OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086
A. JUDUL
Dhoho RSUD Prof. Dr. Soekandar , Surabaya . Jurnal ini diteliti oleh Herlina
B. FAKTA
Nyeri dada pada pasien Infark miokard akut dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1) Sebagian besar (70,6%) pasien IMA mengalami tingkat nyeri dada sedang
2) Sebagian besar (88,2%) pasien IMA masih mengalami tingkat nyeri dada
relaksasi nafas dalam terhadap nyeri dada pasien IMA di ruang Dhoho RSUD
Oleh karena itu disarankan pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) yang
sedang mengalami nyeri dada sedang atau berat, yang tidak bisa diatasi
menerapkan teknik relaksasi nafas dalam pada saat nyeri berlangsung, untuk
pemberian terapi medis, sehingga pasien tidak masuk dalam tingkat nyeri
Pasien IMA dengan hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test
terhadap nyeri dada pasien IMA di ruang Dhoho RSUD Prof. Dr. Soekandar
sebagian besar (82,4%) nyeri dada pasien IMA tetap ada. Pasien IMA yang
Dari hasil observasi pengukuran tingkat nyeri dada sebelum dan sesudah
pasien (17,6%) yang mengalami penurunan nyeri dada dari tingkat nyeri berat
C. TEORI
dengan angka mortalitas 220.000 (14%) (Joewono Budi S. 2003). Nyeri dada
Sebagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan
oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat
lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada, mengenai lokasi, penyebaran,
lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Infark
miokard akut atau dikenal juga sebagai serangan jantung atau serangan
tiba akibat pecahnya plak lemak aterosklerosis pada arteri koroner, yang
nyeri pada IMA secara mandiri maupun kolaborasi dengan menggunakan dua
meliputi: stimulus dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf
elektris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik
nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru
sifatnya kronis (Priharjo, 1993), sehingga pada nyeri IMA yang sifatnya akut,
tehnik relaksasi napas dalam kurang membantu dalam penurunan nyeri, hal ini
napas dalam dan observasi perubahan tingkat nyeri dada seharusnya diberikan
satu waktu saja sehingga belum diketahui hasil yang maksimal, yang
dalam penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan artinya pemberian
nyeri dada pada pasien IMA. Padahal dalam teori disebutkan bahwa tehnik
relaksasi napas dalam, dapat membantu mengurangi nyeri, sehingga membuat
pasien merasa nyaman, tidak gelisah. Pada saat relaksasi, sel-sel otot jantung
sehingga kebutuhan darah dan oksigen tercukupi (Brunner & Suddarth, 2002).
Hal ini dapat memperbaiki arteri koronaria yang mengalami iskemik dapat
infark dapat dicegah. Hal ini juga dapat disebabkan pada pasien yang
medis yang cepat dan tepat, seperti pemberian morfin dan perlunyareperfusi
D. OPINI
merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh penyakit jantung
Infark miokard akut atau dikenal juga sebagai serangan jantung atau
secara tiba-tiba akibat pecahnya plak lemak aterosklerosis pada arteri koroner,
yang mengakibatkan terbentuknya sumbatan atau oklusi sehingga memutuskan
Padahal dalam teori disebutkan bahwa tehnik relaksasi napas dalam, dapat
gelisah. Pada saat relaksasi, sel-sel otot jantung yang mengalami vasokonstriksi
darah dan akan meningkatkan aliran darah sehingga kebutuhan darah dan
oksigen tercukupi (Brunner & Suddarth, 2002). Hal ini dapat memperbaiki
memerlukan terapi farmakologi dan terapi medis yang cepat dan tepat, seperti
perluasan infark.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Vol 1, Edisi 8, Jakarta:
EGC, hal 218.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah vol 2, Edisi 8, Jakarta:
EGC, hal 788
Priharjo R. 1996. Keperawatan Nyeri, Jakarta: EGC, hal 42. Patricia& Perry.
2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7, Jakarta:
Salemba Medika, hal 225. Prasetyo, SN. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan
Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 41-49.
Soeharto, Iman. Serangan Jantung dan Stroke hubungannya dengan lemak dan
kolesterol. Edisi kedua. Jakarta: Gramedia hal 23
ANALISA JURNAL KEPERAWATAN
OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086
A. JUDUL
D. OPINI
Asma ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak
napas dan rasa berat. Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai berat
dan mengancam kehidupan.
Dengan melatih otot-otot pernafasan akan meningkatkan fungsi otot
respirasi, beratnya gangguan pernafasan akan berkurang, dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas, serta dapat menurunkan gejala dispnea.
Oleh sebab itu dengan melatih otot-otot pernafasan berulang kali secara
teratur dan rutin dapat membantu seseorang meningkatkan fungsi otot
respirasi, mengurangi beratnya gangguan pernafasan, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas, dan menurunkan gejala dyspnea, sehingga dapat terjadi
peningkatan perfusi dan perbaikan kinerja alveoli untuk mengefektifkan difusi
oksigen yang akan meningkatkan kadar O2 dalam paru dan terjadi
peningkatan pada saturasi oksigen.
ANALISA
JURNAL KEPERAWATAN
OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086
A. JUDUL
Astowo. Pudjo 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi
Ariosta, Indranila, Indrayani. 2017. Prediksi Nilai Analisa Gas Darah Arteri.
Gandhi. Semarang.
Farhan AR, Calcarina FRW, Bhisrowo YP. Aplikasi Klinis Analisis Gas Darah
Pendekatan Stewart Pada Periode Perioperatif. Vol 3, No 1 2015.
WHO. 2018. Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control CVDs
Joint Publication of the World Health Organization the World Heart
Federation and the World Stroke Organization.
http://www.who.int.com. diakses 2 Januari 2020
LEMBAR KONSUL
NIM : 14901.08.21086
OLEH:
DIAN AGUS M , S.ST
ANALISA
JURNAL KEPERAWATAN
A. JUDUL
perawat. Peneliti Cristiani Dewi Mayasari Prodi S-1 Keperawatan STIKes St.
B. FAKTA
yang mudah bagi para perawat. Hal ini terutama berkaitan dengan persepsi
yang berbeda dari para pasien tentang nyeri yang sedang dialaminya.
mendiagnosa dan menangani rasa nyeri dari pasien. Oleh karena itu, salah satu
hal yang perlu bagi perawat dalam menangani rasa nyeri pasien adalah
panas, stimulasi saraf elektris transkutan, hipnosis, guided imagery dan musik.
C. TEORI
QQQ. OPINI
terhadap Inkontinensia Urin Pada Pasien TURP. Karena pada tindakan TURP
maka post TURP dapat terjadi gangguan untuk mengontrol proses miksi
floor exercise berbasis rumah, tanpa pengawasan efektif pada pasien dengan
stress incontinensia urine dan mixed incontinensia urine. Dan tujuan latihan
Perbesar
Perbesar
Perbesar
Perbesar
Perbesar
d. 1⁄5
11. Pecahan 1⁄2 sering juga disebut ….
a. Sepertiga
b. seperempat
c. Setengah
d. Sebagian
12. 1⁄6 ….. 1⁄2. Tanda yang tepa untuk mengisi titik-titik di
samping adalah ….
a. <
b. =
c. >
d. /
13. 4⁄8 ….. 1⁄8 . Tanda yang tepa untuk mengisi titik-titik di
samping adalah ….
a. <
b. =
c. >
d. /
14. Urutan yang benar pecahan di bawah ini dari yang
terkecil adalah ….
a. 1⁄2 , 1⁄3 , 1⁄4
b. 1⁄2 , 1⁄4 , 1⁄3
c. 1⁄4 , 1⁄2 , 1⁄3
d. 1⁄4 , 1⁄3 , 1⁄2
15. Ali mempunyai tali sepanjang 1⁄5 meter , Bayu sepanjang
1⁄5 meter , Budi sepanjang 1⁄2 meter, dan Rudi sepanjang 1⁄8
meter. Tali yang paling panjang adalah milik ….
ADVERTISEMENT
a. Ali
b. Bayu
c. Budi
c. Rudi
16. Bila 1 dikurangi 1⁄3 hasilnya adalah ….
a. 2⁄3
b. 1⁄3
c. 3⁄3
d. 3⁄2
17. 5⁄6 – 1⁄6 = ….
Hasil dari operasi hitung pecahan di atas adalah ….
a. 1⁄6
b. 4⁄0
c. 4⁄6
d. 5⁄6
18. Bu Rina baru saja membelah semangka miliknya
menjadi 10 bagian. Ada dua bagian yang dimakan oleh anak
bu rina. Sisa semangka Bu Rina tinggal ….
a. 2⁄10
b. 3⁄10
c. 1⁄10
d. 8⁄10
19. Rini mempunyai 1 kg tepung terigu. Rini telah
menghabiskan tepungnya sebanyak 3⁄5 kg. Sisa tepung
terigu Rini adalah ….
a. 1⁄5
b. 2⁄5
c. 3⁄5
d. 4⁄5
ADVERTISEMENT