Perbedaan Mediasi Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Dengan
Peraturan Mahkamah Agun Nomor 1 Tahun 2016 dan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2004
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, mediasi tidak disebutkan secara definitif pada ketentuan umum, maupun pasal lainnya. Tetapi, terdapat bagian yang menyebutkan bahwa, penyelesaian sengketa atau beda pendapat dapat diselesasikan dengan cara yang disepakati para pihak, yakni cara di luar pengadilan, salah satunya adalah mediasi. Jadi, berdasarkan UU No 30 1999 ini, menjelaskan bahwa mediasi menjadi salah satu metode di luar pengadilan, untuk menyelesaikan sengketa, atau beda pendapat. Sedangkan dalam UU No 2 2004 tentang Hubungan Industrial, mediasi hanya dijelaskan sebagai salah satu cara untuk penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja. Jadi di dalam UU No 2 Tahun, hanya mediasi pada hubungan industrial yang diatur di dalamnya. Selain itu, mediasi menurut Perma No 1 2016, menyatakan bahwa, mediasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa, melalui serangkaian proses perundingan untuk mendapatkan kesepakatan dari para pihak, yang dibantu oleh mediator. Jadi, berdasarkan UU No 30 1999, mediasi disebutkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa, sedangkan dalam Perma No 1 2016, tidak terdapat kata alternatif, yang artinya mediasi termasuk ke dalam cara utama.