Anda di halaman 1dari 45

kelompok 4

KONSEP DASAR STROKE


Nama Kelompok:
Astian fadillah: P00320020009
Iin jesika: P00320020019
Nur halisa: P00320020030
Nurul hikmah: P00320020031
Nur fadlun: P00320020029
Nisa lestari: P00320020027
Definisi stroke
Stroke merupakan gangguan saraf
karena terjadi gangguan aliran darah
otak sehingga pembuluh darah di otak
rusak. Stroke terjadi akibat pembuluh
darah yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami
penyumbatan rupture.
Klasifikasi stroke
A. stroke iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh thrombus yang
menyebabkan oklusi menetap,mencegah adanya reperfusi
pada organ yang infark sehingga menyebabkan terjadinya
keadaannya anemia atau iskemik.
B. stroke hemoragik
stroke hemoragik terjadi akibat adanya perdarahan.
Perdarahan tersebut dapat terjadi apabila arteri di otak
pecah,darah tumpah ke otak atau rongga antara permukaan
luar otak dan tengkorak.
Etiologi
Penyebab stroke menurut (manshoer,2001) adalah :
1. Stroke iskemik yang terdiri dari trombosis (bekuan
cairan didalam pembuluh darah otak),embolisme
serebral (bekuan darah),iskemia ( penurunan
aliran darah keotak).
2. Hemoragie serebral (pecahnya pembuluh darah
serebral dengan perdarahan kedalam jaringan
otak ruang sekitar otak).
Menurut (AHA) stroke dibagi menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu :
A. Stroke hemoragik
Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra
serebral atau perdarahan subaraknoid karena pecahnya

pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah


memenuhi jaringan otak,perdarahn yang terjadi dapat
menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan
pada saraf didalam tengkorak yang ditandai dengan penurunan
kesadaran,nadi cepat, pernapasan, pupil mengecil,kaku
kuduk,dan hemitlegia (silvya,2015;yeyen,2013).
b. Stroke iskemik
Disebabkan oleh terganggunya peredaran darah otak
berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan otak
kekurangan suplai oksigen dan terjadi perdarahan (jauch et
al,2014 dalam kusyani 2019). Sumbatan tersebut dapat
disebabkan oleh trombus (bekuan yang terbentuk didalam
pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak
(silvya,2015).stroke ini ditandai dengan kelemahan atau
hemipharesis,nyeri kepala, mual muntah ,pandangan kabur,
dan disfagia ( yeyen 2013) .
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a.Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak,
b.Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik),
c.Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d.Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e.Gangguan penglihatan,
f.Gangguan daya ingat,
g.Bicara pelo atau cadel,
h.Mual dan muntah,
i.Nyeri kepala hebat,
j.Vertigo,
Gangguan fungsi otak. (Smeltzer, 2002)
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor resiko stroke yang sering
teridentifikasi menurut ( mansoer,2001) yaitu :
1.Faktor yang tidak dapat dirubah (nonreversibel):
a.Jenis kelamin.
b Usia.

c Keturunan.
2.Faktor yang dapat dirubah (reversible) :
A. Kelainan jantung/penyakit jantung
B. Hipertensi
C. Aneurisma
D. Diabetes
E. Peningkatan kolestero
F. Obesitas
G. rokok
H. Kurang aktivitas fisik
PATOFISIOLOGI
A. stroke iskemia dikarenakan didalam trombs atau embolus yang
mengalami penyumbatan aliran darah otak. Trombus umunya terjadi
karena verkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh
darah,sehingga arteri menjadi tersumbat,aliran darah kearea trombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak (price dan wilson,2006).
B. stroke hemoragik,pembuluh darah otak yang pecah
merupakan arah mengalir ke substansi atau ruangan
subaraknoid yang menimbulkan perubahan pada
komponen area intrracranial yang seharusnya
konstan.adannya perubahan komponen intrakranial yang
tidak dapat dikompensasi oleh tubuh akan dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak,sehingga akan
timbul kematian (price dan wilson,2006)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Angiografi serebral
2.Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-
scan)
3.Magnetic Resonance Imaging (MRI)
4.Ultrasonografi doppler (USG doppler)
5.Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
6.Sinar X tengkorak
7.Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
A. Terapi antikoagulan
B. Phenytonin (Dilantin)
C. Enteris-coated,
D. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar)
E. Calcium channel blocker (Nimodipine)
2. Pembedahan
A. Karotid endarteretomi
B. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Data Biografi
Identitas, umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat trauma kepala, gangguan materis dan sensori,
keluhan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat trauma kepala, infeksi, gangguan kadiovaskuler,
gangguan pernafasan, gangguan tiroid, penggunaan obat-
obatan.
D. Riwayat Keluarga
Genogram, hipertensi, srtoke atau epilepsi.
E. Riwayat Psikososial
Lingkungan rumah, pekerjaan, perasaan putus asa, tidak mampu
pengekspresikan perasaan.
F. Aktivitas sehari-hari dan istirahat
Keterbatasan dan kelemahan, paralisis, mudah lemah, hemiplegia,
perubahan tenus otot, gangguan istirahat.
G. Pola Nutrisi
H. Pola Eliminasi
I. Gaya Hidup
J. Pemeriksaan Fisik
1) TTV
2) Fungsi sorebral
Perubahan tingkat kesadaran (Pengukuran GCS)
a. Mata
- spontan : 4
- spontan terhadap rangsangan suara : 3
- terhadap rangsangan nyeri : 2
- tidak ada respon : 1
b. Motoris
-sesuai perintah :6
-karena nyeri total :5
-mencari daerah nyeri :4
-flexi :3
-kaku :2
- tidak berespon : 1
c. Verbal
- orientasi waktu : 5
- bicara kacau : 4
- kata-kata tidak tepat : 3
- tidak bermakna : 2
- tidak berespon : 1
Fungsi Nervus Cranial
a. N I : Olfakturus
b. N II : Optik
c. N III : Okulometer
d. N IV : Motortraklear ( gerakan kebawah/kedalam mata)
e. N V : Trigeminus (gerakan rahang, muka)
f. N VI : Abdusen (lateral mata)
g. N VII : Fasial (wajah)
h. N VIII : Akustik (cloclea, vestibular)
i. N IX : Glosopharingeal (indra, faring lidah)
j. N X : Vagus (motor, palatum, faring-laring)
k. N XI : Asesori Spinal (mastoid, trapezias)
l. N XII : Hipoglesus (motor, lidah)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
terhambatnya aliran darah, adanya aklus.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
dan faralisis.
3. Gangguan komuniksi verbal atau tulisan berhubungan
dengan kerusakan sirkulasi otak, gangguan Neuromuskali.
4. Nyeri berhubungan dengan hemiplagia dan disase.
5. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kerusakan
otak, konfusi, ketidak mampuan untuk mengikuti instruksi.
6. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hemiperesis, hemiplagias pada mobilitas.
7. Gangguan nutrisi kutrang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake inodekual.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemparise,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
9. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
(hemiparise)
10. Resti pola eliminasi BAB; konstipasi berhubungan dengan
ketidakadekuatan nutrisi / masukan cairan, perubahan tingkat
aktivitas
3. Intervensi dan Rasional
a. Diagnosa 1
-Kaji status Neurologi
Rasional : untuk mengetahui kecenderungn tingkat
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui
lokasi, luas, dan resolusi kerusakan GSP
-Tentukan faktor-faktor khusus yang berhubungan dengan
penyebab khusus selama penurunan perfusi.
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi
- Ukur TTV
Rasional : mengetahui kiu px dan memantau kes. Px.
Posisikan keala px agak tinggi dan dalam posisi anatomi.
Rasional : menurunkan tekanan arteri dengan meningkat
drainage dan meningkatkan sirkulasi.
- Cegah terjadinya mengejang yang kuat pada saat
defekasi dan memaksa bukuk terus-menerus.
Rasional : dapat menaikkan TIK dan memperbesar resiko
pendarahan
b. Diagnosa 2
- Kaji kemampuan secara fungsional.
Rasional : mengetahui kekuatan/kerusakkan dan dapat
memberi informasi terhadap pemulihan.
- Ubah posisi setiap 2 ja (telentang/miring), jika
kemungkinan bisa lebih sering diposisikan pda bagian
yang terganggu.
Rasional : menurunksn resiko terjadinya trauma/iskemia
jaringan
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada
semua akstremitas.
Rasional : meminimalkan atrofi otot, menaikkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktus.
- Tempatkan bantal dibawah aksial untuk melakukan
abduksi pada tangan .
Rasional : mencgah abduksi bahu dan fleksi siku.
- Tinggikan tangan dan kaki
Rasianal: menaikkan aliran balik vena dan membantu
mencegah terbentuknya edema.
- Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema,
atau tanda-tanda lain.
Rasional : jaringan yang edema lebih mudah mengalami
trauma dan penyembuhannya lambat.
- Konsultasikan dengan fisioterapi secara aktif, latihan
yang regresif dan ambulasi klien.
Rasional : program khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti menjaga kekurangan
tersebut dalam keseimbangan koordinasi dan kekuatan.
C. Diagnosa 3
-Kaji tipe/derajat disfungsi, kesulitan bicara
Rasional : menentukan dearah dengan derajat kerusakan
serebral yang terjadi.
-Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana (buka
mata, tunjuk sepatu, ulangi dengan kata/kalimat yang
sederhana).
Rasional : melakukan penilaian terhadap kerusakan
motorik (afasia motorik)
- Tunjukkan objek dan minta klien menyebutkan nama
benda tersebut.
Rasional : melakukan penilaian terhadap kerusakan
motorik, sensorik, kurangi resiko kemarahan pada px.
- Bicara dengan nada normal dan hindari percakapan
cepat.
Rasional : pengkajian secara individu, kemampuan bicara
sensoris, motorik, kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi
kekurangan/keburukan therapi)
- Kolaborasi/rujuk kepada ahli terapi wicara.
d. Diagnosa 4
- Kaji tiap keluhan nyeri (lokasi, intensitas, skala).
Rasional : nyeri merupakan pengalaman yang subjektif
harus dijelaskan oleh pasien.
- Berikan px istirahat yang cukup dan tenang.
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang
dapat menimbulkan nyeri.
- Ajarkan metode distraksi selama nyeri.
Rasional : menurunkan ketegangan otot.
- Berikan kompres pada daerah yang nyeri (kompres
hangat/panas)
Rasional : menaikkan sirkulasi pada otot, relaksasi,
mengurangi ketegangan.
- Berikan masose pada daerah yang nyeri.
Rasional : menghilangkan ketegangan.
- Beri posisi yang nyaman
Rasional : mencegah parolisis ekstrimitas karena terjuntai
pada saat digerakan.
- Anjurkan latihan gerak sendi yang sesuai kebutuhan/dapat
ditoleransi.
Rasional : mengurangi nyeri dan mencegah atrofi otot.
e. Diagnosa 5
- Berikan dukungan emosi dan libatkan orang-orang
terdekat dan keluarga.
Rasional : memberikan keyakinan dan menurunkan
kecemasan pada situasi yang penuh stress.
- Ciptakan lingkungan yang sederhana.
Rasional : menurunkan/membatasi jumlah stimulasi
penglihatan yang mungkin menimbulkan kebingungan
terhadap interpretasi lingkungan, menurunkan resiko
kecelakaan.
- Kaji kesadaran sensorik, seperti merasakan
panas/dingin, tajam/tumpul.
Rasional : berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi
tubuh, menurunkan resiko trauma.
f. Diagnosa 6
- Kaji daerah kulit secara kontinu.
Rasional : mengetahui kerusakkan integritas kulit dan
mencegah kerusakan jaringan dan kulit.
- Berikan tempat tidur yang nyaman, keamanan terjamin.
Rasional : Istirahat yang nyaman dan mencegah resiko
kecelakaan/terjatuh dari tempat tidur.
- Anjurkan agar px agar lebih sering mengubah posisi.
Rasional : menjaga kerusakan jaringan dan kulit
(olekubitas)
- Jaga kulit pasien agar tetap lembab.
Rasional : menjaga integritas jaringan dan kulit.
g. Diagnosa 7
- Awasi masukkan makanan, jumlah kalori.
Rasional : untuk mengatur apabila px anaroksia
- Berikan makanan dalamporsi kecil tapi sering dalam
keadaan hangat.
Rasional : untuk menaikan nafsu makan.
- Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : menghilangkan rasa tidak enak di mulut,
meningkatkan nafsu makan
- Anjurkan makan pada posisi duduk/kepala ditinggikan.
Rasional : mencegah ospirasi dan mengurangi rasa penuh
pada mulut.
- Kolaborasi dengan ahli diet untuk pemberian diet yang
tepat.
Rasional : mengatur pola diet.
- Berikan obat sesuai indiksi.
Rasional : membantu proses penyembuhan
h. Diagnosa 8
Intervensi ;
- Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan
awal dan dengan cara yang teratur
Rasional : mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan
dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu
dalam pemilihan terrhadap intervensi, sebab tehnik yang
berbeda digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.
- Ubah posisi minimal 2 jam ( telentang, miring ) dan
sebagainya dn jira memungkinkan bisa lebih sering jira
dletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma / iskhemia
jeringan. Daerah yang terkena mengalami perburukan/
sirkulasilebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih
besar menimbulkan kerusakan pada kulit/ dekubitus.
- Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
extremitas
Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur
-Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam
posisi tegak , sesuai indikasi
Rasional : selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga
dapat meningkatkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan
sindrom bahu, lengan.
-Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi
Rasional ; mempertahankan posisi fungsional
- Konsultasikan dengan ahli fisiotherapi secara aktif, latihan
resistif, dan ambulasi pasien.
Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan
tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
i. Diagnosa 9
Intervensi ;
- Kaji kemampuan klien dan tingkat kekurangan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
Rasional ; membantu dalam mengantisipasi / merencanakan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat
dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan.
Rasional ; untuk menhargai aktivitas yang telah dilakukan
sehingga dapat meningkatkan harga diri pasien dan
meningkatkan masa pemulihan
- Sadari perilaku/aktivitas impuls karena gangguan dalam
mengambil keputusan.
Rasional ; dapat menunjukkan intervensi dan pengawasan
tambahan untuk meningkatkan keamanan pasien
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan atau keberhasilannya.
Rasional ; meningkatkan perasaan makna
diri,meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien
untuk berusaha secara kontinue.
- Pertahanankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien
waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
Rasional ; pasien akan memerlukan empati, tetapi perlu
untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu
pasien secara konsisten.
- Konsultasikan dengan ahli fisiotherapi / ahli terapi okupasi
Rasional ; memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus.
j. Diagnosa 10
Intervensi ;
- Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000ml/hari(
tentunya jika pasien bisan menelan ).
Rasional ; dapat melembekkan feses dan memfasilitasi
eliminasi.
- -Auskultasi bising usus dan catat adanya atau tidak
adanya perubahan bising usus
Rasional ; penurunan atau hilangnya bising usus dapat
merupakan indikasi adanya perubahan pada peristasltik
usus, atau hilangnya motilitas usus dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Catat adanya distensi abdomen , nyeri tekan ( otot
abdomen yang lemas) Ukur lingkar perut sesuai indikasi
Rasional ; menunjukkan adanya masa feses yang keras,
yang memerlukan penggunaan obat, karena jika pasien
kesulitan untuk buang air besar akan dapat
mempengaruhi teknan darah dalam defekasi.
- Periksa kembali adanya kesulitan defekasi karena feses
yang keras adau penurunan/ sampai pada tidak adanya
feses
Rasional ; pengeluaran feses secara manual dengan hati-
hati mungkin perlu, yang dilakukan bersamaan dengan
intervensi untuk menstimulasi pengeluaran feses.
- Berikan obat pelembek fese, supositoria, laksatif atau
penggunaan selang rektal sesuai kebutuhan
Rasional : mencegah konstipasi , menurunkan distensi
abdomen dan membantu dalam keteraturan fungsi
defekasi.
- Tingkatkan diet makanan yang berserat atau perubahan
kecepatan dan jenis dari makanan sonde jika ada
kebutuhan
Rasional : membantu dalam mengatur konsistensi fekal dan
menurunkan konstipasi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai