Anda di halaman 1dari 82

PENGARUH HEGEMONI POLITIK MASYARAKAT

TRANSMIGRASI JAWA TERHADAP PENDUDUK LOKAL


PADA PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2016
(Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang
Selatan Kabupaten Merangin Tahun 2016)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Syariah

Oleh:

IKHTIYAR SETIAWAN
NIM: SPI.120310
PROGRAM STUDI JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1439 H/ 2018 M
Jambi, Mei 2018

ii
iii
iv
MOTTO

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat : 13)1

1
Surah Al-Hujurat : 13

v
ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap ada tidaknya Pengaruh Hegemoni


Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal Pada
Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan
Pamenang Selatan Kabupaten Merangin). Sebagai tujuan diantaranya
untuk mengetahui apa itu hegemoni, serta bagai mana pengaruhnya dalam
pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang
Selatan Kabupaten Merangin pada tahun 2016. Skripsi ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di peroleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: pertama,
hegemoni adalah “kepemimpinan” lebih sering kata itu digunakan untuk
komentator politik untuk menunjuk kepada pengertian dominasi. Akan
tetapi ada yang lebih kompleks, Gramsci menggunakan konsep itu untuk
meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu yang
lewatnya dalam suatu masyarakat yang ada suatu kelas fundamental dapat
membangun kepemimpinan sesuatu yang berbeda dari dominasi yang
bersifat memaksa. Dan kedua pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala
desa di Desa Tambang Emas sangat kuat pengaruhnya, dikarenakan
masyarakat Desa Tambang Emas dalam menentukan pilihannya mereka
memilih calon berdasarkan suku yang sama, dan daerah asal yang sama.

Kata kunci: Pengaruh Hegemoni Politik

vi
PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...
Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha penyayang Dzat yang
menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan
keMaha besaranNya. Sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa,
menjadi persembahan penuh kerinduan pada Habibana wanabiyana
Muhammad SAW. Alhamdulillah Maha besar Allah, sembah sujud sedalam
qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan yang
tercukupi, dan kehidupan yang layak. Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu (insyaAllah).
Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan Skripsi
ini untuk orang tua ku tercinta kepada Ibu tercinta (Sulasmi) yang selalu
sabar, terimaksaih atas doa yang selalu ibu panjatkan untuk kebaikan dan
kebahagianku. Dan kepada Bapak (Agustono) yang tiada terkira pengorbanan
serta tetesan keringatnya, yang tidak pernah berhenti mendoakan anaknya,
penyemangatku, dan guru terbaikku. Dan kakak terbaikku (Septian Nur
Cahyo) yang selalu peduli, memotivasi, dan menyemangatiku, serta seluruh
keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
Kepada sahabat-sahabat seperjuanganku: Tri Cahyo Purnomo, Bima,
Yaseer, Ade Triyuanda, Sanif, Ardi, Rozi. Terimakasih atas bantuannya
selama ini, semoga dari apa yang kita peroleh akan berguna bagi Agama,
Nusa dan Bangsa.

vii
KATA PENGANTAR

‫س ِم ه‬
‫ّللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬ ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh
Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Loka
Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang
Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin Tahun 2016)”
Salawat serta salam dijunjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
menuntun umat manusia dari zaman kebodohan hingga kezaman yang penuh akan
ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak


kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya, namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat di atasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Melalui skripsi ini penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan


ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Hadri Hassan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag Selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto. LC. M.HI., Ph.D Selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Ibuk Dr. Rahmi Hidayati. S.Ag, M.HI, selaku Wakil Dekan II

Bidang Administrasi, dan Ibuk Dr. Yuliatin S.Ag., M.HI, Selaku Wakil Dekan

III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi;

4.

viii
ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................... iv

MOTTO .............................................................................. v

ABSTRAK ........................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ........................................................ xiii

DAFTAR TABEL .................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Batasan Masalah ........................................................... 6

C. Rumusan Masalah ......................................................... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................... 7

E. Kerangka Teori .............................................................. 8

F. Tinjauan Pustaka ........................................................... 20

x
BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitien .......................................... 22

B. Pendekatan Penelitian .................................................... 22

C. Jenis dan Sumber Data ................................................... 23

D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 24

E. Teknik Analisis Data ..................................................... 26

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejah Berdirinya Desa Tambang Emas ........................... 29

B. Visi dan Misi Desa Tambang Emas ................................ 31

C. Kondisi Geografis ......................................................... 32

D. Aspek Pemilihan Kepala Desa ....................................... 34

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi

Jawa Terhadap Penduduk Lokal Pada Pemilihan

Kepala Desa Tahun 2016 .............................................. 41

1. Politik Identitas dalam Pilkades Desa Tambang Emas ..... 41

xi
2. Hegemoni Etnis dalam Pilkades Desa Tambang Emas ...... 44

B. Faktor-Faktor Penyebap Timbulnya Hegemoni Politik

Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk

Lokal Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016............ 46

1. Faktor Dominasi .......................................................... 46

2. Faktor Keinginan .......................................................... 47

3. Faktor Sosiologis ......................................................... 48

4. Faktor Agama .............................................................. 50

5. Faktor Ekonomi ........................................................... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 55

B. Saran ............................................................................. 56

C. Penutup ......................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xii
DAFTAR SINGKATAN

PILKADES : Pemilihan Kepala Desa

GOLPUT : Golongan Putih

UU : Undang-undang

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

APBD : Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah

UPT : Unit Pemukiman Transmigrasi

PAUD : Pendidikan Agama Usia Dini

BUMDES : Bada Usaha Milik Desa

PERDES : Peraturan Desa

BPU : Balai Pertemuan Umum

DPT : Daftar Pemilih Tetap

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Daftar Responden Wawancara ..................................... 25

Tabel 2: Batas Wilayah Desa Tambang Emas ....................................... 33

Tabel 3: Data Pemilih dan Pengguna Hak Pilih ..................................... 36

Tabel 4: Pengguna Hak Pilih .................................................................. 37

Tabel 5: Tidak Menggunakan Hak Pilih ................................................. 37

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Diagram Persentase Partisipasi Pemilih ................................ 38

Gambar 2: Struktur Organisasi Pemerintah Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan ................................................ 40

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hegemoni berasal dari bahasa yunani kuno yaitu eugemonia (hegemonia),

yang berarti memimpin. Roger Simon menyatakan, “hegemoni” bukanlah

hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan dengan

menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis atau bahasa sederhananya,

hegemoni adalah sesuatu organisasi consensus (pengambilan kesepakatan yang

disetujui secara bersama-sama)”.2

Dalam pengertian di zaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah

kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota

terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara

ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”.3 Hegemoni adalah salah satu

pandangan yang cukup berpengaruh bagi Gramsci. Karenanya, karya Gramsci

sebagai marxis Italia, menjadi penting dalam perkembangan teori sosial oleh para

marxis dan juga kaum yang menamakan dirinya post-Marxist dewasa ini.

Hegemoni merupakan ide sentral, orisinil dalam teori sosial dan filsafat Gramsci.

Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan

anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan dua

2
Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
dan Insist, 1999, Hal. 19-20.
3
Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, Hal. 115-116.

1
2

cara, yaitu kekerasan dan persuasi.4 Cara kekerasan (represif) yang dilakukan

kelas atas terhadap kelas bawah disebut dengan tindakan dominasi, sedangkan

cara persuasinya disebut dengan hegemoni. Perantara tindak dominasi ini

dilakukan oleh para aparatur negara seperti polisi, tentara, dan hakim, sedangkan

hegemoni dilakukan dalam bentuk menanamkan ideologi untuk menguasai kelas

atau lapisan masyarakat di bawahnya. Imperialisme baru merupakan suatu

fenomena kebangkitan semula perasaan ingin menguasai dan meluaskan semula

pengaruh Barat kepada masyarakat dunia. Dengan fenomena inilah yang menjadi

salah satu puncak pengaruh hegemoni Barat makin meluas. Mereka berhasrat

untuk menjadi penguasa nombor satu di dunia yang menjadikan semua negara lain

tunduk dan berada dibawah pengaruh mereka..

Secara literal hegemoni berarti „kepemimpinan‟ yang pada zaman ini

menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya

sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar

maupun secara ketat terintegrasi dalam negara „pemimpin‟.5 Bagi Gramsci,

konsep hegemoni berarti sesuatu yang lebih kompleks. Gramsci menggunakan

konsep ini untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu

yang lewatnya, dalam suatu masyarakat yang ada, sesuatu kelas fundamental

dapat membangun kepemimpinannya sebagai sesuatu yang bersifat memaksa.6

4
Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Terj. Kamdani dan Imam Baehaqi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 19.
5
Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara & Hegemoni (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), hal. 115-116.
6
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 62-63.
3

Adapun hubungan dua jenis kepemimpinan menurut Gramsci, kepemimpinan

(direction) dan dominasi (dominance) itu menyiratkan tiga hal. Pertama, dominasi

dijadikan atas seluruh musuh, dan hegemoni dilakukan kepada segenap sekutu-

sekutunya. Kedua, hegemoni adalah suatu prakondisi untuk menaklukan aparatus

negara atau dalam pengertian sempit kekuasaan pemerintahan. Ketiga, sekali

kekuasan negara dapat dicapai, dua aspek supremasi kelas ini, baik pengarahan

maupun dominasi, terus berlanjut.7

Dengan demikian, konsep hegemoni yang dikembangkan Gramsci berpijak

mengenai kepemimpinan yang sifatnya „intelektual dan moral‟. Kepemimpinan ini

terjadi karena adanya kesetujuan yang bersifat sukarela dari kelas bawah atau

masyarakat terhadap kelas atas yang memimpin. Kesetujuan kelas bawah ini

terjadi karena berhasilnya kelas atas dalam menanamkan ideologi kelompoknya.

Internalisasi ideologis ini dilakukan dengan membangun sistem dan lembaga-

lembaga, seperti negara, kebudayaan, organisasi, pendidikan, dan seterusnya, yang

dapat „menyemen‟ atau memperkokoh hegemoni tersebut. Di sisi lain, hegemoni

terhadap kelas bawah tidak selamanya berjalan mulus, hambatan, dan rintangan

bisa saja datang, terutama dari kelas-kelas yang tidak menerima hegemoni

tersebut. Yang dilakukan untuk menangani ketidaksetujuan itu dilakukan dengan

tindakan dominasi yang represif melalui aparatus negara, misalnya polisi. Dua

kepemimpinan, dominasi dan hegemoni menjadi hal penting dalam teori

hegemoni Gramscian.

7
Roger Simon, Gagasan-gagasan, hal. 118.
4

Pasca reformasi 1998, demokrasi lokal menjadi perbincangan yang sangat

menarik di Indonesia, baik itu di kalangan akademisi, pemerintah atau pun praktisi

sosial. Studi tentang demokrasi lokal tersebut sebagian besar berkosentrasi pada

dinamika politik lokal di tingkat propinsi, kabupaten dan kota dan hanya sebagian

kecil yang menembus ke desa. Padahal jauh sebelum ada pemilihan kepala daerah

(gubernur, bupati/walikota) secara langsung oleh rakyat, rakyat desa sudah lebih

awal menggelar demokrasi election secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan

kepala desa. Pilkades secara langsung tersebut sudah diterapkan sejak Rafles

berkuasa di Nusantara. Meski Orde Baru mematikan secara tegas otonomi desa,

tetapi pemilihan kepala desa (pilkades) secara langsung tetap tumbuh di desa.8

Pilkades langsung yang diselenggarakan selama ini telah menambah warna-

warni demokrasi pada aras lokal. Banyak pakar yang menilai suksesi

kepemimpinan di tingkat desa menjadi indikator suksesi dalam kepemimpinan

pada level yang lebih luas. Secara teoritis, Pilkades adalah suatu bentuk yang lebih

pas untuk mewujudkan konsepsi demokrasi yang menurut Abraham Linclon

diartikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari konsepsi ini akan

memunculkan kedaulatan rakyat dimana rakyat memiliki hak penuh untuk

memilih pemimpinnya sesuai dengan keinginannya.

Menurut Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu

sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam

bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.

8
Soetardjo Kartohadikoesoemo, 1984 dikutip dalam buku Manifesto Pembaharuan Desa,
Sutoro Eko, ed
5

Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan

politik diantara masyarakat bangsa itu. Budaya politik dapat dilihat dari aspek

doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi,

seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik)

menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis,

terbuka, atau tertutup.

Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan

tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan

masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif

kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status quo atau

mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).

Dari hasil observasi penulis dalam suatu desa tentunya sangat beragam atau

bervariasi antara satu desa dengan desa yang lainya. Keberagaman desa dapat

dilihat diantara lain dari keberagaman suku/ras yang mendiami suatu desa

tersebut, seperti yang berada di desa Tambang Emas kecamatan Pamenang

Selatan. Didalam melakukan pemilihan kepala desa terlihat sekali ketimpangan

yang terjadi, salah satunya seperti pasangan calon yang mendominasi, kebanyakan

pasangan calon yang mendaftar berasal dari suku Jawa sedangkan perwakilan dari

penduduk lokal kalah jumlah atau bahkan tidak ada sama sekali, maka dari hasil

observasi ini penulis ingin mengungkap adakah pengaruh hegemoni yang terjadi

didalam unsur tatanan desa. Dari pejelasan tersebut munculah pertanyaan bahwa

apakah peran Hegemoni sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan demokrasi

yang terjadi di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan.


6

Selainitu peran kelembagaan desa dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa

sudah berjalan sesuai harapan, namun masih ada hambatan dan kendala dalam

pelaksanaannya, masih banyak warga yang tidak memberikan hak suaranya atau

golput dalam pemilihan kepala desa.

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk menyusun skripsi tentang pengaruh hegemoni di Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin dengan judul “ Pengaruh

Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk

Lokal pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016 (Studi Kasus di Desa

Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tahun

2016).”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan untuk

menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang menyebabkan

pembahasan menjadi tidak konsisten, maka penulis memberikan batasan masalah

ini hanya membahas mengenai pengaruh hegemoni Politik Masyarakat

Transmigrasi Jawa dan penduduk lokal dalam pemilihan Kepala Desa, Desa

Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tahun 2016.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis paparkan, rumusan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


7

1. Bagaimana pengaruh hegemoni politik masyarakat transmigrasi Jawa

terhadap penduduk lokal pada pemilihan kepala desa di Desa Tambang

Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya hegemoni masyarakat

transmigrasi Jawa terhadap penduduk lokal di Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan

adanya suatu kejelasan yang dijelaskan dan dijadikan tujuan bagi penulis

dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari munculnya hegemoni di

Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin.

b. Untuk mengetahui pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala desa di

Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala

desa di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten

Merangin ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman

dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap pengaruh hegemoni dalam


8

pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang

Selatan kabupaten Merangin, serta menjadi bahan bacaan yang menarik

bagi siapapun yang akan membacanya.

b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Setrata

Satu (S1) di di Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Siafuddin Jambi.

c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Syari‟ah

khususnya jurusan Hukum Tata Negara dan dosen-dosen Fakultas Syari‟ah

lainnya.

d. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi

dan praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang

akan bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Kerangka Teori

1. Teori Hegemoni Gramsci

Antonio Gramsci merupakan pemikir Italia yang terpengaruh oleh

pemikiran Marxisme dan filsafat Hegel, meskipun kemudian merevisi dan

mengkritik gagasan tersebut.9 Teori tersebut sering kali disebut juga

sebagai teori kultural/ideologis general dan digunakan untuk memahami

bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologi yang dianggap memiliki

kekuatan untuk memformasi masyarakat. Teori hegemoni Gramcsi

merupakan penyempurnaan teori kelas Marx yang belum berhasil

9
Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: hal 63.
9

merumuskan teori politik yang memadai. Titik awal konsep Gramcsi

tentang hegemoni adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan

kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan

persuasi.

Gramsci membedakan negara menjadi dua wilayah dalam negara

yakni, dunia masyarakat sipil dan masyarakat politik. Yang pertama

penting bagi konsep hegemoni karena merupakan wilayah “kesetujuan”,

“kehendak bebas”, sedangkan wilayah kedua merupakan dunia kekerasan,

pemaksaan, dan intervensi.10 Menurut Gramsci, negara kompleks yang

menyeluruh aktivitas-aktivitas teoretis dan praktis yang dengannya kelas

penguasa tidak hanya membenarkan dan mempertahankan dominasinya,

melainkan juga berusaha memenangkan kesetujuan aktif dari mereka yang

diperintahnya.

Sebagai pemikir Marxis Italia setelah Marx, pemikirannya banyak

berhubungan dengan masalah politik praktis sehingga pandangan Gramsci

yang paling dominan adalah hegemoni. Secara literer hegemoni berarti

“kepemimpinan” lebih sering kata itu digunakan untuk komentator politik

untuk menunjuk kepada pengertian dominasi. Akan tetapi bagi Gramsci

hegemoni berarti sesuatu yang lebih kompleks. Gramsci menggunakan

konsep itu untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis

tertentu, yang lewatnya dalam suatu masyarakat yang ada suatu kelas

10
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 77.
10

fundamental dapat membangun kepemimpinannya sesuatu yang berbeda

dari dominasi yang bersifat memaksa.

2. Transmigrasi

Transmigrasi sebagai salah satu program kependudukan di

Indonesia sudah berlangsung cukup lama. Dimulai dari jaman

pemerintahan kolonial belanda 1905 dengan sasaran utama selain untuk

mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa, juga untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja di daerah-daerah luar Jawa. Setelah kemerdekaan,

pada awal orde lama, selain tujuan demografis, sesuai dengan Undang-

undang No. 20/1960, tujuan transmigrasi adalah untuk meningkatkan

keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta mempererat rasa

persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada Orde Baru, tujuan utama transmigrasi semakin berkembang

ke arah tujuan-tujuan non-demografis lainnya. Undang-Undang No. 3

Tahun 1972 menyatakan tujuan transmigrasi adalah: peningkatan taraf

hidup, pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk,

pembangunan yang merata keseluruh Indonesia, pemanfaatan sumber-

sumber alam dan tenaga manusia; kesatuan dan persatuan bangsa serta

memperkuat pertahanan dan ketahanan nasional. Pergeseran orientasi ke

arah pembangunan wilayah menyebabkan permukiman transmigrasi

didesain untuk ditumbuhkembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan11.

11
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Transmigrasi
11

Pada era otonomi daerah, transmigrasi masih menjadi salah satu

model pembangunan. Namun penyelenggaraan transmigrasi dihadapkan

pada tantangan terkait dengan perubahan tata pemerintahan.

Penyelenggaraan transmigrasi yang selama ini berciri sentralistik, kini

dihadapkan pada tantangan berupa penerapan asas desentralisasi dan

otonomi. Desentralisasi telah menjadi sumber dari tekanan domestik untuk

memperbaharui program transmigrasi. Penerapan otonomi daerah selain

menyebabkan pergeseran kewenangan pada penyelenggaraan transmigrasi,

juga mengharuskan pelaksanaan transmigrasi sepenuhnya disesuaikan

dengan karakteristik dan kondisi spesifik daerah.

Perubahan-perubahan tersebut telah melahirkan UU No. 15 Tahun

1997 tentang Ketransmigrasian, yang kemudian diubah melalui UU

Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Dalam undang-undang tersebut

dinyatakan tujuan transmigrasi adalah untuk (1) meningkatkan

kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar, (2) meningkatkan

pemerataan pembangunan daerah, dan (3) memperkuat persatuan dan

kesatuan bangsa.12

3. Budaya Politik Jawa

Politik jawa secara khas memberikan tekanan dan pertanda

pemusatan kekuasaan dan bukan pada perbuatan yang memperlihatkan

pemakaian atau pengunaanya. Pertanda yang baik di cari orang yang baik

12
Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
12

pada pemegang kekuasaan maupun dalam masyarakat di mana ia

memegang kekuasaan kemampuan menyerap pemusatan pemusatan dari

luar merupakan tema yang sering terdapat dalam lakon-lakon wayang

dalam tradisi sejarah, dalam gambaran khas yang menghubungkan jelas

penyerapan ini menyatukan dua prinsip yang berlawanana adalah

pertarungan antara seorang satria dengan seorang musuh yang kuat.

Dimana setelah musuh itu di kalahkan dan ini sekaligus akan menambah

kekuatan dalam diri satria.

Sebenarnya sangat sulit untuk melakukan identifikasi budaya

politik Jawa, karena atributnya tidak jelas, akan tetapi ada sesuatu hal yang

dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk membicarakan masalah ini,

dengan adanya pola budaya yang dominan, yang berasal dari kelompok

etnis Jawa itu sendiri. Etnis ini sangat mewarnai sikap prilaku dan

oreantasi politik kalangan elit politik di Indonesia.

Oleh karena itu ketika Claire Holt, Benedict Anderson dan James

Siegel menulis tentang “Political Culture In Indonesia” pembicaraan awal

yang dimunculkan adalah terkait dengan masalah kekuasaan dalam

masyarakat Jawa. Menurut analisis Anderson, konsep kekuasaan yang

diterapkan di Jawa berbeda sekali dengan konsep yang ditawarkan dengan

masyarakat Barat. Karena bagi masyarakat Jawa, kekuasaan itu pada


13

dasarnya bersifat kongkret, besarannya konstan, sumbernya homogen dan

tidak berkaitan dengan proses legitimasi.13

4. Pengertian Desa dan Kepala Desa

Menurut Nasroen, Desa di Indonesia telah ada sejak beratus-ratus

tahun yang lampau. Dari zaman ke zaman, desa, nagari, marga ini ada dan

tetap ada sampai dewasa ini. Majapahit telah hilang, demikian pula

Sriwijaya, Atjeh, Bugis, Minangkabau, Mataram dan sebagainya. Hindia

Belanda, penduduk Jepang telah lenyap, tetapi desa, nagari,marga itu tetap

ada. Dalam jalan sejarah ini, sebagai bukti dapat diambil kesimpulan

bahwa sesuatu negara akan tetap ada. Dari jalan sejarah ini, sebagai bukti

dapat diambil kesimpulan bahwa sesuatu negara akan tetap ada, selama

desa, nagari, marga itu ada, asal negara itu sanggup menyatukan

dirinya dengan desa, nagari, dan marga itu.14 Sedangkan menurut

Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 tentang Desa

tertuang dalam BAB I Ketentuan Umum, Pasal I No 1 bahwasannya, Desa

adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

13
Pagisyarwi, “Kekuatan politik Jawa,” Internet, diakses melalui alamat
http://www.pangisyarwi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6:kekuatan-
politik-jawa&catid=8&Itemid=103, diakses pada tanggal 6 Juni 2017.
14
Nasroen, Daerah Otonomi Tingkat Terbawah, (Jakarta: Beringin Trading Company,
1995), 41.
14

masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.15

Desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan mayarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat dan nilai-

nilai sosial budaya masyarakat dan melaksanakan bagian bagian dari suatu

urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten atau

kota. Jadi untuk keperluan pengurusan masyarakat tersebut tentunya

dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu memimpin jalannya

pemerintahan desa.

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam

suatu sistem Pemerintahan desa selain dari pada BPD. Kepala Desa

merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung

oleh masyarakat desa. kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa

adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh

penduduk desa sebagai Pemimpin Pemerintahan Desa.

5. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU

PeraturanMentri Dalam Negri Republik Indonesia Nomor 112

Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa diterbitkan untuk

melaksanakan ketentuan pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik

15
Undang Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
15

Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan perlunya

menetapkan Permendagri tentang Pemilihan Kepala Desa.

Permendagri 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa ini

ditunggu-tunggu Pemerintah Daerah untuk dapat mengisi kekosongan

posisi Kepala Desa sekaligus dalam rangka implementasi Undang-Undang

Desa. Dengan terbitnya Permendagri tentang Pemilihan Kepala Desa ini

akan menjadi dasar hukum pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk

dapat melakukan Pemilihan Kepala Desa di daerahnya secara berbarengan

ataupun bergelombang mulai di tahun 2015. Sebab jika tidak ada kepala

desa Definitif maka syarat-syarat untuk dapat menginmlementasikan UU

Desa di tahun 2015 menjadi agak kurang lengkap dan menjadi dasar alasan

pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk tidak dapat melakukan

implementasi UU Desa di tahun 2015.16

Desa dengan segenap atribut pemerintahannya adalah arena yang

berhadapan langsung dengan rakyat. Pemerintah desa adalah sentra

kekuasaan politik lokal yang di personifikasi lewat Kepala Desa dan

perangkatnya. Posisi pemerintah desa juga sangat penting, mengingat

mayoritas penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.

Kepala Desa adalah salah satu unsur penyelenggara pemerintah

desa. Unsur lain adalah perangkat desa. Dalam UU Desa, setidaknya ada

16
Kareba desa,”Undang-undang desa”, Internet, diakses melalui
http://www.karebadesa.id/2017/07/permendagri-nomor-112-tahun-2014.
16

22 pasal yang mengatur tentang Kepala Desa, dengan beragam aspek yang

diatur.17

Pesta demokrasi yang dilakukan ditingkat wilayah terkecil ini pada

dasarnya sudah diatur oleh peraturan perundang-undangan pemerintah

tentang tata cara penyelenggaraan pilkades. Sehingga seluruh rangkaian

tahapan-tahapannya mulai dari pembentukan panitia pilkades sampai pada

pelantikan kepala desa terpilih diharapkan sesuai dengan ketentuan yang

sudah ditetapkan. Dengan demikian proses pemilihan kepala desa akan

berjalan dengan baik tanpa mempengaruhi keutuhan masyarakat. Dan

harapan masyarakat dapat terpenuhi untuk terpilihnya kepala desa yang

baru dan dinyatakan layak untuk memimpin dan menjalankan roda

pemerintahan desa.

Berdasarkan konstruksi UU Desa, Kepala Desa dipilih dalam

pemilihan, bukan ditunjuk oleh pejabat tertentu, sebagaimana dirumuskan

dalam pasal 31-39. Proses pemilihan itu dapat dipilah berdasarkan

tahapan: sebelum pemilihan, saat pemilihan, dan setelah pemilihan. Juga

pembahasan mengenai asas-asas atau prinsip pemilihan. Sub tema ini,

akan menjelaskan pasal yang berkaitan dengan tahapan pemilihan Kepala

Desa sebagaimana disebutkan diatas.18

17
Wikipedia, “Penyelenggaraan Desa”, Internet, diakses melalui
http://kedesa.id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-desa-dan-peraturan-desa/
18
Undang Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
17

a. Prinsip dan Sifat Pemilihan

Pasal 31 dan Pasal 34 UU Desa telah mengatur secara tegas prinsip

pemilihan Kepala Desa.Pertama, pemilihan Kepala Desa dilaksanakan

secara serentak di seluruh wilayah kabupaten/kota. Kebijakan pemilihan

Kepala Desa serentak ini ditetapkan dalam Perda. Kedua, Kepala Desa

dipilih secara langsung oleh penduduk desa. Ketiga, pemilihan dilakukan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Seperti penjelasan

Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34.

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:

a.Warga negara republik indonesia.

b. Bertakwa kepada tuhan yang maha esa.

c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.

d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau

sederajat;

e. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar.

f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa..

g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat

paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;


18

h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5

(lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai

menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka

kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

k. Berbadan sehat.

l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan;

dan

m. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Perda.

Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Biaya pemilihan

Kepala Desa yang dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota adalah untuk

pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya,

honorarium panitia, dan biaya pelantikan.

b. Pra-Pemilihan

Ada proses yang harus dilalui sebelum penyelenggaraan pemilihan

Kepala Desa dan melibatkan para pemangku kepentingan. Proses itu


19

antara lain adalah: Pemberitahuan akan berakhirnya masa jabatan Kepala

Desa, pembentukan panitia pemilihan kepala desa. Penjaringan calon oleh

panitia pemilihan, penetapan calon Kepala Desa sebagai calon oleh panitia

pemilihan, dan pengumumannya kepada masyarakat.

c. Pemilihan

Undang-Undang Desa menetapkan bahwa setiap penduduk yang

telah berusia 17 tahun atau sudah menikah berhak untuk memilih pada hari

H pemilihan Kepala Desa. Setiap penduduk yang mempunyai hak memilih

datang sendiri ke tempat pemungutan suara dan menentukan pilihannya

tanpa paksaan.

d. Pasca Pemilihan

Ketentuan-ketentuan mengenai pascapemilihan Kepala Desa

dituangkan dalam pasal 37-39.Pasal 37 lebih menekankan pada penentuan

siapa yang terpilih dan mekanisme penyelesaian sengketa; pasal 38

mengatur tentang pelantikan; dan pasal 39 mengatur masa jabatan Kepala

Desa.

Calon Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota atau

pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah penerbitan

keputusan Bupati/Walikota.
20

F. Tinjauan Pustaka

Dalam proses pembuatan skripsi ini, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan

dalam rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan penulis bahas,

maka penulis melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-penelitian ini,

adapun yang pernah melakukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

Hegemoni ini terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian

yang peneliti lakukan, yaitu;

Penelitian yang dilakukan oleh Shalikatin Pawestri, mahasiswi Program Studi

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri

Yogyakarta, ditulis pada tahun 2015, dengan judul “Hegemoni Kekuasaan dalam

Novel Bibir Merah karya Achmad Munif”.19 Dari penelitian tersebut, maka

penulis memiliki kekhasan dengan fokus penelitian pengaruh Hegemoni.

Berikutnya, penelitian yang dilakuukan oleh Herning Puspitarini, mahasiswi

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,

ditulis pada tahun 2014, dengan judul “Hegemoni Mitos Nyai Roro Kidul

Terhadap Kekuasaan Jawa dalam Novel Sang Nyai Karya Budi Sardjono”.20

Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui struktur

mitos dan fungsi mitos dalam novel untuk memahami mitos yang tertuang dalam

realita kehidupan masyarakat modern.

19
Shalikhatin Pawestri, “ Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Bibir Merah karya Achmad
Munif” ‘Skripsi: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negri Yogyakarta,2015, hlm.12.
20
Ebook, “Skripsi Herning Puspitarini,” di akses melalui alamat
https://fib.undip.ac.id/digilib/home/fib.undip.ac.id/files/e_book/SKRIPSI, diakses pada 11
November 2017.
21

Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Lestari tahun 2011,

mahasiswa Universitas Sumatra Utara yang berjudul “Etika Kekuasaan Jawa

dalam Novel Para Priyayi karya Umar Kayam”.21

Penelitian ini menghasilkan analisis mengenai etika kekuasaan Jawa yang

dilakukan oleh para priyayi.

Dari beberapa referensi diatas mulai dari penelitian Shalikatin Pawestri yang

berfokus pada Hegemoni Kekuasaan, Hening Puspitarini yang berfokus pada

Hegemoni Mitos, dan penelitian yang dilakukan Dewi Ayu Lestari yang berfokus

pada Etika Kekuasaan, maka perbedaan pembahasannya adalah penelitian ini

hanya berfokus kepada pembahasan Pengaruh Hegemoni Politik. Adapun harapan

besarnya adalah dengan adanya penelitian ini maka masyarakat sadar akan

pengaruh hegemoni dalam mempengaruhi pemilihan kepala desa.

21
Larasati, Dewi ayu. 2011. “Etika Kekuasaan Jawa dalam Novel Para Priyayi karya Umar
Kayam”. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengenai pengaruh hegemoni politik dalam pemilihan

kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten

Merangin. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya penelitian ini.

Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Pertama,

pengaruh Hegemoni dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin sehingga penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana pengaruh hegemoni itu sendiri. Kedua, adanya

kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai keterangan yang

diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.22

Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam

rangka mengetahui pengaruh hegemoni di Desa Tambang Emas Kecamatan

Pamenang Selatan Kabupaten Merangin. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

22
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22.

22
23

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci”.23

Kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan digunakan peneliti

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen)24 dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun

jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

dilapangan adapun sumber datanya adalah observasi, wawancara,

dokumentasi.25

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai

pendukung dari data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok

kajian yang diteliti.26Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat

memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 9.
24
Ibid: 9.
25
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hlm. 16.
26
Ibid: 18.
24

obyek penelitian baik yang berbentuk Jurnal, buku, karya tulis, koran, dan

tulisan maupun artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatatan atau metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan bertatap langsung dengan informan sama seperti

penggunaan daftar pertanyaan secara langsung.27

Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur (semistructure interview) di mana

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.28 Bedanya dengan semi terstruktur di sini adalah tidak memakai

alternatif jawaban, namun pihak yang diajak wawancara diminta pendapat

dan ide-idenya. Adapun yang akan menjadi sasaran wawancara adalah:

27
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm. 238.
28
Ibid: 239.
25

Tabel 1

Jumlah Daftar Responden Wawancara

No Nama Keterangan/ Jabatan Jumlah

1 Listiyarto Tokoh Masyarakat Jawa 1

2 Agus Prasetyo Ketua Karang Taruna 1

3 Saiful Anwar Masyarakat Jawa 1

4 Fathul Huda Staff Desa 1

5 Dherma Setiawan Tokoh Masyarakat Lokal 1

6 Shodiqul Staff Kecamatan 1

7 Isti Qoiriyah Masyarakat lokal 1

8 Juarno Kepala Desa 1

9 Maryono Kaur Pemerintahan 1

10 Eki Rima Staff Kantor Desa 1

11 Mat Agung Mantan Kepala Desa 1

12 Suparli Mantan Kepala Desa 1

13 Basrin Mantan Kepala Desa 1

Total 13

2. Dokumentasi
26

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan

data-data yang sudah ada yang berkaitan dengan penelitian.29Dokumentasi

dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber di Desa Tambang

Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin, dari arsip dan

dokumen baik yang berada di desa Tambang Emas yang bertempat di Desa

Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin, yang

ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

3. Teknik Analisis Data.

Pengumpulan data dan analisis data adalah suatu kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan, hasil dari pengumpulan data ini perlu diolah lagi yaitu mulai dari

editing sampai tabulasi data. Secara teknis, analisis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini berdasarkan analisis interaktif sebagai mana dikemukakan oleh

Miles dan Huberman.30Analisis ini terdiri dari reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya

29
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm: 145.
30
Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Skripsi (Syariah Press, Jambi: 2012) hlm 232.
27

dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan

dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga

akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau

menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks

naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan

bagan. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,

bagan antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text,”31 Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah data

teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks

31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 249.
28

yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik dan nerwork (jejaring

kerja).

Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya,

tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di

dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub

bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara,

dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak

ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya.32 Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga

menjadi jelas setelah diteliti.

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm :252.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Tambang Emas

Tambang Emas adalah desa yang pada mulanya adalah unit pemukiman

transmigrasi, berdiri pada tanggal 2 Januari 1981 dengan nama UPT Pamenang

VI-A1 (Unit Pemukiman Transmigrasi) dan dikepalai oleh seorang KUPT (Kepala

Unit Pemukiman Transmigrasi) yaitu Bapak Arifudin, BCHK.

Pada mulanya UPT Pamenang A1 dihuni sebanyak 763 KK yang mayoritas

datang dari pulau jawa dan madura sebagian kecil keikutsertan penduduk lokal

dengan luas wilayah 2.173 Ha.

Desa Tambang Emas terbentuk berdasarkan musyawarah para tokoh

masyarakat dan dibantu oleh Bapak M. Rifa‟i sebagai Pjs Kepala Desa setelah

selesai masa jabatan Bapak Arifudin, BCHK sebagai KUPT pamenang VI-A1

pada tahun 1986, maka pada tahun yang sama untuk pertama kalinya Desa

Tambang Emas mengadakan pemilihan Kepala Desa dan pada waktu itu Kepala

Desa tepilih adalah Bapak M. Rifa‟i.

Berikut adalah alur Sejarah Kepemimpinan Kepala Desa Tambang Emas

Perperiode :

1. Periode I ( Tahun 1986 s/d 1996 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak M. Rifa‟i melalui pemilihan Kepala Desa.

29
30

2. Periode II ( Tahun 1996 s/d 1998 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak Murdiono sebagai pejabat sementara Kepala Desa, yang pada

pemerintahan Bapak M. Rifa‟i menjabat sebagai Kaur Pembangunan.

3. Periode III ( Tahun 1998 s/d 2006 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak Murdiono melalui jalur pemilihan Kepala Desa.

4. Periode IV ( Tahun 2006 s/d 2008 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak Mat Agung sebagai pejabat sementara Kepala Desa, yang pada

pemerintahan Bapak M. Rifa‟i dan Bapak Murdiono menjabat sebagai

Sekertaris Desa.

5. Periode V ( Tahun 2009 s/d 2013 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak Sarjono melalui jalur pemilihan Kepala Desa.

6. Periode VI ( Tahun 2013 s/d 2015 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh

Bapak Suparli sebagai pejabat sementara Kepala Desa.

7. Periode VII ( Februari 2015 s/d 2016 ) Kepala Desa dijabat oleh

Pegawai Negri Sipil dari Kasi Pemerintahan Kecamatan yaitu Bapak

Basrin sebagai pejabat sementara Kepala Desa.

8. Priode VIII ( Mei 2016 s/d sekarang ) Kepala Desa dijabat oleh Bapak

Juarno.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan pemekaran wilayah tepatnya

pada tanggal 9 Juni 2008 Desa Tambang Emas diresmikan menjadi Ibu Kota

Kecamatan yang meliputi atas 4 Desa antara lainya adalah Desa Tambang Emas,

Tanjung Benuang, Pulau Bayur dan Selango.33

33
Dokumen rencana pembangunan desa tambang emas , tahun 2015-2020.
31

B. VISI dan MISI Desa Tambang Emas itu sendiri adalah sebagai berikut :

VISI:

Mewujudkan Desa Tambang Emas Aman dan Sejahtera Cukup Sandang,

Pangan dan Papan serta Pendidikan dan Kesehatan terpenuhi, Sosial Budaya

terlaksana

MISI:

1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

a. Pelayanan umum yang ramah dan dapat dipercaya bagi masyarakat

b. Tertib Administrasi

c. Pengelolaan keuangan yang valid dan transparan kepada masyarakat

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

a. Pembangunan infrastruktur desa

b. Pendidikan mental ( Ahlak )

c. Peningkatan sumber daya manusia

d. Pelestarian penghijauan 1000 pohon

3. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Produktif

a. Pemberdayaan home industry

b. Wanita tani

c. Pemanfaatan lahan tidur UPSUS

d. Pembentukan BUMDES

4. Bidang Pemberdayaan Lembaga


32

a. Pelatihan Kepala Desa, Sekertaris Desa, Perangkat Desa, BPD,

LINMAS, dan Karang Taruna

5. Bidang Pendidikan

a. Peningkatan pendidikan PAUD dan Madrasah

b. Pemberantasan buta aksara

c. Pemberdayaan tenaga pendidik

6. Bidang Kesehatan

a. Peningkatan gizi balita (PMT)

b. Pemberdayaan POSYANDU

c. Senam lansia yang berkesinambungan

7. Bidang Peningkatan Kapasitas Masyarakat

a. Pelatihan Home Industri

b. Pelatihan pertanian

c. Pelatihan perikanan

8. Bidang Ketertiban Masyarakat

a. Mengoptimalkan keamanan

b. Pembuatan Pos Ronda diarah pintu masuk desa

C. Kondisi Geografis

Secara geografis dan secara administratif Desa Tambang Emas merupakan

salah satu dari 205 Desa di Kabupaten Merangin dan memiliki luas wilayah

2.571Ha, secara topografi terletak pada ketinggian 10 s/d 100 m diatas permukaan

laut.
33

Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.520 jiwa yang terdiri dari

1869 laki-laki dan 1651 perempuan. Penduduk di daerah ini terdiri dari berbagai

suku seperti: Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Minang, Tiongkok dan Suku-suku

lainya yang jumlahnya relatif kecil.

Berdasarkan letak geografisnya Desa Tambang Emas berbatasan langsung

dengan wilayah sebagai berikut:34

Tabel 2

Batas Wilayah Desa Tambang Emas35

Batas Wilayah

Batas Desa/ kelurahan Kecamatan

Sebelah utara MERANTI RENAH PAMENANG

Sebelah selatan TANJUNG BENUANG PAMENANG SELATAN

Sebelah timur LANTAK SERIBU RENAH PAMENANG

Sebelah barat BUKIT BUNGKUL RENAH PAMENANG

Penetapan batas wilayah ini diperkuat dengan keluarnya dasar hukum yang

jelas dan sah dengan dikeluarkannya Perdes No 1 Tahun 2009 dan Perda No 12

Tahun 2007.

Desa Tambang Emas selain menjadi ibu kota dari Kecamatan Pamenang

Selatan juga menjadi pusat perekonomian bagi desa-desa lainnya yang berada di

34
Dokumen rencana pembangunan desa tambang emas , tahun 2015-2020.
35
Ibid.
34

sekitaran kecamatan Pamenang Selatan, karena infrastruktur di Desa Tambang

Emas berkembang dengan pesat, sehingga Desa Tamang Emas mempunyai daya

tarik tersendiri.

D. Aspek Pemilihan Kepala Desa

Ada satu hal yang menarik yang menjadi kekhasan dalam praktik demokrasi

dalam hal memilih pemimpin di tingkat desa. Hal tersebut adalah tidak dipakainya

partai politik untuk mengusung calon-calon yang akan bertarung dalam pemilihan

kepala desa (Pilkades) Desa Tambnag Emas. Meskipun demikian, bukan berarti

dinamika politik dalam pilkades Desa Tambang Emas terasa hambar. Justru

absenya partai politik dalam kontestasi pemilihan kepala desa, menjadikan

dinamika pilkades memiliki daya saing yang sama dengan dinamika daya saing

kepala daerah atau presiden sekalipun. Hal tersebut terkonfirmasi dari berbagai

realitas di lapangan. Partisipasi politik masyarakat dalam ruang-ruang politik dari

skala Nasional sampai skala terkecil (pilkades) dari segi rekrutmen calon, dalam

konteks pilkades di Desa Bungi pandangan politik maupun kepentingan

masyarakat menjadi terbagi-bagi dengan membentuk kelompok masing-masing,

yang penulis menyebutnya sebagai kelompok kepentingan yang berlandaskan atas

kekeluargaan dan kekerabatan.

Didalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tentu aspek utama persiapan

dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa itu adalah pembentukan Panitia

Pemilihan Kepala Desa, sebagai mana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b


35

disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui camat.

Dalam pembentukan panitia itu terpilihlah ketua Panitia Pemilihan atas nama

Bapak DARNI SUDARSONO, S.Pd sebagai ketua sementara. Adapun tugas

panitia pemilihan adalah menyiapkan segala aspek penunjang dalam pelaksanaan

pemilihan tersebut seperti yang tertuang dalam pasal 9 yaitu;36

a. Merencanakan penyelenggaraan pelaksanaan pemilihan.

b. Merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan.

c. Melakukan pendaftaran dan penetapan.

d. Melakukan penjaringan calon.

e. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilih.

f. Menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye.

g. Memfasilitasi penyediaan peralatan pemungutan suara.

h. Melaksanakan pemungutan suara.

i. Menetapkan hasil rekapitulasi.

j. Menetapkan dan mengumumkan hasil calon.

k. Menetapkan calon terpilih, dan

l. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaanpemilihan.

Dari semua itu terjaringlah Lima calon yang mendaftar sebagai Kepala Desa

Tambang Emas yang telah lulus melalui beberapa syarat yang ditetapkan oleh

ketua panitia. Sejak tanggal 7 April 2016 telah ditetapkan Daftar Pemilih Tetap

(DPT) yang sebelumnya telah dilakukan tahapan mulai dari pendaftaran,

pemuktahiran dan validasi data daftar pemilih sementara, dilanjutkan dengan

36
Karebadesa, “Pemilihan Kepala Desa”, Internet, diakses melalui
http://www.karebadesa.id/2017/07/permendagri-nomor-112-tahun-2014
36

pencatatan daftar pemilih tambahan sehingga di tetapkan menjadi daftar pemilih

tetap oleh panitia Pemilihan Kepala Desa.

Dalam agenda resmi yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Umum (BPU)

Desa Tambang Emas tersebut, setelah dilakukan validasi ahir oleh panitia

disaksikan dan di sepakati oleh 5 (lima) bakal calon Kepala Desa Tambang Emas,

serta melibatkan berbagai unsur, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta tokoh

pemuda yang sempathadir maka ditetapkan DPT yaitu Laki-Laki= 1825,

Perempuan= 1748, sehingga total DPT menjadi= 3568.Data pemilih di Desa

Tambang Emas pada saat itu sebanyak 3568 jiwa dan yang menggunakan hak

pilihnya sebanyak 2671 jiwa dan yang tidak menggunakan hak pilihnya atau

golput sebanyak 897 jiwa.37

DATA PEMILIH DAN PENGGUNAAN HAK PILIH38

Tabel 3

NO URAIAN JUMLAH PERSENTASE

1 DATA PEMILIH ETNIS ETNIS

JAWA 70% LOKAL 5%

Jumlah pemilih Laki-laki 1825 1277 91

terdaftar dalam
Perempuan 1748 1223 87
DPT

Jumlah 3568 2500 178

37
Dokumen Panitia Pemilihan Kepala Desa Tambang Emas tahun 2016.
38
Dokumen Panitia Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016.
37

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun

2016

Tabel 4

NO Pengguna hak pilih

2 Pengguna hak pilih Laki-laki 1371

dalam DPT
Perempuan 1300

Jumlah 2671

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun

2016

Tabel 539

NO Yang tidak menggunakan hak pilih

3 Laki-laki 454

Perempuan 443

Jumlah 897

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun

2016

Ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya,

diantaranya;

1. Pada saat pemilihan banyak masyarakat sedang berada di kebun.

39
Dokumen Panitia Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016.
38

2. Kurang tertarik dengan calon-calon kepala desa yang mendaftar.

Gambar 1

Diagram persentase partisipasi pemilih

25%

pengguna hak pilih


tidak menggunakan hak pilih

75%

Pengguna hak pilih (2671) + Tidak menggunakan hak pilih (897) = Jumlah DPT

(3568)

Dari data Tabel diatas dapat dilihat data yang paling mencolok adalah data

tabel yang tidak menggunakan hak pilihnya tau golput, sebagaimana yang telah

disampaikan oleh Bapak Darni Sudarsono selaku Ketua Panitia Pemilihan Kepala

Desa sebagai berikut:

“Yang menyebabkan banyaknya jumlah masyarakat yang tidak


menggunakan hak pilihnya atau golput karena pada saat pemilihan
39

dilakukan banyak warga yang masih berada dikebun , sehingga banyak


masyarakat yang ketinggalan untuk memberikan hak suaranya sedangkan
batas waktu pemilihan sudah habis.”40

Hasil percakapan diatas dapat diketahui bahwa yang menyebapkan

banyaknya masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya adalah karena banyaknya

warga atau masyarakat yang masih berada di kebun.

Jadi dari pernyataan Bapak Darni Sudarsono sebagai ketua panitia Pilkades

di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Tambang Emas tidak

menggunakan hak pilihnya dikarenakan ada berbagai kegiatan yang menyebapkan

berkurangnya jumlah suara daftar pemilih, sehingga menyebapkan sedikitnya

jumlah suara yang masuk dan bisa menimbulkan bibit-bibit konflik yang tidak di

inginkan.

40
Wawancara dengan bapak Darni Sudarsono S.pd sebagai ketua panitia Pilkades, tahun
2016, 26 november 2017.
40

Gambar 2

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA41

DESA TAMBANG EMAS KEC. PAMENANG SELATAN

KEPALA DESA
JUARNO

SEKRETARIS
SEKSI PEMERINTAHAN
SUPARLI
MARYONO
KAUR PERENCANAAN
STAF
IWAN
EKI RIMA

KAUR TU DAN UMUM

WULANDARI

KAUR KEUANGAN

SURIYAH

KAWIL R. MULYO KAWIL P. TERATAI KAWIL R. INDAH

NANA SUTISNA SLAMET BEJO SUNARYO

KAWIL S. SARI KAWIL R. SARI KAWIL TJ. EMAS

RIYANTO FATHUL HUDA SUBAGIO

41
Dokumen pemerintah desa tambang emas, tahun 2018.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa terhadap

Penduduk Lokal pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016

1. Politik Identitas dalam Pilkades Desa Tambang Emas

Politik identitas mengacu pada mekanisme politik

pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun sosial) sebagai

sumber dan sarana politik. Kemala mengatakan bahwa dalam politik

identitas ikatan kesukuan mendapatkan peranan penting, ia menjadi

simbol-simbol budaya yang potensial serta menjadi sumber kekuatan

untuk aksi-aksi politik.42 Pemahaman ini berimplikasi pada kecenderungan

untuk: pertama, ingin mendapat pengakuan dan perlakuan yang setara atau

dasar hak-hak sebagai manusia baik politik, ekonomi maupun sosial-

budaya. Kedua, demi menjaga dan melestarikan nilai budaya yang menjadi

ciri khas kelompok yang bersangkutan. Terakhir, kesetiaan yang kuat

terhadap etnis yang dimilikinya. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan

yang diutarakan oleh salah satu informan yakni Agus Prasetyo

mengatakan:

“Kalau menurut saya suku yang sama dalam Pilkades itu ya


penting, karena adat dan budayanya sama, mungkin suatu hari kita

42
Unhas, “Faktor dan Dinamika Pilkades”, Internet, diakses melalui
Respository.unhas.ac.id/bitstream/handle, 20 Mei 2017.

41
42

ada keinginan kita sampaikan kepada bapak kades bisa di pahami


dan di tanggapi secara cepat”.43

Hasil wawancara dengan informan tersebut mengidikasikan bahwa

ada semacam pemunculan identitas diri dengan menggunakan simbol-

simbol yang mengatas namakan etnis ataupun kesukuan. Hal ini

merupakan suatu tanda bahwa terdapat suatu upaya yang dilakukan oleh

Agus Prasetyo untuk menjelaskan kesamaan identitas dirinya dengan

kelompok masyarakat yang diasumsikan itu bagian dari dirinya. Disini

terlihat bahwa etnis telah menjadi suatu identitas yang kemudian

direpsentasikan ke dalam usaha-usaha politik guna menjadikannya sebagai

komoditas suara.

Pendekatan secara personal lebih sinis daripada konsep sederhana

bahwa identitas adalah konstruksi sosial. Pendekatan personal memandang

terciptanya identitas adalah sebagai produk manipulasi simbol-simbol

kebudayaan dan kekerabatan oleh para pelaku politik untuk mendapatkan

keuntungan politik. Pendekatan ini memandang etnisitas sebagai hasil dari

strategi politik, biasanya untuk mencapai tujuan yang lain, seperti

kekuasaan politik, akses sumberdaya, dan meningkatkan status.44Eki Rima

mengatakan:

43
Wawancara dengan Bapak Agus Prasetyo sebagai ketua karang taruna, 14 November
2017.
44
Unhas, “Faktor dan Dinamika Pilkades”, Internet, diakses melalui
Respository.unhas.ac.id/bitstream/handle, 20 Mei 2017.
43

“Karena desa ini dulunya transmigrasi jadi sesamam masyarakat


keturunan jawa jangan canggung untuk bersosialisasi atau
melakukan pendekatan-pendekatan kepada warga, menawarkan
program-program andalan yang akan di tawarkan jika
memenangkan pemilihan nanti. Jadi masyarakat bisa mengetahui
dan mengenal visi misi yang ditawarkannya”.45

Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa pemilih

menginginkan bahwa calon Kepala Desa mampu mengambil simpati

mereka dan banyak bersosialisasi langsung ditengah-tengah masyarakat

dalam Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016.

Dalam konteks politik, hal ini menjadi menarik karena citra diri

sangat menjadi penting dalam mencapai sukses baik dalam upaya

mempengaruhi publik maupun dalam melaksanakan peran politik. Situasi

multi etnik dan adanya beragam identitas yang dimiliki memungkinkan

terjadinya perubahan-perubahan dalam identitas keetnikan seseorang

hingga bisa meninbulkan suatu hegemoni. Pada saat hampir semua

kandidat menyampaikan rancangan program kerja, maka kandidat

membutuhkan “image” untuk membedakan satu dirinya dengan kandidat

lainya. Juarno mengatakan:

“Didesa Tambang Emas ini ada banyak masyarakat dibawah


kesejahteraan, sementara dana desa ini di proyeksikan untuk
mengetaskan kemiskinan, maka yang saya tawarkan kepada
masyarakat adalah bagaimana peningkatan kapasitas ekonomi,
disamping memang pokoknya adalah membangun infrastrukur
yang sebagai penunjang bagaimana menciptakan ekonomi yang

45
Wawancara dengan Eki Rima sebagai staff kantor desa, 20 November 2017.
44

lebih baik menggunakan dana desa ini, melalui pelatihan-


pelatihan”.46

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa Juarno memainkan

peran penting intelejensinya dalam pengelolaan dana anggaran desa dalam

meraih suara dengan mencitrakan dirinya sebagai seseorang yang

berpengalaman dalam mengelola keuangan desa, yang berarti Juarno

mampu menjadi kandidat yang dipilih dalam Pilkades. Kandidat harus

dapat meyakinkan kepada publik bahwa dirinya adalah pilihan yang tepat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa

masyarakat cenderung memilih kandidat yang pandai dan pintar mengelola

dana desa yang besar jumlahnya demi kepentingan dan kemakmuran

masyarakat bersama. Situasional yang dibangun antara kandidat dengan

masyarakat akan membangun kepercayaan politik di masyarakat.

2. Hegemoni Etnis dalam Pilkades Desa Tambang Emas

Etnis menurut Frederich Barth menunjuk pada suatu kelompok

tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun

kombinasi dari kategori tersebutterikat pada sistem nilai budayanya.47

Lalu menurut Jhon M. Echols, suku bangsa atau etnis adalah

segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan

46
Wawancara dengan Bapak Juarno sebagai kepala desa terpilih, tahun 2016, 27
November 2017.
47
Federick Barth, kelompok etnik dan batasannya (edisi bahasa Indonesia), diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia oleh Nining I. Susilo, (Jakarta: Universitas Indonesia Prees,1988), 11.
45

biologis.48Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa etnis adalah

sekumpulan manusia yang memiliki keterikatan sosial sehingga mampu

menciptakan sebuah system budaya dan mereka terikat didalamnya.

Dewasa ini, etnis menjadi aspek yang penting dalam hubungan politik.

Pada dasarnya, istilah ini muncul karena menyangkut gagasan tentang

pembedaan, dikotomi kami dan mereka dan pembedaan terhadap dasar

asal usul, dan karakteristik budaya. Hal serupa juga ditemukan pada

masyarakat Desa Tambang Emas sebab penulis menemukan dilapangan

bahwa pengaruh kesukuan dan kedekatan asal daerah di Desa Tambang

Emas sangat kental sekali, untuk menjamin kelangsungan kehidupan

mereka.

Syarat kemunculan etnisitas adalah kelompok tersebut sedikitnya

paling tidak telah menjalin hubungan, kontak dengan kelompok etnis yang

lain dan masing-masing menerima gagasan dan ide-ide perbedaan di antara

mereka, baik secara kultural maupun politik. Sebagai mana yang

disampaikan Bapak Fathul Huda sebagai berikut:

“Dari segi suku yang sama, dari daerah yang sama lalu adanya
kedekatan dalam bermasyarakat sehingga bisa mudah dalam
berkomunikasi lebih jauh lagi.”49

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa responden

menentukan pilihannya berdasarkan kedekatan daerah dan suku.

48
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, (Jakarta: PT. Gramedia,
1992), cet.3, 161.
49
Wawancara dengan Bapak fathul Huda sebagai Staff Desa, 13 November 2017.
46

Kesimpulan di atas adalah masyarakat menentukan pilihannya

berdasarkan kedekatan bermasyarakat, sehingga mereka merasa kedekatan

emosional sudah terjalin didalam bermasyarakat, selain dari itu faktor

kesukuan dan dari daerah asal yang sama menjadi penentu dalam

menjatuhkan pilihan itu sendiri.

B. Faktor-Faktor Penyebap Timbulnya Hegemoni Politik Masyarakat

Transmigrasi Jawa terhadap Penduduk Lokal pada Pemilihan Kepala Desa

Tahun 2016

1. Faktor Dominasi

Hegemoni sendiri pengertiannya adalah dominasi oleh satu

kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman

kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan

terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar

yang bersifat moral, intelektual, serta budaya. Pernyataan kemudian

diutarakan oleh informan, salah satunya adalah Bapak Shodiqul:

“Di Desa Tambang Emas ini memiliki jumlah penduduk sebanyak


5234 jiwa, diantaranya suku Jawa dan keturunannya sekitar 70%,
suku campuran (Minang, Batak, Sunda) 25%, dan penduduk lokal
5%.”50

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku etnis Jawa

mendominasi dari jumlah penduduk yang ada di Desa Tambang Emas,

50
Wawancara dengan Shodiqul Staff Kecamatan Pamenang Selatan pada tanggal 10
agustus 2017.
47

etnis suku campuran berada di posisi kedua dan etnis lokal menepati posisi

terakhir.

Kesimpulannya bahwa, etnis suku Jawa mendominasi di Desa

Tambang Emas, munculnya hegemoni di Desa Tambang Emas tidak bisa

di pungkiri lagi bahwa peran dari etnis suku Jawa sangat kuat dan kental

sehingga dominasi didalam struktur desa kebanyakan di pegang oleh

orang-orang suku Jawa.

2. Faktor Keinginan

Peryataan kemudian diutarakan oleh informan, salah satunya

adalah Bapak Juarno selaku kepala desa Tambang Emas saat di

wawancarai di rumah, beliau menyatakan:

“Saya pribadi selaku kepala desa terpilih ikut maju pada pemilihan
kepala desa karena mendapat dukungan dari masyarakat, kebetulan
dulu saya pendamping lokal desa dan dari PNPM mandiri
perdesaan itu selama 7 tahun dan mengelola dana miliyaran rupiah
itu awal saya mencalonkan diri sebagai calon kepala desa dan
merasa mampu untuk memimpin desa”.51

Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kesiapan salah satu

calon dalam mengikuti pemilihan pada saat itu adalah karena sudah

mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pengalamannya dalam

mengelola dana desa PNPM mandiri selama 7 tahun.

51
Wawancara dengan Bapak Juarno kepala desa terpilih, tahun 2016, 27 November 2017.
48

“Di Desa Tambang Emas ini ada banyak masyarakat yang dibawah
kesejahteraan, maka yang saya tawarkan kepada masyarakat adalah
bagaimana peningkatan kapasitas ekonomi dan pokoknya adalah
membangun infrastruktur sebagai penunjang menciptakan ekonomi
yang stabil di masyarakat.”52

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa, calon Kepala Desa

menawarkan visinya untuk menuntaskan kemiskinan dan meningkatkan

kapasitas ekonomi masyarakat demi perubahan di Desa Tambang Emas.

Kesimpulannya bahawa, calon tersebut mengajukan dirinya karena

telah mendapat dukungan dari masyarakt dan telah menjadi prndamping

desa sehingga ia merasa dirinya mampu dalam mengelola dan memimpin

desa, dan menawarkan program-program visinya dalam merubah dan

mengangkat perekonomian masyarakat Desa Tambang Emas. Dari

keterangan yang didapat ia mencalonkan diri tanpa mengeluarkan uang

tambahan atau uang pelicin, ia hanya mengeluarkan uang seperlunya

dalam pencalonan tersebut sehingga ia mendapat citra yang baik dan

positif dari masyarakat dan mendapat nilai plus dalam penilaian

masyarakat menjelang pemilihan yang akan berlangsung.

3. Faktor Sosiologis

Pendekatan sosiologis menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan

pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang berkaitan dalam

menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosialseperti umur,

52
Wawancara dengan Bapak Juarno kepala desa terpilih, tahun 2016, 27 November 2017.
49

pendidikan, jenis kelamin, agama, kelas, kedudukan, ideologi, dan

sejenisnya dianggap mempunyai peranan dalam menentukan perilaku

pemilih.

Pernyataan kemudian di utarakan oleh Bapak Saiful Anwar yang

menyatakan:

“Seingat saya pada pemilihan kepala desa pada tahun 2016 saya
memilih berdasarkan daerah asal yang sama dengan saya dan dari
mungkin kedekatan dalam bermasyarakat, mudah bergaul sehingga
jika suatu hari ada urusan-urusan tertentu bisa langsung akrab
tanpa sungkan untuk membicarakannya”.53

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa responden memilih

salah satu calon berdasarkan kedekatan sosial dan ada harapan-harapan

yang diinginkan apabila calon yang dipilihnya terpilih. Seperti yang

disampaikan Bapak Mat Agung sebagai berikut:

“Memilih suku yang sama itu penting, kalau satu suku itu adat dan
budayanya sama nanti kalau ada keinginan dengan Pak Kades jadi
lebih mudah dicerna atau dipahami.”54

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa memilih calon

berdasarkan suku sangat penting, karena itu akan memudahkan mereka

apabila sedang ada hal-hal tertentu yang berhubungan dengan Kepala

Desa.

Dari kesimpulan di atas bahwa masyarak kebanyakan memilih

berdasarkan lingkungan tinggal atau keluarga terdekat dari tempat


53
Wawancara dengan Bapak Saiful anwar sebagai masyarakat etnis Jawa, 4 Desember
2017.
54
Wawancara dengan Bapak Mat Agung sebagai mantan Kepala Desa, 15 November 2017.
50

tinggalnya, karena sudah merasa seperti keluarga sendiri sehingga

masyarakat sekitar sudah merasa percaya. Selain dari lingkungan,

masyarakat juga memilih berdasarkan kedekatan interaksi sosial calon

tersebut, masyarakat menilai dengan adanya interaksi sosial yang baik

dengan masyarakat sekitar maka calon tersebut akan tau keluhan-keluhan

atau kendala yang sedang dihadapi masyarakat saat itu sehingga

masyarakat jika ada kepentingan-kepentingan tertentu calon tersebut sudah

memahaminya dan cepat dalam memberikan tindakan atau solusi tertentu.

4. Faktor Agama

Faktor Agama menekankan sebagai kajian utama yaitu ikatan

emosional pada sesuatu, terhadap isu-isu dan terhadap kandidat. Sebagai

mana yang di ungkapkan Bapak Listiyarto sebagai berikut:

“Faktornya ada beberapa, yang pertama faktor akhlak dan agamnya


karena agama itu menentukan ahlaknya yang baik dan berbudi
luhur serta membuat dia takut akan tindakan buruk yang dia buat
dalam memimpin”.55

Wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemilih menentukan

pilihannya berdasarkan faktor agama, karena menurut partisipan pemilih,

agama adalah benteng setiap tidakan dalam memimpin.

Masyarakat manjatuhkan salah satu pilihannya adalah dalam urusan

agamanya, karena masyarakat menilai sebagai seorang pemimpin haruslah

mempunyai ahlak dan budi pekerti yang baik terhadap masyarakat yang di

55
Wawancara dengan Bapak Listiyarto sebagai tokoh masyarakat etnis Jawa, 12
November 2017.
51

pimpinnya dan mampu mencegah hal-hal yang bisa membuat tindakan-

tindakan yang dapat merugikan kepentingan masyarakat banyak.

5. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi

untung dan rugi, yang dipertimbngkan tidak hanya “ongkos” memilih dan

memungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang di harapkan,

tetapi ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri

untuk terpilih sebagai Kepala Desa, seperti hasil wawancara yang

dilakukan dengan Bapak Maryono sebagai berikut:

“Karna pemilihan saat ini jauh berbeda dengan pemilihan tahun


lalu atau sebelumya, apalagi kondisi kita didukung oleh finansial
dana desa yang cukup besar, jadi kalau pertimbangan saya yang
pertama calon itu pintar karna kita mengelola dana desa cukup
besar kan, kedua intelejensi dia dalam mengelola dana yang besar
yang dapat memberikan perubahan pembangunan di Desa
Tambang Emas”.56

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa responden

menentukan pilihannya berdasarkan kemampuan calon tersebut dalam

mengelola keuangan desa, dan memiliki visioner yang sejalan dengannya.

Kesimpulan di atas masyarakat menakutkan hal-hal yang tidak

diinginkan terjadi dalam pemerintahan desa, maka dari itu beberapa

masyarakat menjatuhkan pilihannya berdasarkan kemampuan dan

intelejensi dalam mengelola anggaran desa yang cukup besar. Maka

56
Wawancara dengan Bapak Maryono sebagai staff kantor desa, 20 November 2017.
52

masyarakat memilih calon yang bisa menangani hal itu, masyarakat cermat

dalam menjatuhan pilihannya dan melihat latarbelakang calon sebelum

menjatuhkan pilihan.

Dari empat faktor yang ada di atas yaitu faktor dominasi, faktor

keinginan, faktor sosiologis, faktor agama dan faktor ekonomi, faktor

sosiologis lah yang mendominasi dari beberapa faktor tersebut, faktor

sosiologis yaitu karakteristik pengelompokan sosial seperti suku, agama,

jenis kelamin, dan sejenisnya yang menyebapkan masyarakat Jawa

mendominasi pada pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tahun 2016.

Kecenderungan ini di dasari karena hampir sebagian besar jawaban

informan mengarah ke faktor sosiologis, hal ini dikarenakan sebagian

besar masyarakat Desa Tambang Emas memilih karena faktor adanya

hubungan kekeluargaan, faktor lingkungan tempat tinggal, faktor tempat

bergaul atau bermasyarakat dan faktor sosiologis lainya yang mempunyai

pengaruh besar terhadap masyarakat Desa Tamang Emas. Meski faktor

sosiologi dan faktor dominasi sangat mempengaruhi dalam menentukan

pilihan masyarakat, ada faktor yang lebih umum yang dipilih masyarakat

dalam menentukan pilihannya, yang pertama faktor agama, meskipun

dominasi dikuasai masyarakat keturunan Jawa namun ada beberapa

masyarakat memilih berdasarkan agama, mereka tidak memilih calon yang

tidak seiman dengannya, meski etnis kesukuannya sama dengan dirinya.

Yang kedua faktor ekonomi, mereka memilih karena ada kedekatan


53

khusus seperti rekan bisnis, meski mereka tidak berasal dari daerah dan

suku yang sama, dia memilih karena berdasarkan rekan bisnis semata.

Namun meskipun hegemoni politik lebih banyak di dominasi atas

penduduk keturunan etnis dari Jawa, masyarakat di Desa Tambang Emas

dalam praktek politiknya tetap memperhatikan nilai-nilai demokrasi dan

aturan-aturan perpolitikan nasional yang berlaku, hal ini seperti yang di

samapaikan oleh 2 orang tokoh masyarakat, Bapak Dherma Setiawan

selaku sebagai tokoh masyarakat lokal:

”Memilih sesama suku dalam Pilkades tidak penting, karena kita


hidup disuatu wilayah yang bermacam-macam suku bangsa, kita
hidup di lingkungan yang beragam, kita akan memilih mereka yang
benar-benar mampu dan cakap dalam memimpin meski dia bukan
berasal dari suku yang sama dengan kita itulah yang kita pilih.”57

Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa

Tambang Emas Kecamatan Pamenang selatan Kabupaten Merangin sudah

menganggap bahwa perbedaan suku, dan etnis, bukan lagi menjadi

penghalang dalam menyalurkan aspirasi demokrasi perpolitikan mereka.

Listiyarto mengatakan:

“Karena desa ini transmigrasi bukan lokal awalnya, jadi di desa ini
terdiri darai berbagai suku, kalau kita memilih berpatokan pada
salah satu suku atau sukuisme maka kita tidak adil dan tidak
menghargai demokrasi yang sudah berjalan di negri ini, tidak ada
salahnya memilih bukan dari suku yang sama asal mampu dan bisa
memberi perbedaan dan perubahan nyata pada masyarakat.”58

57
Wawancara dengan Bapak Dherma Setiawan sebagai tokoh masyarakat lokal, 25
November 2017.
58
Wawancara dengan Bapak Listiyarto sebagai tokoh masyarakat Jawa, 12 November
2017.
54

Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat memilih

calon bukan berdasarkan etnis atau suku yang sama, mereka menilai

apapun etnisnya, kalau mereka memiliki kemampuan memimpin dan bisa

membawa perubahan pada desa dan masyarakat maka mereka akan

memilihnya.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hegemoni bisa dikaitkan sebagai unsur paling penting dan berpengaruh

dalam politik, dimana etnis dapat dijadikan sebagai sebuah retorika politik bagi

calon Kepala Desa pada Pemilihan di Desa Tambang Emas. Etnis dapat menjadi

sebuah dukungan moral dalam penentuan pilihan politik. Identitas sosial

menentukan posisi di dalam interaksi sosialnya, sedangkan identitas politik

menentukan posisi di dalam suatu komunitas melalui suatu rasa kepemilikan

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tambang Emas Kecamatan

Pamenang Selatan Kabupaten Merangin menyatakan bahwa:

1. Pengaruh hegemoni terhadap pilihan politik itu terjadi sangat

mempengaruhi. Didalam Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016

ditemukan adanya peran Hegemoni Politik Masyarakat Jawa.

2. Faktor sosiologi cenderung lebih berpengaruh didalam pemilihan, selain

dari faktor dominasi dan faktor keinginan, dikarenakan pemilih lebih

cenderung menentukan pilihannya berdasarkan suku yang sama atau

berdasarkan daerah asal yang sama, sebab mereka menganggap sudah

sebagai saudara sendiri.

55
56

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis akan

memberikan saran:

1. Dalam konteks pemilu pada lingkup desa hendaknya rasa saling toleransi

dan rasa memiliki bisa dijaga dengan sebaik-baiknya, karena baik itu

berbeda etnis, beda pilihan, dan budaya kita tetap satu keluarga dalam

lingkup bertetangga.

2. Demokrasi yang sudah berjalan dengan baik di Desa Tambang Emas harus

dijaga dan dipelihara dengan baik, meski peran dan pengaruh hegemoni

masih ada dan masih berjalan sampai saat ini.

C. PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada saya serta sholawat beserta

salam semoga selalu teriring kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw,

sehingga pembahasan yang di tulis dalam bentuk skripsi yang berjudul „pengaruh

Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal pada

Pemilihan Kepala Desa, dapat diselesaikan.


57

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Roger dan Insist.

Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar..

Soetardjo Kartohadikoesoemo, 1984 dikutip dalam buku Manifesto

Pembaharuan Desa, Sutoro Eko.

Nasroen, Daerah Otonomi Tingkat Terbawah, (Jakarta: Beringin Trading

Company, 1995).

Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta.

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006).

Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011).

B. Perundang-undangan

Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian.


58

C. Lain-lain

Shalikhatin Pawestri, “ Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Bibir Merah karya

Achmad Munif” „Skripsi: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta,2015, hlm.12.

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Skripsi (Syariah Press, Jambi:

2012).

Larasati, Dewi ayu. 2011. “Etika Kekuasaan Jawa dalam Novel Para Priyayi

karya Umar Kayam”. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

https://fib.undip.ac.id/digilib/home/fib.undip.ac.id/files/e_book/SKRIPSI.

http://kedesa.id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-desa-dan-

peraturan-desa/.
59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I : Pertanyaan

Yang diajukan kepada masyarakat dan perangkat desa:

1. Adakah calon yang memikat hati Bapak/ Ibu saat pemilihan kepala desa

pada saat itu?

2. Faktor apa yang memikat hati Bapak/ Ibu untuk memilih calon tersebut?

3. Menurut Bapak/ Ibu pentingkah memilih suku yang sama dalam

pemilihan tersebut?

4. a. kenapa Bapak/ ibu anggap penting memilih suku yang sama?

b. kenapa Bapak/ ibu anggap tidak penting memilih suku yang sama?

5. Menurut Bapak/ Ibu apakah seseorang yang memimpin desa ini harus

mempunyai kriteria tertentu?

6. Bagaimana Bapak/ Ibu menyikapi lobi politik sedangkan Bapak/ Ibu sudah

mempunyai calon tersendiri?

7. Bagaimana cara Bapak/ Ibu bagaimana cara menyikapi calon yang arogan

dalam pemilihan kepala desa tersebut?

8. Apakah Bapak/ Ibu memilih berdasarkan keinginan sendiri atau ada

paksaan pada saat itu?


60

Yang diajukan kepada kepala desa terpilih:

1. Apa yang mendorong Bapak ikut mencalonkan diri sebagai calon kades

pada saat itu?

2. Apa visi misi Bapak pada saat itu?

3. Apa program andalan Bapak yang Bapak tawarkan kepada Masyarakat,

sehingga masyarakat lebih tertarik untuk memilik Bapak?

4. Bagaimana strategi Bapak dalam menghadapi lawan pada pemilihan

kepala desa saat itu?

5. Bagaimana cara Bapak dalam mencari dukungan dari penduduk lokal?

6. Sampai saat ini apakah Bapak sudah melaksanakan program-program yang

Bapak janjikan pada saat kampanye?


61

Lampiran II : Transkip Wawancara

A. Wawancara dengan Bapak Agus Prasetyo sebagai masyarakat etnis

Jawa

1. Pentingkah memilih suku yang sama dalam Pilkades

Informan tersebut mengidikasikan bahwa ada semacam pemunculan

identitas diri dengan menggunakan simbol-simbol yang mengatas

namakan etnis ataupun kesukuan. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa

terdapat suatu upaya yang dilakukan oleh Agus Prasetyo untuk

menjelaskan kesamaan identitas dirinya dengan kelompok masyarakat

yang diasumsikan itu bagian dari dirinya. Disini terlihat bahwa etnis telah

menjadi suatu identitas yang kemudian direpsentasikan ke dalam usaha-

usaha politik guna menjadikannya sebagai komoditas suara.

B. Wawancara dengan Ibuk Eki rima sebagai staff Desa

1. Kriteria seperti apakah yang diinginkan

Hasil wawancara menggambarkan bahwa pemilih menginginkan bahwa

calon Kepala Desa mampu mengambil simpati mereka dan banyak

bersosialisasi langsung ditengah-tengah masyarakat dalam Pilkades Desa

Tambang Emas tahun 2016. Dalam konteks politik, hal ini menjadi

menarik karena citra diri sangat menjadi penting dalam mencapai sukses

baik dalam upaya mempengaruhi publik maupun dalam melaksanakan

peran politik.
62

C. Wawancara dengan Bapak Juarno sebagai Kepala Desa terpilih

1. Program-program yang ditawarkan

Bahwa Bapak Juarno memainkan peran penting intelejensinya dalam

pengelolaan dana anggaran desa dalam meraih suara dengan mencitrakan

dirinya sebagai seseorang yang berpengalaman dalam mengelola keuangan

desa, yang berarti Juarno mampu menjadi kandidat yang dipilih dalam

Pilkades. Kandidat harus dapat meyakinkan kepada publik bahwa dirinya

adalah pilihan yang tepat. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat

diketahui bahwa masyarakat cenderung memilih kandidat yang pandai dan

pintar mengelola dana desa yang besar jumlahnya demi kepentingan dan

kemakmuran masyarakat bersama. Situasional yang dibangun antara

kandidat dengan masyarakat akan membangun kepercayaan politik di

masyarakat.

D. Wawancara dengan Bapak Fathul Huda sebagai Staff Desa

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih calon

Bahwa responden menentukan pilihannya berdasarkan kedekatan daerah

dan suku. Kesimpulan di atas adalah masyarakat menentukan pilihannya

berdasarkan kedekatan bermasyarakat, sehingga mereka merasa kedekatan

emosional sudah terjalin didalam bermasyarakat, selain dari itu faktor

kesukuan dan dari daerah asal yang sama menjadi penentu dalam

menjatuhkan pilihan itu sendiri.


63

Lampiran III : Dokumentasi


64
65
66
67

CURRICULUM VITAE

Nama : Ikhtiyar Setiawan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/ tanggal lahir : Sarko, 11 September 1994

Nim : SI.120310

Alamat : Mandalo, Perumahan Mendalo Emas

Nama ayah : Agustono

Nama ibu : Sulasmi

Pekerjaan Orang Tua : Petani

Alamat Orang Tua : Rt. 23, Desa Tambang Emas, Kec. Pamenang
Selatan

Kab. Merangin

Riwayat Pendidikan :

a. SD/MI, Tahun Lulus : SDN 194/ VI Tambang Emas. 2006


b. SMP/MTS, Tahun Lulus : SMPN 12 Merangin. 2009
c. SMA/MA, Tahun Lulus : SMAN 5 Merangin. 2012

Jambi, Mei 2018

Penulis

Ikhtiyar Setiawan

SI.120310

Anda mungkin juga menyukai