Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR USULAN KASUS PROYEK DAN TEMA

SEMESTER / TAHUN AJARAN


B / 2006 - 2007

NAMA MAHASISWA

DRAJAT SILALAHI

NIM

030406057

USULAN KASUS PROYEK

RE-DESIGN PASAR HORAS


P. SIANTAR

USULAN TEMA

ARSITEKTUR TROPIS

USULAN DOSEN PEMBIMBING

DOSEN PEMBIMBING A: DOSEN PEMBIMBING B:


IR.NELSON M SIAHAAN,DIPL.TP.M.Arch DEVIN DEFRIZA, ST. MT
I. DATA PROYEK TUGAS AKHIR
1. Status Proyek : Rekaan / fiktif
Pemilik Proyek : Pemkot P.Siantar
2. Rencana Induk Fisik : Belum ada
3. Lokasi / lahan : ada
Terletak di Kota P.Siantar
4. Program ruang : Belum ada
5. Data penunjang : Sudah tersedia, tapi masih harus dilengkapi
6. Asumsi-asumsi : diperlukan terutama yang berkaitan dengan besaran
ruang
7. Studi banding proyek sejenis: - Pasar Johar , Semarang
- Faneuil Hall Market Place

8. Studi banding tema sejenis: - Wisma Dharmala Sakti


- IBM Tower ( Menara Mesiniaga)

II. LATAR BELAKANG

Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi
jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu.

Saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern.
Segalanya bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang “ngandang” alias
gulung tikar diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak sudah
pendapat dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan Presiden yang mengatur tentang
hal ini pun juga telah dikeluarkan.

Secara umum pengertian pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani
transaksi jual-beli. Pengkategorian pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya baru
muncul belakangan ini ketika mulai bermunculannya pasar swalayan, supermarket,
hypermarket dsb.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.

Permasalahan segera timbul tatkala pasar modern sedikit demi sedikit mulai menggerus
keberadaan pasar tradisional. Dengan kondisi dan suasana belanja yang lebih bersih,
nyaman, serta segala yang diperlukan ada di sana, membuat orang cenderung untuk
meninggalkan pasar tradisional. Di sisi lain, makin lama barang - barang yang
diperjualbelikan di pasar modern dan pasar tradisional pun hampir mirip. Bahkan
harganya pun cenderung bersaing dengan pedagang di pasar tradisional dan bahkan pada
beberapa kasus harga di pasar modern jauh lebih murah.

Sedangkan kondisi sekarang ini itu lebih dikarenakan oleh tidak perhatiannya pemerintah
terhadap fasilitas umum seperti pasar tradisional dewasa ini. Pasar tradisional identik
dengan kumuh, bau, kotor dsb. Seharusnya baik itu karena ada pasar modern yang lebih
bersih dan rapi ataupun tidak, penataan dan perawatan pasar tradisional seharusnya tetap
dilakukan. Bukannya seperti sekarang ini yang muncul istilah baru yaitu revitalisasi
pasar. Sebenarnya hal itu hanyalah menunjukkan ketidakpedulian pemerintah selama ini.

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota
terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan . Karena letak Pematangsiantar yang
strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera . Kota ini memiliki luas wilayah
79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat
sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba .
Walau berstatus kota, namun saat ini Pematangsiantar masih menjadi ibukota Kabupaten
Simalungun. Ibukota Kabupaten simalungun direncanakan akan dipindahkan secara
resmi ke Pematangraya pada tahun 2007, namun sampai saat ini terus mengalami
penundaan walaupun infrastruktur sudah disiapkan.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di
tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total
kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri
mencapai 38,18 persen atau Rp 646 milyar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 milyar

III. Maksud dan Tujuan


Maksud:
a) Memberikan tempat yang layak ( tidak bau dan becek ) kepada para pedagang
tradisional .
b) Menjadikan area pasar menjadi suatu wadah untuk bersosialisasi dengan sesama
masyarakat.
c) Melayani masyarakat mulai kalangan atas sampai bawah
d) Menghidupkan suasana Pematangsiantar pada malam hari

