NAMA MAHASISWA
DRAJAT SILALAHI
NIM
030406057
USULAN TEMA
ARSITEKTUR TROPIS
Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi
jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern.
Segalanya bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang “ngandang” alias
gulung tikar diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak sudah
pendapat dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan Presiden yang mengatur tentang
hal ini pun juga telah dikeluarkan.
Secara umum pengertian pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani
transaksi jual-beli. Pengkategorian pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya baru
muncul belakangan ini ketika mulai bermunculannya pasar swalayan, supermarket,
hypermarket dsb.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Permasalahan segera timbul tatkala pasar modern sedikit demi sedikit mulai menggerus
keberadaan pasar tradisional. Dengan kondisi dan suasana belanja yang lebih bersih,
nyaman, serta segala yang diperlukan ada di sana, membuat orang cenderung untuk
meninggalkan pasar tradisional. Di sisi lain, makin lama barang - barang yang
diperjualbelikan di pasar modern dan pasar tradisional pun hampir mirip. Bahkan
harganya pun cenderung bersaing dengan pedagang di pasar tradisional dan bahkan pada
beberapa kasus harga di pasar modern jauh lebih murah.
Sedangkan kondisi sekarang ini itu lebih dikarenakan oleh tidak perhatiannya pemerintah
terhadap fasilitas umum seperti pasar tradisional dewasa ini. Pasar tradisional identik
dengan kumuh, bau, kotor dsb. Seharusnya baik itu karena ada pasar modern yang lebih
bersih dan rapi ataupun tidak, penataan dan perawatan pasar tradisional seharusnya tetap
dilakukan. Bukannya seperti sekarang ini yang muncul istilah baru yaitu revitalisasi
pasar. Sebenarnya hal itu hanyalah menunjukkan ketidakpedulian pemerintah selama ini.
Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota
terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan . Karena letak Pematangsiantar yang
strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera . Kota ini memiliki luas wilayah
79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat
sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba .
Walau berstatus kota, namun saat ini Pematangsiantar masih menjadi ibukota Kabupaten
Simalungun. Ibukota Kabupaten simalungun direncanakan akan dipindahkan secara
resmi ke Pematangraya pada tahun 2007, namun sampai saat ini terus mengalami
penundaan walaupun infrastruktur sudah disiapkan.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di
tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total
kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri
mencapai 38,18 persen atau Rp 646 milyar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 milyar
Tujuan:
a) Menciptakan suatu pasar yang tanggap terhadap iklim, berfungsi sebagaimana
mestinya dengan pertimbangan untuk menarik minat masyarakat.
b) Menambah sarana kebutuhan para pedagang maupun pengunjung agar merasa
nyaman dalam pasar tersebut.
c) Menjadikan pasar tradisional yang modern
d) Membuat pasar jajanan / makanan pada malam hari berupa square
IV. Sasaran
Dengan adanya re-design pasar ini akan dapat menampung lebih banyak para
pedagang di kawasan kab.Simalungun maupun kota lainnya dengan suasana yang baru
dan tidak ada penggusuran.
V. Perumusan masalah
Masalah perancangan yang timbul dalam kasus proyek ini adalah :
1. Bagaimana menciptakan suatu sarana pasar yang nyaman dan menjadikannya
sebagai landmark kota Pematangsiantar
2. Bagaimana mewadahi beberapa kegitan pendukung lain yang memungkinkan
untuk dilakukan di satu pasar.
3. Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman bagi pedagang
maupun pengunjung
4. Bagaimana pembagian ruang-ruang kios serta sirkulasi pedagang los
VI. Batasan Masalah
Masalah perancangan yang timbul dibatasi pada:
a) Kompleksitas bangunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi,
program ruang, dan aktifitas terpadu.
b) Pengorganisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai.
c) Perancangan sistem penghawaan ruang dan lighting yang baik.
d) Pemilihan sistem struktur bentang lebar yang efisien yang dapat menahan beban
sekaligus menghasilkan bentukan desain yang modern.
e) Perancangan sirkulasi dalam dan luar bangunan.
JL. MERDEKA
JL. SUTOMO
SITE
Data Lokasi :
Luas lahan ± 4 Ha
Jaringan jalan sangat baik
Suasana ramai di tengah kota
Pencapaian mudah
Berada di lingkungan pertokoan (Ruko)
Tingkat intensitas kepadatan bangunan sangat padat.
Topografi relatif datar
VIII. Kerangka berpikir
Latar Belakang
Tema
Sasaran Pendekatan
Perancangan
Maksud dan Tujuan
Konsep
Pra Rancangan
Desain Akhir
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil
proses perancangan tersebut.(id.wikipedia.org/wiki)
Tropis
Menurut Georg Lippsmeier dalam buku “Bangunan Tropis”, tropis didefinisikan sebagai:
“Daerah yang terletak di antara garis Isoterm 20 di sebelah bumi Utara dan Selatan”
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tropis adalah:
“Daerah sekitar Khatulistiwa, daerah yang beriklim panas”
Inilah yang menjadikan Pasar Johar sampai 30 tahun pertama beroperasinya, merupakan
bangunan pasar yang tidak hanya indah dilihat, tetapi juga berkinerja baik. Bahkan Pasar
Johar sempat menjadi pusat perdagangan di Nusantara hingga Asia. Pasar yang terletak
di Jalan H Agus Salim itu, memiliki luas bangunan 15.003,50 meter persegi. Selain
memiliki konstruksi atap cendawan dan langit-langit yang tinggi, juga memiliki pilar
persegi delapan yang hingga kini masih kokoh menyangga bangunan tersebut.
Menurut Ketua Ikatan Arsitek indonesia (IAI), Ir Widya Wijayanti, desain seperti itu
tercipta oleh arsitek yang humanis atau memperhatikan manusia, lingkungan, dan
peruntukannya. "Pasar Johar adalah bangunan yang pintar. Di dalamnya, kita tidak akan
merasa sumuk(gerah-Red), seperti berada di bangunan-bangunan sekarang pada
umumnya,'' ungkap dia.
Ya, di situlah ribuan pedagang dan warga saling berinteraksi. Di sutu pula, puluhan
arsitek belajar tentang bangunan tropis yang baik, dan selanjutnya mengembangkannya
menjadi sejumlah bangunan di negeri kita ini.
Pasar Johar adalah satu dari beberapa pasar yang pernah dirancang oleh Herman Thomas
Karsten. Dalam merancang Johar dan beberapa pasar lainnya itu, arsitek kelahiran
Amsterdam 1884 ini tidak hanya sekedar merancang. Hasilnya pun, hampir semua pasar
karya arsitek yang ikut membentuk wajah kota Semarang itu, bisa dijadikan tetenger
kota.
Sebut saja Pasar Gede, Pasar Jatingaleh, dan Pasar Johar. Mereka merupakan warisan
arsitektur yang tidak hanya dipahami sebagai bangunan gedung saja. Pasar-pasar itu
telah menjadi habitat. Mereka tetap tangguh, bertahan melintas zaman karena dirancang
dengan baik, yaitu memasukkan perilaku alam ke dalam pertimbangan-pertimbangan
desain. Meski dibiarkan dalam kondisi minim perawatan, proses kerusakannya masih
tergolong bisa diatasi.
HISTORY
The original Faneuil Hall was built by artist John Smibert in 1740–1742 in the style of an
English country market, with an open ground floor and an assembly room above, and
funded by a wealthy Boston merchant, Peter Faneuil. The ground floor was originally
used to house African sheep brought over from the northwestern region of New
Hampshire. The program was short lived however, due to a shortage of sheep and
reasoning behind the program in the first place.
The grasshopper weathervane is a well known symbol of Boston; see the section
"Grasshopper Weathervane", below. Knowledge of the grasshopper was used as a test to
determine if people were spies during the revolution period. The people would ask
suspected spies the identity of the object on the top of Faneuil hall; if they answered
correctly then they were free, if not, they were convicted as British spies.
The hall burned down in 1761, but was rebuilt in 1762. In 1806, the hall was greatly
expanded by Charles Bulfinch, doubling its height and width and adding a third floor.
Four new bays were added, to make seven in all; the open arcades were enclosed; and the
cupola was moved to the opposite end of the building. Bulfinch applied Doric brick
pilasters to the lower two floors, with Ionic pilasters on the third floor. This renovation
added galleries around the assembly hall and increased its height. The building was
entirely rebuilt in 1898–1899, of noncombustible materials. The ground floor and
basement were altered in 1979. The Hall was restored again in 1992. The building is a
National Historic Landmark and is on the National Register of Historic Place.
Fanueil Hall is now part of a larger festival marketplace, Faneuil Hall Marketplace,
which includes three long granite buildings called North Market, Quincy Market, and
South Market, and which now operates as an outdoor–indoor mall and food eatery. It
was managed by The Rouse Company; its success in the late 1970s led to the emergence
of similar marketplaces in other U.S. cities.
On November 3, 2004, Faneuil Hall was the site of Senator John Kerry's concession
speech in the 2004 presidential election.
The bell was repaired in 2007 by spraying the frozen clapper with WD-40 over the
course of a week and attaching a rope. The last known ringing of the bell with its clapper
was at the end of World War II, in 1945; it has since been rung several times by striking
with a mallet.
Grasshopper Weathervane
The gilded grasshopper weathervane on top of the building was created by silversmith
Shem Drowne in 1742 and was modeled on the grasshopper weathervane on the London
Royal Exchange, thus associating the new building in the New World with a great center
of finance of the Old World. As strange as it seems, the weathervane was first,
accidentally, brought and placed atop the Wren Building at the College of William and
Mary in Williamsburg, Virginia. After 3 months, designers realized that they had
actually ordered a butterfly weathervane which was mistakenly shipped to Charlestown,
SC. Six weeks later order was restored as Faneuil Hall received its grasshopper, William
and Mary got its butterfly and Charlestown Town Hall was left with no weathervane at
all.
The weathervane has a total weight of thirty-eight pounds and is fifty-two inches long.
Made of solid copper covered with gold leaf, it has glass eyes which are said to have
begun life as door-knobs.
The origin of the grasshopper comes from the family crest of Sir Thomas Gresham,
founder of the Royal Exchange in 1565.
5. Studi banding tema sejenis
Wisma Dharmala Sakti
Bangunan yang terletak di Jl. Sudirman, Jakarta ini secara teknis bentuknya
merupakan solusi dari problem iklim panas dan lembab. Bangunan ini menggunakan
sistem kantilever untuk menghalangi sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan.
Bentuk kantilever ini secara langsung mengambil konsep dari bentuk atap tradisional
Indonesia, yaitu bentuk atap yang melebar membentuk permainan cahaya yang unik dan
juga berfungsi unttuk menangkap angin. Bayangan inilah yang menjadi ide dasar
permainan bentuk pada bangunan wisma Dharmala Sakti.
Pintu masuk utama bangunan melalui plaza terbuka dengan atap yang tinggi,
dimaksudkan untuk memperoleh pencahayaan alami dengan pengolahan bentuk atrium
yang dibentuk oleh teras di lantai atasnya. Plaza ini menghubungkan ruang tamu ke
berbagai ruang yang mengolah permainan perbedaan ketinggian lantai dengan tangga
yang di sisi kiri kanannya terdapat aliran air yang mengarah ke kolam kecil di lantai.
Atrium terbuka ini dirancang untuk menciptakan suasana pedesaan, dengan kemudahan
pencapaian dan kesan alamiah. Walaupun terkesan pengerjaannya sulit dan mahal, tetapi
hal ini dikompensasikan dengan daya pendingin udara yang lebih kecil, untuk
menghindari sinar matahari secara langsung, sehingga biaya perawatan akan lebih
murah.
Dari bangunan Wisma Dharmala Sakti yang dapat diambil sebagai bahan pertimbangan
adalah:
Penggunaan cantilever dengan bentuk atap tradisional Indonesia untuk menghalangi
sinar matahari langsung masuk kedalam bangunan selain untuk menangkap angin.
Plaza terbuka dengan atap yang tinggi pada pintu masuk utama bangunan untuk
memperoleh pencahayaan alami.
Untuk merespon kebutuhan akan cahaya matahari yang berbeda, Menara Mesiniaga
mengubah-ubah pengolahan eksteriornya pada setiap penjuru mata angin. Pada sisi
Barat, menara ini meminimalkan dampak matahari dengan kisi-kisi aluminium dan
skycourt yang teduh. Di sebelah Utara, ia mempertontonkan sejumlah besar dinding
kaca. Pada sisi Timur bangunan ini memblokade matahari dengan adanya service core.
Kulit bangunan merupakan kombinasi dinding kaca di sisi Utara-Selatan, dan jendela-
jendela penangkis matahari di sisi Barat. Karena orientasi berubah sepanjang kurva 360°,
perancang mendesain 2 macam penangkis matahari. Pertama kisi-kisi dibuat dari
kepingan aluminium yang diletakkan tertutup untuk menghalangi sebagian besar
matahari. Ini dibuat cukup rendah untuk memelihara pemandangan ke luar. Dan kedua,
kepingan aluminium pengubah matahari yang terletak jauh guna memasukkan cahaya
lebih banyak untuk penetrasi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi banding di atas antara lain:
Pengolahan eksterior yang berubah pada setiap penjuru mata angin sebagai respon
akan kebutuhan cahaya matahari yang berbeda-beda.
Penghijauan pada tanah lokasi tapak untuk melindungi lantai-lantai bawah dari
sengatan matahari.
memasukkan unsur iklim tropis ke dalam bangunan melalui ventilasi dan
pencahayaan
B .PENELUSURAN PUSTAKA