Anda di halaman 1dari 76

Konsep Kegawatdaruratan

Maternal Dan Neonatal

Kurniaty Ulfah
Jurusan Kebidanan Poltekkes Bandung
POKOK BAHASAN
1. Situasi Kesehatan Ibu dan Anak
2. Konsep Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
3. Fasilitas/Pusat Komando Kegawatdaruratan
4. Triase/Penilaian Cepat Kegawatdaruratan
5. Pengelolaan Diri dan Tim Penolong
6. Komunikasi pada Pasien
Bagian 1

SITUASI KESEHATAN IBU DAN ANAK


KESEHATAN IBU DAN ANAK
AKI Tahun 1994-2012 dan Target RPJMN 2019

450
Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Per 100.000 Kelahiran Hidup


400 390
359
Angka Kematian Bayi (AKB) masih 350
300
334 307 306
cukup tinggi walaupun dalam

Kematian Ibu
228
250
beberapa dekade terakhir AKI dan 200
150
AKB telah mengalami penurunan. 100
50
0
1994 1997 2002-2003 2007 2012 2019
SDKI Target RPJMN 2019

Status kesehatan ibu dan anak belum membaik secara


signifikan dan kesenjangan masih cukup lebar

Pada pelayanan kesehatan rujukan, banyak


rumah sakit yang belum memenuhi standar
ketenagaan. Persalinan di Cakupan Imunisasi
Fasilitas Kesehatan (%) Dasar Lengkap (%)
Persentase RSU Pemerintah Menurut Ketersediaan Dokter Spesialis
pada RSU Tipe C dan Tipe D, 2011

DISPARITAS
Tertinggi
100 91
89 88
81 DIY DIY
80
56 56
MASIH LEBAR Nasional
60 51 48
Kelas C
40
Kelas D
20 Sumber: Riskesdas, 2013 Terendah
MALUKU PAPUA
Sumber:
0
Risfaskes, 2011
Sp. Penyakit Sp. Bedah Sp. Anak Sp. Obstetrik
Dalam Ginekologi
Situasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Kehamilann Ibu , Bayi Hasil Tinjut SP
 85% normal Balita 2010 :
Risfaskes 2011 : Selamat 59% Kematian ada di
 15% perkiraan
 70.15% Bidan tinggal Rumah Sakit
komplikasi, tak dpt
di desa diprediksi tp dapat
 64.86% Bidan di Desa Risfaskes 2011
dicegah
yang mempunyai Kit  21% RS
 BdD mampu I. Pemanfaatan Pemerintah
GDON:10.80% penolong persalinan memenuhi Kriteria
 BdD telah dilatih APN : terampil , Penanganan Umum PONEK
45.63% Balita Sakit di fasilitas III. Kualitas  52,7% RSU
 47,4% puskesmas kesehatan pelayanan di RS pemerintah dengan
perawatan mampu dokter telah
PONED terlatih PONEK
Kualitas pelayanan Akses ke RS
 42.6% Puskesmas  50,4% RSU
Pencegahan komplikasi
PONED tersedia Identifikasi komplikasi
tepat waktu pemerintah dengan
MgSO4 Pertolongan pertama thd
bidan terlatih
Komplikasi & penstabilan PONEK
Data Rutin 2012: sebelum rujukan
Studi di Banten:
Jumlah Dukun : 110.557
II.Rujukan Efektif  44% terlambat
Dukun bermitra : 80.791
mendapatkan
 (73%)
pelayanan di RS
Riskesdas 2013 : Hasil Assesment
 Pn di Faskes : 76,1% FAKTA: Yankes Ibu 2012 :
 Proporsi Pertolongan  SP 2010- Litbangkes 2012 : 49,7% - 75,3% meninggal di  Kepatuhan
Persalinan di rumah : RS pemerintah dan swasta (tergantung jenis komplikasi); terhadap
23,7% 17.1-37.8% di rumah sendiri manajemen
 Studi di Banten: 66% terlambat mencapai fasilitas rujukan Eklampsi 70%
Kualitas Pelayanan Kesehatan Maternal di Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan Penilaian Terhadap Tenaga Kesehatan

Kualitas pelayanan kesehatan ibu


di fasyankes (RS, Puskesmas,
BPM) secara umum masih
rendah

Kemenkes, WHO & HOGSI, 2012


Kualitas Asuhan Antenatal
100 95

80
80

60 58 60
60 55
45
40 RS
40 35 33 30 35
PKM
KB
20

0
Edukasi tanda Periksa KU dan Periksa Penggunaan
bahaya tanda vital hemoglobin Buku KIA

Kajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO & HOGSI, 2012
7
Kualitas Pelayanan Persalinan Normal
100
88
80 77
70
60 57,5
60 54
45
40 35 RS
25
PKM
20
KB
0
Melengkapi Menyuntikkan 10 U Pemantauan
partograf oksitosin IM segera kontraksi dan Cegah
setelah bayi lahir Pendarahan
Pervaginam