Tujuan:
a) Menciptakan suatu pasar yang tanggap terhadap iklim, berfungsi sebagaimana
mestinya dengan pertimbangan untuk menarik minat masyarakat.
b) Menambah sarana kebutuhan para pedagang maupun pengunjung agar merasa
nyaman dalam pasar tersebut.
c) Menjadikan pasar tradisional yang modern
d) Membuat pasar jajanan / makanan pada malam hari berupa square

IV. Sasaran
Dengan adanya re-design pasar ini akan dapat menampung lebih banyak para
pedagang di kawasan kab.Simalungun maupun kota lainnya dengan suasana yang baru
dan tidak ada penggusuran.

V. Perumusan masalah
Masalah perancangan yang timbul dalam kasus proyek ini adalah :
1. Bagaimana menciptakan suatu sarana pasar yang nyaman dan menjadikannya
sebagai landmark kota Pematangsiantar
2. Bagaimana mewadahi beberapa kegitan pendukung lain yang memungkinkan
untuk dilakukan di satu pasar.
3. Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman bagi pedagang
maupun pengunjung
4. Bagaimana pembagian ruang-ruang kios serta sirkulasi pedagang los
VI. Batasan Masalah
Masalah perancangan yang timbul dibatasi pada:
a) Kompleksitas bangunan yang membutuhkan analisa yang mendalam tentang sirkulasi,
program ruang, dan aktifitas terpadu.
b) Pengorganisasian ruang berdasarkan kegiatan, fungsi, dan pemakai.
c) Perancangan sistem penghawaan ruang dan lighting yang baik.
d) Pemilihan sistem struktur bentang lebar yang efisien yang dapat menahan beban
sekaligus menghasilkan bentukan desain yang modern.
e) Perancangan sirkulasi dalam dan luar bangunan.

VII. Lingkup Pembahasan


1. Perancangan sarana pasar tradisional yang modern.
2. Perancanangan sarana pendukung lainnya selain pasar yang dapat
memungkinkan.
3. fasilitas yang disediakan antara lain:
o fasilitas pasar:
- los berukuran 2.5 x 5
- los berukuran 2.5 x 2.5
- los berukuran 1.5 x 1.5
- los berukuran 1.5 x 2
- los berukuran 2 x 2
- kios berukuran 2 x 2
- kios berukuran 3 x 3
o faslitas pendukung:
- festival market
- café/ restaurant
- ruang teknikal dan administrasi
- extra kuliner
o fasilitas pengelola
- ruang kantor pengelola
- ruang rapat
- gudang
- toilet
o Fasilitas service
- ruang security
- gudang
- toilet
- ruang utilitas
o Fasilitas parkir
- parkir roda 2
- parkir roda 4
- parkir minibus
- parkir sepeda

VIII. LOKASI PROYEK

JL. MERDEKA

JL. SUTOMO

SITE

Data Lokasi :
 Luas lahan ± 4 Ha
 Jaringan jalan sangat baik
 Suasana ramai di tengah kota
 Pencapaian mudah
 Berada di lingkungan pertokoan (Ruko)
 Tingkat intensitas kepadatan bangunan sangat padat.
 Topografi relatif datar
VIII. Kerangka berpikir

Latar Belakang

Tema

Sasaran Pendekatan
Perancangan
Maksud dan Tujuan

Identifikasi Masalah Kerangka


Survey
Perumusan Masalah
Kriteria Survey
Desain Pengumpulan
Data Data Fisik
Kriteria
Perancangan Studi Literatur
Wawancara
Analisa Analisa
Kriteria Dokumentasi

Masalah Potensi Prospek

Konsep

Pra Rancangan

Desain Akhir

A. URAIAN SINGKAT KASUS PROYEK


Pengertian Revitalisasi Pasar Horas P.Siantar
Re : kembali
Design : merancang / membuat
Pasar : tempat melakukan transaksi jual-beli
Horas : ucapan salam orang Batak
P.Siantar : nama tempat, salah satu kota di Kabupaten Simalungun ,
Propinsi Sumatera Utara
Re-design Pasar Horas Pematangsiantar adalah suatu proses merancang / membuat
kembali suatu tempat melakukan transaksi jual beli yang terkait dengan ucapan salam
orang Batak yang terletak di salah satu kota di kab.Simalungun , propinsi Sumatera
Utara.

