Anda di halaman 1dari 15

Nama : Yefta Harni Emor

NIM : 200101137

Kelas :D

Prodi : Pendidikan Agama Kristen

10 TOKOH ALKITAB YANG BERKARYA DI USIA MUDA

PERJANJIAN LAMA

A. Yusuf

Kisah hidup singkat:

Yusuf adalah anak Yakub dari Rahel. Yusuf lahir di masa tua Yakub. Yakub sangat
menyayangi Yusuf lebih dari saudara-saudaranya yang lain sehingga dia
membuatkan Yusuf jubah maha indah. Itulah yang menjadi alasan saudara-saudara
Yusuf membenci dia. Selain itu, Yusuf juga dibenci oleh saudara-saudaranya karena
mimpinya. Saat masih belia Yusuf telah menerima visi Tuhan melalui mimpi. Ada
dua mimpi Yusuf, yang pertama adalah mimpi Yusuf tentang berkas-berkas gandum
Yusuf yang tegak berdiri, lalu datanglah berkas-berkas gandum saudaranya yang
lain dan sujud menyembah berkas-berkas gandum Yusuf. Kedua, mimpi tentang
matahari, bulan, dan sebelas bintang yang menyembah Yusuf. Mimpi-mimpi itu
membuat saudara-saudaranya semakin membenci Yusuf. Puncak dari kebencian
saudara-saudara Yusuf adalah pada saat Yusuf diminta ayahnya untuk melihat
saudara-saudaranya yang sedang berada di padang untuk menggembalakan
kambing domba. Setelah bertemu dengan saudara-saudaranya, Yusuf dimasukkan
ke dalam sumur yang kering, lalu dijual kepada orang Ismael dan dibawa ke Mesir
untuk dijual sebagai budak.

Di Mesir, dia dibeli oleh seorang perwira bernama Potifar. Yusuf diberkati Tuhan
sehingga dia menjadi kesayangan di rumah Potifar dan mendapat kepercayaan
untuk mengurus segala yang ada di rumahnya. Namun, itu bukan berarti kehidupan
Yusuf di rumah Potifar tanpa masalah. Dia difitnah oleh istri Potifar sehingga dia
dimasukkan ke dalam penjara istana. Di dalam penjara, dia mendapat kepercayaan
untuk menjadi penjaga di penjara itu. Saat tinggal di penjara, dia bertemu dengan
juru minum dan juru roti Firaun yang masing-masing mendapatkan sebuah mimpi.
Mimpi mereka diartikan dengan tepat oleh Yusuf. Singkat cerita, juru minum Firaun
dikembalikan ke jabatannya semula, tetapi juru roti dihukum mati, sesuai dengan
tafsiran mimpi yang Yusuf sampaikan. Sesudah dua tahun berlalu, Firaun bermimpi
dan mempertanyakan arti mimpi tersebut. Juru minum teringat akan Yusuf dan
menyampaikannya kepada raja. Kemudian, Firaun pun memanggil Yusuf dan Yusuf
berhasil menafsirkan mimpi sang Firaun. Akhirnya, Yusuf menjadi orang kedua di
Mesir. Setelah datang bencana kelaparan, bertemulah Yusuf dengan saudara-
saudaranya. Dan, saat itulah, Yusuf menyatakan bahwa dia sudah mengampuni
saudara-saudaranya, hingga saudara-saudara Yusuf sujud di hadapannya.

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Takut akan Tuhan

Sikap ini ditunjukkan oleh Yusuf ketika dia menjadi budak di rumah Potifar. Saat dia
digoda oleh istri Potifar, dia segera berlari meninggalkan istri Potifar. Dia berusaha
untuk hidup kudus dan senantiasa menjaga kekudusannya di hadapan Tuhan. Hidup
kudus dan berkenan di hadapan Allah menjadi kerinduan utama Yusuf dalam
hidupnya.

2. Mengasihi dan Mengampuni

Setiap proses yang Tuhan berikan telah membentuk Yusuf menjadi pribadi yang
sanggup berkontribusi bagi bangsanya. Yusuf tidak menyimpan kepahitan terhadap
keluarganya. Sekalipun dia dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, dia tetap
mengampuni mereka. Yusuf bahkan senang karena bisa bertemu kembali dengan
keluarganya. Dia juga mengasihi bangsanya sehingga berusaha menolong mereka
untuk keluar dari bencana kelaparan yang terjadi saat itu.

3. Mengandalkan Tuhan

Setiap hal yang Yusuf lakukan senantiasa mengutamakan Tuhan sehingga Tuhan
berkarya dengan membuat Yusuf berhasil dalam setiap hal yang dikerjakannya.
Tuhan menjadi satu-satunya Pribadi yang selalu hadir dalam hidup Yusuf setelah dia
dijual ke Mesir. Hubungan Yusuf dengan Tuhan semakin intim sehingga
memampukannya berserah kepada Tuhan dalam menjalani hari lepas hari. Bahkan,
Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara karena dituduh melakukan hal
yang tidak senonoh kepada istri majikannya, Potifar. Ketidakadilan ini diterima oleh
Yusuf, dan Tuhan memberkati Yusuf sehingga di dalam penjara pun dia menjadi
kesayangan kepala penjara.

