Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

UJIAN AKHIR SEMESTER


Diajukan untuk memenuhi ujian akhir semester
Mata kuliah Manajemen Dalam Perspektif Islam

Disusun oleh:
HESTI ULIA SARI (2110206008)
Kelas 1 b

Dosen pengampu:
EDI PUTRA JAYA

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KERINCI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Manajemen pengelolaan lembaga
pendidikan islam” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan
didalamnya. Dan pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kami kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu,
dan mendorong dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai halangan.Baik itu


yang datang dari diri penyusun maupun dari luar penyusun Penulis juga
sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih sangat dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan
yang bersifat membangun demi perbaikan makalah yang akan dibuat di masa
yang akan datang nantinya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa adanya saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca.

Kerinci, 29 Desember 2021


Penyusun

HESTI ULIA SARI


DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................i

Daftar isi...........................................................................................................ii

Bab I:Pendahuluan..........................................................................................3
A.Latar belakang..............................................................................................3
B.rumusan masalah.........................................................................................3
C.tujuan masalah.............................................................................................3

Bab II:pembahasan .........................................................................................4


1. Apa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan islam...........................4
2. Lembaga-lembaga pendidikan islam.........................................................5
3. Apa saja jenis – jenis lembaga pendidikan islam di Indonesia..................6
4. Bagaimana pengelolaan di lembaga pendidikan islam.............................10
5. Bagaimana peran lembaga pendidikan islam di Indonesia.......................12
6. Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Pendidikan......................................13
7. Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam......................................................15 
8. Tri Pusat Pendidikan.................................................................................. 16
9. Tantangan lembaga pendidikan islam dalam transfromasi sosial budaya22

Bab III:Penutup.............................................................................................23
A. Kesimpulan...............................................................................................25
B. Saran...........................................................................................................25

Daftar Pustaka.................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu dari mahluk Tuhan yang pada awal
penciptaannya.Ditakdirkan sebagai khalifah yang mengatur dan memelihara
bumi ini. Namun sebagian banyak manusia yang berbuat hal sebaliknya,
bukan memelihara bumi tetapi merusak dan berbuat kekacauan.
Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan moral dan akhlak dalam
dunia pendidikan saat ini. Moral dan akhlak merupakan hal pokok yang harus
tertanam pada seorang manusia agar mampu melakukan sesuatu yang
bermanfaat dan tidak merugikan hingga mampu membuat bumi menjadi lebih
baik.
Salah satu usaha untuk mewujudkan generasi yang bermoral dan
berakhlak mulia yaitu dengan adanya lembaga – lembaga pendidikan islam
sebagai suatu lembaga yang bertujuan untuk menciptakan manusia – manusia
yang bermoral dan berakhlakul karimah. Lembaga – lembaga pendidikan islam
menitik beratkan pada pendidikan yang dianjurkan agama yang berpedoman
pada Al Qur’an dan Hadist yang juga sebagai umat Islam untuk mewujudkan
manusia yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).
B.  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan islam?
2. Lembaga-lembaga pendidikan islam?
3. Apa saja jenis – jenis lembaga pendidikan islam di Indonesia?
4. Bagaimana pengelolaan di lembaga pendidikan islam?
5. Bagaimana peran lembaga pendidikan islam di Indonesia?
6. Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Pendidikan?
7. Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam? 
8. Tri Pusat Pendidikan? 
9. Tantangan lembaga pendidikan islam dalam transfromasi sosial budaya?
C.  Tujuan pembuatan makalah
1. Memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Dalam Perspektif Islam”
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bakal dari
sesuatu, asal mula yang akan menjadi sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa,
acuan, ikatan, badan atau organisasi yang mempunyai tujuan jelas terutama
dalam bidang keilmuan. 
Menurut ensiklopedi Indonesia, lembaga pendidikan yaitu suatu wadah
pendidikan yang dikelola demi mencapai hasil pendidikan yang diinginkan.
Badan pendidikan sesungguhnya termasuk pula dalam alat-alat pendidikan,
jadi badan/lembaga pendidikan yaitu organisasi atau kelompok manusia yang
karena sesuatu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan wajar.
Secara terminologi lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau
tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam, lembaga pendidikan itu
mengandung konkirit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang
abstrak, dengan adanya norma - norma dan peraturan - peraturan tertentu,
serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan
untuk mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen,
maupun yang berubah-ubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat
mengikat individu yang berada dalam naungan-Nya, sehingga lembaga ini
mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993: 286).
Lembaga pendidikan Islam berupa non-fisik mencakup peraturan –
peraturan baik yang tetap  maupun yang berubah, sedangkan bentuk fisik
berupa bangunan, seperti masjid, kuttab, dan sekolah sebagai tempat untuk
melaksanakan peraturan – peraturan yang penanggung jawabnya adalah suatu
badan, organisasi, orang tua, yayasan, dan negara.
Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah lembaga keluarga,sekolah dan
masyarakat yang memiliki peranan sangat strategis yang akan menjadi pusat-
pusat kegiatan pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi
anak sebagai makhluk individu,sosial,susila dan religius.

Ada 6 contoh lembaga pendidikan:


1. Sekolah dasar
2. Sekolah menengah pertama
3. Sekolah menengah atas
4. Sekolah menengah kejuruan
5. Perguruan tinggi/universitas/institut
6. Sekolah tinggi
Penyelenggara pendidikan adalah pemrintah,pemerintah
provinsi,pemerintah daerah,masyarakat atau lembaga pendidikan asing.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan
Islam adalah tenpat atau oganisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam,
yang mempunyai struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya pendidikan Islam. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam
tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya
pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan kepadanya, seperti
sekolah (madrasah) yang melaksanakan proses pendidikan Islam.
B.Lembaga-lembaga Pendidikan Islam

Islam mentranformasikan budaya msyarakat yang telah diislamisasikan di


berbagai kawasan di Indonesia melalui tahap demi tahap dan melahirkan etos
kerja sebagi dasar kebudayaan, sebagai follow up dari penyebaran ajaran Islam
ketika itu, sistem pendidikan Islam segera dirancang dan bentuk sesuai dengan
keadaan yang relevansi menuju penyebaran agama Islam di Indonesia. Pada
tahap awal pendidikan Islam berlangsung secara imformal. Kalangan muballiqh
banyak memeberikan contoh-contoh teladan dalam menunjukkan akhlakul-
karimah, sehingga masyrakat yang mendatangi menjadi tertarik untuk
mengetahui sekaligus memeluk agama Islam dan mencontoh prilaku
mereka.Melalui pergaulan para muballigh dengan masyarakat sekitar dan
terkadang juga lewat perkawinan silang yaitu antara para pedagang Muslim
atau muballigh dengan masyrakat masyarakat sekitar dan terbentuklah
masyarakat Muslam. Masyarakat muslim ini merupakan cikal bakal tumbuh
dan kembangnya kerajaan Islam. Dari proses tersebut pendidikan dan
pengajaran Islam, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Materi
pelajaran yang pertama sekali adalah kalimat Syahadah, sebab barang siapa
yang sudah bersyahadat berarti seseorang tersebut sudah menjadi seorang
Muslim. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ternyata dalam Islam itu
praktis sekali, dan dari sana pulalah pendidikan beranjak, yaitu dari hal-hal
mudah dan berproses cepat sehingga masyarakat mudah untuk menerima
agama Islam.Setelah penyebaran dan perkembanangan agama Islam telah
membaur dalam kehidupan masyarakat, maka komunitas Muslim menjadikan
Mesjid dan Lanngar sebagai tempat beribadah hal tersebut juga terjadi ketika
zaman Nabi Muhammad Saw sebagai tempat terjadi proses ajar mengajar.
Selain proses ini ada yang dimulai dariterbentuknya pribadi-pribadi Muslim
kemudian dari kumnpulan pribadi-pribadi tersebut terbentuklan masyarakat
Muslim dan dari inilah terbentuk kerajaan Islam sebagai kesatuan yang lebih
besar. Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia.
MesjiddanLanggar.
Mesjid secara harfiyah adalah ”temaopt bersujud" namun dalam arti
terminology, mesjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan
aktivitas ibadah dalam arti yang luas.[15] Mesjid fungsi utama adalah untuk
tempat shalat lima kali sehari semalam dan setiap minggunya dilaksanakan
shalat jum'at dan dua kali setahun dilaksanakan shalat hari raya Idil Fitri dan
Idil Adha. Selain dari mesjid ada pula tempat ibadah yang disebut langgar,
bentuknya lebigh kecil dari pada Mesjid dan dipergunakan hanya untuk
beribadah shalat lima waktu, dan bukan untuk shalat Jum'at.
Selain dari fungsi utama mesjid dan langgar digunakan untuk tempat
pendidikan bagi orang dewasa maupun anak-anak. Pengajian yang dilakukan
untuk orang dewasa adalah penyampainan-penyampaian ajaran Islam olah
para muballigh (al-Ustadz, guru, kyai) kepada para jama'ah dalam bidang yang
berkenaan dengan aqidah, ibadah dan akhlak. Sedangkan pengajian yang yang
dilaksanakan untuk anak-anak berpusat kepada pengajian al-Qur'an menitik
bertkan kepada kemampuan membacanya dengan baik dan benar sesuai
denagn kaedah-kaedah bacaannya, selain itu anak-anak juga diberikan ilmu
keimanan yang bertumpu kepada rukun iman yang enam. Ilmu ibadah yaitu
pendidikan tata cara shlat dan akhlak yaitu bertingkah laku yang mulia dalam
kehidupansehari-hari.
Pendidikan agama Islam di langgar bersifat elementer, dimulai dari
mempelajari abjad huruf Arab sebagai pengenalan awal tentang isi al-Qur'an
sambil mengikuti gurunya, anak-anak belajar dengan duduk bersila dan belum
memaki meja dan bangku. Pengajian al-Qur'an dilanggar bertujuan agar anak
didik dapat membaca al-Qur'an berirama dan baik dan belum ditekankan
untukmengetahuitentangisial-Qur'an.Dalampenyampaian materi di pendidikan
Langgar, sebagaimana memakai dua metode antara lain yaitu dengan sisitem
sorongan dimana dengan metode ini anak didik secara perorangan belajar
dengan guru/kyai dan system khalaqah yakni seorang guru/kyai dalam
memberikan pengajarannya duduk dengan dikelilingi murid-muridnya.
Meunasah
Secara etimologi, kata Meunasah berasal dari bahasa Arab yaitu madrasah
yang berarti tempat belajar atau sekolah. Dalam cacata sejarah Meunasah ini
awalnya dinamakan Zawiyah, yaitu tempat belajar masyarakat, di Aceh, dan
sesuai dengan perjalan waktu, Zawiyah itu berubah menjadi Meunasah
sementara Zawiyah berubah menjadi dayah.
Menurut Taufik Abdullah, sebelum suatu kampong di bangun, mereka
terlebih dahul membangun Meunasah sebagi temapt beribadah dan belajar,
baru kemudia mendirikan perkempungan. Disamping tempat beribadah
Meunasah juga berfungsi sebagai tempat belajar tingkat dasar dalam tiap-tiap
lkampungketiukaitu.

Dayah
Mukti Ali dan Hasjmy berpendapat bahwa kata dayah atau deyah berasal
dari bahasa Arab Zawiyah yaitu tempat pendidikan atau belajar, temapat
pendidikan ini telah berdiri pada masa Perlak, ketika Islam telah membumi di
Perlak diiringi dengan berdiri kerajaan Islam, mereka mengajarkan bagaimana
memelihara kebersihan, kesehatan,membina keluarga serta tata cara berniaga
dan bertani secara baik dan benar, kemudian mereka jugamendidik
masyarakat agar cerdas, rajin, jujur, dan tekun melaksanakan ibadah, dan
kesemuanya itu adalah sarat dengan nilai. Melalui nilai-nilai yang telah
diajarkan ketika itu, mereke mendirikan tempat-tempat sebagai sarana
berlangsungnya proses belajar yaitu zawiyah, dan ada sebuah tempat
pendidikan yang besar yang dinamakan Zawiyah Cot Kala, yang merupakan
pusat pendidikan Islam pertama di Asia Tenggara.
Pesantren
Dari cacatan sejarah dapat dilihat bahwa dengan kehadiran kerajaan Bani
Umayyah menjadikan pesatnya perkembangan ilmu pengetahan, sehingga
masyarakat Islam tidak hanaya belajar di Mesjid tetapi juga belajar pada
lembaga-lembaga yang lain, seprti "kutab". Makna kutab sebagai karakteristik
yang mempunyi kekhasan tersendiri dan merupakan wahana dan lembaga
pendidikan Islam yang semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan system
halaqah.Di Indonesia, istilah kutab lebih di kenal dengan istilah "pondok
pesantren" yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya seorang
kyai(pendidik) yang mengajar dan mendidik para murid dengan sarana Mesjid
yang digunakan sebagai prasarana berlangsungnya proses belajar, serta di
dukung adanya pondok sebgai tempat tinggalpara murid.
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe, dan akhiran an
berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan
pesantren pesantren berasal dari kata santri, seorang yang belajar agama
Islam, demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk
belajar agama Islam.Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang di
dalamnya sarat dengan dengan pendidikan Islam dipahami dan dihayati serta
diamalkan dengan menekankan penting moral agama Islam sebagai
pedomanhidup.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, dipandang dari histories-


cultural, pesantren dapat dikatakan sebagai training center yang sekaligus
menjadi sebuah bentuk curtural central Islam yang dilembagakan oleh
masyarakat, khususnya masyrakat Islam. Berdirinya pesantren di Indonesia
adalah sebuah tuntutan dari keinginan masyrakat Islam menuju hidup yang
lebih layak dan bebas dari kolonial, dan dalam cacatan sejarah pesantren yang
pertama sekali berdiri di Indonesia adalah pesantren Pamekasan di Madura,
pesantren tersebut berdiri pada thun 1062, pesantren ini biasa disebut
denganpesantren JanTampessII.

Di tinjau dari sejarah, belum ditemukan data sejarah yang membuktikan


bahwa berdirinya pesantren di Indonesia, tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal masuknya Islam ke
Indonesia, sementara yang lain berpendapat bahwa pesantren baru muncul
pada masa Walisongo dan Maulanana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang
yang mendirikan pesantren.Apabila ditelusuri sejarah pendidikan di Jawa,
sebelum dating agama Islam telah ada lembaga pendidikan Jawa kuno yang
praktek pendidikannya sama dengan pesantren. Lembaga pendidikan Jawa
kuno itu bernama payiyatan, di lembaga tersebut tinggal Ki ajar dengan
cantrik. Ki ajar orang mengajar dengan dan cantrik orang yang diajar. Kedua
kelompok ini tinggal dalam satu komplek dan disini terjadi proses ajar
mengajar.

Dengan menganalogikan pendidikan payiyatan ini dengan pesantren,


sebetulnya tidak terlalu sulit untuk menetapkan bahwa pesantren itu telah
tumbuh sejak awal perkembangan Isalmn di Indonesia khususnya di Jawa,
sebab model pendidikan pesantren Jawa Kuno telah ada sebelum Islam masuk
yaitu payiyatan. Kedatangan Islam, maka sekaligus diperlulakn sarana
penidikan, tentu saja model peyiyatan ini di jadikan acuan dengan merubah
system yang ada ke sistem pendidikan Islam.

Sistem yang ditampilakan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan


dibanding dengan sistem yang diterapkan dalam pendidkan pada umumnya :
1. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh di banding
dengan sekolah yang lain.
2. Kehidupan di pesantren menampakkkan semangat demokrasi karena
mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non-kurikuler mereka.
3. Para santri tidak mengidap penyakit "simbolis"yaitu perolehan gelar dan
ijazah, karena sebahagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah,
sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk ke pesantren tampa adanya
ijazah tersebut, hal ini karena tujuan mereka hanya ingin mencari keridhoan
Allah Swt saja.
4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealis,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan
sehingga hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.[32]

Madrasah
Kata madrasah berasal dari bahasa Arab yang artinya tempat belajar, kata
madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, lebih dikhusus lagi sekolah-
sekolah agama Islam[33].Tumbuh dan berkembangnya madrasah di Indonesia
tidak dapt dipisahkan dengan tumbuhnya ide-ide pembaharuan pemikiran di
kalangan ummat Islam. Diantara tokoh Nasional Islam yang paling berjasa
dalam pengembangan madrasah di Indonesia adalah Syaikh Abdullah Ahmad,
beliau mendirika madrasah Adbiyah di Padang pada tahun 1909 dan pada
tahun 1915 madrasah menjadi HIS Adbiyah yang tetap mengajarkan nilai-nilai
Islam. Selanjuatnya Syaikh M. Thaib Umar mendirikan Madrasah School di Batu
Sangkar, walaupun madrasah sempat utup namun pada tahun 1918 di buka
kembali oleh Mahmud Yunus, kemudian pada tahun 1923 madrasah bertukar
nama menjadi Diniyah School dan berubah lagi menjadi-Jami'ah Islamiyah pada
tahun 1931.

Madrasah dalam khazanah kehidupan manusia Indonesia merupakan


fenomena budaya yang berusia satu abad lebih, bahkan bukan salah satu
wujud entitas budaya Indonesia yang dengan sendirinya menjalani proses
sosialisasi yang relative intensif. Indikasinya adalah kenyataan bahwa wujud
entitas budaya ini telah diakui dan diterima kehadirannya. Secara berangsur-
angsur ia telah memasuki arus utama pembangunan bangsa menjelang abad-
20.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, madrasah setidak-tidaknya


mencerminkan sebagai lembaga pendidikan Islam, menurut al-Nahlawi, tugas
sebagai lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
1. Merealisasikan pendidikan Islam yang di dasarkan pada prisif piker, aqidah
dan tasyri' yang diarahkan utuk mencapai tujuan pendidikan, bentuk dan
realisasi itu adalah agar anak didik beribadah, mentauhidkan Allah Swt, tunduk
dan patuh atas perintah-Nya, serta syari'at-Nya.
2. Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yag mulia, agar ia tidak
menyimpang tujuan Allah Swt menciptakannya. Membentuk dsar operasional
pendidikan yang harus dijiwai sasuai dengan fitrah manusia, sehingga
menghindari adanya penyimpangan dan sebagainya.

Tugas-tugas lembaga pendidikan madrasah tersebut membutuhkan


administrasi yang memadai, yang mencakup berbagai komponen,misalnya
perencanaan, pengaweasan, organisasi, koordinasi, evaluasi, dan sebagainya
sehingga lembaga pendidikan madrasah itu terdapat budaya administrasi yang
berdasarkan dan bertujuan melancarkan pelaksanaan pendidikan Islam.
Sesuai dengan peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1946 dan peraturan
Menteri Agama No.7 tahun 1950, serta Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri
tahun 1975, tentang peningkatan mutu madrasah, dapat disimpulkan, bahwa
suatu lembaga pendidikan yang diatur seperti sekolah dengan meberikan
pengetahuan agama Islam sebagai pokok/dasar.

C. Jenis – Jenis Lembaga Pendidika Islam


Sesuai dengan jalur pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah bahwa
pendidikan agama Islam berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren yang
diselenggarakan dengan jalur Formal, Nonformal, dan Informal. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan Islam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: lembaga
pendidikan Islam formal, lembaga pendidikan islam nonformal dan lembaga
pendidikan Islam informal.
1. Lembaga Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Menurut Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan nonformal diselenggarakan
bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Serta berfungsi untuk
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
Sedangkan dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang
pendidikan agama dan keagamaan dijelaskan bahwa pendidikan diniyah
nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majelis taklim,
pendidikan al-Qur’an, atau bentuk lain yang sejenis.
Pengajian kitab diselenggarakan dalam rangka mendalami ajaran Islam
dan/atau menjadi ahli ilmu agama Islam. Penyelenggaraan pengajian kitab
dapat dilaksanakan secara berjenjang atau tidak berjenjang. Pengajian kitab
dilaksanakan di pondok pesantren, masjid, mushalla, atau tempat lain yang
memenuhi syarat.
Majelis Taklim atau nama lain yang sejenis bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia peserta didik
serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. Kurikulum Majelis Taklim
bersifat terbuka dengan mengacu pada pemahaman terhadap Al-Qur’an dan
Hadits sebagai dasar untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT, serta akhlak mulia. Majelis Taklim dilaksanakan di masjid, mushalla,
atau tempat lain yang memenuhi syarat.
Pendidikan Al-Qur’an bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik
membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al Qur’an.
Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKQ), Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lain
yang sejenis. Pendidikan Al-Qur’an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan
tidak berjenjang. Penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an dipusatkan di masjid,
mushalla, atau ditempat lain yang memenuhi syarat. Kurikulum pendidikan Al-
Qur’an adalah membaca, menulis dan menghafal ayat-ayat Al Qur’an, tajwid,
serta menghafal doa-doa utama. Pendidik pada pendidikan Al-Qur’an minimal
lulusan pendidikan diniyah menengah atas atau yang sederajat, dapat
membaca Al-Qur’an dengan tartil dan menguasai teknik pengajaran Al-Qur’an.
2. Lembaga Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Berdasarkan undang-undang tentang system pendidikan nasional bahwa
kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
tersebut berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Lembaga pedidikan ini, menurut Sidi Ghazalba sebagaimana dikutip oleh H.
Ramayulis, adalah jenis lembaga pendidikan primer, utamanya untuk masa
bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan pendidikan dalam lembaga ini tanpa ada suatu organisasi yang ketat.
Tanpa ada program waktu dan evaluasi.
Pentingnya serta keutamaan keluarga sebagai pendidika Islam diisyaratkan
dalam al-Qur’an , yaitu:
)6 : ‫يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا (التحريم‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”. (Q. S. Al-Tahrim : 6)
Hal ini juga dipraktekkan Nabi dalam sunnahnya. Di antara orang yang
dahulu beriman dan masuk Islam adalah anggota keluarga, yaitu : Khadijah, Ali
bin Abi Thalib, dan Zaid bin Harisah.
3.      Lembaga pendidikan formal
Abu Ahmad dan Nur Uhbiyato memberi pengertian tentang lembaga
pendidikan sekolah, yaitu bila dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat
tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun
waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi
yang telah ditetapkan. Gazalba memasukkan lembaga pendidikan formal ini
dalam jenis pendidikan sekunder, sementara pendidiknya adalah guru yang
profesional.
Lembaga pendidikan Islam di Indonesia antara lain: raudhatul athfal atau
bustanul athfal, madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar Islam, madrasah
tsanawiyah, sekolah menengah pertama Islam dan berbagai sekolah lainnnya
yang setingkat.
D. Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam dalam pengelolaannya sudah pasti
menggunakan metode – metode berbasis islam guna mencapai tujuan untuk
menciptakan generasi islami yang berbudi luhur tinggi, berkhlakul karimah dan
berpegang pada Al Quran dan Hadist. Saat ini sudah banyak sekolah yang
berbasis islam dengan mengandalkan kurikulum islami yang diadopsi dari
pendidikan pesantren. Lembaga pendidikan Islam seperti halnya pada sekolah
umumnya,adalah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga.
Dalam pengelolaan lembaga pendidikan islam harus memnuhi tugas – tugas
yang sesuai dengan syariat islam. Menurut An-Nahkawi, ”Tugas-tugas yang
ditambah oleh lembaga pendidikan Islam adalah:
1.      Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, aqidah
dan tasyri’ (sejarah) yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk
dan realisasi itu adalah agaranak didik beribadah, mentauhidkan Allah SWT,
tunduk dan patuh kepadaperintah dan syariat-Nya.
2.      Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yang mulia, agar tidak
menyimpang dari tujuan Allah menciptakannya
3.      Memberikan kepada anak didik seperangkap peradaban dan kebudayaan
Islami dengan cara mengintengrasikan antara ilmu-ilmu alam, ilmu sosial, ilmu
eksak, dengan landasan ilmu-ilmu agama, sehingga anak didik mampu
melibatkan dirinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
4.      Membersihkan pikiran dan jiwa anak didik dari pengaruh subyektivitas
(emosi) karena pengaruh zaman yang terjadi pada dewasa ini lebih
mengarahkan pada penyimpangan fitrah manusia
5.      Memberikan wawasan nilai dan moral, dan peradaban manusia yang
membawa khasanah pemikiran anak didik menjadi berkembang
6.      Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antara anak didik
7.      Tugas mengkoordinasi dan membebani kegiatan pendidikan
8.      Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan keluarga, masjid dan
pesantren.
Dari tugas – tugas tersebut sudah tergambar jelas bahwa lembaga
pendidikan islam bertujuan untuk menciptakan insan kamil agar terwujudnya
islam sebagai ramatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Dengan begitu
fitrah manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini akan terwujud. Dunia penuh
cinta damai akan dengan mudah diraih dan dapat dinikmati oleh semua
manusia.
E.Peran Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
Anggapan masyarakat atau beberapa pakar atau praktisi pendidikan sering
menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam telah kalah jauh
dibandingkandengan lembaga pendidikan umum. Yang dimaksud dengan
pendidikan Islam di sini adalah lembaga pendidikan yang berbasis pada agama
(Islam) yaitu pesantren, madrasah, dansekolah Islam. Anggapan itu mungkin
lebih tepat hadir pada masa lampau, namun disaat sekarang ini lembaga
pendidikan Islam semakin diminati oleh masyarakat seiring dengan
meningkatnya pola manajemen dan perbaikan kualitas pendidikannya.
Sehingga tidak sedikit lembaga pendidikan Islam mencetak lulusan-lulusan
yang ungguldan berkualitas di tengah masyarakat.
Banyak bukti yang telah kita lihat bahwa lembaga pendidikan Islam
semakin ‘berbicara’ dalam upaya mendorong kemajuan pendidikan nasional.
Berbagai kreatifitas dalam mendidik siswa justru lebih awal dilakukan oleh
lembaga pendidikan Islam. Hadirnya konsep sekolah “unggulan” atau sekolah
“terpadu”, dengan seleksi yang ketat di setiap awal tahun ajaran, sangat
strategis dalam menaikkan daya tawar lembaga pendidikan tersebut. Contoh
lembaga pendidikan Islam seperti itu di Sumatera dan Jawa seperti Diniyyah
School, Pondok Gontor, Sekolah Adabiah, Sekolah Islam Terpadu “Adzkia”,
Perguruan Arrisalah, dll.
Di era reformasi ini (pasca orde baru) kita lihat banyak bermunculan tokoh-
tokoh nasional yang lahir dari ‘rahim’ lembaga pendidikan Islam. Sebut saja
Hidayat Nurwahid, Yusril Ihza Mahendra, Bambang Soedibyo, Muhaimin
Iskandar, Amien Rais, Hamzah Haz, Anis Matta, dll. Adalah fakta yang terlihat,
bahwa para tokoh itu (baca : alumni lembaga pendidikan Islam) telah
berprestasi di kancah kepemimpinan nasional. Lembaga pendidikan Islam
memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan nasional. Hal ini
disebabkan oleh pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
agama. Nilai-nilai ilahiyah telah dijadikan sebagai basis dalam pelaksanaan
setiap proses pembelajaran di dalam lembaga pendidikan Islam.
Lembaga pendidikan Islam mendorong siswa dalam aspek keagamaan yang
kuat di samping itu ada pembelajaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak kalah mendalam apabila dibandingkan dengan lembaga
pendidikan umum yang sederajat.
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
menyebutkan dalam poin 2 Pasal 1 : “Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Pada
pasal 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Hal tersebut di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional tidak
dapat dipisahkan dari pemahaman tentang pengertian dan fungsi dari
pendidikan nasional itu sendiri. Itu juga berarti bahwa nilai-nilai agama harus
menjadi akar atau pokok pendidikan yang merupakan skala prioritas utama
dalam mencetak lulusan terdidik. Kata-kata kunci sengaja penulis tulis dalam
font tebal dalam kutipan UU di atas agar semakin jelas bahwa nilai-nilai agama
adalah hal yang sangat penting dan prioritas dalam pendidikan nasional.
Dengan demikian, peranan lembaga pendidikan Islam tidak boleh
dinomorduakan dalam sistem pendidikan nasional.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan lembaga pendidikan
Islam di negeri ini dipicu oleh adanya prestasi dan kreatifitas yang tinggi dalam
mengelola lembaga tersebut. Konsep-konsep seleksi siswa unggulan telah
dilaksanakan secara optimal berdasarkan sistem yang jujur, tidak dimanipulasi.
Pembelajaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pun menjadi
bagian yang sangat kental dalam lembagapendidikan Islam. Hal ini akan
mewujudkan secara baik optimalisasi kinerja lembaga pendidikan Islam dalam
mencapai visi dan misinya.
Agar tetap berperan strategis dalam pendidikan nasional, ada beberapa hal
yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan oleh lembaga pendidikan Islam
sebagai berikut:
1.      Lembaga Pendidikan Islam harus mampu mempertahankan dan
meningkatkan ciri atau karakter keislaman di dalamnya. Nuansa dan nilai-nilai
islami yang terpraktekkan dalam kehidupan sehari-hari para siswanya adalah
hal yang diutamakan daripada hanya sekadar pengetahuan keislaman sebatas
teoritis belaka.
2.      Lembaga Pendidikan Islam harus mampu mempertahankan dan
meningkatkan ciri unggulan yang melekat pada dirinya atau ‘imej tampil beda’,
apabila dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum misalnya dalam hal
keilmuan (bimbingan plus IPTEK, laboratorium alam, bimbingan intensif
bekerjasama dengan bimbel terkemuka), dalam hal keterampilan (komputer,
beladiri, seni islami, teknologi tepat guna, usaha kecil, kepanduan, dan lain-
lain), atau dalam hal interaksi sosial.
3.  Lembaga pendidikan Islam harus mampu meningkatkan kemampuan dalam
pola manajeman dan muatan kurikulum, siswa baru yang diseleksi ketat, staf
pengajar dan karyawan yang berkualitas, kendali kualitas (quality control)
terhadap lulusan, sertasarana dan prasarana yang lengkap Lembaga
pendidikan Islam harus gencar untuk ‘unjuk gigi’ pada setiap kesempatan yang
ada agar semakin dikenal dan dipercaya oleh orangtua dalam menitipkan masa
depan anak-anaknya. Peluang-peluang besar bagi lembaga pendidikan Islam
untuk menjadi lembaga pendidikan teratas di Indonesia adalah keniscayaan,
setidaknya peluang itu dapat dilihat dari jumlah penduduk negeri ini yang
menganut agama islam.
F. Tanggung Jawab Lembaga-lembaga Pendidikan
Tanggung jawab lembaga pendidikan dalam segala jenisnya menurut
pandangan Islam adalah kaitannya dengan usaha mensukseskan misi dalam
tiga macam tunttan hidup seorang muslim,yaitu:
1. Pembebasan manusia dari ancaman api neraka sesuai firman Allah: “Jagalah
dirimu dan keluargamu dari ancaman api neraka” (QS. At-Tahrim: 6)
2. Pembinaan umat manusia menajdi hamba Allah yang memiliki keselarasan
dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat
3. Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang
kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan
hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada Khaliqnya.
 
G. Jenis-jenis Lembaga Pendidikan Islam
Berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlangsungnya
pendidikan, maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana
pendidikan tersebut dilaksanakan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
luas tentang jenis-jenis lembaga pendidikan Islam harus ditinjaunya dari
berbagai aspek, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Ajaran Islam sebagai Asasnya
Dalam ajaran islam, perbuatan manusia disebut dengan amal, yang telah
melembaga dalam jiwa seorang muslim, baik amal yang berhubungan dengan
Allah swt maupun amal yang berhubungan dengan manusia dan alam semesta.
Sedangkan Mahmud Syaltut mengemukakan bahwa ajaran Islam mencakup
aspek aqidah, syariah dan muamalah yang dapat membimbing manusia
menuju kehidupan yang lebih baik.
  Asas seluruh ajaran dan amal islam adalah iman. Islam telah menetapkan
norma- norma dalam mengajarkan ajaranya. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sidi Ghazalba. Bahwa jenis lembaga pendidikan Islam yang serba tetap
dan tidak boleh berubah dan tidak mungkin berubah adalah:
a) Rukun iman adalah asas ajaran dan amal islam    
b) Ikrar, keyakinan atau pengucapan dua kalimat syahadat, adalah lembaga
pernyataan
c) Thaharah, lembaga penyucian
d) Shalat, lembaga utama diri
e) Zakat, lembaga pemberian wajib
f) Puasa, lembaga menahan diri
g) Haji, lembaga kunjungan ke Baitullah
h) Ihsan, lembaga membaiki
i) Ikhlas, lembaga yang menjadikan amal agama
j) Taqwa, lembaga menjaga hubungan dengan ALLAH SWT
 
Adapun lembaga-lembaga yang dapat berubah, karena perubahan norma-
norma adalah sebagai berikut:
a) Ijtihad, lembaga berpikir
b) Fiqih, lembaga putusan tentang hukum yang dilakukan dengan metode
ijtihad
c)  Akhlak, lembaga nilai- nilai tingkah laku perbuatan
d)  Lembaga pergaulan masyarakat (social)
e)  Lembaga ekonomi
f)   Lembaga politik
g)  Lembaga pengetahuan dan tekhnik
h)  Lembaga seni
i)  Lembaga negara
  Agama Islam adalah agama yang universal, serba tetap dan tidak terikat
oleh ruang dan waktu, dan merupakan agama yang diridhai Allah Swt.
2. Lembaga Pendidikan Islam ditinjau dari Aspek Penanggung Jawab
Tanggung jawab kependidikan merupakan suatu tugas wajib yang harus
dilaksanakan, karena tugas ini satu dari beberapa instrumen masyarakat dan
bangsa dalam upaya pengembangan manusia sebagai khalifah dibumi.
Tanggung jawab ini dapat dilaksanakan secara individu dan kolektif. Secara
individu dilaksanakan oleh orang tua dan kolektif kerja sama seluruh anggota
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Menurut Al-Qabisy, pemerintah dan orang tua bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak baik berupa bimbingan, pengajaran secara
menyeluruh. Konsep tanggung jawab pendidikan yang dikemukakannya ini
berimplikasi secara tidak langsung dalam melahirkan jenis-jenis lembaga
pendidikan sesuai dengan dengan penanggung jawabnya.

a. Lembaga pendidikan in-formal (keluarga)


Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan
antar sekelompok orang yang mempunyai pola-pola kepentingan masing-
masing dalam mendidik anak yang belum ada dilingkungannya.
  Dalam islam keluarga dikenal dengan istilah Usrah, dan Nasb. Sejalan
dengan pengertian diatas, keluarga juga dapat diperoleh lewat persusuan dan
pemerdekaan. Pentingnya serta keutamaan keluarga sebagai lembaga
pendidikan Islam disyaratkan dalam Al-Qur’an.
Artinya:
“ hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api
neraka”. (Tahrim 66:6)
Adanya istilah pendidikan utama juga dikarenakan adanya perkembangan
tersebut.Namun pendidikan informal,khususnya pendidikan keluarga memang
belum di tangani seperti pada pendidikan formal,sehingga masuk akal jika
sebagian besar belum memahami dengan baik tentang cara mendidik anak-
anak dengan benar.
Ciri-ciri pendidikan informal adalah:
a. Pendidikan berlangsung terus menerus tanpa mengenal tempat dan
waktu
b. Yang berperan sebagai guru adalah orangtua
c. Tida adanya manajemen yang baku.
b. Lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah)
Abu Ahmad dan Nur Uhbiyato memberi pengertian tentang lembaga
pendidikan sekolah, yaitu bila dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat
tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun
waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi
yang telah ditetapkan. Gazalba memasukkan lembaga pendidikan formal ini
dalam jenis pendidikan sekunder, sementara pendidiknya adalah guru yang
profesional.
  Lembaga pendidikan Islam di Indonesia antara lain: raudhatul athfal atau
bustanul athfal, madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar Islam, madrasah
tsanawiyah, sekolah menengah pertama Islam dan berbagai sekolah lainnnya
yang setingkat.
Lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal antara lain:
1. taman kanak-kanak
2. raudatul athal
3. sekolah dasar
4. madrasah ibtidaiyah
5. sekolah menengah pertama
6. madrasah tsanawiyah
7. sekolah menengah atas
8. madrasah aliyah
9. sekolah menengah kejuruan
10.perguruan tinggi.
c. Lembaga pendidikan non-formal (masyarakat)
Lembaga pendidikan non-formal adalah lembaga pendidikan yang teratur
namun tidak mengkuti peraturan-peraturan yang tetap dan kuat. Masyarakat
merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan
bangsa, negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat memiliki cita-cita
yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawabnya sebagai anggota
masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada
norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tangung
jawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal tersebut adalah sebagai berikut:
a. pendidikan berlangsung dalam lingkungan masyarakat
b. guru adalah fasilitator yang diperlukan
c. tidak adanya pembatasan usia
d. materi pelajaran praktis disesuikan dengan kebutuhan pragmatis
e. waktu pendidikan singkat dan padat materi
f. memiliki manajemen yang terpadu dan terarah
g. pembelajaran bertujuan membekali peserta dengan keterampilan
khusus untuk persiapan diri dalam dunia kerja.
Sedangkan lembaga penyelenggara pendidikan nonformal antara lain:
a. kelompok bermain
b. taman penitipan anak
c. lembaga khusus
d. sangar
e. lembaga pelatihan
f. kelompok belajar
g. pusat kegiatan belajar masyarakat
h. majelis taklim
i. lembaga keterampilan dan pelatihan
 Berpijak pada tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga
pendidikan Islam yang dapat dikelompok dalam jenis ini adalah:
1. Mesjid, mushalla, langgar, surau dan rangkang
2.  Madrasah diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi
3.  Majlis ta’lim, taman pendidikan al-Quran, taman pendidikan seni al-Quran,
wirid remaja/dewasa
4.  Kursus-kursus keislaman
5.  Badan pembinaan rohani
6.  Badan-badan konsultasi keagamaan
7.  Musabaqah tilawah al-Quran
8.  Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Aspek Tempat dan Waktu
Pada mulanya pendidikan Islam oleh Nabi saw secara sembunyi dan
disampaikan melalui individu ke individu. Tetapi setelah pemeluk Islam
bertambah banyak diperlukan lembaga pendidikan supaya pelaksanaan
pendidikan lebih efektif dan efektif.
  Untuk lebih sistematisnya uraian, maka akan membagi bentuk lembaga
pendidikan itu berdasarkan babakan sejarah pendidikan Islam, yaitu:
a. Periode Pembinaan
Lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah keluarga atau rumah tangga.
Dalam sejarah, bahwa rumah tangga yang dijadikan basis dan markas
pendidikan Islam pertama adalah rumah tangga (dar) Arqam bin Abi Arqam.
Rumah sebagai lembaga sosial pendidikan dalam Islam diisyaratkan Al-Qur'an.
Firman Allah swt:
Artinya: “Ajarilah keluargamu yang terdekat” (Asy-Syu'ara’ ayat 214)
  Secara formal di rumah Arqam inilah Nabi saw mengajarkan pokok-pokok
ajaran Islam kepada para sahabat, dan di sini pula Nabi saw menerima para
tamu yang ingin bertanya tentang ajaran Islam dan orang yang ingin masuk
Islam.
  Hijrah Nabi saw ke Madinah merupakan pertanda bagi terbukanya
lembaga pendidikan baru dalam sejarah pendidikan Islam, di samping
keluarga. Lembaga pendidika baru adalah masjid. Sudah menjadi tradisi di
dalam Islam semenjak Nabi bahwa rumah suci mesjid menjadi tempat melatih
dan memimpin anak-anak muda dengan berbagai kepandaian dan dengan
latihan akhlak yang tinggi. Masjid dalam sejarah pendidikan Islam tidak hanya
berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat
pendidikan dan kebudayaan. Di masjid dilaksanakan proses pembelajaran, baik
di dalam masjid itu sendiri maupun di samping masjid dalam bentuk Suffah
atau Kuttab. Proses pendidikan di masjid ini pada umumnya dengan
menggunakan sistem balaghah (guru duduk di masjid dan murid-murid duduk
mengelilinginya).
  Karakteristik yang menonjol dari pendidikan Islam pada periode ini adalah
bahwa pendidikan itu diberikan dengan cuma-cuma dan merupakan kewajiban
bagi setiap anak orang Islam untuk mendapatkannya serta dapat mendorong
anak didik untuk menggunakan pikiran dan mendorong mereka melakukan
penyelidikan Illahiyah.
 
b. Periode Keemasan
Periode keemasan dan kejayaan pendidikan Islam terjadi pada masa Dinasti
Abasiyah ataupun masa Dinasti Umayah di Spanyol. Pada periode ini daerah
kekuasaan Islam meluas dari India dan Asia Tengah dan sampai ke Spanyol dan
Maroko. Lembaga pendidikan periode ini selain keluarga, masjid dan kuttab
adalah masjid jami’, istana khalifah, umah-rumah para pangeran, menteri dan
ulama, kedai dan toko buku, salon-salon kesusastraan, ribath, rumah-rumah
sakit (al-birraristan), observaorim, dan tempat-empat eksperimen ilmiah serta
dar al hikmah, bait al-hikmah dar al-ilm, ataupun dar al-kutub.
Adapun karateristik yang menonjol pada periode ini adalah:
1. Kesempatan untuk mendapat pendidikan kepada anak setiap orang Islam
dengan cuma-cuma
2. Sifatnya universal, toleran, berpikiran luas, kreatif, dinamis, rasional,
terdapat keseimbangan antara ilmu dan agama dan sumbernya dari al-Quran
dan al-Hadits.
 c. Periode Penurunan
Periode dimulai pada permulaan abad ke-11 M sampai abad Ke-15 M. Pada
periode ini perkembangan kebudayaan, peradaban dan sains menurun di
Timur Tengah. Lembaga-lembaga pendidikan Islam umumnya ditekankan
fungsinya kepada studi keagamaan dan tempat pendidikan dan latihan bagi
keperluan politik guna mempertahankan kepercayaan dan politik Islam.
Karakteristik yang menonjol adalah tumbuhnya sekolah-sekolah untuk anak
yatim dan anak-anak orang miskin, yaitu di bawah raja-raja Mamluk Mesir dan
Syiria.
 d. Periode Stagnasi dan Kehancuran
Periode ini terjadi pada abad ke-15 sampai abad ke-19. Keadaan lembaga
pendidikan Islam pada masa ini mundur dan bahkan mengalami kehancuran.
Masjid-masjid dan sekolah-sekolah yang terbesar dalam dunia Islam tampak
megah dan indah, namun muridnya hanya sedikit dan mereka umumnya hanya
mempelajari fiqh. Perhatian mereka terhadap ilmu keduniaan seperti ilmu
ekonomi berkurang sekali. Akibatnya bantuan ekonomi dan kebudayaan bagi
pendidikan juga berkurang.
 
e. Periode Modern
Pada permulaan abad ke-19 M dari periode ini umat Islam sudah mulai sadar
akan kelemahan dan kemunduran kebudayaan dan peradabannya bila
dibandingkan dengan dunia barat yang sudah maju. Kemajuan yang didapat
oleh dunia Islam dalam bidang pendidikan sekarang di samping hasil gerakan
reformasi yang dilancarkan oleh pemimpin umat Islam sebelumnya seperti
Muhammad Ibn Abd Wabhab yang antara lain menganjurkan kembali kepada
al-Quran, Hadits, masa kehidupan Nabi saw di masa Khulafaur Rasyidin. Di
bawah pengaruh kebudayaan Barat modern sistem sekolah-sekolah dasar, 
menengah, sekolah-sekolah kejuruan, sekolah-sekolah teknik, dan sampai pada
sistem universitas yang ada di Arab dan dunia Islam dipengaruhi ata
disesuaikan (adaptasi) menurut pola Barat dan begitu juga halnya dalam hal
penyusunan silabus dan kurikulum.
 Usaha-usaha umat Islam dalam memodernisasikan pendidikan kebudayaan
Barat modern telah menimbulkan dualisme lembaga (institusi) pendidikan,
yaitu:
a.  Lembaga pendidikan Islam yang hanya berorientasi ke Barat dalam
membangun masa depannya
b.  Lembaga pendidikan yang hanya berorientasi ke masa lampau (zaman
klasik.
  Ke1dua bentuk pertentangan yang ada dalam lembaga-lembaga
pendidikan Islam ini harus diatasi, agar masyarakat tidak salah tafsir dalam
menilai warisan peninggalan kebudayaan, adat dan peradaban Islam klasik dan
dalam menerima kemajuan yang didapat dari kebudayaan modern mengingat
warisan zaman klasik Islam masa lampau itu jiwa dan semangat pendidikan dan
ilmiahnya masih relevan dengan masa sekarang.
H. Tri Pusat Pendidikan
Di Indonesia terkenal pula Tri Pusat Pendidikan, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan.
2. Lingkungan Sekolah
Kehidupan di sekolah merupakan suatu jembatan yang menghubungkan antara
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat. Di sekolah
anak-anak mendapatkan pengajaran dan pendidikan dibawah asuhan seorang
guru.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai arti yang lebih dari arti suatu lingkungan
sekolah dan lingkungan keluarga. Pengawasan tingkah laku perbuatan anak
dalam lingkungan masyarakan dilakukan oleh petugas-petugas hukum dalam
masyarakat, atau juga orang-orang lain yang berada dalam masyarakat.
I.Tantangan lembaga pendidikan islam dalam transfromasi sosial budaya 
Bentuk-bentuk tantangan yang dihadapi dalam pendidikan islam adalah:
a. Politik
Kehidupan politik khususnya politik negara banyak berkaitan dengan
masalah cara negara itu membimbing,mengarahkan dan mengembangkan
kehidupan bangsa jangka panjang.Suatu lembaga pendidikan yang tidak
bersedia mengikuti politik negara,akan mendapatkan
tekanan(presure)terhadap cita-cita kelembagaan dari politik tersebut.
b. Kebudayaan
Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad modern saat ini tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain.Kondisi semacam ini
menyebabkan proses akulturasi,yaitu faktor nilai yang mendasari
kebudayaan sendiri sangat menentukan keeksistensi kebudayaan
tersebut.Dalam menghadapi hal yang tidak di inginkan,di butuhkan sikap
kreatif dan wawasan pengetahuan yang dapat menjangkau masa depan
bagi eksistensi kebudayaan dan kehidupannya.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Teknologi sebagai ilmu terapan merupakan hasil kemajuan kebudayaan
manusia,yang banyak bergantung pada manusia yang
menggunakannya,dan lembaga pendidikan kita dituntut agar mampu
mendasari teknologi tersebut dengan norma-norma agama sehingga hasil
teknologi manusia berdampak positif bagi kehidupan.
d. Ekonomi
Ekonomi merupakan tolak punggung kehidupan bangsa yang dapat
menentukan maju mundurnya suatu proses pembudayaan
bangsa.Perkembangan ekonomi banyak diwarnai oleh sistem
pendidikan,demikian sebaliknya.Disini pendidikan dituntut untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat,sehingga diadakan”ekonomi
pendidikan”sebagai perencanaa pendidikan dalam sektor ekonomi.
e. Masyarakat dan perubahan sosial
Perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial sering kali
mengalami ketidak pstian tujan serta tak terarah tujuan yang
disepakati.disinilah pendidik sebagai pengarah yang rasional dan
konstruktif,sehingga problem-problem sosial dapat di pecahkan
mengingat lembaga pendidikan islam sebagai lembaga kemasyarakatan
yang berfungsi sebagai”agen sosial of change”
f. Sistem nilai
Sistem nilai dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang mengandung potensi pengendali,namun sekarang
perubahan itu menghilangkan nilai tradisi yang ada,lembaga pendidikan
disini sangat diperlukan karena salah satu fungsi lembaga pendidikan yaitu
mengawetkan sistem nilai yang telah dikembangkan oleh masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan Islam adalah tenpat atau oganisasi yang
menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mempunyai struktur yang jelas dan
bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Di Indonesia ada
banyak berbagai macam lembaga pendidikan islam yang digolongkan menjadi
3 macam, yaitu pendidikan nonformal, informal dan formal.
Dalam pengelolaannya, lembaga pendidikan islam sudah pasti menekankan
pada kurikulum yang berbasis islam yang sesuai dengan Al Quran dan Hadist
guna mencapai tujuan terciptanya insan kamil untuk mewujudkan islam
sebagai rahmatan lil alamin.
Sudah terbukti bahwa peran lembaga pendidika islam di Indonesia sangatlah
besar. Buktinya banyak orang – orang lulusan dari lembaga pendidikan islam
yang berprestasi di kancah kepemimpinan nasional, seperti Gus Dur, Amin
Rais, Hamza Haz dan masih banyak lagi.
B.Saran
Kami menyadari bawa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
mengembangkan makalah ini kedepannya.  

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim
Ramayulis. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-9. Jakarta: Kalam Mulia.
Muhaimin, Abd. Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya.
http://kamiluszaman.blogspot.co.id
http://tutijuniarsih.blogspot.co.id

 Daulay Haidar Putra,Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan


Pendidikan Islam di Indonesia.Medan:Cita Pustaka Media, 2000
 Daulay Haidar Putra,Historisitas dan Eksistensi:Pesantren dan
Madrasah.Yogya:Tiara Wacana, 2001
 Depertemen Agama Negeri RI,Nama dan Data Potensi Pondok-
pondok Pesantren Seluruh Indonesia, Jakarta, 1984-1985
 Fadjar,Malik Madrasah dan Tantangan
Modrenitas,Bandung:Mizan, 1998
 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan
Sejarah dan Perkembangan. Jakarta:Raja Grafindo Persada 1999

Anda mungkin juga menyukai