Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI I
“Uji Aktivitas Antidiare”

Disusun oleh:
Kelompok 7

Amalia Setiawati P17335118006 Nabila Putri P17335118042


Jihan Fajriah Islami P17335118032 Aishy Ash Shidiq P17335118066

Kelas : 2B

Tanggal Praktikum :

5 Agustus 2019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

BANDUNG

2019
I. Judul Praktikum
Uji aktivitas Antidiare berbagai sediaan obat diare
II. Tujuan Praktikum
Mengetahui gambaran aktivitas antidiare berbagai sediaan antidiare yang beredar
di pasaran.
III. Dasar Teori

Diare didefinisikan sebagai berat cairan yang berlebihan, dengan 200 g / hari
mewakili batas atas tinja normal berat air untuk orang dewasa yang sehat. Karena berat
tinja sangat ditentukan oleh air tinja, sebagian besar kasus diare diakibatkan oleh
gangguan air usus dan transportasi elektrolit. Diare dapat disebabkan oleh peningkatan
beban osmotik di dalam usus (mengakibatkan retensi air di dalam lumen); sekresi
elektrolit dan air yang berlebihan ke dalam lumen usus; eksudasi protein dan cairan
dari mukosa; dan mengubah motilitas usus yang menghasilkan cepat transit (dan
penurunan penyerapan cairan). Dalam kebanyakan kasus, banyak proses dipengaruhi
secara bersamaan, menyebabkan peningkatan volume dan berat tinja disertai dengan
peningkatan fraksional kandungan air (Goodman and Gilman, 2008).
Farmakoterapi diare harus disediakan untuk pasien dengan gejala yang
signifikan atau persisten. Agen antidiare spesifik tidak khas tidak membahas
patofisiologi yang mendasarinya bertanggung jawab atas diare; utilitas utama mereka
adalah untuk memberikan bantuan gejala pada kasus ringan diare akut. Banyak dari
agen ini bertindak dengan mengurangi motilitas usus dan harus dihindari penyakit
diare akut yang disebabkan oleh organisme invasif. Dalam kasus tersebut, agen ini
dapat menutupi gambaran klinis, keterlambatan pembersihan organisme, dan
meningkatkan risiko invasi sistemik oleh organisme menular; mereka juga dapat
menyebabkan komplikasi lokal seperti megakolon toksik (Goodman and Gilman,
2008).
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut.
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2
minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan
kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus,
infeksi bakteri, akibat makanan.
1
2. Diare kronis.
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare.
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare spesifik
dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan
(Wijaya, 2010). Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya
kekerapan dan keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau
akibat suatu penyakit berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam, berat badan
menurun, malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap darah. Demam disertai
defense otot perut menunjukan adanya proses radang pada perut. Diare kronik seperti
yang dialami seseorang yang menderita penyakit Crohn yang mula-mula dapat
berjalan seperti serangan akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya, suatu serangan akut
seperti diare karena infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri
dapat diarahkan untuk memebedakan antara diare akut dengan diare kronik.
Agen antidiare dapat digunakan dengan aman pada pasien dengan ringan
sampai diare akut sedang. Namun, agen ini seharusnya tidak digunakan pada pasien
dengan diare berdarah, demam tinggi, atau toksisitas sistemik karena risiko
memperburuk kondisi yang mendasarinya. Mereka harus dihentikan pada pasien yang
diarenya memburuk meskipun terapi. Antidiare juga digunakan untuk mengontrol
diare kronis yang disebabkan oleh kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS) atau
penyakit radang usus (IBD) (Katzung, 2012).
Antidiare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan
iritasi, absorbsi racun dan sering dikombinasi dengan antimikroba. Diare yang
menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi ringan dan sering memerlukan infus,
karena pasien dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila tidak
disertai muntah, maka cairan garam rehidrasi (oral rehyration salt = ORALIT) banyak
menolong sebagai pertolongan pertama (Djamhuri, 1994).
Oralit merupakan cairan elektrolit–glukosa yang sangat esensial dalam
pencegahan dan rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan–sedang. Pada dehidrasi
ringan dan sedang, bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat (>100
ml/kg/hari) atau mutah hebat (severe vomiting) dimana penderita tak dapat minum

