Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh:

Widiastri Khoerotunnisa

21360229

Preseptor:

dr. Diah Astika Rini, Sp.A

DEPARTEMEN SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD JEND AHMAD YANI METRO

KOTA METRO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh ( suhu rektal >38C ) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang berhubungan

dengan demam, tetapi tidak disebabkan infeksi intakranial. Kejang demam secara umum

didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5

tahun, serta berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh yaitu suhu yang melebihi 38C.

Kejang ini disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Apabila kejang demam terjadi

pada usia kurang dari 6 bulan, maka harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksi

susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan demam.

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam.4 Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang

pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang

mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8

tahun.

Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang

demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum, dan

kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau multiple

(lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut dikemukan oleh

berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan

tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia pasien, lamanya kejang

berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya.


BAB II

STATUS PASIEN

Tanggal masuk RSAY : 24 Oktober 2021

No. RM : 389874

Pukul : 16.00 WIB

2.1 Anamnesis ( Alloanamnesis : ayah, ibu, wali ))

a. Identitas
Nama : An. Az
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 24-07-2015
Umur : 6 Tahun 4 Bulan
Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Patimura, rt 039 rw 008 desa. Banjarsari,
Kecamatan, Metro utara, Kab. Metro Prov
Lampung

Nama Ayah : Tn. A

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. K

Umur : 38 tahun

Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA

b. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Kejang disertai demam < 1 menit

Keluhan tambahan : diare, mual, muntah darah segar sekitar ±300.00 cc

Data diperoleh berdasarkan alloanamnesis terhadap ibu dari pasien pada tanggal

30 November 2021.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Berdasarkan alloanamnesis didapatkan bahwa :

- 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami

demam ,mual ,muntah , diare cair sebanyak 2-4 kali sehari dan hari ke 3

pasien kejang kurang dari 1 menit kejang di seluruh tubuh, kejang

disertai mata mendelik keatas, dan tidak sadar. lalu ibu pasien membawa

ke klinik terdekat dan diberikan pertolongan pertama dan di rujuk ke

RSU Ahmad Yani Metro karena pasien tidak sadarkan diri.

- Sesampai di IGD RSUD AY pasien sadarkan diri, Selama di IGD RSUD

Ahmad Yani pasien tidak mengalami kejang, kemudian pasien di rawat

inap di ruang anak. Diketahui sebelumnya pasien pernah mengalami

kejang pada umur 1 tahun. Pada keluarga sebelumnya tidak ada riwayat

kejang.

- Malam hari ke 3 dirawat di ruang anak pasien muntah darah sekitar ±

300.000 cc. dan hari besoknya di cek laboratorium dan trombositnya

turun.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Kejang Demam terakhir umur 1 tahun


Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada

c. Pemeliharaan Kehamilan Ibu dan Prenatal

Pemeriksaan di : Bidan dan Posyandu

Frekuensi : Timester I : 3x

Trimester II : 3x

Trimester III : 3x

Keluhan selama kehamilan :

Tidak ada keluhan selama kehamilan

Kesan : Selama kehamilan ibu tidak mempunyai riwayat penyakit apapun

dan kontrol setiap bulan.

d. Riwayat Persalianan

Lahir di : Bidan

Cukup bulan atau tidak : cukup (38 minggu)

Berat badan : 2500 gram

Panjang badan : 50 cm

Cacat :(-)

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Kesan : Riwayat persalianan normal di bidan, bayi cukup bulan , berat

sesuai.
e. Riwayat Imunisasi

BCG :4x

DPT :3x

Polio :4x

Hep B :4x

Campak :1x

Kesan : Riwayat imunisasi lengkap

f. Riwayat Makanan

0-6 Bulan : ASI

6-18 Bulan : ASI + Makanan halus (MPASI)

> 18 Bulan : Makanan lunak + Susu Formula

Kesan : pemberian makanan sesuai usia

2.2 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present : 21/10/2021

Keadaan Umum : Tampak Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Suhu : 37.7˚c

Frekuensi Nadi : 100 x/menit

Frekuensi Nafas : 32 x/menit

Saturasi Oksigen : 99%

Berat Badan : 25 kg

Panjang Badan : 113 cm


Lingkar Lengan : 24 cm

Kesan : Gizi baik.

b. Status Generalis

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh :

Pucat : (-)

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Oedem : (-)

Turgor : Baik, cepat kembali

Pembesaran KGB : (-)

Kepala

Wajah : Normocephal

Rambut : Hitam kemerahan, tidak mudah dicabut

Ubun-ubun besar : Menutup sempurna.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : simetris, sekret (-), infeksi (-)

Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-)

Mulut : Perdarahan (-), faring hiperemis (-)

Kesan : Dalam batas normal.

Leher

Bentuk : Simetris

Trakea : Devisiasi (-)

KGB : Tidak terdapat pembesaran


Kesan : Dalam batas normal.

Thoraks

Bentuk : Normochest

Inspeksi : Retraksi (-), simetris

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler

Kesan : Dalam batas nornal

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung I/II normal, murmur (-) , gallop (-)

Kesan : Dalam batas normal.

Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler kiri/kanan, ronkhi (-/-) , wheezing (-/-)

Kesan : Dalam batas normal.

Abdomen
Inspeksi : Normal, tidak ditemukan perubahan warna

Auskultasi : Bising usus (+)

Perkusi : timpani diseluruh lapangan abdomen

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Kesan : Dalam batas normal

Genetalia eksterna

Jenis kelamin : Perempuan (tidak ada kelainan)

Lubang anus : Ada

Bentuk :simetris

Keadaan : bersih

Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-)

2.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap (24-11-2021)


Pukul 08.59

HEMATOLOGI

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Leukosit 9.49 103/µL 5-10 Normal

Eritrosit 5.07 103/µL 3,08-5,05 Meningkat

Hemoglobin 11.3 g/dL 12-16 Menurun

Hematokrit 36.0 % 37-48 Menurun

MCV 71.0 fL 80-92 Menurun

MCH 22.3 Pg 27-31 Menurun

MCHC 31.5 g/dL 32-36 Menurun


Trombosit 225 103/µL 150-450 Normal

RDW 13.4 % 12,4-14,4 Menurun

MPV 8.10 fL 7,3-9 Normal

KIMIA KLINIK
GDS 88.0 Mg/dL <140 Normal

Nilai rujukan berdasarkan hasil laboratorium sesuai usia pasien

Kesan : Leukosit, Trombosit, RDW, MPV normal. Eritrosit meningkat. Hb, Ht

MCV,MCH,MCHC menurun.

Pemeriksaan darah lengkap (27-11-2021)\

Pukul 13.41

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Leukosit 2,62 103/µL 5-10 Menurun

Eritrosit 4,90 103/µL 3,08-5,05 Normal

Hemoglobin 9,9 g/dL 12-16 Menurun

Hematokrit 33,5 % 37-48 Menurun

MCV 68,4 fL 80-92 Menurun

MCH 20,2 Pg 27-31 Menurun

MCHC 29,4 g/dL 32-36 Menurun

Trombosit 138 103/µL 150-450 Menurun

RDW 12,1 % 12,4-14,4 Menurun

MPV 7,71 fL 7,3-9 Normal

Golongan Darah
Golongan darah B
Rhesus Positif (+)
Kesan : Eritrosit ,RDW, MPV normal. Leukosit, Trombosit, Hb, Ht

MCV,MCH,MCHC menurun.
Pemeriksaan darah lengkap (28-11-2021)

Pukul 21.23

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Leukosit 11.32 103/µL 5-10 Meningkat

Eritrosit 5.31 103/µL 3,08-5,05 Meningkat

Hemoglobin 11.8 g/dL 12-16 Menurun

Hematokrit 35.9 % 37-48 Menurun

MCV 67.6 fL 80-92 Menurun

MCH 22.3 Pg 27-31 Menurun

MCHC 32.9 g/dL 32-36 Normal

Trombosit 48 103/µL 150-450 Menurun

RDW 13.3 % 12,4-14,4 Normal

MPV 8.50 fL 7,3-9 Normal

Anti Dengue IgG-IgM


Anti Dengue IgG Positif*
Anti Dengue IgM Positif*

Kesan : MCHC, RDW, MPV normal. Leukosit, Eritrosit meningkat. Trombosit,

Hb, Ht MCV,MCH, menurun.

Pemeriksaan darah lengkap (29-11-2021)

Pukul 17.19

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Leukosit 6.69 103/µL 5-10 Normal

Eritrosit 4.04 103/µL 3,08-5,05 Normal


Hemoglobin 8.3 g/dL 12-16 Menurun

Hematokrit 26.7 % 37-48 Menurun

MCV 66.1 fL 80-92 Menurun

MCH 20.5 Pg 27-31 Menurun

MCHC 31.1 g/dL 32-36 Normal

Trombosit 30 103/µL 150-450 Menurun

RDW 11.1 % 12,4-14,4 Normal

MPV 8.66 fL 7,3-9 Normal

Kesan : leukosit, eritrosit, RDW, MPV normal.. Trombosit, Hb, Ht MCV,MCH,

menurun.

Pemeriksaan darah lengkap (30-11-2021)

Pukul 17.19

Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Leukosit 9.73 103/µL 5-10 Normal

Eritrosit 3.48 103/µL 3,08-5,05 Normal

Hemoglobin 8.2 g/dL 12-16 Menurun

Hematokrit 23.1 % 37-48 Menurun

MCV 66.5 fL 80-92 Menurun

MCH 23.6 Pg 27-31 Menurun

MCHC 35.5 g/dL 32-36 Normal

Trombosit 81 103/µL 150-450 Menurun

RDW 14.2 % 12,4-14,4 Normal

MPV 10.20 fL 7,3-9 Normal


Kesan : leukosit, eritrosit, MCHC, RDW, MPV normal.. Trombosit, Hb, Ht

MCV,MCH, menurun.

2.4 Follow Up Pasien

S ( Keluhan ) O ( Status ) A ( Assesment ) P ( Penatalaksanaan )

24/11/2021 KU : Sakit sedang Kejang Demam IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-), Demam (+), KS : CM Paracetamol 3 x 25 cc

Diare (+), mual (+) HR : 150 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

SpO2 : 99% Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

RR : 24 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

T : 38,1 C Santagesix 3 x 250 mg iv

BB : 25 kg Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

TB :113 cm

LLA : 24 cm

25/11/2021 KU : Sakit sedang Kejang Demam IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-), Demam (+ ), KS : CM simpleks Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

mual (+), diare (+) HR : 110 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

SpO2 : 98% Santagesix 3 x 250 mg iv

RR : 28 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,2 C Dexamethasone 3 x ½ iv
BB : 25 kg Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

TB : 112 cm

LLA : 24 cm

26/11/2021 KU : Sakit ringan Kejang Demam IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-) KS : CM Simpleks Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

Demam (+ ^v), diare (-), HR : 98 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

muntah (-) SpO2 : 98% Santagesix 3 x 250 mg iv

RR : 28 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,1 C Dexamethasone 3 x ½ iv

BB : 25 kg Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

TB : 112 cm

LLA : 24 cm

27/11/2021 KU : baik Kejang Demam IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-) KS : CM Simpleks Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

Demam (-), muntah HR : 110 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

darah segar sekitar SpO2 : 99% Santagesix 3 x 250 mg iv

300.000 cc RR : 22 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,7 C Dexamethasone 3 x ½ iv

BB : 25 kg Asam traneksamat 3 x 250 iv

TB : 112 cm Vit K 1 x ½ iv

LLA : 24 cm Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

28/11/2021 KU : baik Kejang Demam IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-) KS : CM Simpleks Ceftriaxone 2 x 1 gr iv


Demam (-) HR : 98 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

SpO2 : 99% Santagesix 3 x 250 mg iv

RR : 22 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,1 C Dexamethasone 3 x ½ iv

BB : 25 kg Asam traneksamat 3 x 250 iv

TB : 113 cm Vit K 1 x ½ iv

LLA : 24 cm Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

29/11/2021 KU : baik DHF IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-) KS : CM Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

Demam (-) HR : 98 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

SpO2 : 100% Santagesix 3 x 250 mg iv

RR : 22 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,1 C Dexamethasone 3 x ½ iv

BB : 25 kg Asam traneksamat 3 x 250 iv

TB : 113 cm Vit K 1 x ½ iv

LLA : 24 cm Diazepam 5 mg iv (p.r.n)

30/11/2021 KU : baik DHF IVFD D5 ½ NS 12 tpM

Kejang (-) KS : CM Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

Demam (-) HR : 98 x/menit Gentamicin 2 x 60 mg iv

Rencana Pulang SpO2 : 100% Santagesix 3 x 250 mg iv

RR : 22 x/menit Ondansetron 2 x 2 mg iv

T : 36,1 C Dexamethasone 3 x ½ iv

BB : 25 kg Asam traneksamat 3 x 250 iv

TB : 113 cm Diazepam 5 mg iv (p.r.n)


LLA : 24 cm

2.5 Diagnosis Banding

1. Kejang demam kompleks

2. Efilepsi

2.6 Diagnosis Kerja

1. Kejang demam simple (KDS)

2. DHF

2.7 Tatalaksana

Pada saat pasien di rawat di ruang anak RS.Ahmad Yani pasien

diberikan terapi sebagai berikut

 IVFD D5 ½ NS 12 tpM

 Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

 Gentamicin 2 x 60 mg iv

 Santagesix 3 x 250 mg iv

 Ondansetron 2 x 2 mg iv

 Dexamethasone 3 x ½ iv

 Asam traneksamat 3 x 250 iv

o Vit K 1 x ½ iv

 Diazepam 5 mg iv (p.r.n)
2.8 Prognosis

Quo ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

RESUME:

Pasien perempuan berusia 6 tahun 4 bulan diantar orang tuanya ke IGD

rumah sakit ahmad yani metro. Pasien datang dengan keluhan demam dan

kejang. Menurut ibu Sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang

selama kurang lebih 1 menit. Kemudian pasien dibawa kedua orang tuanya ke

klinik, Lalu diberi pertolongan pertama. Dari klinik karna pasien tidak sadar lalu

dirujuk ke rumah sakit RSU Ahmad Yani. Pada saat kejang hanya sebagian saja

(kanan) kemudian kejang seluruh tubuh dan kelojotan, kejang disertai mata

mendelik keatas, kejang berhenti sendiri dan pasien langsung sadar setelah

kejang. Di IGD RSUD Ahmad yani dan pasien tidak mengalami kejang kembali,

kemudian pasien di bawa dan di rawat inap di ruang anak.

Riwayat persalinan pasien lahir normal di bidan. BBL 2500 gram, dan

langsung menangis. Tidak ada gangguan nafas. Tidak ada riwayat alergi dan

operasi. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan keadaan umum tampak sakit

sedang, dengan kesadaran compos mentis, suhu 39,40C, frekuensi nafas 46


x/menit, frekuensi nadi 158 x/menit, dengan berat badan 25 kg dan tinggi badan

112 cm.

Pada status generalis didapatkan pucat (-), ikterik (-), dengan turgor

segera kembali. Kepala didapatkan normochepal, fasies cooley (-), sklera ikterik

(-/-), konjungtiva anemis (-/-). Leher dalam batas normal, thorax paru dan

jantung dalam batas normal. Abdomen dalam batas normal, bising usus (+).

Pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat, sianosis (-).


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. KEJANG DEMAM

1.1 Definisi

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium.1 Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan

demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf

pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan

tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2

Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara

umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah

terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. 3 Anak yang

pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak

termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi berumur

kurang dari 4 minggu (1 bulan) tidak termasuk kejang demam. 1,3 Kejang

demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang

berulang tanpa demam.2 Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan

penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada

keadaan ini mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang demam


karena keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat. 3 Bila anak

berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menaglami kejang

didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau

epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2

1.2 EPIDEMIOLOGI

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat,

Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira

20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam

timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit

lebih sering pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur

6 bulan samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak

usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10

1.3 KLASIFIKASI

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :

a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan

umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau

klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang

demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :

1.) Kejang lama > 15 menit

2.) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului

kejang parsial
3.) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.5

1.4 FAKTOR RESIKO

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.

Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara

kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam

perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam

pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih

dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko

rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan, cepatnya anak

mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat

kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi. 5,6

Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan

neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam

keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang

demam kompleks. 5,6

1.5 PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah

oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru

dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi

otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam

adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan

sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion

Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar

sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel

dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada

permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.9

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari

seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi

pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan

dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion

Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat


terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya

dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari

tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada

kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,

kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang

kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari

kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih

sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam

penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita

kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya

dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung

lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai gejala apnea, meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya

terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak

teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebkan oleh meningkatnya

aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya

kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor

terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia

sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial


lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama

dapat menjadi “matang” dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi

yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat

menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.9

1.6 MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang

disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis

media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya

terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan

sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, fokal atau

akinetik. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang

biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan

relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2

menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,

inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),

gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.1,9,10

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak

memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian

anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam

yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit)

sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.4


1.7 DIAGNOSIS

a. Anamnesis

1.) Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu

sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab

demam diluar susunan saraf pusat.

2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi

dalam keluarga.

3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.

b. Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda peningkatan tekanan

intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.6

c. Pemeriksaan Penunjang

1.) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada

kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber

infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis

dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk

menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena

manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal

dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan


dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak

rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan

pungsi lumbal. 5

2. Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian

epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada

keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks

pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5

4.) Pencitraan

Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography

scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali

dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan

neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil

edema.5

1.8 DIAGNOSIS BANDING

Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya

meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan

klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media tidak

menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika

maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2


1.9 PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien

datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat

yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena

adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit

atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang

praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam

rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg

untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat

badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk

anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3

tahun.5

Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti,

dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval

waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih

tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan

Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum

berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20

mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50

mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,

dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum

berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam

apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.5

b. Pemberian obat pada saat demam

1. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik

mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di

Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis

Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4

kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat

dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari

18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak

dianjurkan.2,3,5

2. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat

demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60%

kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8

jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan

menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-

39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat

demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.


c. Pemberian Obat Rumat

1. Indikasi Pemberian obat Rumat

Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan

ciri sebagai berikut (salah satu) ;

- Kejang lama > 15 menit

- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah

kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,

retardasi mental, hidrocephalus.

- Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali

atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari

12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5

2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari

efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan

bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan

obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat

hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.

Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan

perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat

ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang

berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan

gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam


2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.5

1.10 EDUKASI PADA ORANG TUA

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada

saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah

meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis

baik

b. Memberitahukan cara penanganan kejang

c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus

diingat adanya efek samping obat.4,5

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

a. Tetap tenang dan tidak panik.

b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.

c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.

Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun

kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam

mulut.

a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

b. Tetap bersama pasien selama kejang.

c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah

berhenti.
d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau

lebih .5

1.11 PROGNOSIS

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal

pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif

melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini

biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik

umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9
BAB IV
ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?


Ya sudah tepat
Berdasarkan alloanamnesis dan pemeriksaan saat pasien datang ke IGD RSAY
os demam dan sudah tidak kejang, dari anamnesis didapatkan umur pasien 6
tahun, kejang didahului demam, kejang berlangsung <1 menit tidak berulang,
kejang umum, tonik-klonik, kejang berhenti sendiri, pasien tidak sadarkan diri
setalah kejang tidak lama langsung sadarkan diri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu tubuh 39,4°C, dan tidak ditemukan kelainan neurologis setelah
kejang. Dari hal yang diuraikan di atas sesuai dengan kriteria kejang demam
sederhana berdasarkan kriteria IDAI.

2. Apakah terapi pada pasien ini sudah tepat?


ya, sudah tepat
pada penatalaksanaan, pasien diberikan:

● Terapi saat kejang

-Diazepam stesolid per rectal 5 mg (Max 2x pemberian dengan interval 5 menit).

● Terapi di IGD

-Diazepam IV dosis 0,3-0,5 mg (jika kejang masih terjadi)

dengan BB: 25 kg

-Fenitoin 160mg/kali atau 2,5 ml (Jika kejang masih berlanjut)

● Terapi infus

- IVDF D5 ¼ NS 10 tpm.
● Antipiretik

● -Paracetamol tablet dosis 10-15mg Antibiotik


● Gentamicin dosis 2-2,5mg/kg/dosis 8 jam
● Antikonvulsan (Pengobatan Intermiten)
● Pemberian Diazepam Oral 3x sehari dosis 0,3mg/kgBB/tiap 8 jam,saat demam
dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam.
3. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?
Ya, sudah tepat
Berdasarkan alloanamnesis ibu pasien menyatakan bahwa pasien mengeluh
kejang dan demam berlangsung < 1 menit, tidak berulang dalam 24 jam.
4. Apakah kriteria pemulangan pasien pada kasus ini sudah tepat?
Ya, sudah tepat
Keadaan umum pasien sudah membaik, pasien sudah tidak demam dan tidak
timbul kejang berulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2017. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 2016. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2016.
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2015. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 2015. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai