diudarakan radio lokal.
(98/A/AH/2015/hlm.22)

Kata ketinggalan pada data (17) merupakan bentuk turunan dari proses

morfologi afiksasi ke-an. Apabila diuraikan unsurnya, maka dapat

diketahui bahwa ketinggalan terdiri atas morfem terikat berupa afiks

ke-an dan morfem bebas tinggal. Pada proses morfologi ini, morfem

bebas tinggal juga berperan sebagai bentuk dasar. Kedua bentuk tersebut,

yaitu ketinggalan dan tinggal; termasuk dalam kategori verba

berdasarkan ciri verba seperti berikut 1) memiliki kemungkinan untuk

bergabung dengan partikel tidak → tidak ketinggalan, tidak tinggal; serta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

2) tidak dapat didampingi oleh partikel sangat → *sangat ketinggalan,

*sangat tinggal.

Data (17) menunjukkan penurunan verba ketinggalan dari verba

tinggal yang prosesnya dapat diuraikan sebagai TINGGAL →

KETINGGALAN. Meskipun keduanya sama-sama termasuk dalam kelas

verba, namun karena memiliki arti leksikal yang berbeda, maka keduanya

merupakan leksem yang berbeda. Bentuk verba ke-an yang di sini

dicontohkan sebagai ketinggalan memiliki ciri arti “terkenai atau

mengalami D yaitu tinggal secara tidak disengaja”. Ciri makna malafektif

atau makna yang menyatakan keadaan yang tidak menguntungkan

tersebut tidak dimiliki oleh bentuk dasar yang menurunkannya, yaitu

tinggal. Perbedaan komponen makna tersebut dapat dibuktikan melalui

pengujian pada kalimat seperti berikut.

(17a) Amirza tak mau ketinggalan sandiwara radio Menantu


Durhaka, yang saban malam diudarakan radio lokal.
(17b) *Amirza tak mau tinggal sandiwara radio Menantu Durhaka,
yang saban malam diudarakan radio lokal.

Penggantian kata ketinggalan dengan tinggal pada (17b)

menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak berterima secara leksikal.

Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki komponen makna yang

berbeda. Adanya perbedaan komponen makna antara leksem TINGGAL

dan KETINGGALAN menunjukkan bahwa afiksasi ke-an yang

membentuk verba ketinggalan tersebut termasuk proses morfologi

derivasional seperti yang ditunjukkan pada paradigma TINGGAL berikut

ini. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

B A C
-TINGGALI -TINGGAL -TINGGALKAN
meninggali meninggal meninggalkan
ditinggali ditinggal ditinggalkan
kutinggali kutinggal kutinggalkan I-V
kautinggali kautinggal kautinggalkan
- tertinggal -
peninggal
peninggalan II - N
ketertinggalan
ketinggalan III - V

Berdasarkan paradigma di atas, leksem TINGGAL memiliki bentuk

derivasional TINGGALI dan TINGGALKAN. Masing-masing leksem

tersebut memiliki bentuk infleksional seperti yang terlihat pada kolom A,

B, dan C. Paradigma I menunjukkan turunan dari dasar TINGGAL dengan

kelas verba. Berikutnya, leksem TINGGAL memiliki bentuk derivasional

berupa nomina peninggal, peninggalan, dan ketertinggalan seperti pada

paradigma II. Verba ketinggalan memiliki komponen makna yang

berbeda dari TINGGAL, TINGGALI, dan TINGGALKAN sehingga

dimasukkan dalam paradigma III. Ketinggalan menyatakan makna

‘terkenai atau mengalami tindakan tinggal secara tidak disengaja’. Selain

itu, ketinggalan juga memiliki ciri makna malafektif, yaitu makna yang

menyatakan kerugian atau sisi negatif yang tidak dimiliki oleh bentuk

leksem lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Verba ke-an yang dibentuk dari dasar verba secara derivasional juga

ditemukan pada data berikut.

(18) Bapak versi muda kehabisan kata. (83/E/TL/2015/hlm.66)

(19) Apakah aku kelihatan seperti orang yang sedang memendam


sebuah rahasia? (100/A/AH/2015/hlm.31)

Bentuk kehabisan pada data (18) dan kelihatan pada data (19) terdiri atas

dua unsur lingual, yaitu afiks ke-an dan habis serta afiks ke-an dan lihat.

Kedua bentuk tersebut, yaitu kehabisan dan kelihatan termasuk dalam

kategori verba dan diturunkan dari dasar yang berkategori verba. Hal

tersebut berdasarkan pengujian seperti berikut 1) memiliki kemungkinan

untuk bergabung dengan partikel tidak → tidak kehabisan, tidak kelihatan,

tidak habis, tidak lihat; serta 2) tidak dapat didampingi oleh partikel

sangat → *sangat kehabisan, *sangat kelihatan, *sangat habis, *sangat

habis. Sama halnya dengan data (17), meskipun kehabisan dan kelihatan

termasuk ke dalam verba dan diturunkan dari verba pula, namun

keduanya memiliki identitas leksikal yang berbeda sehingga merupakan

dua leksem yang berbeda. Perbedaan antara leksem HABIS -

KEHABISAN dan LIHAT - KELIHATAN dapat dilihat pada paradigma

berikut.

(a) Paradigma dari dasar HABIS

B A C
-HABISI -HABIS -HABISKAN
menghabisi menghabiskan
dihabisi dihabiskan I-V
kuhabisi commit to user kuhabiskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

kauhabisi kauhabiskan
- terhabiskan
penghabisan II - N
kehabisan III - V

Leksem KEHABISAN memiliki ciri makna “dikenai atau dalam keadaan

D secara tidak disengaja”. Arti leksikal tersebut tidak dimiliki oleh leksem

HABIS sehingga keduanya merupakan leksem yang berbeda. Selain itu

juga menunjukkan bahwa pembentukan verba kehabisan dari bentuk

verba habis termasuk dalam morfologi derivasional karena pembubuhan

afiks ke-an pada dasar habis menyebabkan terbentuknya leksem baru.

(b) Paradigma dari dasar LIHAT

B A C
-LIHATI -LIHAT -
melihati melihat -
dilihati dilihat
I-V
kulihati kulihat
kaulihati kaulihat
penglihatan II - N
kelihatan III - V

Dasar LIHAT memiliki bentuk derivasional LIHATI pada paradigma II.

Hubungan derivasional tersebut disebabkan karena LIHAT dan LIHATI

menunjuk pada situasi yang berbeda sehingga referen keduanya berbeda.

Dasar LIHAT juga memiliki bentuk derivasional berupa nomina seperti

penglihatan pada paradigma II. Verba derivasional dari leksem LIHAT


commit to user
juga ditunjukkan pada paradigma III, berupa kata kelihatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Berdasarkan uraian dari analisis terhadap data (17), (18), dan (19)

maka pembentukan verba ketinggalan, kehabisan, dan kelihatan dapat

dibuat pola serta diuraikan sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + V→ V ke-an + tinggal ketinggalan
ke-an + V→ V ke-an + habis kehabisan
ke-an + V→ V ke-an + lihat kelihatan

Uraian pola pembentukan verba ketinggalan, kehabisan, dan

kelihatan menunjukkan afiks derivasional ke-an berfungsi mengubah

kategori verba menjadi verba. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa

afiks ke-an juga berfungsi mengubah leksem V menjadi leksem V seperti

pada data (17), (18), dan (19), yaitu leksem V TINGGAL, HABIS, dan

LIHAT menjadi leksem V KETINGGALAN, KEHABISAN, dan

KELIHATAN.

b. Afiks ke-an N → V

Jika pada data (17), (18), dan (19) ditunjukkan verba ke-an yang

diturunkan dari dasar verba, maka berikut ini dipaparkan data yang

menunjukkan fungsi afiks ke-an sebagai afiks derivasional pembentuk

verba dari kategori lain, yaitu nomina.

