Anda di halaman 1dari 23

LUKA BAKAR

KELOMPOK 1 :
SOLEH SALAM : P00320020040
ASTIAN FADILLAH : P00320020009
IIN JESIKA : P00320020019
NUR FADLUN : P00320020029
NHELLA SYARIANTI YUSTIN : P00320019028

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


DEFINIS
I kerusakan atau kehilangan jaringan yang
Luka bakar adalah suatu bentuk
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi
(misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang
sangat rendah (Moenadjat,2011). Luka bakar adalah luka yang paling sering
dialami oleh manusia dibandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat
terjadi karena adanya kontak dengan sumber panasataupun suhu yang
sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya.
ETIOLOGI
Zona kerusakan jaringan :
a. Zona Koagulasi
b. Zona Statis
c. Zona Hiperemia
Luas Luka
Bakar
Luas luka bakar yang mengenai permukaan kulit akan mempengaruhi metabolism.
Pada luka bakar yang mengenai tubuh kurang dari 30%, perpindahan cairan sebatas
pada area yang terkena luka bakar. Jaringan yang terbakar melepaskan mediator
kimiawi yang meningkatkan permeabilitias kapiler lokal, menyebabkan koloid dan
kristaloid berpindah ke dalam ruang interstisiel. Peningkatan permeabilitas kapiler
terutama terjadi 8-12 jam pasca luka bakar. Apabila luka bakar mengenai tubuh lebih
dari 30% perpindahan cairan tidak hanya mengenai area yang terkena luka bakar,
tetapi juga mengenai jaringan yang tidak terpapar luka bakar (Horne dan Swearingen,
2011).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka
a.Faktor Penderita
1)Usia penderita
2) Faktor gender
3) Faktor Gizi
4) Faktor Premorbid
Beberapa faktor yang berperan dalam morbiditas dan mortalitas kasus luka
bakar.
a) Kelainan Kardiovaskular
b) Kelainan Neurologik
c) Kelainan Paru
d) Kelainan Ginjal
e) Kelainan Metabolisme
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka
b. Faktor Trauma
1)Jenis Luka Bakar
2) Luas Luka Bakar
3) Kedalaman Luka Bakar
4) Lokasi
5) Trauma penyerta
6) Respon Individu
a) Respon individu terhadap trauma
b) Respon individu terhadap penalataksanaan / terapi

c. Penurunan Jaringan
d. Vaskularisasi
e. Anemia
f. Cedera Seluler
b. Luka bakar listrik
a. Luka bakar termal Cidera listrik yang disebabkan
Agen cidera berupa api, air oleh aliran listrik di
panas, atau kontak rumah
dengan merupakan sebuah insiden,
objek panas, luka tertinggi pada anak-anak
bakarberhubungan dengan masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif

Penyebab
asap atau ciderainhalasi
(cidera terbakar, kontak dan kedalam colokan listrik dan
kobaran api). menggigit atau mengisap
kabel listrik yang tersambung.

Luka c. Luka bakar kimia

Bakar
d. Luka bakar radiasi
Terjadi dari life
Luka bakar bila terpapar
atau
pada bahan radioaktif dosis
kandungan agen pencedera,
tinggi.
serta konsentrasi dan suhu
agen.
a. Luka bakar termal b. Luka bakar listrik

Gambar
macam luka c. Luka bakar kimia d. Luka bakar radiasi
1. Luka Bakar Derajat
I
2. Luka Bakar Derajat II (Partial Thickness Burn),terbagi 2 :

Klasifikasi -Luka bakar derajat II dangkal (Superficial Partial Thickness


Burn)
-Luka bakar derajat II dalam ( Deep Partial Thickness Burn)

3) Luka bakar derajat III ( Full Thickness


Burn)
Klasifikasi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan
energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kotak dengan

