Anda di halaman 1dari 38

KONSEP KEBUTUHAN KEAMANAN

DAN KENYAMANAN

Ns. Sinta Wijayanti, M.Kep., Sp.Kep.MB


Keamanan

 Keamanan adalah keadaan bebas dari


cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter& Perry,
2006).
 Keamanan lingkungan
Jenis dasar risiko terhadap keamanan klien
di dalam lingkungan pelayanan kesehatan
adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan
oleh klien, kecelakaan yang disebabkan oleh
prosedur, dan kecelakaan yang disebabkan
oleh penggunaan alat. (Potter & Perry, 2005).
Oksigenasi
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan
terhadap oksigen akan mempengaruhi
keamanan pasien. Namun bila tidak digunakan
secara benar oksigen juga bisa menimbulkan
ketidakamanan

Kelembapan
Pengurangan bahaya fisik
Pengurangan transmisi patogen
Pengontrolan polusi

Gas medik disimpan dengan benar dan dipasang


dalam area berventilasi cukup area penyimpanan
dengan kompartemen.
PENGERTIAN

Perubahan kenyamanan adalah keadaan di mana individu


mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons
terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda
Jual, 2000).

Kenyamanan: konsep sentral ttg kiat keperawatan.


Donahue (1989) : ” melalui rasa nyaman & tindakan u/
mengupayakan kenyamanan…..perawat m`berikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan”.

Nyeri : suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang


tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian2
dimana terjadi kerusakan (IASP, 1979)
 Nyeri : alasan yg paling umum orang
mencari perawatan kesehatan
 Gejala yg paling sering terjadi, tapi paling
sedikit dipahami
 Nyeri bersifat subjektif, sumber frustasi
baik bagi klien maupun tenaga kesehatan
 Nyeri dpt merupakan faktor utama yg
m`hambat kemampuan & keinginan
individu u/pulih dari suatu penyakit.
SIFAT NYERI :
 Menurut Mahon (1994) :
◦ Nyeri bersifat individu
◦ Tidak menyenangkan
◦ Merupakan suatu kekuatan yg
mendominasi
◦ Bersifat tidak berkesudahan
FISIOLOGI NYERI :
Komponen fisiologis nyeri :
 Resepsi
 Persepsi
 Reaksi
A. RESEPSI
Stimulus termal, mekanik, kimiawi, listrik

Kerusakan sel/jaringan

Melepaskan histamin, bradikinin, kalium di nosiseptor

Impuls saraf (menyebar di sepanjang serabut saraf perifer aferen)

Serabut delta-A Serabut C ( Myelin (-), kecil, lambat)


(Myelin (+), cepat)

Sensasi tajam, Impuls terlokalisasi buruk, viseral, &


t`lokalisasi, melokalisasi terus-menerus
sumber nyeri, m`deteksi
intensitas nyeri

Ditransmisikan sepanjang saraf aferen (prostaglandin, kalium)


Kornu dorsalis, medulla spinalis

Dilepaskan neurotransmitter : substansi P


ditransmisikan ke trac. Spinotalamus

SSP di otak (pembentukan retikuler, sist limbik,


talamus, korteks sensori, korteks asosiasi)

Kompensasi tbh (mengirim stimulus kembali ke bawah


kornu dorsalis di medulla spinalis/sist nyeri desenden)

Neuroregulator (endorfin) yg menghambat stimulus nyeri

Nyeri berkurang
Mekanisme REFLEKS PROTEKTIF
Serabut delta-A

Impuls sensori ke medulla spinalis


(tempat sinaps dengan neuron motorik)

Impuls motorik menyebar melalui sebuat lengkung refleks bersama serabut


saraf eferen (motorik) kembali ke suatu otot perifer dekat lokasi stimulasi

Kontraksi otot

Respon refleks protektif


Jar.superfisial : menarik diri
Jar. Internal : memendek & menegang
STIMULUS NYERI :
1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri
mekano-sensitif, misalnya distensi ductus,
tumor
2. Thermal (panas/dingin) : diterima oleh
reseptor thermosensitif, misalnya terbakar
(akibat panas/dingin yg ekstrem)
3. Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri
chemosensitif, misalnya perforasi organ
viseral
4. Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar
Neuroregulator di bagi 2 :
1. Neurotransmitter :
a. Substansi P
b. Serotonin
c. Prostaglandin
2. Neuromodulator :
a. Endorfin & dinorfin
b. Bradikinin
TEORI GATE CONTROL
 Peneliti mengetahui bhw tidak ada pusat nyeri
tertentu di sist saraf
 Teori gate control (Melzack & Wall; 1965) :
“impuls nyeri dpt diatur atau bahkan dihambat o/
mekanisme pertahanan di sepanjang SSP,
impuls nyeri dibuka saat sebuah pertahanan
dibuka”.
contohnya : menggosok punggung dgn lambat,
teknik distraksi, konseling, & pemberian plasebo

melepaskan endorfin & dinorfin


B. PERSEPSI
Persepsi mrp titik kesadaran sso terhadap
nyeri.
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medulla
spinalis, talamus, & otak tengah. Dari
talamus naik ke bbg area otak, termasuk
korteks sensori & korteks asosiasi (di
kedua lobus parietalis), lobus frontalis,
dan sistem limbik (Paice, 1991).
Saat individu sadar akan nyeri : terjadi
reaksi kompleks.
3 sistem interaksi persepsi nyeri (Meinhart &
McCaffery, 1983) :
1. Sensori-diskriminatif
2. Motivasi-afektif
3. Kognitif-evaluatif
1. Sensori-diskriminatif
 Transmisi nyeri tjd antara talamus & korteks
sensori
 Seorang individu m`persepsikan lokasi,
keparahan, & karakter nyeri
 Faktor2 yg menurunkan tk.kesadaran
(ex : analgetik, anestetik, penyakit serebral)
menurunkan persepsi nyeri
 Faktor2 yg meningkatkan kesadaran thd
stimulus (ex : ansietas, ggn tidur)
meningkatkan persepsi nyeri
2. Motivasi-afektif
 Interaksi antara p`bentukan sist retikular &
sist limbik m`hasilkan persepsi nyeri
 P`bentukan retikular m`hasilkan respons
pertahanan, menyebabkan individu
m`interupsi atau m`hindari stimulus nyeri
 Sistem limbik mengontrol respons emosi
& kemampuan yaitu koping nyeri
3. Kognitif-evaluatif
 Pusat kortikal yg lebih tinggi di otak
memengaruhi persepsi
 Kebudayaan, pengalaman dgn nyeri, &
emosi memengaruhi evaluasi thd
pengalaman nyeri
 Sist ini membantu sso u/
m`interpretasi intensitas & kualitas
nyeri, shg dpt melakukan suatu
tindakan
C. REAKSI

a. Respons Fisiologis
menstimulasi sistem saraf otonom
(simpatis & parasimpatis)
b. Respons Perilaku :
ada 3 fase pengalaman nyeri :
antisipasi, sensasi, & aftermath
1. Respon Sistem Saraf Simpatis

 Dilatasi bronchiolus & Pe RR


 Peningkatan denyut Jantung (N)
 Vasokonstriksi perifer (pucat,
Pe TD)
 Peningkatan kadar glukosa darah
 Diaforesis
 Peningkatan ketegangan otot
 Dilatasi pupil
 Penurunan motilitas sal cerna
2. Respon sist saraf
parasimpatis
 Pucat
 Ketegangan otot
 Penurunan denyut jantung & TD
 Pernafasan cepat & tidak teratur
 Mual & muntah
 Kelemahan & kelelahan
3. Respon Perilaku
 Cemas, takut
 Ekspresi wajah : mengatupkan
geraham, menggigit bibir, meringis,
menangis,dsb
 Fokus perhatian hanya kpd sensasi
nyeri
 Apasia, bingung, atau disorientasi
 Depresi
TIPE NYERI :
a. Nyeri Akut :
 Terlokalisasi
 Tajam : seperti ditusuk, disayat, di
cubit, dll
 Respon saraf simpatis
 Penampilan gelisah, cemas
 Pola serangan jelas
b. Nyeri Kronis
 Menyebar
 Tumpul : ngilu, linu, kemeng, nyeri, dsb
 Respon saraf parasimpatis
 Penampilannya depresi, menarik diri
 Pola serangannya tidak jelas
FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI :

1. Usia : anak - lansia


2. Jenis kelamin : laki2 - perempuan
3. Kebudayaan : cara menebus dosa
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan, hukuman,
tantangan
5. Perhatian : relaksasi, masase, guided imagery
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & sosial
Proses Keperawatan

•Pengkajian
•Diagnosa Keperawatan
•Intervensi
•Evaluasi
I. PENGKAJIAN
Pengkajian diperlukan untuk :
a. Menetapkan data dasar
b. Menegakkan diagnosa
keperawatan
c. Menyeleksi terapi yg cocok
d. Mengevaluasi respon klien
terhadap terapi
Pendekatan Klinis Rutin thd Pengkajian &
Penatalaksanaan “ABCDE” Nyeri
A : Ask / Tanyakan nyeri scr teratur
Assess / Kaji nyeri scr sistematis
B : Believe / Percaya apa yg dilaporkan K & klg serta
apa yg mereka lakukan u/menghilangkan nyeri
C : Choose / Pilih cara pengontrolan nyeri yg cocok
u/K, klg, dan kondisi
D : Deliver / Berikan intervensi scr terjadwal, logis, &
terkoordinasi
E : Empower / Dayagunakan K & klg mereka
Enable / Mampukan mereka mengontrol
pengobatan sejauh yg dpt dilakukan
I. PENGKAJIAN
A. Nursing History
1. Awitan & durasi
2. Lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia
3. Intensitas/ tk keparahan : menggunakan skala
Skala yg digunakan :
- Visual Analog Scale (VAS) : tdk nyeri- nyeri tdk
tertahankan ( K menetapkan suatu titik)
- Verbal Pain Scale/Numerical Rating Scales :
tidak nyeri – sangat nyeri
- Face Rating Scale : 0 - 5
4. Kualitas nyeri ( menggunakan kata2 pasien, ex :
seperti ditusuk, rasa terbakar, sensasi remuk/
crushing, berdenyut/throbbing, tajam atau tumpul,
dll). Bedah : tajam, infarkmiokard : crushing
5. Pola nyeri : apa saja yg dpt mempresipitasi/
memperburuk nyeri. Ex : faringitis smakin nyeri jika
menelan/berbicara. Ruptur diskus intravertebral
smakin nyeri jika membungkuk atau mengangkat
benda.
6. Tindakan u/menghilangkan nyeri : mengubah
posisi, berayun-ayun, menggosok, makan, meditasi,
mengompres
7. Gejala Penyerta : gejala yg menyertai nyeri (mual,
nyeri kepala, pusing, keinginan u/miksi, konstipasi,
gelisah)
8. Efek nyeri pada klien
 Tanda & gejala fisik : TTV, diaforesis
 Efek perilaku
a. Vokalisasi : mengaduh, menangis, sesak nafas,
mendengkur
b. Ekspresi wajah : meringis, menggertakan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata& mulut dgn rapat,
menggigit bibir
c. Gerakan tubuh : gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari & tangan, gerakan menggosok,
melindungi bag tubuh
d. Interaksi sosial : m`hindari percakapan, fokus hanya pd
aktivitas u/menghilangkan nyeri, menghindari kontak
sosial, penurunan rentang perhatian.
 Pengaruh pada aktivitas sehari-hari : aktivitas
sosial, pola tidur, aktivitas seksual
9. Status neurologis
Pasien DM : neuropati perifer
kurang merasakan nyeri
Klasifikasi Nyeri Menurut Lokasi

1. Superfisial/kutaneus : nyeri akibat


stimulasi kulit, b`langsung sebentar,
terlokalisasi, & tajam. Ex : jarum suntik,
luka potong kecil
2. Viseral Dalam : nyeri akibat stimulasi
organ2 internal, bersifat difus, durasi lbh
lama, terasa tajam, tumpul atau unik
tergantung organ yg terlibat. Ex : sensasi
crushing
pukul/ (angina pectoris), sensasi
terbakar (ulkus lambung)
3. Nyeri alih (Referred) : mrp fenomena dlm nyeri
viseral krn banyak organ tdk memiliki reseptor
nyeri. Nyeri terasa di bagian tbh yg terpisah dr
sumber nyeri & dpt terasa dgn bbg karakteristik. Ex :
infark miokard (nyeri alih ke rahang, lengan kiri,
bahu kiri), batu empedu ( selangkangan)
4. Radiasi : sensasi nyeri meluas dr tempat awal
cedera ke bagian tubuh yg lain. Nyeri terasa
menyebar ke bag tbh bawah atau sepanjang bag
tbh, dpt menjadi intermitten/konstan. Ex : nyeri
punggung bag bawah akibat diskus intravertebral
yg ruptur disertai nyeri yg meradiasi sepanjang
tungkai dr iritasi saraf skiatik.
II. DIAGNOSA KEP
a. Ansietas b.d nyeri yang tidak hilang
b. Ggn rasa nyaman : nyeri b.d. cedera fisik atau trauma,
penurunan suplai darah ke jaringan, proses melahirkan
normal
c. Nyeri kronik b.d. jaringan parut, kontrol nyeri yg tidak
adekuat
d. Ketidakberdayaan b.d. nyeri maligna kronik
e. Ketidakefektifan koping individu b.d. nyeri kronik
f. Hambatan mobilisasi fisik b.d. nyeri muskuloskeletal,
nyeri insisi
g. Resiko cedera b.d. penurunan resepsi nyeri
h. Defisit perawatan diri b.d. nyeri muskuloskeletal
i. Disfungsi seksual b.d. nyeri artritis panggul
j. Ggn pola tidur b.d. nyeri punggung bag bawah
III. Intervensi:
MANAGEMEN NYERI
1. Intervensi farmakologis
2. Intervensi non-farmakologis
a. Distraksi : nonton TV, musik, nafas dalam
b. Relaksasi : meditasi, yoga, Zen
c. Progress relaksasi
d. Guided Imagery
e. Massage
f. Therapeutik touch
g. Aromatherapy
h. Acupunctur
I. TENS : stimulasi saraf elektrik transkutan
j. Hypnosis
IV. EVALUASI
- Respon Pasien
- Hasil
TERIMA KASIH
Selamat Belajar !!!

Anda mungkin juga menyukai