2
sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga rehidrasi
oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral meskipun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan
gangguan sirkulasi.
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air dan
elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga 20 kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus menerus
melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus halus.
Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium, kalium,
glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2014).
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang dalam
tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap
dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).
Selain itu terdapat agen antimotilitas dan antisekretori, yaitu opioid. Opioid
memiliki efek konstipasi yang signifikan Mereka meningkatkan aktivitas segmentasi
fasik kolon melalui penghambatan saraf kolinergik presinaptik di submukosa dan
pleksus mienterika dan menyebabkan peningkatan kolon waktu transit dan penyerapan
air tinja. Mereka juga mengurangi massa gerakan kolon dan refleks gastrokolik.
Meskipun semua opioid memiliki efek antidiare, efek sistem saraf pusat dan potensi
kecanduan membatasi kegunaan sebagian besar. Loperamide adalah agonis opioid
non-resep yang tidak melintasi penghalang darah-otak dan tidak memiliki sifat
analgesik atau potensi kecanduan. Toleransi untuk penggunaan jangka panjang belum
dilaporkan. Biasanya diberikan dalam dosis 2 mg diminum satu empat kali sehari.
Diphenoxylate adalah agonis opioid resep yang tidak memiliki sifat analgesik dalam
dosis standar; Namun, lebih tinggi dosis memiliki efek sistem saraf pusat, dan
penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan ketergantungan opioid. Persiapan
komersial umumnya mengandung sejumlah kecil atropin untuk mencegah overdosis
(2,5 mg difenoksilat dengan atropin 0,025 mg). Sifat antikolinergik atropin dapat
berkontribusi pada aksi antidiare (Katzung, 2012).

3
Selanjutnya adalah agen antiadiare bulk-forming dan agen hidroskopik.
Hidrofilik dan fermentasi buruk koloid atau polimer seperti karboksimetilselulosa dan
kalsium polikarbofil menyerap air dan meningkatkan jumlah tinja. Mereka biasanya
digunakan untuk sembelit tetapi kadang-kadang berguna dalam diare kronis ringan
pada pasien yang menderita sindrom iritasi usus besar. Tanah liat seperti kaolin (silikat
aluminium terhidrasi) dan silikat lainnya seperti attapulgit (disiumat aluminium
magnesium; diasorb) mengikat air dengan rakus dan juga dapat mengikat enterotoksin.
Namun, efek ini tidak selektif dan mungkin melibatkan obat-obatan dan nutrisi lain;
karenanya, agen-agen ini sebaiknya dihindari dalam 2-3 jam mengambil obat lain.
Campuran kaolin dan pektin (polisakarida tanaman) sangat popular obat bebas
(Kopectolin) dan dapat memberikan bantuan gejala diare ringan yang bermanfaat
(Goodman and Gilman, 2008).
Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau
diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011). Antibiotik diindikasikan pada
diare dengan gejala dan tanda diare dengan infeksi, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi eksresi dan kontaminasi lingkungan. Antibiotik spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Mansjoer, 2009).

IV. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Spuit injeksi dan sonde 1. Hewan uji (mencit)
2. Timbangan 2. Oleum Ricini
3. Stopwatch 3. Aquadest
4. Wadah pengamatan 4. Larutan Diapet
5. Kertas saring 5. Larutan Diatabs
6. Papan bedah 6. Larutan Lodia
7. Gunting bedah 7. Larutan Imodium
8. Benang 8. Plasebo
9. Pinset 9. Tinta Cina
10. Jarum pin
11. Tissue

4
V. Prosedur Kerja
a. Metode Proteksi Diare
1. Disiapkan 3 ekor mencit
2. Setiap mencit diberi nomor sesuai dengan keterangan obat yang akan diberikan
(1=Diatabs, 3=Diapet, 4=Lodia).
3. Masing-masing mencit diberikan obat dengan rute oral.
4. Setelah diberikan obat, tiap mencit dimasukkan kedalam wadah pengamatan
yang diberi alas kertas saring yang telah ditimbang beratnya.
5. Dilakukan pengamatan frekuensi defekasi, konsistensi feses, dan berat feses
setiap selang 15 menit selama 60 menit.
6. Frekuensi feses dilakukan berdasarkan berapa kali mencit tersebut mengalami
defekasi dalam tiap selang 5 menit.
b. Metode Transit Intestinal
1. Seekor mencit (mencit no. 2) diberikan Loperamid secara per oral.
2. Setelah menit ke-30, mencit diberikan 0,2 mL tinta cina secara per oral
3. Setelah 1 jam, mencit no.2 dikorbankan dengan cara dislokasi leher.
4. Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai usus teregang.
5. Setelah usus teregang, diukur panjang usus yang dilalui tinta cina mulai dari
pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) dan diukur juga panjang seluruh
usus dari pilorus sampai rektum.
6. Setelah itu, diukur rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang
usus seluruhnya dan hasil pengamatan disajikan dalam tabel.

VI. Hasil Pengamatan


1. Metode Proteksi
a. Mencit 1
Obat yang digunakan yaitu Diatabs

Indikator / waktu 15’ 30’ 45’ 60’

Berat feses - - - -

Frekuensi - - - -

Konsistensi - - - -

5
Mencit 1 : Diatabs
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
15' 30' 45' 60'

Bobot Feses Frekuensi Konsistensi

b. Mencit 3
Obat yang digunakan yaitu Diapet

Indikator / waktu 15’ 30’ 45’ 60’

Berat feses - - - -

Frekuensi - - - -

Konsistensi - - - -

Mencit 3 : Diapet
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
15' 30' 45' 60'

Bobot Feses Frekuensi Konsistensi

6
c. Mencit 4
Obat yang digunakan yaitu Lodia

Indikator / waktu 15’ 30’ 45’ 60’

Berat feses - - - -

Frekuensi - - - -

Konsistensi - - - -

Mencit 4 : Lodia
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
15' 30' 45' 60'

Bobot Feses Frekuensi Konsistensi

Kurva keseluruhan obat dengan 3 parameter


4

3,5

2,5

1,5

0,5

0
Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4 Obat 5

Bobot feses Frekuensi Kosistensi

7
Keterangan :
Obat 1 = Diatabs
Obat 2 = Plasebo
Obat 3 = Diapet
Obat 4 = Lodia
Obat 5 = Imodium

2. Metode Transit Intesnital


Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel.6 Kel. 7 Kel. 8
Obat 1 40,82% - 27,20% - 63,04% - 52,91% -
Obat 2 - 50,48% - 18,12% - 48,94% - 45,79%

• Perhitungan Panjang
Panjang usus = 50 cm
Panjang usus yang dilalui oleh tinta = 22,9 cm
Selisih = 27,1 cm

• Persentase Panjang

panjang usus yang dilalui tinta


x 100% = 52,91%
panjang usus total

Kurva Antara kelompok dengan % rasio

% Rasio
70,00%

60,00%

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8

% Rasio
8
Keterangan :
Kelompok ganjil : Imodium
Kelompok genap : Plasebo

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan akan melakukan Uji Antidiare pada hewan
uji dengan tujuan untuk melihat gambaran aktivitas pencahar dari sediaan yang
beredar di pasaran. Uji antidiare pada kali ini menggunakan dua metode yaitu metode
transit intestinal dan metode proteksi diare.
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan kelebihan cairan dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan efek
yang mempercepat peristaltic sehingga timbul dare. Diare ditandai dengan frekuensi
defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer.
Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-
zat beracun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka
diare akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare
kronis dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak
digunakan dan dipakai dalam praktikum ini ialah Diapet, Diatabs, Lodia, dan
Imodium.

Diapet merupakan sediaan kapsul 600 mg yang mengandung campuran


bahan-bahan herbal, yaitu ekstrak Psidii folium (daun jambu biji), ekstrak
Phellodendri radix, ekstrak Curcumae domesticae rhizoma (kunyit), ekstrak Coix
lacrima jobi semen, dan ekstrak Coptidis rhizoma. Diapet mengandung daun jambu
biji yang berkhasiat sebagai astringet, yang memyebabkan kontraksi dan
mengerucutkan mukosa saluran cerna. Diapet juga memiliki daya kerja yaitu dapat
menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan
sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal
kembali.

Diatabs merupakan sediaan tablet mengandung zat aktif Attapulgite 600 mg.
Attapulgite (magnesium aluminum disilikat) merupakan zat adsorbent yang

9
berfungsi untuk menyerap/mengikat air dan berbagai jenis mikroorganisme maupun
toksin penyebab diare. Attapulgite aktif merupakan zat yang dapat menyerap gas-gas
beracun, bakteri dan virus yang menjadi penyebab utama diare. Akan tetapi,
attapulgite efeknya tidak selektif dan juga menyerap obat lainnya dan nutrisi yang
ada di dalam saluran cerna. Oleh karena itu, obat ini harus dijeda penggunaannya
dengan obat lain selama 2-3 jam. Attapulgite memiliki onset time 12-19,5 jam.
Lodia yang merupakan sediaan tablet salut dan Imodium yang berbentuk
tablet adalah obat antidiare yang sama-sama mengandung zat aktif Loperamide HCl
2 mg. Loperamid merupakan obat golongan agonis reseptor opioid yang mekanisme
kerjanya mengurangi aktivitas pleksus myenteric usus besar sehingga memperlambat
ritme kontraksi usus. Loperamid adalah obat antidiare yang diberikan secara oral,
merupakan turunan piperidin butiramid dengan yang mengaktivasi μ reseptor. Obat
ini 40-50 kali lebih poten daripada morfin sebagai antidiare, dan berpenetrasi ke
sistem saraf pusat dengan lemah. Loperamid meningkatkan waktu transit saluran
cerna dan waktu transit dari mulut sampai ke sekum. Karena efektivitas dan
keamanannya, Loperamid banyak dipasarkan, dan tersedia dalam bentuk kapsul,
larutan, dan dalam bentuk sediaan yang dapat dikunyah. Loperamid bekerja dengan
efek cepat pada penggunaan oral, dan puncak maksimumnya dalam waktu 3-5 jam.
Waktu paruhnya 11 jam dan dimetabolisme di hati (Goodman&Gilman, 2012).
Loperamid memiliki onset time yang cepat, yaitu 1-3 jam.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga
karena mencit ukuran tubuhnya kecil sehingga mudah ditangani.
Pada praktikum kali ini setiap kelompok diberikan 4 ekor mencit. Langkah
pertama dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan
volume pemberian sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit sesuai dosis
yang telah ditentukan. Mencit sebelumnya sudah diberi tanda pada tiap ekornya
sesuai dengan nomor obat yang akan diberikan. Pada metode transit intestinal hanya
satu mencit yang digunakan, sedangkan pada metode proteksi diare digunakan tiga
mencit.
Obat yang digunakan pada metode transit intestinal yaitu Loperamid (obat
ganjil). Langkah pertama yang dilakukan adalah memberikan obat loperamid
tersebut pada mencit dengan rute oral, setelah diberikan obat, mencit didiamkan

10
selama 30 menit sampai obat tersebut mengalami fase farmakokinetik. Kemudian
diberkan tinta cinta 0,2/20 g berat badan mencit, tinta ini digunakan sebagai penanda
atau marker yang digunakan untuk mengetahui kecepatan motilitas usus. Mencit
kemudian didiamkan selama 60 menit, selanjutnya mencit tersebut dikorbankan
dengan cara dislokasi tulang leher dan dikeluarkan secara hati-hati sampai usus
teregang. Panjang usus yang dilalui tinta cina diukur mulai dari pylorus sampai ujung
akhir (berwarna hitam) dan diukur pula seluruh usus dari pylorus sampai rectum.
Berdasarkan teori, metode transit intestinal yang menjadi parameter
pengukuran adalah rasio antara jarak rambat marker dengan panjang usus
keseluruhan, jika suatu bahan mempunyai efek antidiare maka rasio rambat marker
yang dihasilkan kecil. Sebaliknya jika bahan yang mempunyai efek laksatif maka
rasio yang dihasilkan lebih besar. Berdasarkan hasil pengamatan pada metode transit
intestinal didapatkan panjang keseluruhan usus yaitu 50 cm dan panjang marker yaitu
22,9 cm. Serta rasio yang didapatkan yaitu sebesar 45,8%. Rasio jarak pada mencit
yang diberi placebo (obat genap) seharusnya memiliki jarak usus yang dilalui tinta
cina lebih panjang daripada mencit yang diberi obat loperamid (obat ganjil) karena
loperamid menghambat peristaltic usus, sehingga jarak usus yang dilalui akan lebih
pendek.
Selanjutnya, obat yang digunakan pada metode proteksi diare yaitu Diatabs,
Diapet, dan Lodia. Ketiga obat tersebut merupakan obat antidiare yang umum
dipasaran. Langkah pertama tiap mencit diberi Oleum ricini sebagai penginduksi
terjadinya diare karena oleum ricini mengandung trigliserida asam risinoleat yang
dihidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam
risinolat. Oleum ricini merupakan penstimulasi peristaltic usus. Kemudian mencit
didiamkan 30 menit. Setelah didiamkan 30 menit, tiap mencit diberikan obat
antidiare. Mencit I diberi obat Diatabs, mencit III diberi obat Diapet, dan mencit IV
diberikan obat Lodia. Parameter yang digunakan pada metode proteksi yaitu bobot
feses, frekuensi terjadinya diare, dan konsistensi feses tiap 15 menit selama 1 jam.
Berdasarkan hasil pengamatan, mencit I, III, dan IV tidak menunjukan
aktivitas dari setiap parameter, dan setiap mencit tidak ada satupun yang
mengeluarkan fese sehingga sulit untuk menentukan aktivitas pencahar yang paling
kuat dari sediaan. Namun hal tersebut bisa dikatakan sesuai dengan literature karena

11
obat antidiare pada umumnya mengurangi frekuensi diare dan menghentikan diare
namun tidak menyelesaikan penyakit dasarnya.
Dari hasil pengamatan keseluruhan mencit yang diberikan obat 1 sampai obat
5, terlihat bahwa obat yang memiliki aktivitas antidiare paling baik yaitu obat 1
(Diatabs), karena dapat menghambat defekasi mencit dalam praktikum ini.
Sedangkan, obat yang memiliki aktivitas antidiare paling lemah ialah Loperamid,
yaitu zat aktif dalam Imodium dan Lodia, karena menghasilkan feses mencit yang
paling berat bobotnya dan paling tinggi frekuensinya. Padahal, berdasarkan literatur,
Loperamid adalah obat antidiare yang lebih poten dibandingkan antidiare lainnya,
serta memiliki onset time yang paling cepat diantara antidiare lain, yaitu 1-3 jam.
Dalam praktikum ini, pengamatan terhadap feses mencit hanya dilakukan selama 60
menit, sehingga kemungkinan Loperamid belum mulai bekerja untuk menghasilkan
efek antidiare dan menghambat pengeluaran feses, karena Loperamid bisa saja baru
bekerja setelah 2 atau 3 jam pemberian. Oleh karena itu, mencit yang diberikan
Loperamid pada praktikum ini masih mengeluarkan feses dengan bobot yang lebih
berat dibandingkan mencit yang diberikan obat lain.
Pada mencit yang diberikan Diatabs pada praktikum ini, terlihat tidak adanya
feses yang dikeluarkan. Padahal, berdasarkan literatur, Attapulgite yang merupakan
zat aktif dalam Diatabs memiliki onset time 12 sampai 19,5 jam, sehingga seharusnya
belum menimbulkan efek untuk menghentikan diare mencit. Kesalahan hasil yang
diperoleh ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah faktor fisik
dan psikis yang berbeda pada masing-masing mencit. Mencit yang mengalami stress
akan lebih mudah dan sering mengeluarkan feses daripada mencit yang berada dalam
kondisi normal. Selain itu, pemberian secara oral yang dilakukan setiap praktikan
berbeda-beda. Bila ada obat yang tumpah atau dimuntahkan kembali oleh mencit,
maka hal itu akan berpengaruh terhadap volume pemberian obat. Sehingga dosis
yang diberikan pun akan berkurang, dan efek yang ditimbulkan pun tidak sesuai
dengan yang diharapkan.

12
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada metode transit intestinal, rasio dan jarak tempuh yang dilalui tinta cina pada
mencit yang diberi Loperamid lebih kecil daripada mencit yang diberikan Plasebo
karena Loperamid merupakan antidiare yang dapat menghambat motilitas saluran
cerna/gerakan peristaltik usus.
2. Pada metode proteksi, bobot dan konsistensi feses mencit yang tinggi terdapat pada
pemberian Imodium, Lodia, dan Diapet, sedangkan bobot dan frekuensi paling
rendah terdapat pada mencit yang diberikan Diatabs. Hasil yang tidak sesuai
dengan onset time pada literatur dapat disebabkan oleh kondisi fisik dan psikis
setiap mencit yang berbeda, serta karena volume pemberian obat yang kurang dari
seharusnya, sehingga dosis yang diberikan tidak sesuai.

IX. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
Djamhuri, Agus. 1995. Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di KIinik dan
Perawatan. Jakarta : Hipokrates
Katzung, Bertram G. , Susan B Masters, dan Anthony J. Trevor. 2012. Basic & Clinical
Pharmacology. Edisi XII. New York: McGraw-Hill Companies Inc..
Goodman & Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta : FK UI
Press.
Wijaya. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare Balita di Sekitar TPS Banaran Kampus
UNNES. Unnes Journal of Public Health.

13
X. Lampiran

14

Anda mungkin juga menyukai