(20) Bakwo Dar sedang mengomeli Can yang pulang kesorean.


(90/E/TL/2015/hlm.303)

(21) Tadi pagi aku kesiangan. (91/E/TL/2015/hlm.383)

Pada data (20) dan (21) terdapat kata kesorean dan kesiangan yang

commit
merupakan bentuk turunan to user ke-an. Melalui teknik bagi unsur
dari afiksasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

langsung, diketahui bahwa kesorean dan kesiangan terdiri atas dua unsur,

yaitu afiks ke-an yang merupakan morfem terikat dan sore pada kesorean

atau siang pada kesiangan yang merupakan morfem bebas. Morfem sore

dan siang juga berperan sebagai bentuk dasar yang pada proses morfologi

kata kesorean dan kesiangan mendapatkan imbuhan berupa afiks ke-an.

Kata kesorean dan kesiangan termasuk ke dalam kategori verba.

Kedua bentuk turunan dari afiksasi ke-an tersebut diturunkan dari dasar

nomina, yaitu sore dan siang. Penggolongan kata kesorean dan kesiangan

dalam kategori verba didasarkan pada ciri verba antara lain, yaitu 1) dapat

didampingi oleh partikel tidak → tidak kesorean, tidak kesiangan; serta 2)

tidak dapat didampingi partikel di → *di kesorean, *di kesiangan, ke →

*ke kesorean, *ke kesiangan, dan dari → *dari kesorean, *dari

kesiangan. Sementara itu, sore dan siang yang merupakan bentuk dasar

pada proses morfologi tersebut termasuk dalam kategori nomina yang

dibuktikan dengan pengujian terhadap ciri nomina, yaitu 1) tidak dapat

didampingi oleh partikel tidak → *tidak sore, *tidak siang; serta 2) dapat

didahului oleh partikel di → di sore (hari), di siang (hari).

Verba ke-an yang diturunkan dari dasar berupa nomina juga

ditemukan pada data berikut.

(22) Sintra, nama burung murai batu Samura, sudah mati keracunan
dedak. (104/A/AH/2015/hlm.58)

Pada data (22) terdapat kata keracunan yang merupakan bentuk turunan

dari afiksasi ke-an. Melalui teknik bagi unsur langsung, kata keracunan
commit
dapat diuraikan unsur-unsur to user
pembentuknya yaitu berupa afiks ke-an yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

merupakan morfem terikat dan racun yang merupakan morfem bebas.

Sebagai pembentuk leksem KERACUNAN, afiks ke-an berperan sebagai

unsur pokok yang mana melalui pengujian dengan teknik lesap diketahui

bahwa kehadirannya bersifat mutlak harus ada seperti berikut ini.

(22a) Sintra, nama burung murai batu Samura, sudah mati keracunan
dedak.
(22b) *Sintra, nama burung murai batu Samura, sudah mati racun
dedak.

Pelesapan unsur afiks ke-an seperti yang dapat dilihat pada (22b)

mengakibatkan kalimat tersebut tidak berterima secara gramatikal. Hasil

pengujian tersebut menunjukkan bahwa afiks ke-an sebagai unsur

pembentuk satuan lingual mutlak diperlukan.

Sebagai pembentuk kata keracunan, afiks ke-an memiliki fungsi

mengubah kategori dari bentuk dasar. Kata keracunan termasuk ke dalam

kategori verba, sedangkan racun yang berperan sebagai bentuk dasar

termasuk dalam kategori nomina. Penggolongan kata keracunan dalam

kategori verba didasarkan pada ciri verba antara lain, yaitu 1) dapat

didampingi oleh partikel tidak → tidak keracunan; serta 2) tidak dapat

didampingi partikel di → *di keracunan, ke → *ke keracunan, dan dari

→ *dari keracunan serta partikel sangat → *sangat keracunan, lebih →

*lebih keracunan, dan agak → *agak keracunan. Sementara itu, racun

yang tersebut termasuk dalam kategori nomina yang dibuktikan dengan

pengujian terhadap ciri nomina, yaitu 1) tidak dapat didampingi oleh

partikel tidak → *tidak racun serta 2) dapat didahului oleh partikel dari

→ dari racun itu. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

Penurunan verba kesorean, kesiangan, dan keracunan dari dasar

nomina sore, siang, dan racun termasuk dalam proses morfologi

derivasional. Hubungan derivasi tersebut dapat dilihat pada tabel

paradigma berikut.

(a) Paradigma dari dasar SORE

B A C
- -SORE -
kesorean I-V

(b) Paradigma dari dasar SIANG

B A C
- -SIANG -
kesiangan I-V

(c) Paradigma dari dasar RACUN

B A C
- -RACUN -
meracuni meracun -
diracuni diracun
kuracuni kuracun I-V
kauracuni kauracun
- beracun
peracun
II - N
peracunan
keracunan III - V

Paradigma dari dasar SORE, SIANG, dan RACUN tersebut

menunjukkan morfologi derivasional pada penurunan verba kesorean,


commit to user
kesiangan, dan keracunan ditandai dengan perbedaan kategori antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

bentuk dasar dan bentuk turunan yang dihasilkan dari proses tersebut.

Verba kesorean, kesiangan, dan keracunan termasuk dalam kategori

verba denomina karena diturunkan dari dasar berupa nomina.

Proses morfologi pembentukan leksem KESOREAN, KESIANGAN,

dan KERACUNAN dapat dinyatakan sebagai SORE → KESOREAN,

SIANG → KESIANGAN, dan RACUN → KERACUNAN. Pembentukan

verba kesorean, kesiangan, dan keracunan melalui proses pembubuhan

afiks derivasional ke-an dapat dibuat pola dan diuraikan sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + N → V ke-an + sore kesorean
ke-an + N → V ke-an + siang kesiangan
ke-an + N → V ke-an + racun keracunan

Uraian pola pembentukan verba kesorean, kesiangan, dan keracunan

menunjukkan afiks derivasional ke-an berfungsi mengubah kategori

nomina menjadi verba yang artinya afiks ke-an memiliki fungsi

mengubah leksem N menjadi leksem V seperti pada data (20), (21), dan

(22) yaitu leksem N SORE, SIANG, dan RACUN menjadi leksem V

KESOREAN, KESIANGAN, dan KERACUNAN.

c. Afiks ke-an + Adj. → V

Pada penelitian ini ditemukan bahwa selain diturunkan dari dasar

yang tergolong dalam kategori verba dan nomina, verba ke-an juga

diturunkan dari dasar berkategori adjektiva. Misalnya pada data berikut.

(23) Can kecelakaan, Pak. (85/E/TL/2015/hlm.120)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

Pada data (23) terdapat verba kecelakaan yang merupakan bentuk

turunan dari dasar celaka melalui pembubuhan afiks derivasional ke-an.

Pada kalimat tersebut, kecelakaan memiliki arti ‘keadaan celaka’ yang

dialami oleh subjek sehingga dapat dinyatakan verba tersebut memiliki

arti ‘dalam keadaan D’.

Pembentukan verba kecelakaan pada data (23) termasuk dalam

kategori morfologi derivasional karena pada proses tersebut terjadi

perubahan kelas kata, yaitu dari dasar adjektiva yang menurunkan bentuk

verba. Penggolongan tersebut didasarkan pada ciri verba yang di

antaranya adalah 1) dapat didampingi oleh partikel tidak → tidak

kecelakaan; dan 2) tidak dapat didahului oleh partikel sangat → *sangat

kecelakaan. Dalam beberapa kasus, terdapat kemungkinan untuk

dijumpai kata kecelakaan termasuk dalam kategori nomina, sepertinya

misalnya pada data berikut.

(24) Nasib buruk, nasib baik, mati, kecelakaan, hadiah, rezeki, hanya
Allah yang mengatur. (87/E/TL/2015/hlm.143)

Kata kecelakaan pada data (24) memiliki makna sebagai sebuah

peristiwa serta memiliki ciri arti sebagai benda dan tergolong sebagai

nomina. Lain halnya dengan pada (23) yang mana kecelakaan memiliki

arti ‘keadaan tertimpa celaka’ yang berdasar konteks kalimat tersebut,

subjek Can mengalami kecelakaan atau tertimpa celaka. Sementara itu,

bentuk dasar celaka dikategorikan sebagai adjektiva dengan dasar ciri-ciri

adjektiva, di antaranya adalah 1) dapat didahului oleh partikel tidak →


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

tidak celaka; 2) dapat didahului partikel sangat → sangat celaka; serta 3)

dapat mendampingi nomina, seperti manusia → manusia celaka.

Adanya kemungkinan dua fungsi dari kecelakaan, yaitu sebagai

nomina dan sebagai verba mengisyaratkan perlu adanya pengkajian lebih

lanjut. Berikut ini penulis mencoba merunut penurunan kata kecelakaan

melalui pemerian paradigma dari dasar CELAKA.

B A C
- -CELAKA -
secelaka I - Adj.
mencelakai mencelakakan
II - V
dicelakai *dicelakakan
kecelakaan III - N
kecelakaan IV - V

Paradigma derivasi infleksi dari CELAKA di atas menunjukkan

bahwa leksem CELAKA memiliki bentuk infleksional berupa secelaka

yang berkategori Adjektiva. Bentuk derivasional dari dasar CELAKA

ditampilkan pada paradigma II (verba), III (nomina), dan IV (verba).

Paradigma II dan IV dibedakan karena verba kecelakaan memiliki

menunjuk pada situasi yang berbeda dengan misalnya, dicelakai.

Pada penelitian ini, bentuk verba deadjektiva yang diturunkan melalui

afiksasi ke-an juga ditemukan pada data berikut.

(25) Amirza kesulitan mengatasi biaya sekolah, dan kali ini situasi
gawat karena dia juga memerlukan biaya sebab istrinya harus
dirawat di rumah sakit. (103/A/AH/2015/hlm.53)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

Kata kesulitan pada data (24) merupakan bentuk verba yang

diturunkan dari dasar SULIT. Penurunan verba kesulitan sebagai bentuk

derivasional dari dasar SULIT dapat ditelusuri pada paradigma berikut ini.

B A C
- -SULIT -
tersulit I - Adj.
kesulitan menyulitkan
II - V
mempersulit
penyulit
III - N
kesulitan

Paradigma I menunjukkan dasar SULIT memiliki bentuk infleksi

berupa kata tersulit yang menyatakan makna ‘paling sulit’. Sementara itu,

bentuk derivasi dari leksem SULIT ditunjukkan pada paradigma II yang

merupakan bentuk verba, dan paradigma III yang berupa nomina. Verba

kesulitan memiliki hubungan derivasional dengan verba menyulitkan dan

mempersulit karena menunjuk pada situasi yang berbeda.

Leksem KECELAKAAN dan KESULITAN diturunkan dari leksem

CELAKA dan SULIT yang berkategori adjektiva melalui afiks ke-an yang

proses pembentukannya adalah CELAKA → KECELAKAAN serta SULIT

→ KESULITAN sehingga dapat dibuat pola sebagai berikut.

Pola Proses Hasil


ke-an + Adj. → V ke-an + celaka kecelakaan
ke-an + Adj. → V ke-an + sulit kesulitan

Uraian pola penurunan kecelakaan dan kesulitan menunjukkan afiks


commit to user
derivasional ke-an berfungsi mengubah kategori adjektiva menjadi verba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

Selain itu, afiks ke-an juga berfungsi mengubah leksem Adj. menjadi

leksem V seperti pada data (23) dan (25), yaitu leksem Adj. CELAKA dan

SULIT menjadi leksem V KECELAKAAN dan KESULITAN.

B. Makna Afiks Derivasional ke-an

Pada pembahasan analisis data untuk rumusan masalah pertama dalam

penelitian ini, telah dinyatakan bahwa afiks ke-an memiliki fungsi menurunkan

kata yang berkategori sebagai nomina dan verba melalui proses morfologi

derivasional. Sementara itu, masalah mengenai makna yang terbentuk dari proses

afiksasi derivasional ke-an akan dipaparkan pada bagian ini.

1. Menyatakan ‘hal yang berhubungan dengan bentuk dasar’

Berdasarkan analisis pada rumusan pertama, afiks derivasional ke-an

merupakan jenis afiks yang produktif sebagai pembentuk nomina pada

penelitian ini. Afiks derivasional ke-an sebagai pembentuk kata berkategori

nomina memiliki makna ‘hal yang berhubungan dengan yang dinyatakan

bentuk dasar (D)’. Misalnya pada data berikut ini.

(26) Ketika Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi


Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengumumkan
adanya pembentukan kubah lava baru di puncak Gunung Merapi,
Sabtu (18/8), hal itu menandai fase erupsi magmatik Gunung
Merapi yang mengarah ke efusif. (2/S/10918/hlm.1)

Kata kebencanaan pada data (26) termasuk dalam kelas nomina dan

diturunkan dari dasar berupa nomina bencana. Pengimbuhan afiks

derivasional ke-an pada dasar bencana dan menurunkan kata kebencanaan ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

memunculkan makna ‘hal yang berhubungan dengan bencana’ atau secara

sederhana menyatakan makna ‘perihal bencana’.

Pada data (26), afiks ke-an menurunkan makna ‘perihal bencana’. Makna

tersebut berkorelasi dengan konsep keabstrakan. Berdasar penggolongan

kategori kata, bentuk kebencanaan dikategorikan sebagai nomina dengan

subkategorinya adalah nomina abstrak. Sebaliknya, dasar bencana termasuk

dalam kelas nomina dengan subkategori nomina konkret. Perubahan kategori

kelas kata tersebut menunjukkan bahwa afiks ke-an memiliki fungsi

menurunkan bentuk nomina abstrak dari dasar nomina konkret. Perubahan

nomina konkret menjadi nomina abstrak juga ditemukan pada data berikut.

(27) Objek kajian sosiologi yaitu manusia, yang bukan hanya dikaji
oleh sosiologi saja tapi juga oleh berbagai disiplin keilmuan lain
seperti ilmu kedokteran, psikologi, antropologi, demografi, dan
sebagainya.(109/PS/ES&UK/hlm.5)

Pada data (27) terdapat nomina keilmuan dan kedokteran. Kedua nomina

tersebut merupakan bentuk turunan dari afiksasi ke-an pada dasar ilmu dan

dokter. Kata keilmuan bermakna ‘hal yang berhubungan dengan ilmu atau hal

mengenai ilmu’, sedangkan kedokteran menyatakan ‘hal yang berhubungan

dengan dokter atau hal mengenai dokter’. Kedua bentuk nomina tersebut

menunjuk pada segala hal yang berkaitan dengan ilmu pada keilmuan dan

dokter pada kedokteran sehingga bentuk turunan itu menyatakan abstraksi

dari bentuk dasarnya. Berdasarkan uraian mengenai keilmuan dan kedokteran

tersebut, afiks ke-an berfungsi membentuk nomina dari dasar nomina dan

menyatakan makna keabstrakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

Makna ini tidak hanya muncul pada bentuk turunan dengan kategori

nomina denomina atau nomina yang diturunkan dari dasar berupa nomina.

Makna ini muncul pada semua bentuk turunan dari afiksasi ke-an yang

berkelas nomina. Misalnya pada data berikut yang merupakan nomina dari

verba.

(28) Kehidupan apa yang kau peroleh di kampung.


(69/E/TL/2015/hlm.11)

Pada data (28) terdapat kata kehidupan yang merupakan bentuk turunan

dari afiksasi ke-an. Kehidupan merupakan bentuk nomina ke-an yang

diturunkan dari verba rindu dan menyatakan ‘hal yang berhubungan dengan

hidup’. Alwi, et al. (2014) menyatakan makna bentuk nomina ke-an tersebut

sebagai ‘hal yang berhubungan dengan verba’. Data lain yang menunjukkan

bentuk nomina deverba dengan makna tersebut adalah sebagai berikut.

(29) Demikian Bapak menyampaikan maksud kedatangan, tertunduk


dalam setelah menceritakan kejadian di gerbong kereta.
(81/E/TL/2015/hlm.63)

Kata kedatangan pada data (29) termasuk dalam kelas nomina dari dasar

berupa verba datang. Nomina ke-an tersebut menyatakan makna ‘hal yang

berhubungan dengan datang’ atau ‘perihal datang’. Maka, dapat dinyatakan

afiks ke-an membentuk makna ‘hal yang berhubungan dengan D’ pada bentuk

turunan dari dasar verba.

Pada penelitian ini juga ditemukan bentuk nomina yang menyatakan

makna ‘hal yang berhubungan dengan D’ yang diturunkan dari adjektiva.

Misalnya pada data berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

(30) Sejak tadi mata Amelia selalu melirik ke sana, berharap Bapak
muncul di tengah keramaian trotoar jalanan, menyibak
lalu-lalang pengunjung. (67/E/TL/2015/hlm.6)

Data (30) menunjukkan bentuk nomina keramaian yang diturunkan dari dasar

ramai. Pengimbuhan afiks ke-an memunculkan makna yang menyatakan ‘hal

yang berkaitan dengan ramai’. Apabila diperhatikan, nomina keramaian pada

data (30) juga menyatakan suasana atau keadaan ramai. Oleh karena itu, dapat

dinyatakan bahwa afiks ke-an yang menurunkan bentuk nomina dari dasar

adjektiva dapat menyatakan makna ‘hal atau keadaan yang berhubungan

dengan D’.

2. Menyatakan ‘tempat atau wilayah kekuasaan’

Berkaitan dengan fungsi afiks ke-an sebagai pembentuk nomina, penulis

menemukan bahwa bentuk konfiks tersebut juga menurunkan kata dengan

makna ‘tempat’ atau ‘wilayah kekuasaan’. Misalnya pada data berikut ini.

(31) Demikian banyak lulusan SMP dari berbagai SMP di puluhan


kecamatan, tetapi bangku SMA terbatas. (93/A/AH/2015/hlm.11)

Pada data (31) terdapat kata kecamatan yang merupakan bentuk turunan dari

afiksasi ke-an. Kata kecamatan diturunkan dari dasar berupa nomina camat.

Nomina kecamatan memiliki makna ‘tempat atau wilayah kekuasaan camat’

dan menunjuk pada referen berupa ‘wilayah yang dipimpin oleh seorang

camat’. Oleh karena itu, dapat dinyatakan afiks ke-an menurunkan bentuk

nomina dengan makna ‘tempat atau wilayah kekuasaan yang tersebut pada

bentuk dasar (D)’.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

3. Menyatakan ‘dalam keadaan tertimpa perbuatan, keadaan, atau hal yang

tersebut pada D’

Pada penelitian ini, ditemukan bentuk turunan afiksasi ke-an yang

menyatakan ‘dalam keadaan tertimpa perbuatan, keadaan, atau hal yang

tersebut pada bentuk dasar (D)’. Makna tersebut muncul ketika afiks

derivasional ke-an diimbuhkan pada dasar berupa verba yang menurunkan

verba seperti pada data berikut.

(32) Malam itu, aku kehilangan si Pemalas, si Jarang Mandi.


(88/E/TL/2015/hlm.261)

Pada data (32) terdapat kata kehilangan yang termasuk dalam kategori

verba. Kehilangan merupakan bentuk verba yang diturunkan dari verba dasar

hilang. Kata tersebut berkorelasi dengan makna ‘dalam keadaan tertimpa

perbuatan hilang (menghilang)’. Kalimat pada data (32) tersebut menyatakan

bahwa subjek “aku” tertimpa perbuatan menghilang. Makna ‘keadaan’ yang

dinyatakan oleh afiks ke-an ini berkaitan dengan ciri ‘ketidaksengajaan’.

Artinya, ‘perbuatan’, ‘keadaan’, maupun ‘hal’ yang menimpa subjek yang

berperan sebagai penderita ini terjadi secara tidak sengaja. Oleh karena itu,

makna ini juga berkorelasi dengan perbuatan yang tidak disengaja atau bukan

atas kehendak subjek yang tertimpa ‘perbuatan, keadaan, atau hal’ tersebut.

Selain berkaitan dengan perbuatan yang tidak disengaja, makna ini juga

berkorelasi dengan perbuatan yang merugikan. Hal tersebut ditunjukkan

dengan kategori verba yang diturunkan dari pembubuhan afiks ke-an berupa

verba malafektif. Misalnya kata keracunan pada data berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

(33) Sintra, nama burung murai batu Samura, sudah mati keracunan
dedak. (104/A/AH/2015/hlm.58)

Keracunan merupakan bentuk verba yang diturunkan dari dasar berupa

nomina racun. Verba keracunan menyatakan bahwa subjek pada kalimat data

(33) yaitu Sintra mengalami terkena racun secara tidak sengaja dan

merasakan kerugian atas perbuatan tersebut.

Fungsi afiks ke-an sebagai pembentuk verba yang menyatakan kerugian

akibat tertimpa keadaan, perbuatan, atau hal juga ditemukan pada bentuk

verba ke-an yang diturunkan dari dasar adjektiva seperti pada data berikut.

(34) Amirza kesulitan mengatasi biaya sekolah, dan kali ini situasi
gawat karena dia juga memerlukan biaya sebab istrinya harus
dirawat di rumah sakit. (103/A/AH/2015/hlm.53)

Kata kesulitan pada data (34) merupakan bentuk verba yang diturunkan dari

adjektiva sulit. Data (34) menyatakan bahwa subjek Amirza berada dalam

keadaan sulit atau mengalami kesulitan untuk memenuhi biaya sekolah. Kata

kesulitan pada data (34) menunjukkan bahwa afiks ke-an berfungsi

menurunkan makna ‘dalam keadaan tertimpa D’ yang berkorelasi dengan hal

negatif atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Kategori verba ke-an yang

berkorelasi dengan makna ini tidaklah produktif sehingga dalam penelitian ini

hanya ditemukan sedikit data.

4. Menyatakan makna ‘dapat di-D atau ter-D’

Afiksasi ke-an dalam morfologi derivasional juga menurunkan bentuk

verba yang menyatakan makna ‘dapat di-D atau ter-D’. Makna ini ditemukan

pada kata kelihatan yang terdapat dalam data berikut ini.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

(35) Apakah aku kelihatan seperti orang yang sedang memendam


sebuah rahasia? (100/A/AH/2015/hlm.31)

Kata kelihatan pada data (35) diturunkan dari dasar verba lihat. Verba

kelihatan menyatakan makna ‘dapat dilihat atau terlihat’ serta berkaitan

dengan ciri makna tidak disengaja. Oleh karena itu, dapat dinyatakan afiks

ke-an memiliki fungsi dapat menurunkan verba dengan makna ‘dapat di-D

atau ter-D’ yang berkaitan dengan ketidaksengajaan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai