Anda di halaman 1dari 17

MENITI HIDUP DENGAN KEMULIAAN

Oleh :
1. Nurul Afifah (011910001)
2. Moch. Hafid Al Hawawi (011910002)
3. Luluk Hariyanti (011910023)
4. Priyatin Siti Puji Astutik (011910029)

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Materi PAI MA/SMA
Dosen Pengampu : Lusia Mumtahana, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji


syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya atas segala kemudahan yang telah diberikan
sehingga penyusunan makalah.
Shalawat serta salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa
risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya
selalu menyertai kehidupan ini. Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas
tentang mengetahui tentang meniti hidup dengan kemuliaan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam kesempatan kali ini, Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Lusia Mumtahana, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Materi PAI
MA/SMA yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Media massa, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam
penulisan Makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun
miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Lamongan, 15 Februari 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Husnuzzan 3
B. Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan 3
C. Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Persaudaraan
4
D. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri,
Husnuzzan, dan Persaudaraan 6
E. Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat
kaitannya, karena agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia
memiliki pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna,
yang dalam hal ini adalah Islam. Dengan ilmu kehidupan manusia akan
bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan
ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Semua
itu akan berdampak pada cara umat muslim mulai meniti kehidupan
mereka kearah yang lebih mulia .
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah Beliaunitu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al-
Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah
diharuskan agar keluhuran akhlak dan budi Rasulullah SAW dapat
dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang mematuhi
perintah ini dijamin keselamatan hidupnya baik di dunia maupun akhirat.
Oleh sebab itu, pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang
aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak mulia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan ?
2. Jelaskan Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka
Baik, dan Persaudaraan ?
3. Jelaskan Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan ?
4. Sebutkan Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian
Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan ?
5. Sebutkan Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan
2. Untuk mengetahui Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri,
Prasangka Baik, dan Persaudaraan
3. Untuk mengetahui Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik,
dan Persaudaraan
4. Untuk mengetahui Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap
Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan
5. Untuk mengetahui Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan
Persaudaraan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan
1. Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah
menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri
dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur
Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa.
Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut
berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan
pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia
nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan
dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu,
maka hendaklah dia puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu
baginya.” (H.R. Bukhari)
Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk
menentukan perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral,
nilai, dan aturan dimasyarakat agar mengarah pada perilaku positif.
Dapat diartikan bahwa seseorang secara mandiri mampu memunculkan
perilaku positif. Kemampuan pengendalian diri yang terdapat pada
seseorang memerlukan peranan penting interaksi dengan orang lain
dan lingkungannya agar membentuk pengendalian diri yang matang,
hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan untuk
memunculkan perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan
baik.
Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap
manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt.
2. Prasangka Baik (Husnuzzan)
Prasangka baik atau Husnuzzan berasal dari kata Arab yaitu Husnu
yang artinya baik, dan §an yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik
atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah
Husnuzzan. Secara istilah Husnuzzan adalah sikap orang yang selalu
berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.
Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uzzan), yaitu menyangka
orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
Dalam ilmu akhlak, Husnuzzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian,
yaitu Husnuzzan kepada Allah Swt. Husnuzzan kepada diri sendiri, dan
Husnuzzan kepada orang lain.
Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap
orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang
harus dijauhi dan dihindari. Mengapa demikian? Bisakah kamu
menjelaskan dan mengemukakan dampak positif dari perilaku
Husnuzzan, serta dampak negatif dari perilaku su’uzzan?
3. Persaudaraan (ukhuwwah)
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan
sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang
dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang
diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena
fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua
persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw.,
yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar,
serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang
tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.
B. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik,
dan Persaudaraan
1. Q.S. Al-Hujurat Ayat 10
a. Lafal Ayat dan Artinya
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”
b. Kandungan Ayat
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu
bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin
adalah persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan
keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh
nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah mencakup :
1) Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama.
Persaudaraan seagama dan seiman inilah yang dimaksud oleh
QS Al-Hujurat ayat 10
2) Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan
keturunan.
3) Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Ukhuwah Diniyyah akan memperkokoh tegaknya
kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. Ukhuwah akan
memunculkan solidaritas dan timbulnya kepedulian sosial
dimasyarakat. Sebagai sesama mukmin, kita harus mampu
menjaga martabat dan kehormatan sesama mukmin. QS Al-
Hujurat ayat 10 menghendaki ukhuwah kaum mukmin harus
benar-benar kuat, lebih kuat dari persahabatan dan pertemanan
biasa. Kita laksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung
jawab. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata; Rasulullah SAW
bersabda: "Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya
adalah bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu
sama lainnya."(HR Tirmidzi)
Persaudaraan akan menjadikan kehidupan yang harmonis,
diliputi rasa saling mencintai, saling menjaga perdamaian dan
persatuan. Jika terjadi perselisihan diantara mereka, maka Allah
SWT memerintahkan untuk mendamaikan keduanya dengan
mencari solusi sesuai syariat Allah SWT dan rasul-Nya.
Perselisihan diantara kaum muslim tidak menyebabkan salah
satunya keluar dari Islam, mereka tetap bersaudara. Mereka harus
didamaikan (ishlah) dengan cara-cara yang Islami.
Ukhuwah harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sikap
dan perilaku yang merupakan perwujudan ukhuwah diantaranya
bersikap lemah lembut, kasih sayang, rendah hati dan saling
mencintai. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW


bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian
beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling
menyayangi.” (HR Muslim).
2. Q.S. Al-Hujurat Ayat 12
a. Lafal Ayat dan Artinya

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak


dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah
ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha
Penyayang.”
b. Kandungan Ayat
Q.S. Al-Hujurat ayat 12 berisi larangan berprasangka
buruk. Berprasangka buruk (su’udzan) merupakan perilaku tercela
yang harus dihindari. Sebaliknya, orang beriman diperintahkan
untuk berprasangka baik (husnudzan), baik itu husnudzan kepada
Allah SWT, kepada sesama manusia, maupun kepada diri sendiri.
1) Husnudzan kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT artinya berprasangka baik
kepada Allah SWT. Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih
dan Penyayang, dan mencintai hamba- Nya yang shaleh, serta
tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya,
sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai


dengan kesanggupannya”. (Q..S Al-Baqarah ayat 286)
Dalam hadits qudsi disebutkan :

Artinya : “saya mendengar Rasulullah SAW bersabda dari


Allah Azzawajalla, "Saya berada pada persangkaan hamba-
Ku, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya." ( HR
Ahmad)
Berdasarkan hadits diatas dapat dipahami bahwa
jika kita berprasangka baik kepada Allah SWT maka Allah
SWT juga akan husnudzan kepada kita, demikian pula
sebaliknya. Perwujudan husnudzan kepada Allah SWT adalah
bersyukur atas semua nikmat dan bersabar atas semua ujian
dari Allah SWT.
2) Husnudzan kepada orang lain
Q.S. Al-Hujurat ayat 12 melarang orang beriman untuk
berprasangka buruk kepada orang lain, mencari-cari kesalahan
orang lain dan larangan menggunjing orang lain. Sungguh,
perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa, bahkan Allah SWT
mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan
daging saudaranya yang sudah mati. Bukankah hal ini sangat
menjijikkan?.
Dalam sebuah hadits disebutkan :

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW


bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka
buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR Bukhari)
Sebagai muslim kita harus hidup berdampingan dengan
sesama muslim yang lain serta menghormati hak dan
kewajibannya. Rasulullah SaW bersabda :

Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah


SAW bersabda: "Seorang muslim (yang sejati) adalah orang
yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan
dan tangannya.” (HR Tirmidzi).
Hadits diatas menjelaskan hendaknya kita menjaga
lisan yang baik. Ucapan kita kepada orang lain terutama
sesama muslim harus lemah lembut dan tidak mengandung
fitnah. Muslim sejati selalu menjaga lisannya sebagai bentuk
husnudzan kepada orang lain.
3) Husnudzan kepada diri sendiri
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan
memiliki sikap percaya diri, optimis dan bekerja keras.
Sebaliknya, jika seseorang berburuk sangka kepada diri
sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan
malas berusaha. Allah SWT melarang hamba-Nya
berputusasa dari rahmat-Nya sebagaimana Q.S. Yusuf ayat
87 berikut ini :

Artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat


Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat
Allah hanyalah orang-orang yang kafir.
C. Hadist tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan
1. Hadis tentang Pengendalian Diri
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Artinya : “Orang  yang  perkasa  bukanlah  orang  yang  menang 


dalam  perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah orang yang
mengendalikan dirinya ketika  marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Hadis tentang Prasangka Baik

Rasulullah saw. bersabda:


Artinya : “Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena
sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.”
(H.R. Bukhari)
3. Hadis tentang Persaudaraan
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. bahwa Rasulullah saw.
Bersabda:

Artinya : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling


mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi, seperti satu
tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada
semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.” (H.R.
Muslim).
D. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri,
Husnuzzan, dan Persaudaraan
1. Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)
a. Bersabar jika ada orang yang mengejek atau mencomooh kita.
b. Memaafkan kesalahan orang lain.
c. Ikhlas terhadap berbagai macam musibah yang menimpa, dengan
terus mencoba memperbaiki diri dan lingkungan.
d. Menjauhi penyakit hati seperti sifat dengki atau iri hati kepada
orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita.
e. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada
kita, dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga
lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya,
berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan
sebagainya.
2. Prasangka Baik (Husnuzzan)
a. Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau
orang lain dalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.
b. Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun
pendapat tersebut berlawanan dengan keinginan kita.
c. Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta
yang datang ke rumah kita.
d. Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di
lingkungan rumah, sekolah, ataupun masyarakat.
e. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh
tanggungjawab.
3. Persaudaraan (Ukhuwwah)
a. Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang
sakit atau terkena musibah.
b. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka
sadar dan kembali bersatu.
c. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa,
budaya, dan agama yang dianutnya.
d. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan
yang dapat merugikan orang lain.
e. Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya
teman/orang lain.
E. Hikmah Pengendalian Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan
1. Hikmah Pengendalian Diri/Kontrol Diri
a. Mereka yang bermujahadah berdasar ilmu yang diketahuinya,
maka akan ditunjukkan oleh Allah mengenai perkara-perkara yang
belum ia ketahui.
b. Mereka yang bermujahadah dengan bertaubat, maka, Allah akan
menunjukkan kepada mereka jalan keikhlasan.
c. Dapat terjaga dari nafsu dan tidak akan mengganggu atau dapat
mempengaruhi anggota badan dengan perbuatan yang dilarang
oleh syari'at.
d. Memperteguh/memperkuat keimanan dan jatidiri.
e. Berkepribadian dengan baik dan akhlak yang mulia.
f. Membentuk hamba yang dapat lebih bertanggung jawab.
2. Hikmah Prasangka Baik
a. Hidup akan menjadi lebih tenang, tenteram dan lebih damai
b. Hati akan menjadi lebih bersih dan terhindar dari penyakit hati
c. Dapat menumbuhkan sikap yang tulus.
d. Tidak akan timbul sikap perselisihan atau perpecahan
e. Mengingatkan agar manusia selalu berintrospeksi.
f. Memacu semangat agar lebih kreatif.
3. Hikmah Persaudaraan
a. Allah SWT akan melindungi dan menaungi dari ngerinya pada hari
kiamat kelak.
b. Mencintai karena Allah SWT tentu akan mendatangkan keimanan
yang kemudian akan mengantarkannya menuju surga.
c. Melahirkan akhlak yang sungguh mulia, seperti sikap ramah, cinta
kasih, peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman dan saling
membantu.
d. Terwujudnya kehidupan yang lebih aman, tentram, dan harmonis
tanpa adanya permusuhan satu sama lain.
e. Memperkokoh kekuatan kaum muslimin, dan dapat terwujudnya
kejayaan Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengendalian diri (mujāhadah an-nafs) adalah perilaku sebagai upaya
untuk tetap berada dalam setiap kebaikan dan terhindar dari sifatsifat
yang dapat membinasakan dirinya, orang lain, maupun lingkungan.
2. Berbaik sangka (husnuzzan) adalah sifat di mana orang lain dipandang
sebagai sesuatu yang baik dan harus diperlakukan dengan baik,
kecuali jika diketahui dengan fakta bahwa orang tersebut harus
diwaspadai dan diperingati.
3. Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas
hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud
dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat
oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi
kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.).
4. Dalam Q.S. Al-Ḥujuat ayat 10 kita diperintahkan oleh Allah Swt. agar
senantiasa menjaga dan menciptakan perdamaian, memberikan nasihat
kebaikan, dan mendamaikan perselisihan saudara dengan saudara yang
lain.
5. Dalam Q.S. Al-Ḥujurat ayat 12 dijelaskan perintah agar berprasangka
baik (husnuzzan) kepada setiap orang, kita pun diperintahkan
menghindari dan menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada sesama
saudara kita, karena berburuk sangka akan merusak keimanan dan
merusak persaudaraan.
B. Saran
Menyadari bahwa makalah ini  masih jauh dari kata sempurna, maka 
kedepannya kami akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggungjawabkan. Untuk saran bias berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bias untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Zulfah. “Karakter : Pengendalian Diri”. IQRA : Jurnal Pendidikan gama
islam. Vol. 1 No.1, Juni (2021).

Anda mungkin juga menyukai