Patofisiologi sumber panas. Cidera luka bakar


mempengaruhi semua system organ.
Besarnya respon patofisiologis berkaitan
dengan luasnya luka bakar dan mencapai
masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira
60% seluruh luas permukaan tubuh
(Hudak & Gallo, 2011).
Manifestasi Klinis
1.Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam waktu 24 jam -48 jam pertama pasca luka
baka. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada tempat
yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-tanda sebagai
berikut :
a. Keracunan Karbon Monoksida
b. Distress Pernafasan
c. Cidera pulmonal
2. Hematologi
3. Elektrolit
4. Ginjal
5. Sepsis
6. Burn Shock : syok hipovolemik
7. Metabolik
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E ( 2 0 0 0 ) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
1.Hitung darah lengkap
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah ( AGD )
4. Elektrolit Serum.
5.Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan.
6. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
7. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi
cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikah
karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
Pemberian obat- obatan topikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka
akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan pemberian obat- obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi
terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali masih
terjadi penyebab kematian pasien.
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar
sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka
bakar pada toraks hipoksia dari gagal
Komplikasi napas restriktif)

2. Awal
a. Infeksi
b.Ulkus akibat stres
c.Hiperkalsemia
A. Pengkajian

Konsep Asuhan 1.Identitas pasien


2. Riwayat kesehatan sekarang
Keperawatan 3. Riwayat kesehatan dahulu
Pemeriksaan
diagnostik :
a. LED
b. GDA dan sinar X dada
c. BUN dan kreatinin
d. Urinalisis
e. Bronkoskopi
f. Koagulasi
g. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap
1. Nyeri akut b/d agens cedera fisik
(luka bakar)

2.Kerusakan integritas kulit b/d cedera


Diagnosa kimiawi kulit (luka bakar)

3. Risiko infeksi b/d terpajang pada


Keperawata wabah

n 4. Intoleransi aktifitas b/d adanya lesi


Menurut Nursing Outcomes Classification (NOC),
perencanaan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka


bakar)

Intervensi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
dapat berkurang dengan kriteriahasil : klien mengatakan
bahwa nyeri berkurang dengan skala 2-3, klien terlihat

Keperawata
rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman,
tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37oC, nadi
60-100x/m, RR 16-20x/m, TD 120/80 mmHg.
vIntervensi:

n pengkajian komprehensif (lokasi, durasi, kualitas,


karakteristik, berat nyeri dan faktor pencetus) untuk
mengurangi nyeri, pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam (farmakologi dan nonfarmakologi) untuk
penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan, ajarkan teknik
non farmakologis untuk pengurangan nyeri, kolaborasi
untuk memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Kerusakan integritas kulit
berhubungandengan kimiawi kulit(luka
bakar)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tidak mengalami kerusakan
kulit dengan kriteria hasil : integritas kulit
yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka
/ lesi pada kulit, perfusi jaringan baik,
mempertahankan kelembapan kulit dan
lanjutan.. perawatan alami.
v Intervensi :
jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
. kering untuk membantu proses
penyembuhan pada luka, mobilisasi pasien
setiap 2 jam untuk menurunkan resiko
infeksi, monitor akan adanya kemerahan
untuk membantu mencegah terjadinya
infeksi atau lesi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan terpajang pada
wabah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil : klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi, pasien dapat mendeskripsikan
proses penularan penyakit. Faktor yang mempengaruhi
penularan dan penatalaksanaannya, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi,
jumlah leukosit normal, menunjukkan perilaku hidup
sehat.

lanjutan.. v Intervensi :
bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain untuk
mencegah penularan infeksi dari pasien ke pasien,

. pertahankan teknik isolasi untuk menjaga kesterilan, batasi


pengunjung bila perlu untuk mencegah terjadinya infeksi
dari luar, instruksikan pasien dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah beraktifitas untuk mencegah
masuknya kuman infeksi melalui saluran pencernaan,
monitor tanda dan gejala infeksi untuk mengetahui apabila
terjadi infeksi dalam tubuh, inspeksi kulit membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase untuk membuat
tindakan keperawatan lanjut
4. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
adanya lesi keperawatan
tidak mengalami intoleransi aktifitas dengan
kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktifitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanann darah, nadi
dan RR, mampu melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri.
v Intervensi :

lanjutan..
observasi adanya pembaratasan klien dalam
melakukan aktifitas untuk menentukan aktifitas
lanjutan yang dapat dilakukan klien, kaji adanya

.
faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan untuk
melakukan tindakan keperawatan selanjutnya,
monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
agar pasien memiliki energy yang cukup, monitor
adanya kelemahan fisik untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
D. Implementasi
Keperawatan Implementasi dapat disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang
keperawatan telah di susun

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil di capai.
Thank You!
Do you have any questions for we before we go?

Anda mungkin juga menyukai