1. Latar Belakang Tema


Kebutuhan akan ruang kios dalam pasar yang bersebelahan dibutuhkan suatu teknik
membangun yang memperhatikan iklim agar manusia yang berada di dalamnya merasa
nyaman dan mempertimbangkan jarak antara bangunan sehingga sirkulasi tidak
terganggu. Terlebih lagi bangunan tersebut hemat energi. Dengan memperhatikan unsur-
unsur ini maka dapat dibangun bangunan menggabungkan bahan-bahan masa kini
dengan iklim setempat.

2. Uraian Singkat tentang Tema


Tema : Arsitektur Tropis
Pengertian :
 Arsitektur
Menurut James C. Snyder – Anthony J. Catanese dalam bukunya “Pengantar Arsitektur”,
arsitektur adalah:
“ Lingkungan buatan yang mempunyai bermacam-macam kegunaan melindungi manusia
dan kegiatan-kegiatannya serta hak miliknya dari elemen-elemen dari musuh dan dari
kekuatan-kekuatan kodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang
berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial dan
menunjukkan status.”
Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan
praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab. (Encyclopaedia Britannica,
www.tripod.com)
Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses
belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip
Vitruvius, De Arhcitectura)

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil
proses perancangan tersebut.(id.wikipedia.org/wiki)

 Tropis
Menurut Georg Lippsmeier dalam buku “Bangunan Tropis”, tropis didefinisikan sebagai:
“Daerah yang terletak di antara garis Isoterm 20 di sebelah bumi Utara dan Selatan”
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tropis adalah:
“Daerah sekitar Khatulistiwa, daerah yang beriklim panas”

Dari definisi di atas dapat diambil pengertian Arsitektur Tropis adalah:


“Lingkungan buatan manusia sebagai tempat berlindung dan melaksanakan
kegiatan-kegiatannya yang dirancang dengan melakukan penyesuaian ataupun
pendekatan-pendekatan terhadap daerah Khatulistiwa yang beriklim panas”

3. Keterkaitan Tema dan Kasus Proyek


Arsitektur Tropis dipilih sebagai tema perancangan atau sebagai pendekatan
terhadap kasus proyek dengan alasan sebagai berikut:
 Lokasi kasus proyek berada di kota Pematangsiantar, kab.Simalungun, Indonesia
yang letak geografisnya berada di garis Khatulistiwa yang beriklim tropis.
 Negara Indonesia beriklim tropis yang merupakan suatu potensi sumber daya
alam yang besar.
 Sebagai sumber daya alam yang besar, iklim tropis berpotensi dieksplorasi untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini iklim tropis dapat
dimanfaatkan ke dalam bangunan sebagai sumber energi.
 Untuk memanfaatkan iklim tropis sebagai sumber energi ke dalam bangunan
maka bangunan di Indonesia, dalam hal ini merupakan kasus proyek pasar di
Pematangsiantar harus tanggap terhadap iklim tropis.

4. Studi banding proyek sejenis


4.1 Pasar Johar , Semarang
TANPA pendingin udara, suasana di dalam Pasar Johar masih terasa segar. Selain
karena langit-langit tinggi yang menjamin sirkulasi udara lancar, sinar matahari
semaksimal mungkin juga masuk ke dalam bangunan tanpa menimbulkan panas. Karena
itulah, Pasar Johar tergolong bangunan hemat energi yang layak dicontoh bagi bangunan
lain di daerah tropis.