Sumber: Kajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO & HOGSI, 2012
8
KUALITAS ANTE NATAL CARE DI PUSKESMAS

90
81,3
80
76,8 75,4
75
68,3 67,4
70
62,9
60,3
58
60

50

40
31,7
30
22,3
18,8
20

10

PERSENTASE

Sumber: Kajian Kualitas Pelayanan ANC di FKTP, Kemenkes, 2014


Apa Penyebab Kematian Ibu?

1.Penyebab Langsung
Penyebab kematian ibu yang merupakan aspek
medis yang harus ditangani oleh tenaga medis
atau tenaga kesehatan. Kasus- kasus tersebut
antara lain pendarahan, eklampsia, partus
lama, komplikasi aborsi dan infeksi
(Kementerian Kesehatan RI, 2009)
2.Penyebab Tidak Langsung
Aspek non-medis yang merupakan
penyebab yang mendasar, antara lain status
perempuan dalam keluarga, keberadaan
anak, sosial budaya, pendidikan, sosial
ekonomi, dan geografis daerah.
EMPAT PINTU MENGHINDARI KEMATIAN IBU

Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Poned, Kemenkes RI 2013


Bagian 2

KONSEP KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL
BATASAN GAWAT DARURAT

• Berasal dari istilah critical ill patient (pasien kritis/ gawat) dan emergency
patient (pasien darurat)

• Situasi serius yang memerlukan tindakan cepat dan tepat, pada kondisi
tidak terduga yang mengancam kehidupan

• Unit perawatan darurat

• Waktu dan informasi terbatas

• Intervensi sebelum pengkajian lengkap berdasarkan pengalaman dan


penilaian

• Evaluasi dalam hitungan menit


BATASAN KEGAWATDARURATAN

Pengertian :

 Kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,


seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011)

 Situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara


tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
guna menyelamtkan jiwa/ nyawa
(Campbell S, Lee C, 2000)
BATASAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI

1. Kegawatdaruratan Maternal Obstetri:

 Kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam


kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.
Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

 Kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan


berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
(Saifuddin, 2002)
Jenis Kasus Kegawatdaruratan Maternal Obstetri:

• Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan


dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada
minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada
minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta
previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta
inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan
koagulopati obstetri.
BATASAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL

 Situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang


tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa
saja timbul sewaktu-waktu.
(Sharieff, Brousseau, 2006)
BATASAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
NEONATAL

 Kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir
dengan komplikasi/ penyulit yang menyertai atau diperberat
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas.

(Panduan Opersional Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi)


TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
DAN NEONATAL

Menyelamatkan ibu dan anak baru lahir melalui penanganan awal


kegawatdaruratan, kolaborasi, dan rujukan dalam satu wilayah
kabupaten/kotamadya atau provinsi.
PPGD (Penaggulangan Penderita Gawat Darurat)

 Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah


kematian maupun kecacatan
 Keberhasilan PPGD sangat bergantung dari kecepatan
dan kualitas pertolongan yang didapatkan oleh pasien

 Kematian karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat


daripada kematian karena kemampuan bernafas

 Kematian krn ketidakmampuan bernafas akan lebih cepat


drpd kematian krn kehilangan darah

 Kematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab


intra kranial
Prioritas Manajemen Darurat

• Mempertahankan kehidupan
• Mencegah kerusakan sebelum
tindakan/perawatan selanjutnya
• Menyembuhkan klien pada kondisi yang
berguna bagi kehidupan
Bagian 3

FASILITAS/PUSAT KOMANDO
KEGAWATDARURATAN
SASARAN MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL

1. PPGDON (Pertolongan Pertama pada Kegawatdaruratan


Obstetri dan Neonatal)
2. PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
3. PONEK (Pelayanan Obstetri dan EmergensiKomprehensif)
FASILITAS KEGAWATDARURATAN
PPGDON

 Pelayanan Penanganan Gawat darurat Obstetri dan


Neonatal di tingkat pelayanan bidan/perawat
PONED

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di


tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Balkesmas).

Puskesmas mampu PONED


Puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam
sehari dan 7 hari seminggu
PONED

Kriteria Puskesmas PONED:


1) Adanya Tim Terlatih PONED bersertifikat dan kompeten
2) Adanya Tim Pendukung PONED
3) Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai standar
4) Tersedianya ruangan untuk: penerimaan pasien,
pemeriksaaan, pelayanan/tindakan dan perawatan di
fasilitas rawat inap untuk ibu dan bayinya
5) Tersedianya sarana transportasi rujukan dengan
kelengkapannya
PONED

Kriteria Puskesmas PONED:


6) Tersedianya alat komunikasi dan informasi
7) Tersusunnya rencana kegiatan yang disusun melalui
pertemuan LP dan LS, dalam forum DTPS, yang
disertai indikator pencapaiannya
8) Tersedianya biaya operasional dalam jumlah yang
memadai
PONED

Kriteria Puskesmas PONED:


9) Adanya SPO yang disusun Tim PONED dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas, dan sudah
dikonsultasikan kepada POGI dan IDAI setempat.
10) Adanya MoU antara RS PONEK/RSSIB dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten, tentang Pembinaan Teknis
PONED oleh RS PONEK, secara berkala dan teratur.
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
BATASAN KEWENANGAN PELAYANAN PONED
KASUS-KASUS YANG HARUS DIRUJUK OLEH
PONED KE RS
KASUS-KASUS YANG HARUS DIRUJUK OLEH
PONED KE RS
PONEK

 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di


tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit).

 RS PONEK 24 jam
 memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan
prasarana penunjang yang memadai
 memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan
obstetrik dan neonatal dasar maupun komprehensif secara
langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas baik
yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
Bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas mampu PONED
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL

1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif

2. Penanganan lanjut kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di


ruang tindakan

3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan


seksio saesaria

4. Perawatan intensif ibu dan bayi

5. Pelayanan asuhan antenatal risiko tinggi


Bagian 4

TRIASE/PENILAIAN CEPAT KASUS


GAWAT DARURAT
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL

Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Jalan nafas dan Amati: • Anemia berat


usaha nafas • Sianosis • Gagal jantung
• Kesulitan pernafasan • Pneumonia
• Asma
Periksa:
• Kulit: pucat
• Paru: wheezing atau
rales
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL

Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Sirkulasi Periksa: Syok


(tanda syok) • Kulit: dingin,
lembab/basah
• Nadi: cepat (≥ 110) dan
lemah
• TD: rendah (sistole < 90
mmHg)
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Perdarahan per Tanyakan: • Abortus


vaginam • Hamil/tidak, perkiraan umur • Kehamilan ektopik
kehamilan • Kehamilan mola
• Riwayat persalinan saat ini
• Kelahiran plasenta • Solusio plasenta
• Ruptur uterus
Periksa: • Plasenta previa
• Vulva: jumlah perdarahan
• Uterus: kontraksi -> atonia • Atonia uteri
• Blas: penuh • Robekan
serviks/vagina
Jangan melakukan PD pada • Retensio plasenta
tahap ini. • Inversio uterus
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Tidak sadar atau Tanyakan: • Eklampsia


kejang • Hamil/tidak, perkiraan umur • Malaria
kehamilan • Epilepsi
• Tetanus
Periksa:
• TD: tinggi (diastolik ≥ 90
mmHg)
• Suhu: ≥ 38oC
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Demam tinggi Tanyakan: • Infeksi saluran kemih


• Lemah, letargis • Malaria
• Sering berkemih dan nyeri
• Endometritis
Periksa: • Abses pelvik
• Suhu: ≥ 38oC • Peritonitis
• Tidak sadar • Infeksi payudara
• Leher: kaku
• Paru: nafas dangkal, sulit • Komplikasi abortus
• Abdomen: nyeri tekan
hebat • pneumonia
• Vulva: pengeluaran purulen
• Payudara: nyeri jika
disentuh
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Nilai Tanda Bahaya Pertimbangkan

Nyeri abdomen Tanyakan: • Kista ovarium


• Hamil/tidak, perkiraan umur • Appendiksitis
kehamilan • Kehamilan ektopik

Periksa: • Persalinan aterm atau


• TD: rendah (sistolik kurang prematur
dari 90 mmHg • Amnionitis
• Nadi: cepat (≥ 110) • Solusio plasenta
• Suhu: ≥ 38oC • Ruptur uterus
• Palpasi ukuran rahim
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN MATERNAL

Selain itu, wanita yang memiliki tanda berikut PERLU MENDAPAT


PERHATIAN :
• Pengeluaran lendir darah dengan kontraksi yang nyata
• Pecah ketuban
• Pucat
• Lemah
• Pingsan
• Sakit kepala hebat
• Pandangan kabur
• Muntah
• Demam
• Kesulitan bernafas
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Jalan nafas dan Jika ada benda asing


usaha nafas: teraspirasi:
 Tersumbat atau  Lakukan manajemen
tidak ada bayi tersedak
Ada salah
pernafasan Jika tidak ada benda asing
satu tanda
 Sianosis sentral positif teraspirasi:
 Kesulitan  Pembebasan jalan nafas
pernafasan  Beri oksigen
berat  Pastikan bayi hangat
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Sirkulasi:  Hentikan perdarahan


Kulit dingin jika ada
dengan:  Beri oksigen
 Pengisian  Pastikan bayi hangat
kapiler lebih Tanda
 Pasang infus dan berikan
Positif
dari 3 detik, cairan infus
dan
 Nadi lemah
dan cepat
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN NEONATAL

 Pertahankan jalan nafas


 Jika kejang, lakukan
penanganan kejang
Koma/Kejang:
 Posisikan bayi yang tidak
 Koma, atau Jika koma sadar (jika kepala/leher
atau kejang
 Kejang diduga trauma,
stabilisasi leher dahulu)
 Berikan infus glukosa
Tingkat Kesadaran
• Composmentis  yaitu kondisi seseorang yang sadar
sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
• Apatis  kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya.
• Delirium  kondisi seseorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak
gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
• Somnolen  kondisi seseorang yang mengantuk namun
masih dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang
berhenti akan tertidur kembali.

Tingkat Kesadaran
• Sopor  kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam,
namun masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna
dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
• Semi-coma  penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama
sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik.
• Coma  penurunan kesadaran yang sangat dalam,
memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan,
dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Menilai Tingkat Kesadaran GCS pada
Bayi dan Anak
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : membuka mata saat diperintah atau mendengar suara
(2) : membuka mata saat ada rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal) :


(5) : berbicara mengoceh seperti biasa
(4) : menangis lemah
(3) : menangis karena diberi rangsangan nyeri
(2) : merintih karena diberi rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Menilai Tingkat Kesadaran GCS pada
Bayi dan Anak
Motorik (Gerakan) :
(6) : bergerak spontan
(5) : menarik anggota gerak karena sentuhan
(4) : menarik anggota gerak karena rangsangan nyeri
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan disajikan  simbol E-V-M dan selanjutnya nilai GCS
tersebut dijumlahkan.
Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15 yaitu E4V5M6 , sedangkan
yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat


kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) : Apatis
Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Dehidrasi berat:
(hanya jika bayi
diare)  Pastikan bayi hangat
Diare dengan dua
Jika koma
tanda berikut: atau kejang  Pasang infus dan berikan
 Letargis cairan infus dengan
 Mata cekung cepat
 Turgor sangat
lambat (>3
detik)
 Kurang/tidak
dapat menetek
TRIASE/PENILAIAN CEPAT
KEGAWATDARURATAN NEONATAL

Tanda-tanda prioritas
Bayi berikut memerlukan penilaian dan tindakan:
• Suhu sangat tinggi
• Terdapat trauma
• Sangat pucat
• Kolik/kesakitan yang berat
• Kesulitan bernafas
• Mudah terangsang/sensitif, letargis, menangis yang tidak
biasa
• Tidak mau menyusu
Bagian 5

PENGELOLAAN DIRI DAN TIM


PENOLONG KEGAWATDARURATAN
PENGELOLAAN TIM PENOLONG
KEGAWATDARURATAN

Respon yang lambat terhadap kegawatdaruratan


berhubungan dengan risiko kematian
Penanganan yang cepat memerlukan penilaian
segera terhadap masalah yang membutuhkan
tindakan cepat
PENGELOLAAN TIM PENOLONG
KEGAWATDARURATAN

Lakukan:
 Identifikasi wanita yang memerlukan perhatian/tindakan
segera, termasuk yang harus menunggu konsultasi rutin dan
harus menunggu antrian

 Buat/susun protokol/SOP tentang pengenalan kondisi gawat


darurat serta peran dan tanggung jawab semua anggota staf
di fasilitas pelayanan kesehatan
PENGELOLAAN TIM PENOLONG
KEGAWATDARURATAN

Lakukan:
 Melatih semua staf ( termasuk petugas penjaga pintu,
operator) untuk bereaksi dengan cara yang disepakati

Misal  membunyikan alarm, berteriak meminta


tolong/bantuan saat seorang wanita tiba di fasilitas tsb
dengan keadaan gawat darurat atau jika ada seorang wanita
yang sdg dirujuk
PENGELOLAAN TIM PENOLONG
KEGAWATDARURATAN

Lakukan:
 Melakukan pelatihan klinis dan pertolongan
kegawatdaruratan pada staf di semua tingkat pelayanan

 Debriefing anggota tim penolong setelah setiap kejadian


kasus untuk mengevaluasi dan meningkatkan respon/kinerja

 Membuat kesepakatan/aturan tentang skema


penundaan/pembebasan biaya tindakan untuk sementara
bagi wanita dengan kondisi kegawatdaruratan (misal: skema
asuransi, bantuan dana lainnya)
Bagian 6

KOMUNIKASI PADA PASIEN PADA


KONDISI KEGAWATDARURATAN
KOMUNIKASI PADA PASIEN

• Mendengar aktif dan berbicara dengan penuh


hormat dengan wanita dan keluarganya 
membangun kepercayaan
• Wanita dengan komplikasi dapat mengalami
kesulitan berbicara dan menjelaskan masalahnya
kepada petugas
• Petugas tetap berbicara penuh hormat dan membuat
pasien tetap nyaman
FOKUS KOMUNIKASI PADA PASIEN

• Menghormati martabat dan hak wanita atas


privasinya

• Menghormati hak wanita akan mendapatkan


informasi terkait kesehatannya dan informed consent

• Menghormati hak wanita untuk menolak tindakan


atau prosedur yang akan dilakukan

• Menghormati pilihan wanita, termasuk pendamping


selama tindakan dan prosedur
FOKUS KOMUNIKASI PADA PASIEN

• Melindungi privasi wanita dan merahasiakan dan


menjamin informasi/data kesehatannya, termasuk
untuk apa digunakan dan kepada siapa data
kesehatannya akan diungkapkan

• Sensitif dan responsif terhadap kebutuhan wanita

• Tidak bersifat menghakimi tentang keputusan


wanita/keluarganya terkait asuhan/tindakan pada
wanita
FOKUS KOMUNIKASI PADA PASIEN

• Tidak diperbolehkan menunjukkan rasa tidak suka


atau tidak hormat terhadap keputusan atau kondisi
wanita (misal: karena terlambat mengambil
keputusan)

• Berikan konseling untuk perbaikan setelah komplikasi


tertangani, bukan sebelum atau selama
tindakan/prosedur
TEKNIK KOMUNIKASI
• Berbicara dengan tenang, dengan cara baik dan
meyakinkan bahwa percakapan itu penting

• Peka terhadap perbedaan budaya dan agama, serta


hargai pandangan pasien

• Tanyakan pada wanita tentang siapa yg ia izinkan


untuk mendampingi/hadir

• Minta wanita dan keluarganya untuk berbicara jujur


dan jelas/lengkap tentang masalah kesehatannya
TEKNIK KOMUNIKASI
• Hormati privasi wanita dengan menutup pintu/tirai

• Gunakan komunikasi non-verbal yang mendukung


seperti mengangguk dan tersenyum

• Jawab pertanyaan wanita secara langsung dengan


tenang dan meyakinkan

• Jelaskan langkah/tindakan apa yang akan dilakukan


untuk mengatasi masalah/komplikasi yang dialami
pasien
TEKNIK KOMUNIKASI

• Minta wanita untuk mengulangi inti sari/poin penting


untuk memastikan bahwa ia mengerti

• Jika wanita akan menjalankan prosedur


pembedahan, jelaskan padanya prosedur yang akan
dilalui, risikonya dan bantu untuk mengurangi
kecemasan
REAKSI EMOSIONAL DAN PSIKOLOGIS

• Penolakan (perasaan bahwa apakah betul?)


• Merasa bersalah
• Marah atau gagal
• Menyalahkan, takut, cemas, sedih, berduka
• Tawar menawar (pilihan saat kondisi sulit)
• Depresi dan kehilangan harga diri
• Merasa terisolasi (berbeda dari yang lain) dan
disorientasi
REAKSI EMOSIONAL DAN PSIKOLOGIS
Reaksi pasien/kealuarganya tergantung pada:
• Support system (hubungan dengan suami atau
keluarga)
• Situasi sosial, budaya, dan praktik agama,
kepercayaan dan harapan
• Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dan
riwayat kesehatan yang lau
• Kepribadian dan teknik koping
• Sifat masalah, beratnya masalah/komplikasi, dan
prognosis, serta kualitas pelayanan yang diterima
REFERENSI
• WHO. 2017. Managing complications in pregnancy and
childbirth: a guide for midwives and doctors. Edisi ke-2.
Geneva: WHO

• WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children:


guidelines for the management of common childhood
illnesses. Edisi ke-2. Geneva: WHO.

• Kemenkes RI. 2013. Pedoman Penyelenggaraan


Puskesmas Mampu Poned. Kemenkes RI.

• Depkes RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan


Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24
jam di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai