Anda di halaman 1dari 23

SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Pembangunan Prasarana Air


Bersih RSUD Tais Seluma
Lokasi : Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kab.Seluma
Kabupaten/Kota : Seluma
Tahun Anggaran : 2021

Pasal 1
URAIAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Rencana kerja

1) Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan pemborong harus menyusun Rencana kerja


secara terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (time scheddule) dan diajukan kepada
pembiri Tugas/Pengguna Jasa pekerjaan selambat-lambatnya. 7 (tujuh) hari kalender
setelah penunjukan pemenang untuk disetujui.

2) Setelah disetujui jadwal pekerjaan (time Schedule) tersebut harus dicetak dan diserahkan
kepada pemberi Tugas/Pengguna Jasa pekerjaan sedangkan cetakan laiannya harus selalu
terpampang/ditempelkan ditempat pekerjaan (Dereksi keet) dan juga lampiran dokomen
kontrak.

3) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat-alat, bahan bangunan,dan


tenaga kerja.

4) Peralatan dan sebagainya yang pada umumnya langsung/tidak langsung termasuk usaha
menyelesaikan dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dalam keadaan sepurna/lengkap,
juga dimasukan disini adalah pekerjaan yang dilaksanakan semua atau sebagian,
selanjutnya harus sesuai petunjuk-petunjuk serta pengawasan Deriksi.

5) Rencana kerja ini akan dipakai oleh pemberi tugas/konsultan pengawasan sebagai dasar
untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, keterlambatan dan
perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh kotraktor.

b. Pelaksanaan dan gambar pelaksanaan

1) Pehitungan volume, kontraktor diwajibkan meneliti semua ukuran gambar, RKS sebelum
menawar pekerjaan, apabila terjadi perbedaan kantraktor bisa menayakan pada waktu
Aanwijzing.

2) Kontraktor diminta menghitung ulang volume yang akan ditawar seteliti mungkin, sesuai
yang tercantum dalam gambar kerja dan RKS, kontraktor hanya dipandu dengan item-
item pekerjaan yang akan dilaksanakan.

3) Apabila ada perbedaan antar bestek (RKS) dengan gambar, maka kontraktor diwajibkan
menyampaikan kepada Deriksi/pengawas pekerjaan diadakan perbaikan.
4) Segala akibat dari kelalaian pemborong dalam ketelitian, menjadi tanggung jawab
pemborong

5) Pemborong harus memeriksa dan meneliti ulang ukuran-ukuran satu sama lain yang
tertera dalam gambar, serta penyesuaian dengan keadaan di lapangan. Pemborong harus
memberitahukan kepada Pengguna Jasa, bilamana terdapat ukuran-ukuran yang tidak
cocok, untuk dimintakan persetujuan Pengguna Jasa. Segala akibat dari kelalaian
pemborong dalam melaksanakan ketelitian ukuran ini menjadi tanggung jawab
pemborong

6) Ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, dan pemborong wajib memeriksa kembali
ukuran-ukuran tersebut. Di dalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran-ukuran
yang keliru, pemborong harus bertanggung jawab sepenuhnya. Apabila terdapat
ketidakcocokan ukuran menurut gambar, pemborong harus memberitahukan untuk
mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa, demikian juga dalam penyimpangan terhadap
perubahan-perubahan ukuran. Dalam hal ini Pengguna Jasa akan memberikan suatu
ukuran yang telah disesuaikan untuk pedoman pelaksanaan.
7) Sebagai Peil/Titik Duga (0.00) ditentukan kemudian dalam pelaksanaan, dengan
berpedoman pada muka jalan yang ada. Ukuran tinggi dan ukuran-ukuran dalam akan
ditentukan dari ukuran pokok ini. Pengukuran bangunan harus dilakukan dengan teliti
dan sesuai dengan ukuran menurut gambar, atau menurut petunjuk Pengguna Jasa.
8) Kontraktor diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju
penyelesaian pekerjaan sejara cepat, baik dan lengkap sesuai dengan gambar dan KRS.

9) Pihak kontraktor dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mukin terjadi
akibat letak daerah proyek dan memperhitungkan harga satuan yang termuat dalam surat
penawaran, termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat.

10) Kepada pemborong akan diserahkan lapangan pekerjaan dalam keadaan sebagaimana
pada waktu diadakannya penijauan dilapangan dan segala sesuatu yang berada ditanah
bangunan selama penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor.

11) Kontrakror harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sedemikian rupa
sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib.

12) Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan yang baik dan sempurna
pada pemberi Tugas/Pengguna Jasa pekerjaan termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul
sebagai akibat pelaksanaan termasuk pembersihan lapangan pekerjaan dari sisa
bangunan.

13) Untuk pekerjaan Rehabilitasi kontraktor wajib menghitung pekerjaan dan apa bila terjadi
kerusakan waktu pelaksanaan pekerjaa kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut.
Ketentuan-ketentuan lainnya
Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikat didalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Gambar-gambar yang dilampirkan pada Rencana kerja dan syarat-syarat ini
b. Gambar detail berikut penyelesaian.

Pasal 2
KETENTUAN UMUM

Peraturan(code), referensi dan standar yang berlaku dan mengikat dalam RKS ini adalah:
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)1971
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI)1961
c. Peraturan Umum Intalasi Listrik (PUIL)1977
d. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI)1982
e. Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) 1983 untuk gedung
f. Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu mengenai Bangunan Gedung
g. Standar Industri Indonesia (SII)
h. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI)

2
Pasal 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan mulai, kontraktor harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala semak,
tumbuhan dan lain-lain rintangan yang terdapat dilokasi pekerjaan.

b. Pembuatan Barak Kerja/Gudang


Kontraktor harus membuat gudang bahan dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan di lapangan,
dalam barak kerja harus tersedia kotak P3K lenkap terisi obat-obatan menurut kebutuhan.

c. Papan nama Proyek


Kontraktor wajib memasang papan nama proyek, ukuran serta isi keterangan yang tertulis pada
papan nama proyek ditentukan kemudian.

d. Pengadaan Air Bersih dan Listrik Kerja


Air untuk keperluan kerja harus diadakan, apabila mungkin sumber air dilokasi pekerjaan
dengan cara membuat sumur gali kemudian dihisap pakai pompa air. Listrik bisa didapatkan
dari sumber terdekat, apabila tidak ada kontraktor bisa membawa generator sendiri.

e. Pengukuran dan Pasang Bouwplank


1) Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan
sesuai dengan gambar rencana.
2) Untuk pengukuran dapat dipergunakan alat waterpas atau theodolet
3) Setelah pekerjaan pengukuran kemudian dipasang bouwplank yang sisi atasnya diserut
sehingga didapat permukaan yang rata.

f. Peil/Titik Duga
Sebagai titik duga (0,00) ditentukan dengan berpedoman pada Muka Tanah (MT) terendah,
dan harus disetujui oleh pemberi tugas/Pengguna Jasa.

g. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)


Pada sebuah bidang kerja yakni konstruksi, K3 atau sebuah keamanan konstruksi
terpusat pada berbagai atau segala hal yang memberikan pengaruh pada aspek lainnya. Mulai
dari suatu kondisi keselamatan, keamanan, dan kesehatan bagi setiap pekerjanya. Bahkan
lingkungan kerjanya pun juga sangat berpengaruh terhadap proses pelaksanaan proyek. 
Dengan terciptanya sebuah tanda atau aturan K3 bukanlah tanpa sebab. Keberadaan rambu K3
konstruksi ini memiliki banyak peranan penting. Yang mana sangat berfokus pada kelancaran
dan keselamatan selama proses pekerjaan proyek. Seperti yang telah tertulis pada UU No.1
Tahun 1970. 
Yang mana didalam aturan tersebut membahas seputar keselamatan tenaga kerja. Telah
dibahas secara rinci mulai dari syarat K3 hingga tujuannya. Inilah beberapa tujuan dari adanya
rambu K3, diantaranya : 
1. Berguna untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan berbagai risiko kecelakaan,
kebakaran, bahkan hingga peledakan. 
2. Memberikan petunjuk atau kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri sewaktu terjadi
keadaan darurat.
3. Mampu memberikan sebuah pertolongan dan sebagai alat perlindungan saat terjadi sebuah
kecelakaan atau keadaan darurat lainnya. 
4. Mengendalikan sebuah penyebarluasan suhu, debu, kotoran, angin, suara, getaran, dan masih
banyak faktor atau benda lainnya. 
5. Mampu mengendalikan timbulnya sebuah penyakit akibat kerja, entah fisik hingga psikis. 
6. Dapat digunakan sebagai penyelenggara penyegaran udara, suhu, dan kelembaban. 
7. Mampu memperoleh sebuah penerangan yang sangat cukup saat keadaan darurat. 
8. Berguna untuk mengamankan dan memberikan kelancaran untuk proses evakuasi keadaan
darurat, bahkan dapat digunakan untuk memelihara bangunan. 

3
9. Mendapatkan sebuah keserasian antara pekerja dengan lingkungannya dan memelihara
kebersihan yang ada. 
10. Dapat menyesuaikan dan menyempurnakan berbagai pengaman kerja.

h. Uji Geo Listrik


Tujuan utama dari metode jasa geolistrik ini adalah mencari resistivitas atau tahanan jenis dari
batuan yang ada dilokasi pengeboran agar memperkecil kemungkinan perpindahan titik sumur
bor.

i. Uji Sampel beton dan Pembuatan Job mix beton


Pengujian sampel beton bertujuan untuk mendapatkan kekuatan beton yang digunakan pada
konstruksi bangunan

j. Gambar-Gambar
1) Kontraktor yang telah ditunjuk akan diberikan gambar-gambar revisinya dengan copy dan
kekurangan-kekurangan gambar rencana.
2) Kontraktor harus membuat perubahan-perubahan gambar (revisi) bilamana pada saat
pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan-perubahan untuk dimintakan persetujuan
Pengguna Jasa

Pasal 4
PEKERJAAN PEMBUATAN LUBANG SUMUR

a. Uraian umum
Pengeboran dilakukan dengan maksud untuk pendapat air yang bersih dan layak
dipergunakan. Spesifikasi Teknis di bawah ini maksud untuk memberi keterangan kepada
kontraktor mengenai  gambaran umum macam pekerjaan, jumlah peralatan yang diperlukan,
Bahan-bahan lainnya guna menghasilkan pekerjaan sesuai dengan yang dikehendaki.

b. Cara pelaksanaan
Semua bahan-bahan penunjang yang digunakan harus sesuai gambar dan RAB, apabila ada
data yang tidak sesuai kontraktor pelaksana bisa memberi tahu kepada konsultan pengawas
ataupun pemberi tugas agar dapat diselesaikan. Sistem pekerjaan pemboran adalah menjadi
tanggung jawab kontraktor. kontraktor harus dapat menjaga dan mencegah kemungkinan
terjadinya hal-hal yang dapat merugikan pekerjaan. Akibat dari kelalaian dan kelambatan
dari persiapan pelaksanaan adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.

c. Pengeboran
Kedalaman sumur bor atau pengeboran Pilot Hole 8” dan Pilot Hole 10” sumur adalah 115 m
pada dua titik sumur. Final diameter dari sumur adalah 10” dengan kedalaman masing-
masing sumur 115m. Perlatan pengeboran yang digunakan kontraktor mengacu pada gambar
rencana dan RAB dan didampingi oleh pemberi Tugas atau konsultan pengawas. Bilamana
pada saat pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan-perubahan untuk dimintakan persetujuan
Pengguna Jasa.

d. Material Sumur Bor dan Kelengkapan Sumur mengacu pada gambar rencana dan rencana
anggaran biaya (RAB) apabila terjadi perubahan yang ditemukan pada saat pekerjaan
hendaknya pemborong mengajukan perubahan kepada konsultan pengawas dan pemberi
tugas sehingga selanjutnya akan dipertimbangkan bersama.

4
Pasal 5
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

a. Uraian umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan pelaksanaannya.
1) Sebelum memulai pekerjaan, kontrakror harus mengadakan pembersihan lokasi dan
pengukuran guna menentukan cut and fill dari tanah bangunan, agar sesuai dengan
gambar.
2) Jika dari ukuran yang tidak sesuai/tidak cocok keadaan lapangan, kontraktor harus
melapor secara tertulis kepada Pengguna Jasa/pemberi tugas selanjutnya akan
dipertimbangkan bersama.

a. Galian tanah
1) Galian tanah meliputi galian tanah untuk pondasi dan galian tanah untuk
meratakan/kelandaikan tanah sesuai dengan elvasi yang direncanakan .
2) Dasar gali tanah untuk pondasi harus rata sehingga diperoleh ukuran pondasi yang sama.
3) Permukaan dasar galian harus rata dan mencapai 95% kepadatan maksimum pada kadar
air optimum sesuai dengan AASHTO t-99, sebelum menimbun lapisan perbaikan tanah
pondasi.
4) Tanah bekas galian dibuang pada tempat yang telah setujui oleh pemberi kerja.
5) Dalam hal ini, tanah yang tinggi atau yang melebihi peil yang ditentukan dalam gambar,
harus digali/dikupas sesuai dengan gambar.
6) Tanah bekas galian yang bersih dapat digunakan kembali untuk timbunan kembali pada
tanah yang rendah.

b. Timbunan tanah dan pemadatan

1) Untuk timbunan tanah, tanah yang dipakai harus bersih dari segala kotoran.
2) Tanah bekas galian tanah yang bersih dapat dipakai untuk timbunan.
3) Timbunan di lakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan maksimum 30 cm dengan
menggunakan alat pemadat/stamper dan dipadatkan hingga 100 % kepadatan maksimum
pada kadar air optimum menurut baku T-99.
4) Untuk pekerjaan timbunan, tanah yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran.
5) Untuk pekerjaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan selanjutnya, timbunan tersebut
harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan.
6) Urugan harus dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal setiap lapisan padat maksimum
20 cm dengan menggunakan alat pemadat tanah (stamper).

c. Urugan Tanah Kembali


1) Urugan kembali bekas galian dilakukan setelah pekerjaan pasangan selesai.
2) Timbunan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan maksimum 30 cm dengan
mengunakan alat pemadat/stamper dan dipadatkan hingga 100% kepadatan maksimum
pada kadar air optimum menurut setandar AASHTO T-99.

d. Urugan Pasir
Urugan pasir dilakukan pada dasar podasi. Dasar saluran, lantai pada tempat laiannya yang
ditetapkan dalam gambar dengan ketebalan sesuai dengan gambar.

5
Pasal 6
PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN

A. Lingkup Pekerjan
Kontraktor harus menyediakan tenaga yang cakap, meterial dan segala macam peralatan batu
seperti : mesin aduk/molen, pengangkat, penggetar dan perlengkapan lain yang diperlukan
untuk proses pembuatan konstruksi beton bertulang. Untuk pekerjaan beton dengan mutu k
200, dengan campuran 1 semen : 2 psr : 3 kerikil untuk beton kolom, balok, struktur.

B. Referensi
Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dan memenuhi persyaratan NI-2, NI-3, NI-8

C. Pekerjaan Beton Bekisting


a. Umum

1) Untuk kolom Bekesting, soof, ring balk, digunakan kayu kelas III yang kuat dan tahan.
2) Bekesting harus dicat sehingga tidak terjadi perubahan yang nyata selama proses
penyemenan berjalan
3) Hasil penyemenan yang kurang baik seperti batuan kasar, permukaannya tidak sesuai
dengan bentuk, diberikan kepada kontraktor untuk diperbaiki.

b. Deskripsi
1) Lingkup Pekerjaan dan Refensi
a) Pekejaan ini meliputi pekerjaan cor langsung ditempat untuk bangunan dan persil
yang berhubungan dengan kelas beton yang diperlukan baik bertulang maupun tidak
bertulang, serta pekerjaan lapis rapih (finishing) dan pekerjaan yang berhubungan
dengan konstruksi sesuai dengan spesifikasi dan ukuran yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa.
b) Untuk seluruh beton yang digunakan menggunakan K.125, K.225 dan K.250
dilakukan Uji beton dan Pembuatan Job Mix Beton
c) Semua pekerjaan beton/aturan Ni-2, NI-3, dan NI-8 serta SKNI-15-1991-03

2) Mutu Beton yang Dipakai


a) K.125 untuk lantai kerja bangunan
b) K.250 untuk pekerjaan kolom,balok horizontal,lantai plat beton,Slof dll. seperti
ditunjukan dalam gambar atau atas petunjuk Pengguna Jasa/konsultan pengawas
c) K.300 untuk pekerjaan Kolom Pedestal

c. Penentuan Proporsi Berat Adukan


Adukan beton tidak boleh dituang selama belum mendapatkan persetujuan dari Pengguna
Jasa. Ketentuan adukan akan ditentukan serta bahan yang dipakai diajukan dan disetujui
Pengguna Jasa. Proporsi berat adukan adalah sebagai berikut :

1) Adukan percobaan
Kontraktor wajib melakukan adukan percobaan 21 hari sebelum adukan dimulai dipakai,
diujicoba dilaboratorium dan di saksikan Pengguna Jasa.
2) Penyesuaikan untuk kelebihan air.
Bila dipakai jumlah semen seperti yang ditentukan dan ternyata beton yang dihasilkan
tidak mencapai konsistensi yang telah ditentukan tampa melampaui harga air, semen yang
telah ditetapkan, maka jumlah semen harus ditambah dengan ketentuan Pengguna Jasa
hingga jumlah air maksimum tidak terlapaui.
3) Pemakaian bahan baru
Setiap pemakain bahan baru harus diketahui Pengguna Jasa dan akan ditentukan jumlah
pemakaian bahan baru tersebut.

6
D. Besi Tulangan Atau Besi Beton
a. Deskripsi
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan pabrikasi, dan penepatan besi tulangan dari type dan
ukuran yang sesuai dengan spesipikasi dan gambar atau petunjuk Pengguna Jasa.

b. Bahan

1) Besi tulangan yang dipakai sesuai dengan SII-0136-80 dengan kelas BJTD 24 untuk
semua ukuran dengan diameter 12 mm kebawah dan kelas BJTD 32 untuk semua ukuran
diameter 12 mm keatas sesuai dengan NI-2 dan peraturan beton bertulang Indonesia
SKSNI-T-15-1991-03. Besi tulangan harus disimpan dengan baik dan tidak bersentuhan
dengan tanah dan dilindungi dengan atap atau terpal.

2) Jika diperlukan pemborong harus dapat memberikan sertifikat baja tulangan yang dipakai
dari laboratorium pengujian baja atau pabrik. Sebelum baja didatangkan kelokasi
pemborong harus menyerahkan contoh baja tulangan tersebut kepada Pengguna Jasa. Bila
ternyata baja tulangan tidak sesuai dengan spesifikasi atau dimasukan berbeda dengan
contoh yang diberikan, maka Pengguna Jasa berhak menolak baja tersebut.

3) Pengunaan besi beton yang sudah jadi harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa dan
sesuai dengan gambar.

4) Besi beton yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi harus
segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi tertulis dari Pengguna Jasa dalam
waktu 2 x 24 jam.

c. Pabrikasi
Besi tulangan harus dibentuk dengan tempat sesuai dengan ukuran dalam gambar dan
pabrikasi sedemikian sehingga tidak merusak bahan tersebut.

d. Penepatan tulangan

1) Besi tulangan harus bersih dan tidak berkarat sebelum ditempatkan, bebas dari debu
kotoran lumpur, dan bebas dari cat oli atau bahan asing lainnya yang dapat mengurangi
ikatannya.
2) Penepatan besi tulangan harus tepat dan diikat sehingga tidak terlepas pada saat
pengecoran beton. Besi tulangan non konstruktif harus ditempatkan seperti besi penjara
(besi hak) dan sebagainya.
3) Besi tulangan harus diikat setiap pertemuan dan pada tempat yang dianggap perlu
memakai kawat baja ukuran 1 mm atau lebih.
4) Jarak terhadap bekisting harus dijaga dengan menepatkan beton tahu atau penyangga
sesuai dengan izin Pengguna Jasa. Penjaga jarak dengan menggunakan logam tidak di
perbolehkan.
5) Pemasangan dengan mengunakan pelindung beton atau (Decking) harus sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Sloof dalam tanah setebal minimal 50 mm
b) Kolom-balok tebal minimal 30 mm
c) Balok-balok minimal 20 mm atau tidak kurang dari besarnya diameter besi tersebut.
d) Panjang stek untuk penyambungan kolom atau bidang tulangan minimal 40 kali
diameter tulangan (40 D) seperti petunjuk Pengguna Jasa.

e. Sambungan
Pengantian ukuran besi hanya diizinkan oleh Pengguna Jasa yang berkepentingan dengan
bidang ini dan harus mempunyai penampang yang sama atau lebih besar.

7
Pasal 7
B A H A N
a. Umum
Semua bahan yang yang dipakai atau di perlukan dan tidak tercantum dalam penjelasan ini
disesuaikan dengan keperluan masing-masing dalam pasal-pasal bersangkutan.

b. Semen
Semen yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus semen portland biasa yang
memenuhi PBI-71 dan N1-8.

c. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih dan bebas dari terlarut seperti tanah,
danau, bahan organik, garam dan bahan bahan lain yang sifatnya merusak, tidak boleh
berwarna dan berbau. Bila air diperoleh dari sumber selain dari pipa air minum (PDAM).
Pengujian sesuai dengan PBI 1971-3-6 Pengguna Jasa akan menentukan sesuai atau tidaknya
air tersebut sebagai campuran beton berdasarkan percobaan.

d. Agregat
Agregat harus memenuhi persyaratan PBI 1971. Bentuk butiran agregat kasar tidak pipih atau
lonjong. Tekstur permukaan tidak mengkilat, berkristal atau keropos.
Agregat campuran harus berada dalam batas daerah (3) seperti yang ditetapkap dalam PBI
1971-NI-2.

e. Bahan-bahan campuran tambahan (admixture)


Pemakaian bahan-bahan tambahan arus mendapat persetujui Pengguna Jasa.

Pasal 8
PERALATAN
a. Alat pengukur bahan
Alat pengukur bahan beton harus disediakan oleh kontraktor dan mempunyai ketelitian yang
cukup untuk mengukur jumlah atau berat tiap-tiap bahan pembentuk beton.
b. Alat Pengaduk
1) Umum
Semua beton harus diaduk dalam alat pengadukan dapat dilakukan di lokasi pekerjaan,
dipusat pengadukan, alat pengaduk harus mempunyai data kapasitas dan kecepatan
putarnya.

2) Alat pengaduk lapangan


Alat pengaduk dilapangan harus mempunyai type DRUM atau paling sedikit berupa
portable continous mixer (Molen) dan dapat melakukan pengadukan agregat semen dan air
secara terus-menerus dan merata selama masa putaran ynga ditentukan tanpa harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengadukan yang baru dilakukan.

3) Alat penggetar (Vibrator)


a) Bila tidak ada ketentuan lain, beton harus dipadatkan dengan vibrator mekanik
bilaman diperlukan, penggetaran harus diikuti dengan pemadatan secara menual untuk
menjamin pemadatan sempurna.
b) Vibrator dengan frekuensi minimal 3500 implus per menit dan mempunyai pengaruh
yang terlihat jelas dengan diameter 4,5 cm terhadap beton dengan slump 2. cm .
jumlah vibrator yang dipergunakan harus cukup untuk memadatkan beton sempurna
dalam waktu 10 menit setelah menuangkan kedalam cetakan dan disediakan vibrator
tambahan sebagai cadangan.

8
Pasal 9
PENGECORAN DAN PEMADATAN

a. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, semua pekerjaan acian/cetakan/bekisting, baja


tulangan, instalasi yang harus lebih dahulu dan mendapat pemeriksaan dan persetujuaan
Pengguna Jasa. Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Pengguna Jasa atau wakilnya yang
ditunjuk serta yang setingkat ada lokasi pekerjaan.

b. Cetakan dibersihkan terlebih dahulu dengan menyemprotkan air dengan kompresor sehingga
segala kotoran hilang dari dalam cetakannya. Pemeriksaan terhadap perancah (tiang
penyangga/stiger), bekisting atau ikatan bekisting harus dilakukan sebelum pengecoran untuk
mengetahui kekokohan dan kekuatan penyangga penggakuan bekisting tersebur.

c. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran mengunakan metode yang
praktis, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pengendapan agregat dan tercampurnya
kotoran atau bahan lain dari luar. Kontraktor harus menyediakan jalan atau jembatan cor yang
diperlukan dan disetujui oleh Direksi.

d. Beton harus cor pada tempat pekerjaan secepat mungkin setelah pengadukan dan pencampuran
siap dan dalam keadaan masih baru (flush) dan dipadatkan dengan mekanikal vibrator terus-
menerus.

e. Sambungan-sambungan pengecoran harus dibersihkan, dikasarkan dan dilapisi terlebih dahulu


dengan air semen. Sebelum pengecoran beton yang baru, besi beton yang dilapisi air semen
dan beton bekas pengecoran sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu.

f. Pecampuran atau penumbukan kembali beton tidak diperkenankan juga tidak diperkenankan
memakai kembali beton yang sudah mengeras. Bila pada waktu pengecoran terjadi pemisahan
antara kerikil dengan specinya, maka beton ini tidak dapat dipakai. Penuangan adukan beton
tidak boleh terlalu tinggi hingga dapat mengakibatkan terjadi pemisahan (segregation) dari
agregat.

g. Penghentian atau pemotongan pengecoran, semua penuangan beton berikutnya harus


membentuk suatu sudut tidak vertikal agar luasnya tetap minimal beton dalam keadaan padat.
h. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
i. Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu diantara siar pelaksanaan (construction) yang
setelah disetujui.

j. Sambungan (SIAR 3.6.1) siar pelaksanaan posisi dan pengaturannya harus mendapat
persetujuan Pengguna Jasa . Siar kolom sebaiknya diletakan mungkin dengan bidang bawah
balok tertinggi atau ditengah-tengah tinggi kolom. Siar dalam balok dan pelat ditempatkan
pada tengah bentang.
k. Siar dibuat sedikit mungkin dan atas persetujuan Pengguna Jasa. Sebelum pengecoran beton
baru dilakukan, permukaan beton lama dibersihkan dengan penyemprotan dan dikasarkan
dengan menyikatnya. Bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata diseluruh permukaan.

l. Perawatan Beton (concrete curing) setelah semua cetakan dibuka, maka semua beton harus
dirawat.

m. Metode air
Seluruh permukaan beton harus dilindungi dari terik matahari secara langsung dengan
memberi karung yang basah, atau bahan lainnya selama satu minggu terus-menerus.

n. Toleransi pelaksanaan
Penyimpangan dari harga toleransi seperti tersebut dibawah ini bila dipakai papan, maka
ketebalan minimal 2 cm untuk penyesuaian kebutuhan dan tujuan pekerjaan. Bila dipakai

9
plywood untuk pekerjaan pracetak kolom maupun balok, maka standard plywood yang bisa
dipakai harus memenuhi syarat pekerjaan sebagai berikut:
Kolom : dipakai plywood 9 mm
Balok : dipakai plywood 9 mm
Lantai : dipakai plywood 9 mm

o. Plywood yang dipakai minimal setingkat dengan produk ASAHI, untuk menanggulangi
lendutan maksimum maka pemborong harus memperhitungkan pelengkungan pelawan
lendutan.

p. Kontraktor harus bertanggung jawab atas perbaikannya, sedangkan perbaikan harus dapat
persetujuan Pengguna Jasa.

q. Toleransi diberikan untuk pekerjaan yang bertalian dengan setting out, garis as bangunan,
kedataran atau ketinggian tegakan, ukuran dan lebar dari suatu bagian terhadap bagian yang
lainnya.

r. Eksentrisitas dari balok sloof terhadap as kolom dinding tidak melampaui 50 mm.

s. Pasangan alat-alat dalam beton


Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok atau membuat lobang atau memotong
konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Pengguna Jasa. Ukuran
lobang buatan, pemasangan alat-alat dalam beton, pemasangan separing dan sebagainya harus
menurut petunjuk Pengguna Jasa.

Pasal 10
ACUAN (BEKISTING) DAN PERACAH (STEIGER/STUDDING)

a. Lingkup pekerjaan
Meliputi seluruh pekerjaan beton yang memerlukan acuan atau peracah yang sesuai. Meliputi
seluruh pekerjaan beton yang memerlukan acuan atau perancah yang seksi.

b. Umum

1) Cetakan dan peracahan harus dibuat dari kayu atau logam sesuai dengan bentuk dan
ukuran seperti yang ditunjuk dalam gambar yang dibuat demikian dan rupa hingga tahan
terhadap depormasi akibat beban, dan kering, penggetaran beton dan hal-hal lain.
2) Cetakan yang melengkung harus mempunyai jari-jari sebagai mana ditunjukan dalam
gambar dan cetakan yang fleksibel dipasang dengan jadi-jadi tersebut.
3) Acuan dirancang, dibuat dan dijaga sedemikian rupa hingga dapat dipastikan setelah
dilakukan pembongkaran, bentuk permukaan beton rata tidak bergelombang, rancangan
pembuatan dan pembuatan acuan harus selaras dengan cara-cara yang sudah umum
dilakukan dan krikteria-krikteria pada NI-2 seperti disebutkan terdahulu.

c. Referensi
Semua pekerjaan acuan harus memenuhi persyaratan yang tersapat dalam rencana kerja dan
syarat-syarat teknis buku ini memenuhi standar normalisasi NI-2, NI-3, dan PKBI untuk
gedung 1983.

d. Bahan
Bahan acuan pada umumnya terbuat dari kayu meranti atau yang setara dan setujui oleh
Pengguna Jasa.

10
Pasal 11
RANGKA PENYANGGA ACUAN (SUPPORT/PERANCAH/STEIGER)

a. Umum
1) Penyangga kayu memakainya harus dalam kedaan kering, lurus dan tidak cacat, setara
dengan kayu meranti atau katuko dengan carak penempatan 60 cm, dalam kondisi ataupun
setiap penyangga hanya boleh memikul beban maksimal 100 kg sedangkan bila dipakai
kayu dolken dan balok kayu kelas II, maka luas penampang minimal 24 cm2 atau
diameter minimal 6 cm.

2) Bambu sama sekali tidak boleh dipakai sebagai penyangga, dan penyangga tidak boleh
langsung didirikan diatas tanah. Perancah dari metal dapat digunakan misalnya scafolding
slip form dan sebagainya mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.

b. Pelaksanaan
Bila dianggap perlu Pengguna Jasa dapat meminta kepada pemborong agar dibuat shop
drawing untuk hal-hal.
1) Semua pekerjaan acuan yang membutuhkan angker pastener metoda khusus,
perlubangan, dan lain-lain.
2) Pola acuan/bekisting
3) Cara/metoda penutupan panel acuan
4) Pembuatan fropel tapi elemen-elemen struktur utama seperti rusak plat lantai balok
kolom termasuk detail penyambungan masing-masing.
5) Semua pekerjaan peracah/steiger/scofolding dan lain-lain

Pasal 12
PEMBONGKARAN CETAKAN DAN PERACAH

a. Saat pelaksanaan pembongkaran harus seizin ini tidak berarti pembebasan pemborong
terhadap kemana pekerjaan ikatan perancah harus dibongkar persamaan waktu dengan
pembongkaran cetakan dalam segala kondisi tidak boleh ada bagian kayu yang tertiggal pada
beton.

b. Pembongkaran perancah bangunan yang terus-menerus atau kantivier harus sesuai dengan
petunjuk p atau dilaksanakan sedemikian rupa hingga endapan tegangan kerja (work stress)
secara bertahab.

c. Pembongkaran cetakan/perancah
1) Balok : 21 hari
2) Kolom : 21 hari
3) Bagian vertical balok struktur : 21 hari
4) Lantai : 21 hari

d. Setelah dilakukan pembongkaran bila ternyata terdapat beton yang keropos atau cacat yang
akan mempengaruhi konstruksi, maka kontraktor segera harus memberitahukan kepada
Pengguna Jasa untuk meminta persetujuan tentang cara pengisian atau penutupannya.

e. Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan tersebut dan biaya pengisian atau penutupan
menjadi tangung jawab kontraktor.

11
Pasal 13
PEKERJAAN LISTPLANK

a. Listplank dibuat dari kayu berkualitas baik ukuran listplank atau sesuai dengan RAB/gambar.
b. Semua ukuran yang terata dalam gambar adalah ukuran masak (jadi).
c. Cara penilaian kemajuan fisik pekerjaan sesuai dengan pengukuran hasil kerja berdasarkan
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.

Pasal 14
PEKERJAAN KUDA-KUDA DAN ATAP

a. Atap Menggunakan Atap Seng gelombang


b. Bubungan bangunan menggunakan Seng Plat BJLS 30
c. Kuda – Kuda menggunakan Baja ringan C.75.75.075
d. Reng mengunakan Baja Ringan R.32.45.0.45
e. Sudut kemiringan atap atau ketinggian atap dibuat sesuai gambar/ lokasi

a. Umum

Rangka atap yang digunakan harus merupakan produksi dari pabrik yang berkompeten dalam
penelitian, teknologi, dan berpengalaman lebih dari 15 tahun (bukan industri rumah tangga).

Rangka atap berbentuk segitiga kaku yang terdiri dari rangka utama atas (top chord), rangka
utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung
dengan menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
Untuk meletakkan material penutup atap/genteng, di pasang rangka reng (batten) langsung di atas
struktur rangka atap utama dengan jarak yang disesuaikan dengan ukuran genteng.

Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan (site), perangkaian (assembling) dan
ereksi (erection), seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
b. Pekerjaan reng (batten)
c. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)

Lingkup pekerjaan tidak meliputi:


a. Setting level balok ring
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Talang selain talang jurai dalam
e. Asesoris atap.
b. Persyaratan Material Rangka Atap

Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan pada sub bab ini.
Satuan ukuran panjang yang digunakan sub bab ini adalah milimeter (mm) dan ukuran ketebalan
material baja yang dimaksud adalah ketebalan baja dasar (Base Material Thickness/BMT).

Material struktur rangka atap


a. Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties):
- Baja Mutu Tinggi G550 (sertifikat bahan baku harus dilampirkan)
- Tegangan Leleh Minimum (Minimum yield strength) : 550 Mpa
- Tegangan Tarik Minimum (Ultimate Tensile strength) : 550 Mpa
- Modulus Elastisitas : 2,1 x 105 MPa
- Modulus Geser : 8 x 104 MPa

Apabila mutu baja dibawah 550 MPa atau grade dibawah G550, maka tidak dapat
dipergunakan sebagai bahan baku pekerjaan rangka atap baja ringan

12
b. Pemilihan lapisan anti karat sangat memegang peranan sesuai dengan karakteristik
kontraktor di Indonesia, yang perlu diperhatikan:

 Bila kontraktor tidak dapat membuat ring balok rata air (waterpass level) dan
perlu menambahkan adukan semen, maka disarankan untuk menggunakan lapisan
anti karat Galvanized bukan Zinc Alumn/Galvalum.
 Bila kontraktor tidak menggunakan karpet karpus khusus agar baja tidak terkena
dengan adukan semen, maka disarankan untuk menggunakan lapisan anti karat
Galvanized bukan Zinc Alumn/Galvalum.

 Penggunaan LAS tidak diijinkan karena lapisan anti karat akan hilang.
 Adapun Standar Lapisan anti karat sesuai standar ASTM untuk bahan struktural
(menanggung beban) :
Ketebalan lapisan AZ (Zinc Alumn) ≥ 100 gr/ m2 ; kode AZ100.
setara dengan
Ketebalan lapisan Z (Galvanis) ≥ 180 gram/ m2 ; kode Z180.
c. Bila menggunakan Lapisan Anti karat
 GALVANIZED (Hot Deep Zinc – Z 220)
- Lapisan Anti karat Galvanis harus memiliki ketebalan minimum lapisan 180
gr/m2
- Kadar lapisan galvanis mengandung 95% Zn dan 5 % campuran lainnya
- Keunggulan : Tidak korosif akibat adukan semen.
 Lapisan Anti karat ZINC ALUMN (AZ 100)
- Lapisan Anti karat Zinc Alumn harus memiliki ketebalan minimum lapisan
100 gr/m2
- Kadar lapisan Zinc Alumn mengandung 55 % Aluminium (Al), 43,5 % Seng
(Zinc) dan 1,5% Silicon (Si)

d. Geometri profil rangka atap :

- Rangka Atap

Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil C dan Profil Z.
1. Profil C

a. C75.100 (tinggi profil 75 mm dan tebal 1,00 mm), berat 1,29 kg/m’ untuk rangka
batang utama (top chord dan bottom chord)
b. C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal 0,75 mm), berat 0,97 kg/m’ untuk rangka
batang pengisi (web)

Gambar detail potongan profil dapat dilihat di bawah ini.

C75, panjang standard 11 m

13
- Reng TS 40 (batten)

Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat (U terbalik) dengan spesifikasi
tinggi profil 40 mm dan tebal 0,48 mm, berat 0,585 kg/m’, yang pada sisi kanan kiri
sepanjang profil dilipat ke dalam selebar 5 mm.
Gambar detail potongan profil reng dapat dilihat di bawah ini:

Reng TS 40 panjang stantard 6,1 m

- Talang jurai dalam (valley gutter)

Jika pada desain bentuk atap terdapat pertemuan 2 bidang atap dengan membentuk
sudut tertentu, maka pada pertemuan sisi dalam harus menggunakan talang (valley
gutter) untuk mengalirkan air hujan. Talang yang dimaksud disini adalah talang
jurai dalam dengan ketebalan 0.45 mm dan telah dibentuk menjadi talang lembah
dengan detail sebagai barikut:

2. Profil Z

Tebal
Fungsi Tinggi
Profil BMT
Profil
(mm)
Top Chord (batang tekan), Bottom Chord (batang
74 Z 07 0.70 7,4 cm
tarik), Rafter
Top Chord (batang tekan), Bottom Chord (batang
74 Z 08 0.80 7,4 cm
tarik), Rafter
Webs (batang pengisi), Top plate, walling plate,
74 C 07 0.70 7,4 cm
Rafter
Webs (batang pengisi), Top plate, walling plate,
74 C 08 0.80 7,4 cm
Rafter

14
35 B 35 0.50 Reng, Bracings 3,5 cm

2.1 Tebal BMT (Based Metal Thickness) adalah tebal baja tanpa meliputi tebal lapisan
anti karat.
2.2. Jenis Profil dan ketebalan yang dipergunakan harus sesuai dengan standar desain
Software yang mengikuti standar yang berlaku untuk konstrusi baja ringan / tipis
(Light Steel); contoh standar: Australian building code.

2.3. Jenis Profil yang dipergunakan sesuai fungsi masing-masing adalah:


2.3.1. Profil Z74 dipergunakan sebagai Top Chord, Bottom Chord, dan Rafter.
2.3.2. Profil C74 dipergunakan sebagai Top plate, Walling plate, Rafter dan
Webs.
2.3.3. Profil B35 (Ω) dipergunakan sebagai Reng / Top Chord Bracing, Bottom
Chord Bracing, Diagonal Webs Bracing, dan Literal Tie.

- Alat sambung (screw)

Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai
berikut :

a. Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)

b. Ukuran baut untuk struktur rangka atap (truss fastener) adalah type 12-14x20.
dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 12 Gauge (5,5 mm)
Jumlah ulir per inchi (threads per inch/TPI) : 14 TPI
Panjang : 20 mm
Ukuran kepala baut : 5/16” (8 mm hex. socket)
Material : AISI 1022 Heat treated Carbon
Steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
15
c. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fastener) adalah type 10-16x16, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 10 Gauge (4,87 mm)
Jumlah ulir per inchi (threads per inch/TPI) : 16 TPI
Panjang : 16 mm
Ukuran kepala baut : 5/16” (8 mm hex. socket)
Material : AISI 1022 Heat treated carbon
Steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm

Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar kerja.
Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik minimum 560 watt dengan kemampuan
putaran alat minimal 2000 rpm.

- Koneksi perletakan kuda-kuda di ring balok

Connector yang digunakan adalah dari material plat L. Connector ini merupakan alat sambung
antara rangka utama dengan ring balok yang sudah diperhitungkan gaya hisapnya sesuai dengan
desain yang berlaku.

- Steel strap brace (bracing)

Untuk menjaga
stabilitas dan kekuatan ikatan struktur rangka atap, maka antara rangka utama pada batang utama
atas (top chord) dipasang strap bracing (pengaku). Material baja strap bracing harus memiliki
minimum tegangan tarik 250 Mpa, dengan ketebalan minimum 1,00 mm dan lebar minimum 25
mm serta materialnya dilapis dengan bahan anti korosi untuk mencegah terjadinya karat.
16
Minimum basic working loads, kN TYPE OF STEEL BRACE
STRAP BRACE
Steel Tension Capacity 3.5-5.5kN
End Fixing Capacity 3.5-5.5kN
Brace to intermediate truss fixing capacity 0.55Kn
Wrap-around splice capacity 3.5-5.5kN
Brace Cross-Section Dimensions (mm x mm) (25-40) x 1.0
Nail size requirements 10-16x16 wafer or hex tek
self drilling screw

Desain steel strap bacing mengikuti aturan standard manual desain yang di keluarkan pihak
engineering dari pabrik.

1. Desain rangka atap baja ringan harus memiliki kriteria desain atau software khusus yang dapat
memperhitungkann :
1.1. Software tersebut mampu menghitung pembebanan keseluruh gaya yang terjadi di
seluruh kuda kuda secara 3 (tiga) dimensi, dimana pembebanan lateral menjadi inti
dalam perhitungan standar kuda kuda baja ringan.
1.2. Software tersebut tidak dapat menggunakan software umum yang dijual di pasaran
tanpa mengikuti standarisasi pembebanan Australian Building Codes.
1.3. Pabrik baja ringan harus memiliki software ex.Australia bukan menggunakan software
SAP atau sejenisnya yang umum diperjual belikan.
1.4. Software yang dipergunakan mengikuti standar khusus untuk desain rangka atap baja
tipis (Light Steel) yang memiliki ketebalan dibawah 1 (satu) mm. Salah satu standar
khusus tersebut adalah Australian building code.
1.5. Perhitungan terhadap jarak webs dibatang tekan dan tarik kuda-kuda.
1.6. Perhitungan terhadap connector

17
1.6.1. Jumlah baut yang dipergunakan di masing – masing sambungan.
1.7. Perhitungan terhadap Bracings:
1.7.1. Perhitungan terhadap jarak Bottom Chord Bracing., sehingga batang tarik
kuda-kuda menjadi kaku dan mampu menahan gaya lateral
1.7.2. Perhitungan terhadap jarak Top Chord Bracing / reng.
1.7.3. Perhitungan terhadap menggunakan Literal Tie (bila ada) di batang webs,
sehingga batang webs tersebut tahan terhadap gaya / beban vertikal.
1.7.4. Perhitungan terhadap Diagonal Web Bracings atau ikatan angin silang
1.8. Perhitungan terhadap gaya yang terjadi di setiap tumpuan (baik gaya tekan dan gaya
hisap (uplift).
1.9. Perhitungan terhadap beban sesuai Australian Building Codes.
1.9.1. Beban mati seperti beban genteng, nok, rangka dan plafornd, dll.
1.9.2. Beban Hidup seperti air hujan, manusia, dll
1.9.3. Beban tambahan seperti ducting ac, lampu gantung, water heater dan lainnya,
sehingga menyebabkan perlunya perkuatan di masing- masing kuda kuda.
2. Desain tersebut memiliki kredibilitas sesuai dengan existing atau pengalaman produk itu
sendiri.
3. Jarak maksimum trusses / kuda kuda 1220 mm dan diperkaku dengan menggunakan bracing,
dimana baja yang memiliki ketebalan dibawah 1 mm memiliki kekuatan bahan yang tinggi
tetapi memiliki kekakuan yang lemah terutama terhadap gaya horizontal, maka penggunaan
bracing menjadikan standar minimum yang ada dalam desain dan pekerjaan rangka atap baja
ringan (Light steel).
4. Kriteria desain atap perisai dengan beban penutup atap genteng keramik atau beton dijabarkan
sebagai berikut:
4.1. Untuk bentang maksimum dua tumpuan : 10 meter, maka menggunakan system rafter
dan hip rafter. Bila lebih dari 10 meter dan menggunakan system rafter maka harus
menggunakan tumpuan lebih dari 2 (dua) terutama untuk kuda – kuda tipe TG.
4.2. Untuk bentang maksimum dua tumpuan : 10 – 12 meter, maka menggunakan system
kuda- kuda jack dan kuda kuda hip sebagai pengganti rafter dan hip rafter.
4.3. Jarak maksimum rafter adalah 90- 120 cm;
4.4. Walling plate, top plate, atau box bahan baja ringan tidak dapat menggantikan peranan
gording cnp atau cannal “C” sebagai tumpuan yang memiliki jarak lebih dari 120 cm,
terutama untuk yang diposisikan tidak lot dengan tanah, maka akan terjadi bahaya
puntir.
4.5. Terutama untuk desain bangunan yang menggunakan atap konsol beton yang berjarak
3 – 4 meter terhadap konsol beton berikutnya, maka tidak dapat menggunakan system
box baja ringan yang menggantikan peranan cnp atau cannal “C” sebagai gording.
Untuk itu desain harus dikombinasikan dengan system konvensional, dimana peranan

18
gording tersebut tetap menggunakan gording cnp atau cannal “C” dan peran dari kaso
atau usuk yang diletakan diatas gording dapat menggunakan system rafter dimana
jarak maksimum rafter adalah 90 cm.
5. Standar minimum bracing yang harus dipergunakan adalah:
5.1. Top Plate / walling plate; dipergunakan sebagai pengaku dasar terhadap gaya
horizontal; diletakan diatas ring balok; dipergunakan sebagai pengukur rata air pada
ring balok dan siku bangunan.
5.2. Bottom chord bracing; dipergunakan sebagai pengkaku gaya horizontal / lateral yang
terjadi pada batang tarik / bawah (bottom chord bracing) setiap kuda – kuda.
5.3. Lateral tie; dipergunakan sebagai pengkaku gaya vertical yang terjadi pada batang
pengisi kuda-kuda (webs) sehingga menghindari gaya tekuk yang terjadi. Lateral tie
dipergunakan bila bentangan kuda kuda sangat besar sehingga tinggi dari webs rawan
terhadap tekuk.
5.4. Diagonal webs bracing; dipergunakan sebagai pengkaku gaya horizontal terhadap
keseluruhan rangkaian kuda kuda terutama terhadap gaya tekan dan tarik secara
silang.
5.5. Top chord bracing; dipergunakan sebagai pengkaku batang atas kuda kuda (top
chord), biasa kita sebut dengan reng.
6. Safety factor akan menurun apabila aplikator atau fabricator rangka atap baja ringan tidak
menggunakan standar minimum bracing tersebut, sehingga dapat mengakibatkan suatu
kegagalan struktur.

c.Tata Cara Pelaksanaan dan Pemasangan

c.1 Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja Ringan

Struktur rangka atap baja ringan harus di desain oleh tenaga ahli yang berkompeten. Desain
harus mengikuti kaidah-kaidah teknis yang benar sesuai karakter baja ringan yaitu dengan
perancangan standar batas desain struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel
Structure Design). Desain struktur rangka atap baja ringan meliputi top chord, bottom chord,
web, dan jumlah screw pada setiap titik buhul sebagai satu kesatuan yang tidak boleh
dipisahkan.

Mengingat belum adanya pengaturan resmi tentang baja ringan dalam konstruksi Indonesia,
peraturan di bawah ini dapat digunakan sebagai pedoman:
BS5950-5-1998 Code of Practice for Design of Cold Formed Thin Gauge
Sections
(U.K.)
BS6399-2-1997 Code of Practice for Wind Loads (U.K.)
AS/NZS1170-2-1989 SAA Loading Code – Dead and Live Loads (Australia)
AS/NZS 4600 – 1996 Limit State Design Code (Australia)

Perangkat lunak komputer (software) boleh digunakan untuk membantu proses desain atap
baja ringan jika software memang khusus dikembangkan untuk menghitung struktur baja
ringan dan mengakomodasi peraturan-peraturan yang telah disebutkan di atas.

19
c.2 Persyaratan Pra-Konstruksi

a. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat pabrik (mill certificate) atau sertifikat tanda SNI
dari material baja yang akan digunakan dan sertifikat ISO 9001 (Quality Management
System) & sertifikat ISO 14001 (Environment Management System) dari produsen
pembuat material baja tersebut serta dokumen data-data produk.

b. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap, detail dan akurat berdasarkan
analisis perhitungan yang akurat dengan menggunakan Software ex.autralia

c. Kontraktor wajib melaksanakan pemaparan produk (penjelasan teknis dan software


desain) sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) seperti yang telah dijelaskan pada
pasal-pasal di atas. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur
yang dilampirkan pada dokumen tender.

d. Pemaparan produk dilaksanakan dalam rapat koordinasi teknis lapangan sebelum


pelaksanaan pemasangan rangka atap baja ringan.

e. Kontraktor bersama pengawas lapangan harus mengadakan pengecekan balok ring yang
kemudian diajukan untuk mendapat persetujuan tertulis dari Pengelola Teknis, Konsultan
Pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebelum pemasangan rangka atap baja
ringan dilaksanakan.

f. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja
adalah ukuran jadi/finish.

g. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan oleh
kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti kewajiban yang
sama, juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat
Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari
Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal.

h. Apabila ada perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana, Pengelola Teknis dan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.

i. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di workshop,
baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor bertanggung jawab atas
semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan pemasangan semua komponen konstruksi
baja ringan.

j. Kontraktor wajib memberikan Gambar Kerja konstruksi baja ringan sebelum pemasangan
di lakukan. Agar bahan dan spesifikasi baja ringan yang akan di gunakan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Oleh karena itu Gambar kerja tersebut harus di
setujui oleh Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK).

c.3 Persyaratan Konstruksi


a. Jarak antar kuda-kuda, jarak ikatan angin/bracing maksimum adalah 1.22 m
b. Perangkaian rangka batang dilakukan di lapangan sesuai dengan hasil pengukuran terakhir
dan sesuai dengan aktual dilapangan
c. Perangkaian harus memperhatikan bentuk, ukuran, dan gambar desain.
d. Permukaan ring balok beton sudah rata dan elevasi sesuai desain

20
e. Dalam proses erection rangka atap, harus diperhatikan support sementara untuk menjaga
stabilitas rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini tidak boleh dilepas sebelum
rangka kuda-kuda dinyatakan cukup kuat oleh tenaga ahli dari pabrik.
f. Jika diperlukan pemotongan material maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
 Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik, gurinda dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
 Alat potong harus dalam kondisi baik.
 Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
 Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.

c.4 Persyaratan Pasca Konstruksi

Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat garansi pemasangan struktur dari sistem rangka baja
ringan yang sudah digunakan baik garansi dari pabrikan.

c.5 Persyaratan Tenaga Pemasang

a. Komponen struktur konstruksi baja ringan harus di kerjakan oleh tenaga pemasang yang
terlatih dan bersertifikat serta mampu memahami gambar kerja dan dibuktikan dengan
surat ijin memasang dari pabrikan.

b. Surat ijin memasang rangka atap baja ringan ini harus disertakan pada saat pemaparan
produk.
.

Pasal 15
PEKERJAAN CAT
a. Umum
Pekerjaan pengecatan dinding (1 cat dasar, 2 cat penutup), Cat Tembok

b. Pengecatan Tembok
1) Bidang plesteran dicat dasar terlebih dahulu mengunakan bahan Cat Tembok warna
Orange berkualitas baik.
2) Untuk meratakan, menutupi pori-pori kolom harus diplamir dahulu. Bidang tersebut
dibiarkan kering selama kurang lebih 1 (satu) minggu sebelum diampelas.
3) Lapisan cat akhir dikehendaki warna yang rata dan kuat. Cat akhir digunakan Cat Tembok
atau yang setaraf dengan pangecatan 2 (dua) kali. Sebelum lapisan berikutnya dilakukan,
bagian plesteran yang belum rata harus diplamir kembali sampai bagian tersebut menjadi
rata.

Pasal 16
PEKERJAAN AIR BERSIH

a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan sanitasi adalah pemasangan pipa distribusi ke gedung rumah sakit
Dia. 1 1/4" dan Pasangan Pipa dari GroundTank ke tedmond PVC Dia. 1"

b. Instalasi air bersih

21
1) Instalasi air pipa induk menggunakan pipa PVC 1” Merk setara Aw, dan distribusinya
menggunakan pipa PVC 1.₁/₄ “ merk setara Aw.
2) Sambungan pipa (Shocket, Shock L, Shock T, Shock Transision dll) harus mengunakan
isolasi supaya tidak bocor.
3) Tedmond air berkapasitas 1100 Liter kelengkapan sesuai gambar/RAB

Pasal 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN

a. Administrasi
1) Kontraktor wajib menyediakan peralatan dan bahan sehubungan dengan keperluan
adminitrasi dan pembuatan laporan-laporan kegitan pekerjaan adminitrasi meliputi :
a) Membuat laporan standar harian proyek.
b) Membuat laporan mingguan proyek.
c) Membuat laporan bulanan proyek berikut grafik pelaksanaan kemajuan pekerjaan.

2) Pengukuran hasil pekerjaan, jumlah yang akan dibayar dimulai dalam jumlah
kelengkapan dan laporan-laporan yang sudah diserahkan dengan petunjuk dan persetujuan
Pengguna Jasa.

3) Besar pembayaran pekerjaan tersebut akan dibayar secara lumpsum dengan petunjuk dari
dewan Pengguna Jasa.

2. Dokumen Proyek
1) Kontraktor wajib menyediakan peralatan-peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan
keperluan dokomentasi kegiatan-kegiatan pelaksanaan pekerjaan meliputi sebagai berikut:
a) Membuat dokomentasi setiap item pekerjaan sebelum, sedang dan sesudah
pelaksanaan pekerjaan.

b) Setiap pembayaran/termyn harus dilampirkan photo-photo pelaksanaan pekerjaan


sesuai dengan yang dicapai masing-masing ukuran postcard dan 1 rangkap ukuran 3R

c) Semua dokumen setiap pekerjaan harus diserahkan kepada Pengguna Jasa lengkap
dengan album dan diserahkan pada kantor pimpinan proyek sesuai dengan petunjuk-
petunjuk Pengguna Jasa.

2) Pengukuran hasil pekerjaan


Jumlah yang akan dibayar dinilai dalam kelengkapan dari dokomentasi yang sudah
diserahkan dengan sempurna dan benar, serta disetujui oleh Pengguna Jasa

c. Pengobatan
1) Yang dimaksud dengan pengobatan disini adalah persediaan dan pengobatan yang
dilaksanakan atas akibat kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada saat pelaksanaan
pekerjaan sedang berlangsung sesuai dengan kontrak-kontrak dan menjadi tangung jawab
kontraktor atau petunjuk Pengguna Jasa.

2) Pengukuran hasil pekerjaan, jumlah akan dibayarkan dinilai dari kelengkapan dari bahan
yang digunakan dan disetujui Pengguna Jasa.

Pasal 18
PEMBERSIHAN AKHIR

22
a. Sebelum kontraktor meninggalkan tempat pekerjaan, halaman pekerjaan harus dibersihkan
dari kotoran bekas bongkaran, sisa-sisa bahan bangunan.

b. Cara pembayaran dalam satuan lumpsum, pengukuran hasil kerja berdasarkan pekerjaan yang
telah selesai dikerjakan.

c. Guna mendapatkan kerja yang baik dan sempurna, maka bagian-bagian pekerjaan yang nyata
seharusnya termasuk dalam pekerjaan ini,tetapi tidak disebutkan dalam RKS maupun gambar
harus tetap dilaksanakan oleh pemborong dan diterima sebagai hal yang disebutkan.

d. Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk dengan petunjuk
Pengguna Jasa.

Pasal 19
PENUTUP

Segala sesuatu yang belum disebutkan dalam RKS ini, dan pada kenyataannya diperlukan, akan
dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Bengkulu, 2021
Dibuat Oleh :

Mengetahui :

23

Anda mungkin juga menyukai