Inilah yang menjadikan Pasar Johar sampai 30 tahun pertama beroperasinya, merupakan
bangunan pasar yang tidak hanya indah dilihat, tetapi juga berkinerja baik. Bahkan Pasar
Johar sempat menjadi pusat perdagangan di Nusantara hingga Asia. Pasar yang terletak
di Jalan H Agus Salim itu, memiliki luas bangunan 15.003,50 meter persegi. Selain
memiliki konstruksi atap cendawan dan langit-langit yang tinggi, juga memiliki pilar
persegi delapan yang hingga kini masih kokoh menyangga bangunan tersebut.

Menurut Ketua Ikatan Arsitek indonesia (IAI), Ir Widya Wijayanti, desain seperti itu
tercipta oleh arsitek yang humanis atau memperhatikan manusia, lingkungan, dan
peruntukannya. "Pasar Johar adalah bangunan yang pintar. Di dalamnya, kita tidak akan
merasa sumuk(gerah-Red), seperti berada di bangunan-bangunan sekarang pada
umumnya,'' ungkap dia.

Ya, di situlah ribuan pedagang dan warga saling berinteraksi. Di sutu pula, puluhan
arsitek belajar tentang bangunan tropis yang baik, dan selanjutnya mengembangkannya
menjadi sejumlah bangunan di negeri kita ini.

Pasar Johar adalah satu dari beberapa pasar yang pernah dirancang oleh Herman Thomas
Karsten. Dalam merancang Johar dan beberapa pasar lainnya itu, arsitek kelahiran
Amsterdam 1884 ini tidak hanya sekedar merancang. Hasilnya pun, hampir semua pasar
karya arsitek yang ikut membentuk wajah kota Semarang itu, bisa dijadikan tetenger
kota.
Sebut saja Pasar Gede, Pasar Jatingaleh, dan Pasar Johar. Mereka merupakan warisan
arsitektur yang tidak hanya dipahami sebagai bangunan gedung saja. Pasar-pasar itu
telah menjadi habitat. Mereka tetap tangguh, bertahan melintas zaman karena dirancang
dengan baik, yaitu memasukkan perilaku alam ke dalam pertimbangan-pertimbangan
desain. Meski dibiarkan dalam kondisi minim perawatan, proses kerusakannya masih
tergolong bisa diatasi.

4.2 Faneuil Hall Market Place


(U.S. National Historic Landmark

Faneuil Hall today, east side

Location: Boston, Massachusetts


Coordinates: 42°21′35.86″N, 71°3′24.31″W
Built/Founded: 1742
Architect: Smibert,John; Bulfinch,Charles
Architectural style(s): Georgian
Added to NRHP: October 15, 1966
NRHP Reference#: 66000368
Governing body: Local
Faneuil Hall, near the waterfront and today's Government Center, in Boston,
Massachusetts, in the United States, has been a marketplace and a meeting hall since
1742. It was the site of several speeches by Samuel Adams, James Otis, and others
encouraging independence from Great Britain, and is now part of Boston National
Historical Park and a well known stop on the Freedom Trail. It is sometimes referred to
as "the Cradle of Liberty".

HISTORY

The original Faneuil Hall was built by artist John Smibert in 1740–1742 in the style of an
English country market, with an open ground floor and an assembly room above, and
funded by a wealthy Boston merchant, Peter Faneuil. The ground floor was originally
used to house African sheep brought over from the northwestern region of New
Hampshire. The program was short lived however, due to a shortage of sheep and
reasoning behind the program in the first place.

The grasshopper weathervane is a well known symbol of Boston; see the section
"Grasshopper Weathervane", below. Knowledge of the grasshopper was used as a test to
determine if people were spies during the revolution period. The people would ask
suspected spies the identity of the object on the top of Faneuil hall; if they answered
correctly then they were free, if not, they were convicted as British spies.

Faneuil Hall in 1776 Faneuil Hall circa 1890-1906

The hall burned down in 1761, but was rebuilt in 1762. In 1806, the hall was greatly
expanded by Charles Bulfinch, doubling its height and width and adding a third floor.
Four new bays were added, to make seven in all; the open arcades were enclosed; and the
cupola was moved to the opposite end of the building. Bulfinch applied Doric brick
pilasters to the lower two floors, with Ionic pilasters on the third floor. This renovation
added galleries around the assembly hall and increased its height. The building was
entirely rebuilt in 1898–1899, of noncombustible materials. The ground floor and
basement were altered in 1979. The Hall was restored again in 1992. The building is a
National Historic Landmark and is on the National Register of Historic Place.

Fanueil Hall is now part of a larger festival marketplace, Faneuil Hall Marketplace,
which includes three long granite buildings called North Market, Quincy Market, and
South Market, and which now operates as an outdoor–indoor mall and food eatery. It
was managed by The Rouse Company; its success in the late 1970s led to the emergence
of similar marketplaces in other U.S. cities.

On November 3, 2004, Faneuil Hall was the site of Senator John Kerry's concession
speech in the 2004 presidential election.

Though Faneuil is a French name, it is pronounced rather than .Native Bostonians


generally pronounce it to rhyme with panel, manual, or Daniel. There is some evidence
that it was pronounced quite differently in Colonial times, as in funnel. Peter Faneuil's
gravestone is marked "P. Funel", although the inscription was added long after his burial.
The stone originally displayed only the Faneuil family crest, not his surname.

The bell was repaired in 2007 by spraying the frozen clapper with WD-40 over the
course of a week and attaching a rope. The last known ringing of the bell with its clapper
was at the end of World War II, in 1945; it has since been rung several times by striking
with a mallet.

Grasshopper Weathervane

The gilded grasshopper weathervane atop Faneuil Hall

The gilded grasshopper weathervane on top of the building was created by silversmith
Shem Drowne in 1742 and was modeled on the grasshopper weathervane on the London
Royal Exchange, thus associating the new building in the New World with a great center
of finance of the Old World. As strange as it seems, the weathervane was first,
accidentally, brought and placed atop the Wren Building at the College of William and
Mary in Williamsburg, Virginia. After 3 months, designers realized that they had
actually ordered a butterfly weathervane which was mistakenly shipped to Charlestown,
SC. Six weeks later order was restored as Faneuil Hall received its grasshopper, William
and Mary got its butterfly and Charlestown Town Hall was left with no weathervane at
all.

The weathervane has a total weight of thirty-eight pounds and is fifty-two inches long.
Made of solid copper covered with gold leaf, it has glass eyes which are said to have
begun life as door-knobs.

The origin of the grasshopper comes from the family crest of Sir Thomas Gresham,
founder of the Royal Exchange in 1565.
5. Studi banding tema sejenis
Wisma Dharmala Sakti
Bangunan yang terletak di Jl. Sudirman, Jakarta ini secara teknis bentuknya
merupakan solusi dari problem iklim panas dan lembab. Bangunan ini menggunakan
sistem kantilever untuk menghalangi sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan.
Bentuk kantilever ini secara langsung mengambil konsep dari bentuk atap tradisional
Indonesia, yaitu bentuk atap yang melebar membentuk permainan cahaya yang unik dan
juga berfungsi unttuk menangkap angin. Bayangan inilah yang menjadi ide dasar
permainan bentuk pada bangunan wisma Dharmala Sakti.
Pintu masuk utama bangunan melalui plaza terbuka dengan atap yang tinggi,
dimaksudkan untuk memperoleh pencahayaan alami dengan pengolahan bentuk atrium
yang dibentuk oleh teras di lantai atasnya. Plaza ini menghubungkan ruang tamu ke
berbagai ruang yang mengolah permainan perbedaan ketinggian lantai dengan tangga
yang di sisi kiri kanannya terdapat aliran air yang mengarah ke kolam kecil di lantai.
Atrium terbuka ini dirancang untuk menciptakan suasana pedesaan, dengan kemudahan
pencapaian dan kesan alamiah. Walaupun terkesan pengerjaannya sulit dan mahal, tetapi
hal ini dikompensasikan dengan daya pendingin udara yang lebih kecil, untuk
menghindari sinar matahari secara langsung, sehingga biaya perawatan akan lebih
murah.
Dari bangunan Wisma Dharmala Sakti yang dapat diambil sebagai bahan pertimbangan
adalah:
 Penggunaan cantilever dengan bentuk atap tradisional Indonesia untuk menghalangi
sinar matahari langsung masuk kedalam bangunan selain untuk menangkap angin.
 Plaza terbuka dengan atap yang tinggi pada pintu masuk utama bangunan untuk
memperoleh pencahayaan alami.

5.2 IBM Tower (Menara Mesiniaga)


Bangunan yang didirikan untuk perusahaan yang menjadi agen IBM di Malaysia,
mengandalkan pada sistem mekanikal semata untuk mengkondisikan dan mengganti
udara gedung ini menambah beberapa sistem seperti jendela yang dapat dioperasikan,
ventilasi alami, ruang luar yang teduh, dan orientasi matahari yang tepat. Pada bangunan
ini penempatan service core diletakkan pada sisi Timur untuk menghadang sorotan
langsung matahari pagi. Posisi ini juga menyebabkan lobby lift, tangga, dan ruang
istirahat benar-benar memperoleh pencahayaan dan pengudaraan alami.Aspek yang
paling dramatis dari respon bangunan terhadap iklim tropisnya adalah teras-teras yang
bertingkat yang terukir pada massa bangunan silinder.

Untuk merespon kebutuhan akan cahaya matahari yang berbeda, Menara Mesiniaga
mengubah-ubah pengolahan eksteriornya pada setiap penjuru mata angin. Pada sisi
Barat, menara ini meminimalkan dampak matahari dengan kisi-kisi aluminium dan
skycourt yang teduh. Di sebelah Utara, ia mempertontonkan sejumlah besar dinding
kaca. Pada sisi Timur bangunan ini memblokade matahari dengan adanya service core.

Untuk melindungi lantai-lantai bawah dari sengatan matahari, perancang menimbun


tanah sekeliling separuh dasar bangunan dan menghijaukan tanah. Skylight melengkung
dan jendela-jendela berlubang memasukkan cahaya alami ke dalam ruang pamer di lantai
dasar. Bagian terbuka di dasar bangunan bertindak sebagai pintu masuk utama yang
menjorok jauh ke dalam. Pintu masuk utama ini dipayungi oleh kanopi metal dan lantai-
lantai atas dari struktur. Dengan menarik pintu masuk utama ketengah-tengah menara,
arsitek menciptakan ruang transisi yang beratap, dengan memasukkan hembusan angin
sejuk yang mengalir di bawah lantai-lantai atas.

Kulit bangunan merupakan kombinasi dinding kaca di sisi Utara-Selatan, dan jendela-
jendela penangkis matahari di sisi Barat. Karena orientasi berubah sepanjang kurva 360°,
perancang mendesain 2 macam penangkis matahari. Pertama kisi-kisi dibuat dari
kepingan aluminium yang diletakkan tertutup untuk menghalangi sebagian besar
matahari. Ini dibuat cukup rendah untuk memelihara pemandangan ke luar. Dan kedua,
kepingan aluminium pengubah matahari yang terletak jauh guna memasukkan cahaya
lebih banyak untuk penetrasi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi banding di atas antara lain:
 Pengolahan eksterior yang berubah pada setiap penjuru mata angin sebagai respon
akan kebutuhan cahaya matahari yang berbeda-beda.
 Penghijauan pada tanah lokasi tapak untuk melindungi lantai-lantai bawah dari
sengatan matahari.
 memasukkan unsur iklim tropis ke dalam bangunan melalui ventilasi dan
pencahayaan
B .PENELUSURAN PUSTAKA

1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa


Indonesia”, Edisi II, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.
2. James C. Snyder-Anthony J. Catanese, Pengantar Arsitektur, Penerbit
Erlangga, 1999
3. DR. Ing. Georg Lippsmeier, Bangunan Tropis, Edisi ke-2, Penerbit
Erlangga, 1994
4. http://www.pematangsiantar.go.id/
5. http://www.wikipedia.co.id

Anda mungkin juga menyukai