Anda di halaman 1dari 7

Lex et Societatis, Vol. V/No.

3/Mei/2017

KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI PENDAHULUAN


KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA1 A. Latar Belakang
Oleh : Daniel Angkow2 Pembangunan Nasional yang meliputi segala
bidang dengan tujuan untuk mewujudkan
ABSTRAK masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk baik materil maupun spirituil yang merata
mengetahui bagaimana kedudukan ahli waris berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
menurut KUH Perdata dan bagaimana Dasar RI 1945. Pembangunan dalam bidang
penggolongan ahli waris menurut KUH Perdata. hukum merupakan salah satu sarana
Dengan menggunakan metode penelitian pendukung pembangunan nasional.3
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Kedudukan Indonesia adalah negara yang berdasar atas
Ahli waris menurut Hukum Perdata, yakni: ahli hukum (rechtstaat) dan bukan berdasar atas
waris diberi hak untuk berpikir lebih dulu untuk kekuasaan belaka (machtstaat), untuk itu
dapat menyelidiki keadaan warisan. Cara untuk pembangunan dibidang hukum mengarah
mempergunakan hak berpikir, dengan memberi kepada unifikasi dan kodifikasi hukum dengan
pernyataan kepada Pengadilan Negeri memperhatikan kesadaran hukum yang
Setempat. Setelah itu seorang ahli waris dapat berkembang ditengah-tengah masyarakat demi
menentukan sikapnya. Di dalam menentukan terciptanya keadilan dan kepastian hukum.4
sikap, ada tiga kemungkinan: menerima Hukum perdata di Indonesia masih bersifat
warisan secara murni, menerima secara pluralisme karena sampai saat ini masih berlaku
benefisier, atau dengan hak istimewa untuk hukum adat, hukum Islam dan hukum barat.
mengadakan pencatatan harta warisan, dan Hukum waris merupakan bagian dari hukum
menolak warisan. Ahli waris hanya bertanggung kekeluargaan yang memegang peranan
jawab terhadap utang-utang yang ditinggalkan penting, bahkan menentukan dan
si pewaris sepanjang harta warisan yang mencerminkan sistem kekeluargaan yang
ditinggalkan cukup untuk membayar utang itu. berlaku dalam masyarakat. Hukum waris sangat
Harta warisan terpisah dari harta kekayaan erat hubungannya dengan kehidupan manusia
pribadi ahli waris atau dengan kata lain tidak karena terkait dengan harta kekayaan dan
terjadi percampuran harta kekayaan (confusio) manusia yang satu dengan yang lainnya.5
antara kekayaan ahli waris dengan harta Kematian atau meninggal dunia adalah
warisan. 2. Penggolongan ahli waris menurut peristiwa yang pasti akan dialami oleh
Hukum Perdata (KUH Perdata) terdiri atas seseorang, karena kematian merupakan akhir
empat golongan. Golongan pertama terdiri dari dari perjalanan hidup seorang manusia. Jika
suami atau istri yang hidup terlalu lama orang yang meninggal dunia yang dikenal
ditambah anak atau anak-anak serta sekalian dengan pewaris meninggalkan keluarga dan
keturunan anak-anak tersebut. Golongan kedua harta kekayaan yang disebut warisan, dengan
terdiri atas ayah dan ibu (keduanya masih cara apa kita akan menyelesaikan atau
hidup), ayah atau ibu (salah satunya telah membagi warisan yang ditinggalkan oleh
meninggal dunia) dan saudara-saudari serta pewaris serta hukum apa yang akan diterapkan
sekalian keturunan saudara-saudari tersebut. untuk membagi warisan tersebut.6
Golongan ketiga terdiri atas kakek-nenek garis Hukum yang membahas tentang peralihan
ibu dan kakek-nenek garis atau pihak ayah. harta peninggalan, pengurusan dan kelanjutan
Golongan keempat terdiri dari sanak keluarga hak-hak dan kewajiban seseorang yang
pewaris dalam garis menyimpang sampai meninggal dunia, diatur dalam hukum waris.
derajat keenam dan derajat ketujuh karena Sistem hukum perdata di Indonesia yang
pergantian tempat. bersifat pluralisme (beraneka ragam), begitu
Kata kunci: Kedudukan ahli waris, Kitab juga dengan belum adanya unifikasi dalam
Undang-Undang Hukum Perdata.
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet.
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly V, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal. 3.
4
Sumbu, SH, MH; Dr. Grees Thelma Mozres, SH, MH Ibid.
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Ibid, hal. 4.
6
120711389 Ibid.

68
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

hukum waris di Indonesia yang merupakan 2) Menerima secara benefisier, atau dengan
bagian dari hukum perdata Indonesia, sehingga hak istimewa untuk mengadakan
sampai saat ini kita masih memakai tiga sistem pencatatan harta warisan, dan
hukum waris yang sudah ada sejak dahulunya, 3) Menolak warisan.
yaitu: hukum waris adat, hukum waris Islam Ketentuan Pasal 1024 KUHPerdata,
dan hukum waris Perdata Barat.7 menentukan hak berpikir diberikan selama 4
(empat) bulan, namun pengadilan dapat
B. RUMUSAN MASALAH memperpanjang atas dasar alasan yang
1. Bagaimana kedudukan ahli waris menurut mendesak satu atau beberapa kali. Dalam
KUH Perdata? praktik tidak banyak ahli waris menggunakan
2. Bagaimana penggolongan ahli waris haknya untuk berpikir. Biasanya langsung
menurut KUH Perdata? menentukan pilihan menerima dengan murni.
Pasal 1048 KUH Perdata, menyatakan
D. METODE PENULISAN bahwa: “Penerimaan suatu warisan dapat
Metode yang digunakan dalam penulisan dilakukan secara tegas atau dengan diam-diam,
skripsi ini adalah metode kepustakan (library terjadilah dengan tegas penerimaan itu jika
research). Metode ini digunakan dengan cara seorang di dalam suatu tulisan otentik atau
mempelajari setiap peraturan perundang- suatu tulisan di bawah tangan menamakan
undangan khususnya Kitab Undang-Undang dirinya waris atau mengambil kedudukan
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan sebagai demikian, dengan diam-diam terjadilah
peraturan-peraturan lainnya sebagai bahan penerimaan itu, jika seorang waris melakukan
hukum primer; kemudian menelaah berbagai suatu perbuatan, yang dengan jelas
buku-buku literatur yang memuat dan menunjukkan maksudnya untuk menerima
menyangkut tentang hukum waris yang berlaku warisan tersebut, dan yang memang hanya
di Indonesia yang merupakan bahan hukum dapat dilakukannya dalam kedudukannya
sekunder dalam penulisan ini, kemudian sebagai waris. Ahli waris atau para ahli waris
menelaah berbagai artikel dan kamus hukum yang menerima warisan secara murni, baik
sebagai bahan hukum tersier dalam secara diam-diam maupun dengan tegas,
kelengkapan metode penulisan ini. bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kewajiban yang melekat pada harta warisan,
PEMBAHASAN artinya ahli waris harus menanggung segala
A. Kedudukan Ahli Waris Menurut Hukum macam utang-utang si pewaris. Aktiva atau
Perdata harta kekayaan dan passiva atau utang, dengan
Menurut pendapat penulis, Pasal 1023 Kitab sendirinya berpindah kepada ahli waris.9
Undang-Undang Hukum Perdata, para ahli Ketentuan Pasal 1055 Kitab Undang-Undang
waris diberi hak untuk berpikir lebih dulu untuk Hukum Perdata dinyatakan bahwa: “hak untuk
dapat menyelidiki keadaan warisan. Selama ahli menerima warisan secara murni, lewat waktu
waris menyelidiki keadaan harta warisan atau daluwarsa setelah 30 (tiga puluh) tahun,
mereka dapat melakukan pembagian warisan terhitung sejak hari terbukanya warisan, asal
untuk dapat disampaikan kepada yang berwajib sebelum maupun sesudah lewat jangka waktu
atau yang berkepentingan. tersebut, warisannya telah diterima oleh salah
Cara untuk mempergunakan hak berpikir, seorang dari mereka yang oleh undang-undang
dengan memberi pernyataan kepada atau oleh suatu wasiat ditunjuk sebagai waris,
Pengadilan Negeri Setempat. Setelah itu namun dengan tidak mengurangi hak-hak pihak
seorang ahli waris dapat menentukan ketiga atas warisan tersebut, yang diperoleh
sikapnya.8 Di dalam menentukan sikap, ada tiga karena suatu alasan yang sah.” Apabila sudah
kemungkinan: menyatakan menerima dengan murni, maka
1) Menerima warisan secara murni, tidak mungkin lagi menerima dengan
benefisier. Akan tetapi ahli waris yang sudah
7
Ibid, hal. 5.
8 9
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Djajah S. Meliala, Hukum Perdata dalam Perspektif BW,
Pembuktian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Edisi Revisi ke-II Cet. II, Nuansa Aulia, Bandung, 2013, hal.
Perdata (BW), Bina Aksara, Jakarta, 1983, hal. 56. 218.

69
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

menerima secara benefisier, ia masih dapat telah jatuh meluang warisan tersebut,
menerima secara murni. Ahli waris yang sudah pernyataan mana akan dibukukan dalam suatu
menerima secara murni atau benefisier tidak register yang disediakan untuk itu”.
dapat lagi menolak warisan.10 Pasal 1056 KUH
Perdata, menyatakan bahwa: “si waris yang B. Penggolongan Ahli Waris Menurut Hukum
sudah menolak warisannya masih juga dapat Perdata
menerimanya, selama warisan itu belum Pendapat penulis bahwa, menurut Kitab
diterima oleh mereka yang ditunjuk oleh Undang-Undang Hukum Perdata ada urutan-
undang-undang atau wasiat, dengan tidak urutan tertentu mengenai siapa-siapa saja yang
mengurangi hak-hak pihak ketiga.” berhak untuk mewaris. Hukum perdata kita
Ahli waris yang sudah menolak warisan, mengenal adanya empat golongan ahli waris
tidak dapat lagi menerima dengan cara yang secara bergilir berhak atas harta
bagaimana pun juga, kecuali jika harta warisan peninggalan si pewaris. Adapun penggolongan
belum dibagi, ia masih dapat menerimanya. ahli waris yang dimaksudkan di atas adalah :
Menurut Pasal 1032, “hak istimewa untuk 1. Golongan kesatu.
mengadakan pendaftaran harta peninggalan Suami atau isteri yang hidup terlama serta
membunyai akibat: anak-anak sah maupun anak luar kawin yang
1) Bahwa si waris tidak diwajibkan membayar diakui dan keturunannya. Menurut Pasal 852
utang-utang dan beban-beban warisan yang B.W disebutkan bahwa yang menjadi ahli waris
melebihi jumlah harga benda-benda yang golongan I adalah anak-anak atau sekalian
termasuk warisan itu, dengan menyerahkan keturunannya. Dari ketentuan tersebut yang
semua benda yang termasuk warisan menjadi ahli waris adalah anak-anak sekalian
kepada kekuasaan para berpiutang. keturunannya, artinya jika anak-anak dari
2) Bahwa benda-benda pribadi si waris tidak golongan I meninggal maka akan digantikan
dicampur dengan benda-benda warisan, dan oleh sekalian keturunannya.11
bahwa ia tetap berhak menagih piutang- Jika anak-anak masih hidup pada saat
piutangnya pribadi dari warisan.” warisan dibagi maka sekalian keturunan dari
Ahli waris hanya bertanggung jawab anak-anak tidak dapat mewaris karena tertutup
terhadap utang-utang yang ditinggalkan si oleh orang tuanya. Yang dimaksud dengan
pewaris sepanjang harta warisan yang anak-anak luar kawin oleh Undang-Undang di
ditinggalkan cukup untuk membayar utang itu. tentukan dan diatur tersendiri. Anak-anak yang
Harta warisan terpisah dari harta kekayaan mewarisi sebagai pengganti dari ayah atau ibu
pribadi ahli waris atau dengan kata lain tidak mewarisi pancang demi pancang. Yang
terjadi percampuran harta kekayaan (confusio) dimaksud dengan pancang adalah semua anak
antara kekayaan ahli waris dengan harta dari seorang yang berhak mewarisi, tetapi telah
warisan. meninggal lebih dahulu.
Ahli waris dapat memilih salah satu dari tiga Berkaitan dengan anak adopsi, menurut
kemungkinan sebagaimana yang ditentukan Prof. Ali Afandi menyatakan bahwa anak adposi
dalam Pasal 1023 KUH Perdata, bahwa: “Semua berkedudukan dalam hukum sama seperti anak
orang yang memperoleh hak atas suatu yang lahir dalam perkawinan orang yang
warisan, dan ingin menyelediki keadaan harta mengadopsinya. Hal ini terdapat di kalangan
peninggalan, agar mereka dapat orang Indonesia keturunan Cina. Jadi, dia
mempertimbangkan, apakah akan bermanfaat disamakan dengan anak kandung sebagai ahli
bagi mereka, untuk menerima warisan itu waris yang mengadopsinya. Akan tetapi Kitab
secara murni, atau dengan hak istimewa untuk Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
mengadakan pendaftaran harta peninggalan, sendiri tidak mengenai adopsi.12
atau pula untuk menolaknya, mempunyai hak Ketentuan Pasal 852 a KUH Perdata bahwa:
untuk memikir, dan tentang itu mereka harus bagian seorang istri atau suami jika ada anak
melakukan suatu pernyataan di kepaniteraan dari perkawinannya dengan orang yang
Pengadilan Negeri, yang di dalam wilayahnya
11
Efendi Perangin, Hukum Waris, Cet. XIV, PT. Raja
10
Eman Suparman, Intisari Hukum Waris Indonesia, Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 29.
12
Armico, bandung, 1985, hal. 41. Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, hal. 214.

70
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

meninggal dunia atau pewaris sama dengan mempunyai dua orang saudara, yang
bagian seorang anak. Jika perkawinan itu bukan mendapat dua pertiga lebihnya.
perkawinan pertama dan dari perkawinan 3) Ayah atau ibu mendapat seperempat dari
terdahulu ada juga anak, bagian dari suami atau harta warisan jika yang meninggal itu
istri tidak boleh lebih dari bagian terkecil dari mempunyai lebih dari dua orang saudara,
anak-anak pewaris itu. yang mendapat tiga perempat lebihnya.13
Bagaimanapun juga seorang istri atau suami Jika ayah dan ibu telah meninggal dunia,
tidak boleh mendapat bagian lebih dari seluruh harta warisan menjadi bagian saudara-
seperempat harta warisan. Yang dimaksud saudara seperti yang dituliskan dalam Pasal
dengan terkecil itu adalah bagian dari seorang 856, bahwa apabila seorang meninggal dunia
anak yang dengan ketetapan surat wasiat dapat dengan tidak meninggalkan keturunan maupun
berbeda-beda, asal tidak kurang dari legitieme suami atau istri sedangkan baik bapak maupun
portie. Selanjutnya dalam Pasal 852b KUH ibunya telah meninggal lebih dahulu, maka
Perdata ditentukan bahwa: jika istri atau suami seluruh warisan adalah hak sekalian saudara
mewaris bersama dengan orang lain dari pada laki dan perempuan si meninggal.
anak-anak atau keturunannya dari perkawinan Pembagian antara semua saudara adalah
yang dulu, dia dapat menarik seluruh atau sama jika mereka itu mempunyai ayah dan ibu
sebagian perabot rumah tangga dalam yang sama. Menurut ketentuan Pasal 857 KUH
kekuasaannya. Perdata, apabila mereka berasal dari
Orang-orang lain dari pada anak-anak itu perkawinan yang berlainan (ayah sama, tetapi
adalah orang yang menjadi ahli waris karena lain ibu atau ibu sama, tetapi lain ayah), setelah
ditetapkan dengan surat wasiat. Harga perabot ayah dan ibu meninggal dunia, harta warisan
rumah tangga itu harus dikurangkan dari bagian dibagi dua:
warisan istri atau suami itu. Jika harganya lebih a. Bagian yang kesatu adalah bagian bagi garis
besar dari pada harga warisannya, harga ayah.
kelebihan itu harus dibayar lebih dulu kepada b. Bagian yang kedua adalah bagian bagi garis
kawan-kawannya. ibu.
2. Golongan kedua. c. Saudara-saudara yang mempunyai ayah dan
Orang tua (ayah dan ibu) serta saudara- ibu yang sama mendapat bagian bagi garis
saudara sekandung serta anak keturunannya. ayah dan bagian dari garis ibu.
Pasal 854 ayat (1) KUH Perdata menyatakan d. Saudara-saudara yang seayah mendapat
bahwa apabila seseorang meninggal dunia bagian dari bagian garis ayah saja.
tanpa meninggalkan keturunan maupun e. Saudara-saudara yang seibu mendapat
suami/isteri yang hidup terlama, sedangkan bagian dari bagian garis ibu saja.
bapak dan ibunya yang masih hidup akan Apabila orang yang meninggal dunia itu
menjadi ahli waris dari anaknya yang telah tidak meninggalkan keturunan istri atau suami,
meningggal dunia tersebut. ataupun saudara, sedangkan ayah atau ibunya
Ketentuan Pasal 854 KUH Perdata juga dapat masih hidup, ayah atau ibunya yang masih
disimpulkan bahwa ayah atau ibu dan saudarah hidup itu mewarisi seluruh warisan anaknya
dari pewaris akan mewarisi harta kekayaan yang meninggal dunia itu. Seperti yang
pewaris kepala demi kepala. Selanjutnya, dalam disebutkan dalam Pasal 859 KUH Perdata,
Pasal 855 KUH Perdata ditentukan bahwa bahwa: bapak atau ibu sendiri yang hidup
apabila orang yang meninggal dunia itu tanpa terlama, mewarisi seluruh warisan dari anaknya
meninggalkan keturunan ataupun istri atau yang meninggal dunia dengan tak
suami, sedangkan ayah atau ibunya masih meninggalkan keturunan, maupun suami atau
hidup, maka: istri, maupun pula saudara laki-laki atau
1) Ayah atau ibu mendapat seperdua dari perempuan.14
harta warisan jika yang meninggal itu 3. Golongan ketiga.
hanya mempunyai seorang saudara, yang Kakek dan Nenek serta keluarga dalam satu
mendapat seperdua lebihnya. garis lurus ke atas dari pada si pewaris. Apabila
2) Ayah atau ibu mendapat sepertiga dari
13
harta warisan jika yang meninggal itu Ibid, hal. 215.
14
Ibid, hal. 216.

71
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

ahli waris golongan I dan golongan II tidak ada, Keluarga garis kesamping sampai derajat
maka yang berhak mewaris adalah golongan III keenam.18 Menurut Pasal 858 ayat (1) KUH
yang terdiri dari sekalian keluarga sedarah Perdata dalam hal tidak ada saudara (golongan
dalam garis lurus ke atas, baik dari garis ibu II) dan sanak saudara dalam salah satu garis
maupun dari garis ayah.15 lurus ke atas (golongan III), maka setengah
Hal ini ditentukan dalam Pasal 853 KUH bagian warisan (di-koving) menjadi bagian
Perdata bahwa yang dimaksud dengan keluarga sekalian keluarga sedara dalam garis lurus ke
dalam garis ayah dan ibu lurus ke atas adalah: atas yang masih hidup (kelompok ahli waris
kakek dan nenek, baik dari ayah maupun dari dalam garis yang satu), sedang setengah bagian
ibu dan seterusnya. Apabila terjadi pewarisan lagi menjadi bagian dari para sanak saudara
oleh ahli waris golongan III maka otomatis akan dalam garis yang lain.
terjadi kloving. Para sanak saudara dalam garis yang lain
Yang dimaksud dengan kloving adalah adalah para paman dan bibi dan sekalian
bahwa dalam tiap-tiap bagian (garis), pewarisan keturunan dari paman dan bibi yang telah
dilaksanakan seakan-akan merupakan satu meninggal dunia terlebih dahulu. Mereka inilah
kesatuan yang berdiri sendiri. Konsekuensi dari yang dimaksud sebagai ahli waris golongan IV.
kloving adalah dalam garis yang satu mungkin Sama halnya dengan pewarisan oleh ahli waris
ada ahli waris yang lebih jauh derajad golongan III, jika terjadi pewarisan oleh ahli
hubungan darahnya dengan pewaris waris golongan IV maka dilakukan kloving
dibandingkan dengan ahli waris dalam garis terhadap harta warisan.19
yang lain. Demikian bisa saja terjadi ahli waris
Akan tetapi apabila dalam salah satu garis golongan III mewaris bersama-sama dengan
tidak ada anggota keluarga sedarah yang ahli waris golongan IV, maka harta warisan
mewaris, baik dari garis ayah atau garis ibu, tetap di-kloving dan dibagi menurut masing-
maka warisan tersebut bersatu kembali dan masing dari garis warisnya tersebut. Kloving
diwarisi oleh anggota keluarga sedarah dari atas harta warisan dilakukan apabila ahli waris
garis yang lain. Menurut Pasal 853 dan 858 KUH golongan I dan golongan II tidak ada.
Perdata, apabila yang meninggal dunia itu tidak Jadi apabila si pewaris tidak meninggalkan
meninggalkan, baik keturunan istri atau suami, ahli waris golongan kesatu dan ahli waris
saudara-saudara, maupun orang tua, harta golongan kedua, maka harta peninggalannya
warisan jatuh pad kakek dan nenek.16 akan jatuh kepada ahli waris golongan ketiga
Dalam hal ini, warisan dibagi menjadi dua yaitu sekeluarga sedarah dalam garis lurus ke
bagian, satu bagian diberikan kepada kakek dan atas. Dalam hal ini, harta peninggalan si pewaris
nenek yang menurunkan ibu. Apabila kakek dan harus dibagi dua bagian yang sama besarnya
nenek tidak ada, harta warisan jatuh pada yaitu satu bagian untuk sekalian keluarga
orang tua kakek atau nenek, bagian warisannya sedarah dalam garis bapak lurus keatas dan
yang masih hidup. Ahli waris terdekat satu bagian lainnya untuk sekalia keluarga
derajatnya dalam garis lurus ke atas mendapat sedarah dalam garis ibu lurus keatas.
setengah warisan dalam garisnya dengan Jika ahli waris golongan tiga ini pun tidak
menyampingkan semua ahli waris lainnya. ada, maka harta peninggalan si pewaris akan
Semua keluarga sedarah dalam garis keturunan jatuh kepada keluarga sedarah garis
lurus ke atas dalam derajat yang sama menyimpang sampai derajat keenam. Apabila si
mendapat bagian warisan orang demi orang pewaris meninggalkan ahli waris golongan
(bagian yang sama).17 kesatu, maka ahli waris golongan kedua, ketiga,
4. Golongan keempat. dan keempat. Tidak menjadi ahli waris (tidak
berhak mewaris) dan jika si pewaris tidak
meninggalkan ahli waris golongan kesatu, maka
barulah ahli waris golongan kedua mewaris,

18
Ali Afandi, Hukum Waris, menurut Kitab Undang-Undang
15
J. Andy Hartanto, Op-Cit, hal. 18. Hukum Perdata, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada,
16
Ibid, hal. 18. Yogyagkarta, 1964, hal. 32
17 19
Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, hal. 216. J. Andy Hartanto, Op-Cit, hal. 20.

72
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

sedangkan ahli waris golongan ketiga dan dengan hukuman penjara lima tahun
keempat tidak berhak mewaris dan begitulah lamanya atau hukuman yang lebih berat.
seterusnya. c. Mereka yang dengan kekerasan telah
Dapatlah diambil satu kesimpulan bahwa mencegah bewaris membuat atau mencabut
ahli waris golongan yang terdahulu menutup surat wasiat.
kemungkinan mewaris dari ahli waris golongan d. Mereka yang telah menggelapkan, merusak,
yang terkemudian. Apabila semua orang yang atau memalsukan surat wasiat pewaris.
berhak mewaris tidak ada lagi, seluruh harta
warisan dapat dituntut oleh anak luar kawin PENUTUP
yang diakui. Bilamana si pewaris tidak A. Kesimpulan
meniggalkan ahli waris golongan kesatu sampai 1. Kedudukan Ahli waris menurut Hukum
dengan ahli waris golongan keempat, maka Perdata, yakni: ahli waris diberi hak untuk
seluruh harta peninggalan si pewaris jatuh berpikir lebih dulu untuk dapat menyelidiki
kepada negara. keadaan warisan. Cara untuk
Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun mempergunakan hak berpikir, dengan
1974 tentang Perkawinan, maka pewarisan memberi pernyataan kepada Pengadilan
anak luar kawin walaupun diakui, tidak relevan Negeri Setempat. Setelah itu seorang ahli
lagi. Undang-Undang Perkawinan ini hanya waris dapat menentukan sikapnya. Di dalam
mengatur anak sah dan anak tidak sah (luar menentukan sikap, ada tiga kemungkinan:
kawin). Anak sah adalah ahli waris, sedangkan menerima warisan secara murni, menerima
anak tidak sah (di luar kawin) hanya berhak secara benefisier, atau dengan hak istimewa
mewaris dari ibu yang melahirkannya dan untuk mengadakan pencatatan harta
keluarga sedarah dari ibunya.20 warisan, dan menolak warisan. Ahli waris
Penguasaan negara terhadap harta warisan hanya bertanggung jawab terhadap utang-
ini biasanya dilakukan oleh Balai Harta utang yang ditinggalkan si pewaris
Peninggalan, dan dianggap sebagai pendapatan sepanjang harta warisan yang ditinggalkan
negara bukan pajak. Dalam praktik sangat cukup untuk membayar utang itu. Harta
jarang harta warisan jatuh kepada negara. warisan terpisah dari harta kekayaan pribadi
Apabila seseorang tidak mempunyai keturunan ahli waris atau dengan kata lain tidak terjadi
atau tidak mempunyai ahli waris dalam semua percampuran harta kekayaan (confusio)
golongan, biasanya orang tersebut (selaku antara kekayaan ahli waris dengan harta
pewaris) membuat suatu surat wasiat yang warisan.
berisi siapa saja yang akan mewarisi harta 2. Penggolongan ahli waris menurut Hukum
peninggalannya jika kelak dia meninggalkan Perdata (KUH Perdata) terdiri atas empat
dunia. golongan. Golongan pertama terdiri dari
Ahli waris berhak atas harta warisan, dia suami atau istri yang hidup terlalu lama
tidak patut menerima harta warisan dari ditambah anak atau anak-anak serta
pewaris jika dia melakukan perbuatan tidak sekalian keturunan anak-anak tersebut.
patut terhadap pewaris. Orang tidak patut Golongan kedua terdiri atas ayah dan ibu
menjadi ahli waris menurut pasal 838 KUH (keduanya masih hidup), ayah atau ibu
Perdata sehingga dia dikecualikan dari (salah satunya telah meninggal dunia) dan
pewarisan adalah: saudara-saudari serta sekalian keturunan
a. Mereka yang telah dihukum karena saudara-saudari tersebut. Golongan ketiga
dipersalahkan telah membunuh atau terdiri atas kakek-nenek garis ibu dan kakek-
mencoba membunuh pewaris. nenek garis atau pihak ayah. Golongan
b. Mereka yang dengan putusan pengadilan keempat terdiri dari sanak keluarga pewaris
dipersalahkan karena dengan fitnah telah dalam garis menyimpang sampai derajat
mengadukan pewaris bahwa pewaris telah keenam dan derajat ketujuh karena
melakukan suatu kejahatan yang diancam pergantian tempat.

B. Saran
20
Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, hal. 217.

73
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

1. Perlu diperjelas lagi mengenai kedudukan Perangin, Efendi, Hukum Waris, Cet. XIV, PT.
dari seorang ahli waris yang terdapat dalam Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Warisan di
dengan cara pembuatan Undang-Undang Indonesia, Sumur Bandung, Bandung,
atau Peraturan lainnya oleh legislator. Selain 1966.
hukum waris Islam dan hukum waris Adat, _________, Hukum Warisan di Indonesia, Cet.
selama ini ketentuan mengenai kedudukan VI, Sumur, Bandung, 1974.
ahli waris yang menurut hukum perdata Pudjosewojo, Kusumadi, Pedoman Pelajaran
hanya terdapat pada Kitab Undang-Undang Tata Hukum Indonesia, Cet. VIII, Sinar
Hukum Perdata saja, belum ada peraturan Grafika, Jakarta, 1997.
lainnya yang mengatur tentang ahli waris. Ramulyo, Moh. Idris, Beberapa Masalah
2. Pemerintah, Legislatif. Atau Ahli Hukum Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata
harus menciptakan unifikasi dibidang hukum Barat, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.
waris yang ada di Indoensia untuk menuju Satrio, J., Hukum Waris, Citra Aditya Bakti,
kodifikasi hukum hingga dapat mewujudkan Bandung, 1990.
hukum waris nasional. Sjarif dan Nurul Elmiyah, Surini Ahlan, Hukum
Kewarisan Perdata Barat Kencana,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta, 2006.
1. Literatur Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Perdata: Hukum Beenda, Liberty,
Hukum Pembuktian Menurut Kitab Jogyakarta, 1981.
Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Subekti, R., Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet.
Bina Aksara, Jakarta, 1983. XXX, Internusa, Jakarta, 2002.
_________, Hukum Waris, menurut Kitab Suparman, Eman, Intisari Hukum Waris
Undang-Undang Hukum Perdata, Indonesia, Armico, bandung, 1985.
Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu
Yogyagkarta, 1964. Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Amanat, Anisitus, Membagi Warisan 1999.
Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Tengker, F., Hukum Waris Buku Kesatu (Seri
Perdata BW, PT. Raja Grafindo Persada, Pitlo), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
Jakarta, 2000. 1996.
Hartono Hadisoeprapto, Pengatar Tata Hukum Tikok, Sumbodo, Hukum Tata Negara, Eresca,
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1999. Bandung, 1988.
Hartanto, J. Andi, Hukum Wari: Kedudukan dan Tutik, Titik Triwulan, Pengantar Hukum Perdata
Hak Waris Anak Luar Kawin Menurut di Indonesia, Prestasi Pustaka Publisher,
Burgerlijk Wetboek Pasca Putusan Jakarta, 2006.
Mahkamah Konstitusi, Laksbang
Justitia, Surabaya, 2015. 2. Undang-Undang
HS, Salim,Pengantar Hukum Perdata Tertulis Undang-Undang Dasar Negara Republik
(BW), Cet.IX, Sinar Grafika, Jakarta, Indonesia Tahun 1945.
2014. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Joniarto, Hukum Tata Negara, Liberty, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Yogyakarta, hal. 5.
Meliala, Djajah S., Hukum Perdata dalam
Perspektif BW, Edisi Revisi ke-II Cet. II,
Nuansa Aulia, Bandung, 2013.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum
(Suatu Pengantar), Cet. 1, Liberty,
Yogyakarta, 1986.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata
Indonesia, Cet. V, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2014.

74

Anda mungkin juga menyukai