Oleh :
1. Nurul Afifah (011910001)
2. Moch. Hafid Al Hawawi (011910002)
3. Luluk Hariyanti (011910023)
4. Priyatin Siti Puji Astutik (011910029)
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Husnuzzan 3
B. Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan 3
C. Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Persaudaraan
4
D. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri,
Husnuzzan, dan Persaudaraan 6
E. Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat
kaitannya, karena agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia
memiliki pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna,
yang dalam hal ini adalah Islam. Dengan ilmu kehidupan manusia akan
bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan
ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Semua
itu akan berdampak pada cara umat muslim mulai meniti kehidupan
mereka kearah yang lebih mulia .
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah Beliaunitu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al-
Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah
diharuskan agar keluhuran akhlak dan budi Rasulullah SAW dapat
dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang mematuhi
perintah ini dijamin keselamatan hidupnya baik di dunia maupun akhirat.
Oleh sebab itu, pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang
aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak mulia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan ?
2. Jelaskan Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka
Baik, dan Persaudaraan ?
3. Jelaskan Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan ?
4. Sebutkan Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian
Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan ?
5. Sebutkan Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan
2. Untuk mengetahui Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri,
Prasangka Baik, dan Persaudaraan
3. Untuk mengetahui Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik,
dan Persaudaraan
4. Untuk mengetahui Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap
Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan
5. Untuk mengetahui Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan
Persaudaraan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan
1. Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah
menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri
dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur
Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa.
Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut
berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan
pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia
nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan
dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu,
maka hendaklah dia puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu
baginya.” (H.R. Bukhari)
Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk
menentukan perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral,
nilai, dan aturan dimasyarakat agar mengarah pada perilaku positif.
Dapat diartikan bahwa seseorang secara mandiri mampu memunculkan
perilaku positif. Kemampuan pengendalian diri yang terdapat pada
seseorang memerlukan peranan penting interaksi dengan orang lain
dan lingkungannya agar membentuk pengendalian diri yang matang,
hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan untuk
memunculkan perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan
baik.
Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap
manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt.
2. Prasangka Baik (Husnuzzan)
Prasangka baik atau Husnuzzan berasal dari kata Arab yaitu Husnu
yang artinya baik, dan §an yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik
atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah
Husnuzzan. Secara istilah Husnuzzan adalah sikap orang yang selalu
berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.
Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uzzan), yaitu menyangka
orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
Dalam ilmu akhlak, Husnuzzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian,
yaitu Husnuzzan kepada Allah Swt. Husnuzzan kepada diri sendiri, dan
Husnuzzan kepada orang lain.
Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap
orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang
harus dijauhi dan dihindari. Mengapa demikian? Bisakah kamu
menjelaskan dan mengemukakan dampak positif dari perilaku
Husnuzzan, serta dampak negatif dari perilaku su’uzzan?
3. Persaudaraan (ukhuwwah)
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan
sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang
dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang
diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena
fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua
persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw.,
yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar,
serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang
tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.
B. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik,
dan Persaudaraan
1. Q.S. Al-Hujurat Ayat 10
a. Lafal Ayat dan Artinya
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”
b. Kandungan Ayat
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu
bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin
adalah persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan
keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh
nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah mencakup :
1) Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama.
Persaudaraan seagama dan seiman inilah yang dimaksud oleh
QS Al-Hujurat ayat 10
2) Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan
keturunan.
3) Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Ukhuwah Diniyyah akan memperkokoh tegaknya
kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. Ukhuwah akan
memunculkan solidaritas dan timbulnya kepedulian sosial
dimasyarakat. Sebagai sesama mukmin, kita harus mampu
menjaga martabat dan kehormatan sesama mukmin. QS Al-
Hujurat ayat 10 menghendaki ukhuwah kaum mukmin harus
benar-benar kuat, lebih kuat dari persahabatan dan pertemanan
biasa. Kita laksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung
jawab. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata; Rasulullah SAW
bersabda: "Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya
adalah bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu
sama lainnya."(HR Tirmidzi)
Persaudaraan akan menjadikan kehidupan yang harmonis,
diliputi rasa saling mencintai, saling menjaga perdamaian dan
persatuan. Jika terjadi perselisihan diantara mereka, maka Allah
SWT memerintahkan untuk mendamaikan keduanya dengan
mencari solusi sesuai syariat Allah SWT dan rasul-Nya.
Perselisihan diantara kaum muslim tidak menyebabkan salah
satunya keluar dari Islam, mereka tetap bersaudara. Mereka harus
didamaikan (ishlah) dengan cara-cara yang Islami.
Ukhuwah harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sikap
dan perilaku yang merupakan perwujudan ukhuwah diantaranya
bersikap lemah lembut, kasih sayang, rendah hati dan saling
mencintai. Rasulullah SAW bersabda :