Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRATIKUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN PAKU

KELOMPOK 1 BIOLOGI C 2019


1. Annisa Nurallya Imannida (1903346) 4. Putri Herlina (1908295)
2. Melanie Kristi (1905406) 5. Salsabila Shafa Saidah (1902240)
3. Muhtiara Yaser (1901492) 6. Wasni Az-Zahra (1902717)
A. JUDUL
Laporan Praktikum Pinophyta.
B. TUJUAN
1. Untuk mengenal keanekaragaman Pinophyta,
2. Untuk menentukan ciri umum Pinophyta,
3. Untuk menemukan ciri khusus setiap kelompok Pinophyta,
4. Untuk menganalisis hubungan kekerabatan melalui kegiatan taksonomi numerik (fentika dan
kladistika),
5. Untuk menganalisis urutan perkembangan filogeni dari kelompok Pinophyta primitif sampak
kelompok Pinophyta yang maju melalui kegiatan seriasi menggunakan skala filogeni, dan
membandingkannya dengan kladogram,
6. Untuk mengidentifikasi manfaat dari setiap kelompok Pinophyta.
C. BAHAN DAN METODE
Tabel C.1 Bahan Praktikum Penentuan karakter Mengamati spesies
Bahan Morfologi yang akan melalui gambar pada
Cyadaceae Cycas rumphii diamati literatur
Coniferinae Pinus merkusii
Agathis alba
Araucaria Melakukan fenetika Melakukan seriasi dengan
cuninghamii dan kladistika dengan cara menghitung skor pada
Cupressus sp cara menghitung masing-masing karakter
Podocarpus karakter "ya" dan pada spesies dan
imbricatus "tidak" pada spesies menghitung rata-ratanya
Gnetaceae Gnetum gnemon Gambar 1. Langkah Kerja Praktikum
D. HASIL PENGAMATAN
Spesies: Karakteristik:
A. Cycas rumphii 1. Tepi daun rata
B. Pinus merkusii 2. Duduk daun berhadapan
C. Podocarpus imbricatus 3. Pertulangan daun brachidodromous
D. Gnetum gnemon 4. Letak strobilus aksilar
5. Letak mikrosporofil spiral
Fenetika
Tabel Karakterisasi Indeks Kesamaan
1 2 3 4 5 A – B = 4/5 = 0.8 A – D = 0/5 = 0 B – D = 1/5 = 0.2
A 0 0 0 0 1 A – C = 3/5 = 0.6 B – C = 4/5 = 0.8 C – D = 2/5 = 0.4
B 0 0 0 1 1
C 1 0 0 1 1
D 1 1 1 1 0
Matriks Persamaan Klastering 1 Klastering 2
A B C D P C D Q D
A P Q
B 0.8 C 0.7 D 0.25
C 0.6 0.8 D 0.1 0.4
D 0 0.2 0.4
A–B=P C–P=Q
Kladistika
1 2 3 4 5 Jumlah Perubahan Evolusi
Outgroup 0 0 0 0 0 0
A 0 0 0 0 1 1
B 0 0 0 1 1 2
C 1 0 0 1 1 3
D 1 1 1 1 0 4
Outgroup Cycas Gnetum Podocarpus Pinus Cycas
rumphii (A) gnemon (D) imbricatus (C) merkusii (B) rumphii (A)
Pinus
Podocarpus
merkusii (B)
imbricatus (C) Gnetum
5
5 5 gnemon (D)
2 0.8
3 A
1 0.7
4 C P
Gambar 3. Skala Kladistika Pinophyta 0.25
D Q
Gambar 2. Skala Fenetika Pinophyta
Tabel Seriasi
Cycas rumphii (A) Pinus merkusii (B) Agathis alba (C) Araucaria cuninghamii (D) Cupressus sp (E)
Karakteristik
Ciri Skor Ciri Skor Ciri Skor Ciri Skor Ciri Skor
Habitus Pohon 1 Pohon 1 Pohon 1 Pohon 1 Pohon 1
Batang Berkayu 1 Berkayu 1 Berkayu 1 Berkayu 1 Berkayu 1
Pola percabangan Monopodial 3 Monopodial 3 Monopodial 3 Monopodial 3 Monopodial 3
Jenis daun Tunggal partitus 3 Tunggal partitus 3 Tunggal 1 Tunggal 1 Tunggal 1
Tepi daun Berbagi 3 Berbagi 3 Rata 1 Rata 1 Rata 1
Duduk daun Roset 5 Tersebar 1 Berhadapan 3 Tersebar 1 Tersebar 1
Pertulangan daun Craspedodromous 4 Belum berpola 2 Belum berpola 2 Sisik 1 Sisik 1
Keadaan daun muda Menggulung 1 Tidak menggulung 5 Tidak menggulung 5 Tidak menggulung 5 Tidak menggulung 5
Letak strobilus Terminal 1 Aksilar 5 Terminal 1 Terminal 1 Salah satu aksilar 3
Jumlah makrosporofil Banyak >10 1 Banyak >10 1 Banyak >10 1 Banyak >10 1 Beberapa 3
Letak makrosporofil Spiral 1 Spiral 1 Spiral 1 Spiral 1 Berkarang 5
Jumlah mikrosporofil Banyak >10 1 Banyak >10 1 Banyak >10 1 Banyak >10 1 Banyak >10 1
Letak mikrosporofil Spiral 1 Spiral 1 Spiral 1 Spiral 1 Spiral 1
Jumlah biji per karpel Beberapa 5-10 1 Sedikit (1-4) 5 Sedikit (1) 5 1 sampai 4 5 Banyak >10 1
Keterbukaan bakal biji Terbuka 1 Agak terbuka 3 Agak terbuka 3 Agak terbuka 3 Agak terbuka 3
Kelamin tumbuhan Diocious 5 Monoecious 1 Monoecious 1 Monoecious 1 Monoecious 1
Umur tumbuhan Tahunan 1 Tahunan 1 Tahunan 1 Tahunan 1 Tahunan 1
Jumlah sporangium Banyak 1 Sedikit (2) 5 Beberapa 5-10 3 Banyak 1 Beberapa 5-10 3
per mikrosporofil
Jumlah 35 43 35 30 36
Podocarpus imbricatus (F) Gnetum gnemon (G)
Karakteristik
Ciri Skor Ciri Skor
Habitus Pohon 1 Pohon 1
Batang Berkayu 1 Berkayu 1
Pola percabangan Monopodial 3 Simpodial 5
Jenis daun Tunggal 1 Tunggal 1
Tepi daun Rata 1 Rata 1
Duduk daun Tersebar 1 Berhadapan 3
Pertulangan daun Belum berpola 2 Brachidodromous 5
Keadaan daun muda Tidak menggulung 5 Tidak menggulung 5
Letak strobilus Aksilar 5 Aksilar 5
Jumlah makrosporofil Sedikit <5 5 Banyak 1
Letak makrosporofil Hampir berkarang 4 Berkarang 5
Jumlah mikrosporofil Banyak >10 1 Banyak 1
Letak mikrosporofil Spiral 1 Berkarang 5
Jumlah biji per karpel Sedikit (!) 5 Sedikit (1) 5
Keterbukaan bakal biji Hampir tertutup 4 Hampir tertutup 4
Kelamin tumbuhan Dioecious 5 Gabungan 3
Umur tumbuhan Tahunan 1 Tahunan 1
Jumlah sporangium per mikrosporofil Sedikit <5 5 Sedikit (2) 5
Jumlah 51 57

E. PEMBAHASAN
Berdasarkan habitus, batang, pola percabangan, jenis daun, tepi daun, duduk daun, pertulangan
daun, keadaan daun muda, letak strobilus jantan dan betina, jumlah makrosporofil, letak
makrosporofil, jumlah mikrosporofil, letak mikrosporofil, jumlah biji per karpel, keterbukaan bakal
biji, kelamin tumbuhan, umur tumbuhan, dan jumlah sporangium per mikrosporofil tumbuhan
runjung(conifer) dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu Cycadaceae, Pinaceae, Araucariaceae,
Cupressaceae, Podocarpaceae, dan Gnetaceae.
Ahli taksonomi mengenali empat kelas yang berbeda dari tumbuhan Pinophyta, yaitu
Cycadopsida, Ginkgopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida, dengan total ada 88 genera dan lebih
dari 1000 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Cycadopsida diwakili oleh ordo Cycadales dengan
dua familia (Cycadaceae dan Zamiaceae). Ginkgopsida diwakili oleh ordo Ginkgoales dengan satu
familia Ginkgoaceae. Coniferopsida diwakili oleh ordo Coniferales dengan beberapa familia
(Pinaceae, Araucariaceae, Podocarpaceae, dan Cupressaceae). Gnetopsida diwakili oleh ordo
Gnetales dengan beberapa familia (Gnetaceae, Ephedraceae, Welwitziaceae) (Hidayat, dkk., 2020).
Ciri utama dari divisi Pinophyta adalah bijinya telanjang, yaitu tanpa dilapisi atau ditutupi
daging buah dan tumbuh kurang lebih terdedah ke udara pada permukaan dari sisi runjung (strobilus)
atau pada tangkai diantara daun-daun. Sebagai bandingan, biji-biji dari Magnoliophyta tumbuh di
dalam jaringan bakal buah (ovarium) atau struktur bunga yang lain. Serbuk sari dari Pinophyta
berkecambah pada ovul, tetapi pada Magnoliophyta, serbuk sari tidak langsung bersentuhan dengan
ovul, tapi hinggap pada bagian kepala putik (stigma) dari putih (pistilum) dimana ia berkecambah.
Tabung sari tumbuh menembus jaringan-jaringan lain sebelum akhirnya memasuki jaringan ovul.
Beberapa hal lain yang membedakan Pinophyta dari Magnoliophyta adalah:
1. Tidak adanya pembuahan ganda
2. Tidak adanya pembuluh trakea pada xilem kecuali pada sub divisio Gnetophytina
3. Tidak adanya sel pengantar pada xilem
4. Adanya gametofit betina yang terdiri dari banyak sel
5. Adanya arkegonium pada gametofit betina (kecuali pada Gnetum dan Welwitschia)
6. Sebagian besar berupa tumbuhan berkayu (Azidin, 1986).
Ordo Cycadales dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon palem.
Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun mudanya menggulung seperti daun tumbuhan
paku muda. Termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada
pohon yang berbeda. Ordo Coniferales, merupakan tumbuhan berkayu, daun berbentuk jarum,
duduk daunnya tersebar. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu. Strobilus jantan aksilar
bertangkai yang tersusun dalam suatu spiral dengan dua kantong sari. Ordo Gnetales merupakan
tumbuhan memanjat dan berkayu, beberapa jenis berupa pohon tegak. Daun tunggal berhadapan
pertulangan reticulatus. Strobili uniseksual atau biseksual tidak sempurna. Hanya terdiri dari satu
genus (Tjitrosoepomo, 2010).
Berdasarkan pengamatan pada tabel fenetika, kesamaan ciri antar spesies yang paling banyak
adalah pada spesies A (Cycas rumphii) dengan spesies B (Pinus merkusii) karena keduanya tidak
memiliki tepi daun yang rata, duduk daunnya tidak berhadapan, pertulangan daunnya bukan
brachidodromous, dan memiliki letak mikrosporofil yang spiral. Namun, spesies B memiliki kadar
kesamaan yang sama juga dengan spesies C (Podocarpus imbricatus) karena spesies C tidak
memiliki duduk daun yang berhadapan, pertulangan daun yang bukan brachicocromous, memiliki
letak strobilus aksilar, dan memiliki letak mikrosporofil yang spiral. Di bawah itu, disusul dengan
spesies A dan C yang memiliki kesamaan pada karakter duduk daun tidak berhadapan, pertulangan
daun bukan brachidodromous, serta memiliki letak mikrosporofil spiral. Spesies C dan D (Gnetum
gnemon) sama-sama memiliki tepi daun yang rata dan letak strobilus yang aksilar. Lalu, spesies B
dan D memiliki kesamaan yang paling sedikit yaitu letak strobilus aksilar, sementara antar spesies
A dan D tidak terdapat kesamaan sama sekali dengan skor 0. Maka, hubungan kekerabatan yang
paling dekat adalah antar Cycas rumphii dan Pinus merkusii serta antara Pinus merkusii dan
Podocarpus imbricatus dengan skor masing-masing 0,8; diikuti dengan Cycas rumphii dan
Podocarpus imbricatus dengan skor 0,6; spesies Podocarpus imbricatus dan Gnetum gnemon
dengan skor 0,4; dan spesies Pinus merkusii dan Gnetum gnemon dengan skor 0,2.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel kladistika, urutan spesies pinophyta dari yang paling
primitif menuju yang paling maju adalah Cycas rumphii, Pinus merkusii, Podocarpus imbricatus,
dan Gnetum gnemon yang menempati posisi paling maju. Cycas rumphii, Pinus merkusii, dan
Podocarpus imbricatus sama-sama memiliki karakter nomor 5 yaitu letak mikrosporofil spiral.
Seluruh spesies kecuali Cycas rumphii, memiliki karakter nomor 4 yaitu letak strobilus aksilar.
Podocarpus imbricatus dan Gnetum gnemon memiliki karakter nomor 1 yaitu tepi daun yang rata.
Kemudian karakter 3 dan 2 berturut-turut yaitu duduk daun berhadapan serta pertulangan daun
brachidodromous hanya dimiliki oleh Gnetum gnemon yang membuatnya menjadi spesies paling
maju di antara spesies lainnya dengan total skor karakter paling banyak yaitu 4 ciri.
Setelah melakukan analisis terhadap karakter Pinophyta menggunakan tabel seriasi, didapatkan
urutan perkembangan Pinophyta dari yang paling primitif sampai yang paling maju yaitu Araucaria
cuninghamii, Cycas rumphii, Agathis alba, Cupressus sp, Pinus merkusii, Podocarpus imbricatus,
Gnetum gnemon. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori yang ada, seharusnya
Cycas rumphii yang berasal dari kelompok Cyadaceae merupakan spesies yang paling primitif.
Ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan teori yang ada ini dikarenakan tidak semua karakteristik
digunakan dalam kegiatan seriasi yang kami lakukan. Hasil seriasi yang didapatkan telah sesuai
dengan hasil kladistika yang didapatkan. Berdasarkan hasil seriasi dan kladistika tersebut, urutan
perkembangan kelompok Pinophyta dari yang paling primitif sampai yang paling maju yaitu
Cyadaceae, Coniferinae, Gnetaceae.
Menurut Wibowo, dkk (2012), manfaat dari pakis haji yaitu bijinya dapat dimakan dan diolah
menjadi tepung, daun yang belum mekar sebagai sayur, akar sebagai penambatan nitrogen bebas
dari udara sehingga menyuburkan tanah. Batang dapat menghasilkan semacam sagu dan tapal biji
dan pepagan dipakai untuk menyembuhkan pegal dan gangguan kulit. Pohonnya sering dijadikan
tanaman hias dan getah pohon berkhasiat sebagai obat disentri. Rambut batang untuk mengobati
luka baru dan daunnya dapat untuk pembersih darah sehabis melahirkan. Buah pakis haji dapat
mengobati diabetes, pendarahan menstruasi. Daunnya mengobati bisul radang kulit bernanah,
rematik dan luka bakar. Daun pakis haji mengandung vitamin C tinggi untuk pembentukan kolagen
dan penyemuhan luka.
Pohon pinus memiliki banyak manfaat yang besar, baik hasil kayu maupun non kayunya. Kayu
pinus digunakan untuk berbagai keperluan seperti konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api, dan
sumpit. Hasil non kayu berupa getah yang menghasilkan produk gondorukem dan terpenting yang
bernilai jual tinggi (Harahap, 2002).
Menurut Dedy (1999), melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tanaman yang banyak
manfaatnya, hampir seluruh bagian tanaman mulai dari daun, bunga, buah sampai batangnya dapat
bermanfaat untuk keperluan rumah tangga dan industri. Daun, bunga, buah muda dan kulit buah
yang tua dapat dijadikan sayuran. Biji tua dapat dijadikan emping yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, kulit pohon dapat dijadikan tali dan kayunya untuk bahan pembuat kertas. Tanaman
melinjo juga mengandung gizi yang cukup tinggi, selain karbohidrat juga mengandung lemak,
protein, mineral dan vitamin-vitamin.
F. SIMPULAN
Berdasarkan habitus, batang, pola percabangan, jenis daun, tepi daun, duduk daun, pertulangan
daun, keadaan daun muda, letak strobilus jantan dan betina, jumlah makrosporofil, letak
makrosporofil, jumlah mikrosporofil, letak mikrosporofil, jumlah biji per karpel, keterbukaan bakal
biji, kelamin tumbuhan, umur tumbuhan, dan jumlah sporangium per mikrosporofil tumbuhan
runjung(conifer) dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu Cycadaceae, Pinaceae, Araucariaceae,
Cupressaceae, Podocarpaceae, dan Gnetaceae. Ciri umum dari tumbuhan runjung adalah bijinya
telanjang yaitu tanpa dilapisi atau ditutupi daging buah dan tumbuh kurang lebih terdedah ke udara
pada permukaan dari sisik runjung (stobilus) atau pada tangkai diantara daun-daun.
Ordo Cycadales dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon palem.
Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun mudanya menggulung seperti daun tumbuhan
paku muda. Termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada
pohon yang berbeda. Ordo Coniferales, merupakan tumbuhan berkayu, daun berbentuk jarum,
duduk daunnya tersebar. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu. Strobilus jantan aksilar
bertangkai yang tersusun dalam suatu spiral dengan dua kantong sari. Ordo Gnetales merupakan
tumbuhan memanjat dan berkayu, beberapa jenis berupa pohon tegak. Daun tunggal berhadapan
pertulangan reticulatus. Strobili uniseksual atau biseksual tidak sempurna.
Berdasarkan hasil fenetika, didapatkan bahwa hubungan kekerabatan yang paling dekat adalah
antar Cycas rumphii dan Pinus merkusii serta antara Pinus merkusii dan Podocarpus imbricatus
dengan skor masing-masing 0,8; diikuti dengan Cycas rumphii dan Podocarpus imbricatus dengan
skor 0,6; spesies Podocarpus imbricatus dan Gnetum gnemon dengan skor 0,4; dan spesies Pinus
merkusii dan Gnetum gnemon dengan skor 0,2
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel kladistika, urutan spesies pinophyta dari yang paling
primitif menuju yang paling maju adalah Cycas rumphii, Pinus merkusii, Podocarpus imbricatus,
dan Gnetum gnemon yang menempati posisi paling maju. Hasil tersebut telah sesuai dengan teori
yang ada. Cycas rumphii, Pinus merkusii, dan Podocarpus imbricatus sama-sama memiliki karakter
nomor 5 yaitu letak mikrosporofil spiral. Seluruh spesies kecuali Cycas rumphii, memiliki karakter
nomor 4 yaitu letak strobilus aksilar. Podocarpus imbricatus dan Gnetum gnemon memiliki karakter
nomor 1 yaitu tepi daun yang rata. Kemudian karakter 3 dan 2 berturut-turut yaitu duduk daun
berhadapan serta pertulangan daun brachidodromous hanya dimiliki oleh Gnetum gnemon.
Setelah melakukan analisis terhadap karakter Pinophyta menggunakan tabel seriasi, didapatkan
urutan perkembangan Pinophyta dari yang paling primitif sampai yang paling maju yaitu Araucaria
cuninghamii, Cycas rumphii, Agathis alba, Cupressus sp, Pinus merkusii, Podocarpus imbricatus,
Gnetum gnemon. Ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan teori yang ada ini dikarenakan tidak
semua karakteristik digunakan dalam kegiatan seriasi yang kami lakukan. Hasil seriasi yang
didapatkan telah sesuai dengan hasil kladistika yang didapatkan. Berdasarkan hasil seriasi dan
kladistika tersebut, urutan perkembangan kelompok Pinophyta dari yang paling primitif sampai
yang paling maju yaitu Cyadaceae, Coniferinae, Gnetaceae.
Pinophyta mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, contohnya Cycas rumphii
yaitu bijinya dapat dimakan dan diolah menjadi tepung, daun yang belum mekar sebagai sayur, akar
sebagai penambatan nitrogen bebas dari udara sehingga menyuburkan tanah. serta Pinus merkusii
digunakan untuk berbagai keperluan seperti konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api, dan sumpit.
Dan Gnetum gnemon atau melinjo daun, bunga, buah muda dan kulit buah yang tua dapat dijadikan
sayuran. Biji tua dapat dijadikan emping yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, kulit pohon
dapat dijadikan tali dan kayunya untuk bahan pembuat kertas.
G. REFERENSI
Azidin. (1986). Penjelasan tentang botani tinggi. Jakarta: Erlangga.
Dedy. (1999). Usaha tani melinjo. Majalah Departemen pertanian.
Harahap. (2002). Keragaman sifat dan uji asal benih pinus merkusii di sumatera. Buletin Penelitian
Kehutanan Pematang Siantar.
Hidayat, T., dkk. (2020). Penuntun praktikum biosistematika tumbuhan. Bandung: Departemen
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Tjitrosoepomo, Gembong. (2010). Taksonomi tumbuhan (spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wibowo, W., dkk. (2012). Kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hidup studi kasus masyarakat
didesa Colo Kecamatan Dawe kabupaten kudus. Jurnal of Educations Social Studies, 1(1):
25–30.

Anda mungkin juga menyukai