4. Bertanggung Jawab

Karakter bertanggung jawab dapat kita temui dalam hidup Yusuf. Saat melakukan
tugasnya, dia selalu melaksanakannya dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab
sehingga dia diangkat menjadi kepala rumah tangga dan kepala di penjara, bahkan
menjadi orang kedua yang berkuasa atas Mesir. Sikap tanggung jawab ini juga yang
akhirnya membawa Yusuf bertemu dengan keluarganya. Sikap dan karakter yang
dimiliki Yusuf ini menjadi teladan yang pantas kita contoh.

B. Samuel

Kisah hidup singkat:

Samuel merupakan anak dari pasangan Elkana dan Hana. Sebelum kelahirannya,
Hana memohon kepada Tuhan agar diberikan anak dan berjanji akan memberikan
anaknya itu menjadi hamba Tuhan di bait Allah. Tuhan pun menjawab doa Hana dan
memberikan Samuel. Oleh karena itu, setelah kelahiran Samuel, Hana memberikan
Samuel ke bait Allah untuk menjadi hamba Tuhan sesuai dengan janjinya pada
Allah. Samuel kemudian dibesarkan oleh Imam Besar Eli di Bait Allah.

Pertama kalinya Samuel berinteraksi langsung dengan Allah. Awalnya, Samuel


mengira ia dipanggil oleh Eli. Setelah tiga kali, akhirnya Eli mengerti bahwa Allah
yang telah memanggil Samuel sehingga dimintanya Samuel untuk menjawab Allah.
Dalam interaksinya, Allah memberitahukan kepada Samuel tentang hukuman yang
akan ia berikan pada keluarga Eli.

Setelah Samuel semakin tua. Sayangnya, anak-anaknya tidak hidup seperti Samuel
yang menjadi hamba Tuhan. Melihat hal ini, orang Israel menuntut adanya raja atas
bangsa mereka. Awalnya Samuel merasa kesal karena permintaan ini, tetapi Allah
ternyata menghendaki adanya raja atas bangsa Israel. Atas perintah Tuhan, Samuel
pun mengurapi Raja Saul. Ini menjadikan Saul sebagai raja pertama bagi bangsa
Israel.

Raja Saul, setelah diurapi, ternyata tidak melaksanakan apa yang diperintahkan
Tuhan. Hal ini membuat Tuhan menyesal dan Samuel berdukacita. Oleh karena itu,
Allah mengambil langkah untuk memilih raja yang baru bagi bangsa Israel, yang
seturut dengan kehendak-Nya. Dipilihnya Daud dan Samuel pun mengurapi Raja
Daud. Raja Daud selanjutnya menjadi raja bagi bangsa Israel yang baik di mata
Allah. Kemudian matilah Samuel dan dikuburkan di rumahnya di Rama.

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Samuel tidak ragu menyatakan kebenaran

Kisah Samuel yang patut diteladani pertama kali ketika Samuel masih kecil, tinggal
bersama Eli. Samuel dipanggil oleh Allah dan diceritakan mengenai rencana Allah
mengenai Eli. Apa yang Allah katakan tentang Eli bukanlah kabar yang
menyenangkan. Namun, Samuel tidak ragu untuk memberitahukan semuanya
kepada Eli. Ia menjelaskan kepada Eli tanpa menutupi apapun. Ini menjadi sebuah
keteladanan dan karakter Samuel yang sangat baik dipandang Allah.

2. Samuel tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri

Samuel memiliki kekuasaan sebagai pemimpin bangsa Israel. Sebagai orang yang
terus dipuji dan dihormati, Samuel bisa saja meminta segala sesuatu yang ia
inginkan. Namun, Samuel tidak melakukan hal tersebut. Ia hanya memandang apa
yang Allah minta untuk ia lakukan. Ini tidak hanya menjadi kesaksian yang Samuel
berikan, tetapi diakui oleh seluruh bangsa Israel. Samuel tetap memberikan kasih
kepada bangsa Israel dan tetap bersikap rendah hati.

C. Daud

Kisah hidup singkat:

Daud adalah raja kedua Israel setelah Saul. Awalnya Daud hanyalah seorang
gembala kambing domba ayahnya. Namun, ketika Saul telah ditolak oleh Tuhan
sebagai raja Israel, maka Daud pun diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja Israel
menggantikan Saul. Saat itu Daud masih sangat muda. Daud adalah anak bungsu
dari Isai, seorang penduduk Betlehem yang sederhana dari suku Yehuda. Tuhan
tidak memilih kakak-kakak Daud yang gagah menjadi raja Israel, tetapi justru
memilih Daud, si bungsu yang masih belia.

Sekalipun Daud telah diurapi menjadi raja menggantikan Saul, namun Daud belum
bisa langsung duduk di tahta kerajaan, sebab Saul masih enggan lengser dari
jabatannya. Padahal ia telah ditolak Tuhan sebagai raja umatNya, Israel. Daud justru
menjadi hamba Saul di istana. Daud bermain kecapi setiap kali roh jahat
menghinggapi Saul, sebab sejak Roh Allah undur dari Saul, roh jahat
menghinggapinya. Dan roh jahat itu keluar dari Saul setiap kali Daud bermain
kecapi. Tetapi Daud tidak pernah memprotes Tuhan mengapa ia tidak langsung
duduk di tahta kerajaan Israel. Dengan rendah hati ia menjalani hidupnya sebagai
bawahan Saul, orang yang sebenarnya telah ia gantikan posisinya sebagai raja
Israel.

Suatu kali, Goliat, seorang prajurit Filistin, menantang orang-orang Israel untuk
berduel dengannya. Ia juga mengucapkan kata-kata yang sombong dan menakut-
nakuti bangsa Israel. Saat itu tidak ada seorang pun dari antara prajurit Israel,
termasuk raja Saul, yang berani menghadapi ancaman Goliat. Namun Daud,
seorang gembala kambing domba yang masih belia, dengan gagah berani maju
menghadapi Goliat. Daud tidak takut dengan kata-kata teror Goliat, dengan
mengatakan bahwa daging Daud akan diberikannya kepada binatang-binatang.
Daud memilih untuk berjuang membela bangsanya. Dengan sebuah pengumban di
tangan, serta keyakinan akan pertolongan Tuhan, Daud berhasil mengalahkan
Goliat. Sejak itu Daud menjadi terkenal dan mendapat simpati dari rakyat Israel. Hal
ini membuat Saul iri hati kepadanya. Bahkan Saul berusaha untuk membunuh Daud.

Sejak Saul iri hati kepada Daud, hingga kematian Saul, Daud selalu diburu oleh Saul
dan berusaha membunuhnya. Akibatnya Daud hidup mengembara, dari satu tempat
ke tempat lain. Bahkan Daud terpaksa harus mengungsi ke negeri orang, yakni ke
Filistin, kepada Akhis, raja kota Gat. Daud tinggal di negeri orang Filistin selama 1
tahun 4 bulan. Di Filistin, Daud menjadi pengawal dan orang kepercayaan raja
Akhis. Daud dan keluarganya serta seluruh pasukannya yang berjumlah 600 orang,
tinggal tersendiri di Ziklag, terpisah dari orang-orang Filistin. Namun Daud tidaklah
berkhianat terhadap bangsanya. Ia tidak pernah berperang melawan orang Israel. Ia
hanya berperang melawan bangsa-bangsa lain, yang merupakan musuh orang
Filistin, sekaligus musuh bangsa Israel. Sekalipun Saul selalu mengejar Daud,
namun Daud selalu luput, sebab Tuhan menyertainya. Dan setelah Saul mati, maka
Daud menjadi raja Israel sepenuhnya.

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Percaya sepenuhnya pada Allah

Kisah Daud yang paling terkenal adalah keberaniannya untuk maju melawan Goliat.
Alkitab menceritakan bagaimana besarnya Goliat, terutama jika dibandingkan
dengan Daud. Daud pun sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman berperang.
Namun, Daud mengerti bahwa Allah telah memanggilnya untuk melawan Goliat.
Daud percaya bahwa Allah akan menolongnya melawan Goliat, mencapai
kemenangan.

2. Tidak pendendam

Setelah melawan Goliat, banyak orang yang memuji Daud. Orang-orang mulai
membandingkan Saul dengan Daud. Mereka katakan bahwa Saul mampu melawan
beribu-ribu orang, sedangkan Daud mampu mengalahkan berlaksa-laksa. Hal ini
membuat hati Saul panas. Ia berusaha sebisa mungkin untuk membunuh Daud
sehingga Daud harus terus kabur-kaburan untuk menghindari Saul. Namun, ketika
ada kesempatan bagi Daud untuk membunuh Saul, ia tidak melakukannya.

3. Senang memuji Tuhan dan berdoa

Karakter dan keteladanan Daud yang senang memuji Tuhan dan berdoa dapat kita
lihat dalam kitab Mazmur. Tidak mungkin ada begitu banyak kumpulan pujian dan
doa jika Daud sendiri tidak senang memuji Tuhan dan berdoa.

D. Daniel
Kisah hidup singkat:

Daniel adalah seorang pemuda Yahudi yang, bersama orang-orang Yahudi lainnya,
dibuang ke Babel (Daniel 1:1-2,6). Orang Yahudi ditaklukkan Nebukadnezar raja
Babel, dan sebagian besar dari mereka, termasuk raja Yehuda, dibuang ke Babel.
Hal ini terjadi sebagai akibat pemberontakan bangsa Yehuda kepada Allah. Jadi
Daniel adalah seorang pemuda buangan yang harus hidup sebagai pendatang di
negeri asing.

Raja Babel, Nebukadnezar, memilih beberapa pemuda dari kalangan bangsawan


Israel untuk bekerja bagi raja di istana. Di antara para pemuda yang terpilih tersebut
terdapat Daniel berserta tiga temannya, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Daniel
1:3-7). Selama masa pendidikan di istana raja, Daniel dan teman-temannya
berkomitmen untuk tidak memakan makanan yang dihidangkan dari makanan raja,
yang merupakan makanan standard selama mengikuti pendidikan. Daniel dan
teman-temannya hanya memakan sayur-sayuran saja. Hal ini pasti karena makanan
Babel yang dihidangkan kepada mereka tidak halal menurut Hukum Taurat Yahudi.
Keputusan Daniel dan teman-temannya ini sempat membuat pegawai istana yang
mengurusi mereka merasa kuatir akan kesehatan Daniel dan ketiga temannya.
Tetapi Daniel dan teman-temannya bersikeras hanya memakan sayur-sayuran saja
dan menantang pegawai istana untuk membandingkan mereka dengan pemuda-
pemuda lain yang memakan makanan raja. Dan benar saja, setelah diuji ternyata
Daniel beserta tiga temannya lebih sehat dan lebih cerdas dari semua pemuda yang
bersama-sama dididik dengan mereka. Mereka pun bekerja di istana raja Babel.
Dan selama bekerja di istana raja, Daniel beserta tiga temannya lebih cerdas
sepuluh kali dari semua orang berilmu di kerajaan Babel! (Daniel 1:8-20).

Daniel Tuhan karuniai dengan penglihatan, mimpi, dan menafsirkan mimpi. Suatu
ketika Nebukadnezar, raja Babel, bermimpi dan semua orang berilmu di Babel tidak
ada yang dapat menjelaskan mimpinya tersebut beserta artinya. Tetapi oleh
anugerah Tuhan, Daniel berhasil menjelaskan dan menafsirkan mimpi
Nebukadnezar tersebut. Daniel kemudian diangkat sebagai penguasa atas seluruh
wilayah Babel di bawah raja Nebukadnezar. Namun Daniel menyerahkan jabatan
tersebut kepada ketiga temannya, sedangkan ia sendiri tinggal di istana raja (Daniel
2:1-49).

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Saat Hidup Berubah Tak Terduga, Percayalah Pada Rencana Tuhan

Kehidupan Daniel berubah secara tak terduga. Dalam sekejap, Daniel kehilangan
budaya, keluarga, dan teman-temannya. Dia harus berbicara bahasa asing dan
hidup dan mati di negeri asing sebagai budak seorang tiran.
2. Percaya Bahwa Tuhan Mampu

Daniel dihadapkan pada situasi yang akan mengakibatkan kematiannya jika Tuhan
tidak campur tangan atas namanya. Tetapi Daniel tetap teguh dalam integritasnya
karena dia percaya bahwa Tuhan mampu menyelamatkan orang yang menaruh
kepercayaan kepada-Nya.

E. Saul

Kisah hidup singkat:

Saul adalah anak Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah. Ayah Saul, Kish,
adalah orang yang berada. Saul berasal dari suku Benyamin (1 Samuel 9:1).
Benyamin adalah anak Yakub/Israel dari istri kesayangannya, Rahel. Saul adalah
seorang yang berperawakan yang elok. Bahkan Saul adalah pria paling tampan dari
semua pria di Israel pada zamannya.

Saul adalah raja pertama Israel. Saul memerintah sebagai raja Israel selama 40
tahun (Kisah Para Rasul 13:21), seperti halnya Daud dan Salomo. Pada awal
pemerintahannya sebagai raja Israel, Saul terlihat menjanjikan. Ia memimpin
pasukan Israel untuk memerangi bani Amon ketika mereka mengancam Yabesh-
Gilead. Dan Saul berhasil mengalahkan bangsa Amon tersebut (1 Raja-raja 11:1-
15). Kemudian kebesaran Saul sebagai raja Israel digambarkan dalam 1 Samuel
14:47,“Setelah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke
segala penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon, Edom, raja-
raja negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke mana pun ia pergi, ia selalu mendapat
kemenangan.”

Namun Saul adalah seorang raja yang tidak taat kepada Tuhan. Ia terbukti dua kali
tidak taat kepadaNya. Pertama, tentang barang jarahan dari bangsa Amalek serta
raja Amalek yang tidak dihabisinya sebagaimana diperintahkan Tuhan (1 Samuel
13). Kedua, ketika ia tidak sabar menunggu nabi Samuel untuk mempersembahkan
korban kepada Tuhan, ketika orang Filistin datang meyerang Saul dan Israel (1
Samuel 15)

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Taatilah Tuhan dan lakukanlah kehendakNya.


Dari permulaan kepemimpinannya, Saul mempunyai kesempatan yang bagus
untuk menjadi tolak ukur bagi semua raja yang akan datang. Yang diperlukan
darinya hanyalah mencari Tuhan dengan sepenuh hati, menaati perintahNya
dan menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah. Akan tetapi, Saul
memilih jalan lain dan menjauh dari Allah.
2. Jangan menyalahgunakan kuasa yang dipercayakan kepada kita.
Raja Saul menyalahgunakan kuasa yang telah Allah percayakan kepadanya.
Alasan yang mendasar dari penyalahgunaan ini adalah kesombongan yang
seringkali merasuki hati ketika orang lain sedang melayani dan menghormati
kita. Dengan berjalannya waktu, penghargaan dapat membuat kita percaya
bahwa kita sebetulnya orang yang istimewa dan layak dipuji. Ketika ini terjadi,
kita seakan lupa bahwa Allah yang sebenarnya berkuasa dan hanyalah Dia
yang berkuasa atas segalanya.

PERJANJIAN BARU

A. TIMOTIUS

Kisah hidup singkat:

Timotius adalah seorang keturunan Yunani-Yahudi dari Listra, wilayah Yunani.


Ayahnya adalah orang Yunani dan ibunya orang Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1).
Ibu Timotius adalah seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus.

Timotius berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Ibu Timotius, Eunike, dan nenek
Timotius, Lois, adalah orang-orang yang mempunyai iman yang patut diteladani. Hal
ini dipuji langsung oleh rasul Paulus. Hal ini berarti bahwa Timotius tampaknya
sudah menjadi Kristen sejak kecil atau bahkan sejak lahir. Dan bahwa nenek dan
ibunya membimbingnya seturut iman Kristen. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa
Timotius sejak kecil telah bertekun membaca Kitab Suci (2 Timotius 3:15).

Dengan kesalehan Timotius, mungkin rasul Paulus menjadi tertarik untuk


mengajaknya bergabung ke tim pelayanannya. (Kisah Para Rasul 16:2-3a). Paulus
ingin agar Timotius yang masih sangat muda pada waktu itu, bisa membantu rasul
Paulus dalam memberitakan Injil di berbagai kota. Meski Timotius masih sangat
muda dan belum berpengalaman dalam memberitakan Injil, namun rasul Paulus
tidak merasa ragu untuk melibatkan Timotius dalam tim pelayanannya Paulus yakin
bahwa Timotius akan menjadi rekan sepelayanan yang bisa diandalkan. Keyakinan
Paulus ini tidak mengecewakan. Timotius terbukti mampu menjadi rekan kerja yang
terbaik bagi rasul Paulus. Sebab rasul Paulus kemudian menyebut Timotius sebagai
rekan kerja yang sehati dan setia (Filipi 2:19-23). Timotius berhasil menjadi anak
rohani sekaligus rekan sepelayanan bagi rasul Paulus

Bagi Paulus sunat tidak ada manfaatnya secara rohani. Orang Kristen tidak perlu
disunat. Tetapi demi menjaga keharmonisan dengan orang-orang Yahudi yang
percaya Tuhan Yesus, Paulus menyunatkan Timotius.(Kisah Para Rasul 16:3). Hal
ini sangat penting mengingat Timotius akan selalu bersama Paulus dalam
pelayanannya, termasuk dalam menjangkau orang-orang Yahudi agar percaya
kepada Tuhan Yesus. Hal-hal seperti ini sering dilakukan oleh rasul Paulus dalam
pelayanannya. Sebab ia ingin menjadi sama seperti orang-orang yang dilayaninya
agar mereka bisa dibawanya kepada Tuhan Yesus (1 Korintus 9:19-22).

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Timotius Memiliki Karakter Teladan Meskipun Usianya Muda.


2. Timotius adalah anak Iman dari Rasul Paulus yang diutus untuk
menggembalakan Jemaat yang ada di Efesus yang sudah tergolong tua
(Efesus 1:3).
3. Timotius Memiliki Komitmen Yang Teguh Sebagai Saksi Tuhan.
4. Timotius Tetap Teguh Melayani Tuhan Meskipun Dalam Keadaan Sakit.
“Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit,
berhubung pencernaanmu tergannggu dan tubuhmu sering lemah.” (1
Timotius 5:23)
5. Timotius Siap Menempuh Segala Resiko Saat Mengikuti Paulus Sebagai
Penginjil Dalam Perjalanan Misi
6. Timotius Taat Kepada Tuhan Saat Ditugaskan Sebagai Gembala.

B. Maria Magdalena

Kisah hidup singkat:

Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang berasal dari wilayah Galilea
(Matius 27:55-56). Galilea adalah wilayah paling utara Israel, tempat Yesus
dibesarkan. Dan sebagian besar murid-muridNya berasal dari Galilea.

Satu-satunya hal tentang Maria Magdalena yang dicatat di Alkitab sebelum ia


bertobat adalah fakta bahwa ia pernah dirasuk oleh 7 roh jahat. Tetapi Maria
Magdalena patut bersyukur karena Tuhan Yesus menyembuhkannya dari ikatan 7
setan tersebut (Lukas 8:2). Setelah dibebaskan dari roh jahat, rupanya Maria
Magdalena setia mengikut Yesus dalam pelayananNya. Maria Magdalena turut
dalam perjalanan pelayanan Yesus dari Galilea hingga Yudea (Yerusalem), di mana
Ia disalibkan dan wafat. Dibebaskannya ia dari 7 roh jahat, yang telah membuat
hidupnya terbebas dari penderitaan karena roh jahat, pasti membuat Maria
Magdalena merasa bersyukur sehingga ia berkomitmen untuk melayani Yesus.
Bukan hanya itu, dia juga, bersama perempuan-perempuan lainnya, dengan
bermurah hati mempergunakan hartanya untuk membantu pelayanan Tuhan Yesus
dan murid-muridNya (Lukas 8:1-3). Banyak perempuan, khususnya yang berasal
dari Galilea yang menjadi saksi dari penderitaan dan penyaliban Yesus. Mereka ini
tahu percis hal-hal yang terjadi saat penyaliban Yesus. Salah satu dari perempuan-
perempuan tersebut adalah Maria Magdalena. Hal ini berarti bahwa Maria
Magdalena turut serta dalam perjalanan pelayanan Yesus, sejak dari Galilea hingga
Yudea (Yerusalem), di mana Ia disalibkan dan wafat. Kesetiaan Maria Magdalena
dalam menyaksikan penyaliban Tuhan Yesus sangat kontras dengan murid-murid
utamaNya, yang justru melarikan diri saat Yesus ditangkap (Matius 26:56b).

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Maria Magdalena tidak melupakan kasih Tuhan


2. Maria Magdalena rela berkorban dalam melayani Tuhan. Ia melayani dengan
kekayaan yang ia miliki.

C. Stefanus

Kisah hidup singkat:

Stefanus di Alkitab adalah salah satu diaken gereja yang pertama. Pengangkatan
pemimpin baru di gereja mula-mula (gereja di Yerusalem) berawal dari timbulnya
sungut-sungut jemaat (berbahasa) Yunani terhadap jemaat (berbahasa) Ibrani.
Penyebabnya adalah karena pelayanan sosial diabaikan terhadap janda-janda
jemaat Yunani. Hal ini disebabkan makin banyaknya jumlah jemaat saat itu. Menurut
Kisah Para Rasul 4:4, jumlah laki-laki saja sudah 5000 orang, belum termasuk
perempuan dan anak-anak. Tidak heran, jika banyak jemaat yang tidak terlayani
dengan baik. Karena itu para rasul mengusulkan penambahan pemimpin baru
sebanyak 7 orang, untuk membantu mereka dalam bidang sosial jemaat dengan
syarat-syarat yang sudah ditentukan. Setelah terpilih 7 orang dari antara jemaat,
maka para rasul pun “mentahbiskan” mereka dengan berdoa serta menumpangkan
tangan atas mereka. Inilah untuk pertama kalinya muncul struktur kepemimpinan
gereja di samping para rasul. Salah satu dari antara mereka yang terpilih itu adalah
Stefanus, yang kelak menjadi tokoh terkemuka di gereja mula-mula. Namanyalah
yang pertama sekali disebutkan di antara 7 diaken tersebut, yang mungkin
menyiratkan bahwa Stefanus adalah pemimpin mereka. Stefanus pastilah seorang
Kristen yang memiliki kualitas rohani yang baik. Jika tidak, tentu dia tidak akan
memenuhi syarat untuk dipilih sebagai salah satu diaken gereja mula-mula.

Stefanus adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 6:5),
bukan hanya terkenal baik dan penuh hikmat, seperti yang disyaratkan dalam
pengangkatan pemimpin baru di gereja mula-mula. Selain itu, Stefanus juga punya
karunia dan kuasa, sehingga ia mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di
antara orang banyak (Kisah Para Rasul 6:8). Dengan penuh iman, hikmat dan Roh
Kudus, maka Tuhan memakai Stefanus sebagai pengkhotbah dan apologet
(pembela agama) Kristen yang terkemuka. Stefanus rupanya tidak terbatas hanya
sebagai pelayan sosial, tetapi juga ambil bagian dalam pelayanan kerohanian,
seperti yang dilakukan oleh para rasul. Dan justru sebagai apologet Kristenlah
Stefanus dikenang, bukan sebagai seorang diaken. Tampilnya Stefanus sebagai
apologet handal mulai terlihat saat dia terlibat perdebatan dengan jemaat Sinagoge
Yahudi, yang anggotanya berasal dari daerah Kirene dan Alexandria, bersama
dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan Asia. Namun orang-orang ini tidak
sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh Kudus yang mendorong dia berbicara.
Akhirnya mereka pun menghasut beberapa orang untuk menuduh Stefanus
mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Tuhan. Mereka mengadakan
gerakan di antara orang banyak yang melibatkan tua-tua Yahudi dan ahli-ahli Taurat.
Hal ini mengakibatkan Stefanus diseret ke Mahkamah Agama Yahudi. Di Mahkamah
Agama ini Stefanus harus menghadapi tuduhan saksi-saksi palsu. Mereka
menuduhkan kepada Stefanus bahwa Tuhan Yesus yang diberitakannya akan
merubuhkan Bait Suci mereka dan mengubah hukum Taurat dan adat-istiadat yang
diwariskan Musa kepada bangsa Yahudi. Namun tanpa takut Stefanus melakukan
pembelaannya serta berkhotbah dengan penuh kuasa di hadapan Mahkamah
Agama Yahudi (Kisah Para Rasul 6:8-15).

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Giat belajar tentang Firman Tuhan


2. Memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus
3. Berpegang teguh pada Tuhan sekalipun nyawa taruhannya

D. Maria Ibu Yesus

Kisah hidup singkat:

Maria merupakan perempuan sederhana yang tinggal di kota Nazaret, Galilea. Ia


masih gadis dan sedang bertunangan dengan Yusuf, ketika malaikat Gabriel datang
kepadanya untuk memberitahukan bahwa ia akan melahirkan Juruselamat dunia. Ia
merupakan kerabat dari Zakharia dan Elisabet (Lukas 1:36), orang tua Yohanes
Pembaptis. Zakharia dan Elisabet berasal dari suku Lewi, sementara Yusuf,
tunangannya, berasal dari suku Yehuda. Karena Zakharia dan Elisabet merupakan
kerabat Maria, maka ada kemungkinan Maria juga berasal dari suku Lewi. Yang
jelas Maria merupakan perempuan pilihan Tuhan untuk menjadi sarana keselamatan
manusia, yang akan mengandung, melahirkan, dan mengasuh Sang Juruselamat
hingga dewasaNya.

Suatu ketika malaikat Gabriel datang kepada Maria untuk memberitahukan bahwa ia
akan melahirkan Juruselamat dunia. Ketika Maria mendengar bahwa ia akan
mengandung, maka ia sangat terkejut. Tentu hal ini sangat wajar sebab Maria saat
itu belum menikah. Dan hamil di luar nikah adalah sebuah aib besar yang sangat
memalukan, bahkan pada masa itu bisa diganjar dengan hukuman mati karena
dianggap berzinah. Maria bertanya kepada malaikat Gabriel, bagaimana caranya dia
bisa mengandung dan melahirkan anak jika dia belum bersuami. Namun malaikat
Gabriel mengatakan bahwa Maria akan mengandung Juruselamat dari Roh Kudus.
Jadi ia mengandung bukan dari manusia, karena Anak yang dikandungnya itu juga
bukan manusia biasa, yang lahir dari hubungan suami-istri, tetapi Dia adalah Tuhan
sendiri yang datang ke dunia. Maria pun percaya dan berserah, “Sesungguhnya aku
ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:26-38).
Ini bukanlah pasrah terhadap keadaan, melainkan memasrahkan diri kepada Tuhan.
Dengan demikian maka Maria sudah siap mengambil resiko dipergunjingkan orang
karena mengandung tanpa memiliki suami.

Ketika Maria telah mengandung dari Roh Kudus, dan usia kandungan Elisabet telah
6 bulan, maka Maria mengunjungi Elisabet, yang masih termasuk kerabatnya. Dan
Elisabet berkata bahwa Maria adalah perempuan yang diberkati di antara (melebihi)
semua perempuan di dunia.

Inilah kelebihan Maria, sebab ia dipilih Allah menjadi sarana keselamatan manusia.
Tetapi hal itu tidak berarti bahwa Maria manusia suci yang tanpa dosa. Maria sendiri
mengaku bahwa ia membutuhkan Juruselamat, yang tentu berarti bahwa ia juga
manusia berdosa – seperti manusia pada umumnya – yang membutuhkan
keselamatan (Lukas 1:46-47).

Pelajaran dari kisah hidupnya:

Maria merupakan perempuan yang rela berkorban. Ia harus mengandung bayi yang
bukan anaknya. Ia harus turut merawat bayi itu sejak dalam kandungan dan ketika
kelak sudah lahir. Ketika mengandung, Maria bersama Yusuf harus menaati perintah
pemerintah untuk mendaftarkan diri ke kampung halaman mereka di Betlehem.
Maria tidak memikirkan kenyamanannya sendiri walau sudah hamil besar. Maria
yang sedang mengandung harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer agar
bisa tiba di Betlehem. Boleh jadi ia sudah sangat lelah ketika tiba di kota tersebut.
Alkitab berkata bahwa Yesus dibaringkan di dalam sebuah palungan (tempat makan
ternak), karena tidak ada tempat penginapan bagi mereka (karena semua orang
pulang kampung untuk mendaftarkan diri). Karena dikatakan bahwa Yesus
dibaringkan di dalam palungan dan disebutkan bahwa tidak ada tempat mereka
menginap (rumah), maka tentu Yesus lahir di kandang ternak. Sebab pada masa itu
palungan atau tempat makan ternak hanya ada di dalam kandang ternak, bukan di
dalam rumah, sekalipun masih di dekat rumah. Maria melahirkan di luar rumah di
tengah dinginnya malam.

E. Paulus

Kisah hidup singkat:

Paulus adalah seorang Yahudi yang lahir di Tarsus, wilayah Yunani, tetapi
dibesarkan di kota Yerusalem, Israel. Nama asli Paulus adalah Saulus. Paulus
berasal dari suku Benyamin. Sebagai orang Yahudi perantauan, Paulus fasih
berbahasa Yunani. Tentu, sebagai orang Israel asli, ia juga mampu berbahasa
Ibrani/Aram, bahasa sehari-hari orang Yahudi di Israel.

Paulus berpendidikan tinggi, ia pasti belajar filsafat Yunani dan berbagai ilmu
pengetahuan pada masanya. Paulus juga belajar agama Yahudi/Perjanjian Lama di
bawah didikan langsung Gamaliel, seorang rabi Yahudi paling dihormati pada masa
itu (Kisah Para Rasul 22:3). Keluarga Paulus juga adalah keluarga yang cukup
terpandang, sebab Paulus sudah menjadi warganegara Romawi sejak lahirnya
(Kisah Para Rasul 22:27-28). Pada masa itu tidak semua orang bisa menjadi
warganegara Romawi. Sudah pasti keluarga Paulus juga termasuk keluarga yang
mampu secara ekonomi. Hal ini nyata dari pengakuan Paulus sendiri (Filipi 3).

Saulus atau Paulus bertumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan sangat
fanatik dalam beragama. Dalam perjalanannya Paulus kemudian menjadi seorang
anggota sekte Farisi, salah satu sekte agama Yahudi paling berpengaruh pada
masa itu. Dan sebagaimana umumnya orang farisi, Paulus juga tidak suka dengan
sekte agama lain yang pengajarannya dianggapnya bertentangan dengan Hukum
Taurat Yahudi. Maka Paulus menjadi benci dengan penganut “sekte” Kristen, atau
pengikut Yesus Kristus. Ia juga benci mendengar nama Tuhan Yesus. Itulah
sebabnya ia banyak melakukan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.
Beberapa ia seret dan masukkan ke dalam penjara. Bahkan sebagian ia bunuh
(Kisah Para Rasul 22:4-5). Saulus juga merupakan aktor utama di balik
pembunuhan Stefanus, satu dari 7 diaken gereja mula-mula di Yerusalem.

Ketika sedang dalam perjalanan ke Damsyik untuk menganiaya dan membunuh


orang Kristen, Saulus bertobat. Ia bertobat setelah Tuhan Yesus menampakkan diri
kepadanya melalui sebuah penglihatan yang dahsyat disertai dengan suaraNya
yang terdengar dari surga (Kisah Para Rasul 9:1-9). Ia menjadi buta selama tiga hari
hingga ia didoakan oleh Ananias, seorang Kristen Yahudi yang saleh di Damsyik.
Penampakan Tuhan Yesus kepada Paulus ternyata bukan hanya membuatnya
bertobat, tetapi juga menjadikannya sebagai rasul, khususnya kepada bangsa-
bangsa lain di luar Israel.

Setelah bertobat, Paulus memberitakan Injil ke banyak bangsa dan banyak


mendirikan gereja di mana-mana. Ia memberitakan Injil baik kepada orang Yahudi
maupun kepada orang Yunani/Romawi. Di dalam Kitab Kisah Para Rasul dicatat
tentang 3 Perjalanan Pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus.

Pelajaran dari kisah hidupnya:

1. Doa

Paulus sadar betul bahwa dasar pelayanannya adalah maksud dan kasih karunia
Tuhan semata, dengan tujuan agar rahmat Tuhan dalam Kristus Yesus dapat
dinyatakan kepada dunia (2 Timotius 1: 9-12). Sebab itu, ia selalu membawa setiap
pekerjaannya, orang-orang yang ia layani, dan rekan-rekan pelayanannya dalam
doa (1 Timotius 2: 1-4; 2 Timotius 1: 3). Sikap Paulus ini mengingatkan kita untuk
juga memelihara kehidupan doa. Dengan berdoa, kita mengakui bahwa setiap
profesi atau pelayanan yang kita kerjakan untuk Tuhan sesungguhnya berasal dari
Tuhan sendiri dan bisa kita lakukan karena kesanggupan yang diberikan-Nya
semata. Kita tidak bisa berhasil tanpa perkenan Tuhan.

2. Teladan

Nasihat Paulus kepada Timotius untuk bertekun dalam firman Tuhan dan setia
dalam pekerjaan pelayanannya bukan sekadar teori (2 Timotius 1: 13; 2 Timotius 3:
10). Paulus sendiri adalah orang yang sangat giat bekerja, giat belajar dan
mengajarkan firman Tuhan. Meski banyak menghadapi kesulitan, ia tak kenal lelah
memberitakan Injil. Tindakannya berpadanan dengan perkataannya. Integritas
Paulus mengingatkan kita untuk mengevaluasi diri: Apakah perkataan dan tindakan
kita sudah selaras? Ketika kita hanya bisa bicara, tetapi tidak melakukan tindakan
nyata, kita tidak akan mencapai apa-apa, apalagi menginspirasi orang lain untuk
mengikuti jejak kita.

3. Pengharapan

Paulus tidak menjadi tawar hati ketika menghadapi berbagai masalah yang
menghadang. Ia tidak hanya semangat di awal, lalu kehilangan optimisme dalam
proses yang sulit. Apa gerangan yang membuatnya bertahan hingga akhir? Kita bisa
melihat dengan jelas pengharapan yang dimiliki Paulus dalam surat-suratnya.
Pengharapan di dalam Pribadi Tuhan yang tidak berubah (2 Timotius 1: 12),
pengharapan di dalam kebangkitan Kristus yang menyelamatkan setiap orang
percaya (2 Timotius 2: 10), dan pengharapan di dalam janji Tuhan yang akan
menyediakan upah pada waktu-Nya (2 Timotius 4: 8). Harus diakui kadangkala
masalah yang datang silih berganti membuat kita tawar hati dalam berkarya.
Pengharapan Paulus mengingatkan kita bahwa kita juga punya pengharapan yang
sama. Kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah kuasa dan kasih-Nya, Dia telah
menyelamatkan kita, Dia memperhatikan segala pekerjaan kita dan akan
memberikan upah pada waktu-Nya. Sebab itu, kita dapat mengerjakan segala
sesuatu yang dipercayakan-Nya dengan penuh optimisme. Tidak ada pekerjaan
yang sia-sia ketika kita melakukannya dengan hati yang tertuju kepada Tuhan.

4. Ketekunan
Pengharapan yang dimiliki Paulus melahirkan sikap tekun yang luar biasa.
Pekerjaan yang ia lakukan untuk memberitakan Injil tidaklah mulus. Ia harus
menghadapi orang-orang yang bermaksud jahat (2 Timotius 4: 14). Ketika
menghadapi kesulitan, ia bahkan ditinggalkan oleh teman-temannya (2 Timotius 4:
10, 16). Namun, pengharapan Paulus kepada Tuhan membuatnya tetap tekun
berusaha. Banyak surat penggembalaannya bahkan ditulis dari dalam jeruji penjara.
Paulus tidak menjadikan penghargaan manusia sebagai ukuran keberhasilannya. Ia
mengarahkan pandangannya kepada mahkota kehidupan yang telah disediakan
Tuhan. Adakalanya kita juga bekerja dengan orientasi yang keliru. Berfokus hanya
pada upah dan penghargaan manusia. Dengan mudah kita bisa kecewa dan mundur
ketika situasi menjadi sulit atau orang-orang di sekitar tidak memberi tanggapan
yang sesuai dengan harapan. Ketekunan Paulus mendorong kita untuk juga ikut
bertekun, bekerja dengan mengarahkan pandangan pada upah yang disediakan
Tuhan sendiri. Ketika kelak kita dipanggil menghadap-Nya, kita dapat dengan lega
berkata seperti Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah
mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Anda mungkin juga menyukai