Oleh: KELOMPOK 11
Astian Fadillah (P00320020009)
Putri Aulia Febriana (P00320020032)
Iin Jesika (P00320020019)
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas kasih dan berkat-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang merupakan salah satu tugas pada
mata kuliah Manajemen Bencana Pesisir. Penulis berterima kasih kepada dosen mata
kuliah Manajemen Bencana Pesisir yang telah memberikan penjelasan dan pengarahan
dalam pembuatan makalah ini. Penulis berterima kasih kepada seluruh teman teman
kelompok yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini dari awal hingga
akhir.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik serta saran pembaca guna
evaluasi dalam penulisan makalah berikutnya. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. MANFAAT
Dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca dalam hal Keracunan
makanan laut.
BAB II
PEMBAHASAN
Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia
mengingat setiap saat dapat terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan.
Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan secara
tradisional, penyimpaan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi
persyaratan sanitasi (Chandra. 2006 : 85).
Ikan merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi.
Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat,
serta kadar air. Ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses
pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi
pada ikan mati yang menyebabkan pembusukan (Suriawiria, 2005, dalam Kurniawan,
Yoswaty dan Nedi. 2012).
zat beracun dalam tubuh ikan terakumulasi di dalam jaringan / organ tertentu.
Berdasarkan jaringan atau organ yang mengandung racun, ikan dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:
1. jenis ichtyosarcotoxic (racun terkonsentrasi di dalam otot, kulit, hati, usus, dan
jaringan lain termasuk zat lender pada tubuh ikan, kecuali gonad).
2. jenis ichtyootoxic (racun terkumpul di gonad : ovarium, testis, dan ovum) .
3. jenis ichtyohemotoxic (racun terkandung di dalam darah)
pembagian ini tidak sepenuhnya tegas karena masih sering terjadi tumpang tindih.
contohnya, puffer fish (tetraodontiformers); racun pada ikan jenis ini tersebar di seluruh
jaringan tubuh.
B. DIAGNOSIS KERACUNAN MAKANAN
a. pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik diarahkan untuk menilai derajat deplesi cairan. Mulut
kering, tak ada keringat di ketiak, dan kencing yang berkurang menandakan
dehidrasi ringan. hipotensi ortostatik, kulit yang kurang lentur, dan mata
cekung mencerminkan dehidrasi sedang. Sementara itu, dehidrasi berat timbul
sebagai hipotensi yang dikompensasi oleh takikardi, delirium, dan syok.
Tanda dan gejala klinis keracunan makanan meliputi :
a. nausea dan muntah
b. Diare berdarah (bloody diarrhea) maupun berair (profuse watery
diarrhea)
c. nyeri perut dan kram yang hebat
d. Demam
e. Tanda-tanda keterlibatan system saraf, seperti prestesi, kelemahan
system motorik, gangguan pengelihatan, kelemahan saraf cranial, sakit
kepala, pusing, urtikaria, dan gagal napas - gangguan saraf otonom
tercermin sebagai flushing (merah di daerah leher dan muka),
hipotensi dan reaksi anafilaksis
f. Mialgia
g. Limfadenopati
h. gambaran yang mirip apendisitis : appendicitis like presentation
i. oliguria
j. Kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen (selaput otak)
b. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan radiologis (foto polos abdomen) harus dilakukan bila pasien
mengeluh perut kembung, sakit perut hebat, atau dicurigai sudah terjadi
obstruksi atau perforasi. Jika diare telah bercampur darah, sigmoidoskopi
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit lain yang
bersamaan, seperti inflammatory bowel disease , shigellosis, disentri amuba,
atau diare yang terkait dengan penggunaan antibiotik.
C. PENANGANAN
Secara umum, penanganan keracunan makanan dibagi menjadi dua tahap,
yaitu upaya penyelamatan jiwa (life-saving) dan perbaikan gejala. Dehidrasi
diatasi sambil menghentikan muntah serta diare, pemberian cairan rehidrasi
bukan sekedar mengganti cairan yang telah/sedang hilang tetapi juga
mengompensasi deficit elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium) yang
terbawa bersama muntahan dan diare. Jika pasien diyakini telah termakan racun
tertentu (dari jamur atau ikan), pembilasan lambung dan pemberian arang aktif
merupakan langkah penanganan pertama.
Minum air kelapa mudah ditemui di banyak daerah, terutama jika sedang
berlibur di daerah pesisir pantai. Ketika mengonsumsi air kelapa, ternyata
ampuh menghilangkan racun di dalam tubuh. Usahakan untuk tidak menambah
apapun, termasuk gula. Minum banyak air kelapa juga dapat membantu proses
pengeluaran racun dalam tubuh menjadi lebih baik. Selain air kelapa, banyak
juga yang menggunakan susu untuk menetralisir racun. Namun, ada beberapa
hal yang perlu kita ketahui. Beberapa jenis racun makanan dan minuman,
seperti sianida, kerang laut, atau ikan buntal, membutuhkan penawar tersendiri.
Sehingga bila tidak selesai dengan penawar racun alami, sebaiknya segera
menghubungi medis.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2013-1-13201-811409089-bab1-31072013090807.pdf
https://www.scribd.com/doc/299711865/Keracunan-Makanan-Laut
https://www.academia.edu/44581746/_KERACUNAN_MAKANAN_
https://www.academia.edu/30254856/Makalah_keracunan
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1089/keracunan-makanan-laut-keracunan-terkait-
histamin