Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan ke-3

L/O/G/O

-nrp-
Emulsi : Sediaan farmasi yang mengandung bahan obat
cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa
dan distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok.

Fase terdispersi diubah menjadi tetesan – tetesan kecil


yang berukuran 0,1 – 100 mm.

Menurut FI ed IV, 1995


Emulsi : Sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan
kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan
penambahan zat yang ketiga, yaitu emulgator (emulsifying
agent)
-nrp-
 Fase Dispersi = fase diskontinu = fase internal
Zat cair yang terbagi – bagi menjadi butiran kecil
kedalam zai cair yang lain.
 Fase kontinu = fase eksternal
Zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
pendukung dar emulsi tsb.
 Emulgator
Bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.

-nrp-
Tidak masuk
Memenuhi syarat
persyaratan
• Stabil & homogen • Creaming
• Fase internal • Breaking
mempunyai uk partikel • Fase inversi
yang kecil dan sama • Flokulasi
besar mendekati
ukuran partikel koloid
• Tidak terjadi creaming
atau creaking
• Acceptable

-nrp-
Emulsi Emulsi
tipe a/m tipe m/a
(w/o) (o/w)

Emulsi Mikro
campuran emulsi

-nrp-
1. Emulsi Tipe minyak dalam air (m/a)
 emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar
ke dalam air.

 air sebagai fase eksternal,


 minyak sebagai fase internal

2. Emulsi Tipe air dalam minyak (a/m)


 emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke
dalam minyak.

 minyak sebagai fase eksternal,


 air sebagai fase internal
-nrp-
A/M M/A

• Air fase terdispersi dan • Minyak fase terdispersi dan


minyak medium air medium pendispersi.
pendispersi. • Tidak berminyak dan
• Berminyak dan tidak bisa mudah dihilangkan dari
dicuci dengan air. kulit.
• Penggunaan eksternal • Lebih disukai untuk
untuk mencegah penguapan penggunaan internal
kelembapan dari karena rasa pahit minyak
permukaan kulit, cth : cold bisa dilapisi.
cream. • Penggunaan eksternal
• Lebih disukai untuk untuk memberikan efek
penggunaan eksternal pendingin, cth : vanishing
seperti krim. cream.

-nrp-
-nrp-
Emulsi a/m Emulsi m/a

Bagian hidrofilik Bagian lipofilik

-nrp-
3. Emulsi Campuran
 Emulsi campuran distabilkan menggunakan kombinasi
surfaktan hidrofilik dan hidrofobik.

memiliki 2 tipe :

1. Sistem emulsi minyak / air / minyak (m/a/m) atau o/w/o


 Tetesan minyak yang terperangkap dalam tetesan
air yang lebih besar, dalam fase minyak sebagai
fase kontinu.

2. Sistem emulsi air / minyak / air ( a/m/a) atau w/o/w


 Tetesan air yang terperangkap dalam tetesan
minyak yang lebih besar, dalam fase air sebagai
fase kontinu.

-nrp-
-nrp-
4. Mikroemulsi

 Campuran minyak, air dan surfaktan yang jernih,


stabil dan cair, sering dikombinasikan dengan co-
surfaktan.

 Berbeda dengan emulsi biasa, mikroemulsi terbentuk


dengan pencampuran komponan yang sederhana.

-nrp-
-nrp-
-nrp-
 Proses terbentuknya emulsi, disebut ‘Emulsifikasi”

 Emulsifikasi : Proses dinamis dan non-spontan dan


membutuhkan energi untuk menghasilkan droplet2
(tetesan2)
 Proses emulsifikasi biasanya membutuhkan energi
mekanik yang cukup besar untuk mendispersikan
salah satu cairan berupa tetesan kecil dalam fase
kontinu.

-nrp-
Keuntungan Kerugian

• Konsistensi mudah • Sediaan kurang praktis


dituang • Mempunyai stabilitas
• Tidak perlu perbandingan yang rendah
volume fase internal • Takaran dosis kurang
• Acceptable teliti
• Absorpsi dan penetrasi • Tidak tahan lama
mudah dikontrol
• Efek emolient lebih besar
• Sifat terapeutik
meningkat

-nrp-
1. Teori Tegangan Permukaan ( Teori surface tension )
2. Teori Oriented Wedge
3. Teori Interfasial Film ( Plastic film)
4. Teori Electric Double Layer ( Lapisan Listrik Rangkap )

-nrp-
1. Teori Tegangan Permukaan ( Teori surface tension )
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu
semakin susah untuk bercampur.

Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan


penambahan garam anorganik atau senyawa elektrolit,
tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa
organik tertentu antara lain sabun.

Teori ini menunjukkan bahwa penambahan emulgator


akan menurunkan tegangan yang terjadi pada bidang
batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan
mudah bercampur.
-nrp-
2. Teori Oriented Wedge
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi 2 (dua)
bag:
a. Kelompok hidrofilik
b. Kelompok lipofilik

 Semua jenis emulgator memiliki nilai HLB yang tidak


sama.

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya


emulsi karena adanya kelarutan selektif dari bagian
molekul emulsifier, ada bagian yang bersifat mudah
larut dalam air (hidrofil) dan ada bagian mudah larut
dalam minyak (lifofil)
-nrp-
3. Teori Interfasial Film ( Plastic film)
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi,
syarat emulgator yang dipakai:
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan
partikel fase terdispersi.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan
dapat menutup semua permukaan partikel dengan
segera.

 Teori ini menjelaskan bahwa, emulgator akan


menyelubungi fase terdispersi membentuk film plastis.

-nrp-
4. Teori Electric Double Layer ( Lapisan Listrik Rangkap )

 Teori ini tanpa adanya emulgator.


Jika minyak terdispersi ke dalam permukaan air, lapisan air
yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya.

 Dengan demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh


2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.

Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke


tiga cara di bawah ini,
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
b. Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya
-nrp-
L/O/G/O
Thank You!
www.themegallery.com

-nrp-

Anda mungkin juga menyukai