Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmatnya, akhirnya penulisan tugas makalah yang berjudul “Fungsi Tari dalam
Pendidikan” dapat selesai tepat waktu walaupun kenyataannya masih banyak kekurangan.

Kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan, jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Adapun tugas makalah ini dapat kami selesaikan karena adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan tugas makalah ini.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada kami dalam menyusun laporan tugas
makalah ini dapat bermanfaat dan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Akhir kata kami berharap agar laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pariaman, 25 Maret 2021

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Eksistensi pendidikan tidak dapat terlepas dari adanya lembaga-lembaga pendidikan
di Indonesia salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). Pendidikan seni tari adalah salah satu
materi yang termuat dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Sebagai seorang
calon pendidik maka diperlukan pengetahuan tentang seni untuk anak usia SD. Keterampilan
seorang guru dalam memahami karakteristik, fase,dan perkembangan tugas anak usia SD
sangat diperlukan dalam menyampaikan materi ini.
Menurut PERMEN NO. 22,23, dan 24: 2006 yang menyatakan bahwa “Pendidikan
Seni Budaya dan Keterampilan diberikan disekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada
pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/ berkreasi dan berapresiasi
melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.”
Peranan ini tidak bisa diberikan oleh mata pelajaran lain.
Perlu dipahami bahwa karakteristik siswa SD berbeda-beda sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Perbedaan karakteristik siswa SD tersebut secara global dibedakan antara
siswa SD kelas satu dan dua, kelas tiga dan empat, serta kelas lima dan enam. Kelompok
tersebut mempunyai perbedaan yang tampak sekali, yang dapat diamati pada kerakteristik
gerak dan karakteristik tarinya.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dalam
makalah ini akan membahas mengenai “Fungsi Tari di Sekolah”.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan rumusan makalah di atas, maka rumusan masalah dan penulisan makalah
ini adalah;
1. Bagaimana seni tari sebagai media pendidikan di Sekolah Dasar?

2. Apa fungsi seni tari di Sekolah Dasar?

3. Apa pengertian koreografi?

4. Bagaimana proses koreografi?


C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui seni tari-drama sebagai media pendidikan di Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui fungsi seni tari-drama di sekolah dasar.

3. Untuk mengetahui pengertian koreografi.

4. Untuk mengetahui proses koreografi.


BAB II

PEMBAHASAN

A.Fungsi Tari di Sekolah

Purwatiningsih (1999:15) berpendapat bahwa pada dasarnya peran tari pendidikan


bagi anak sangat penting, karena melalui tari dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak, dengan proses pengalaman estetik, serta dapat membantu
penyempurnaan kehidupan. Oleh karena itu pendidikan seni tari di SD tidak berupa latihan-
latihan untuk menjadikan anak-anak SD penari jaipong, penari topeng, atau penari-penari lain
yang terkenal. Walaupun ada diantara anak-anak sd yang memiliki bakat untuk menjadi
penari yang baik, tetapi itu bukan merupakan tujuan yang utama. Tapi yang diutamakan
adalah membina dan menumbuh kembangkan bikin bakat sudah dimiliki sejak dini.

Banyak guru SD yang berpendapat bahwa dalam mengajarkan tari, siswa harus dapat
menari seperti yang diharapkan misalnya menari Gembira Anom, Gatotkaca, dan lain-lain.
Jika harus demikian dapat dipastikan, akan banyak guru SD yang merasa kesulitan dan
akhirnya tidak melaksanakan pelajaran tari. Agar guru memahami bagaimana pembinaan seni
tari SD, maka perlu dikaji terlebih dahulu fungsi pendidikan tari di SD.

1. Fungsi Seni Tari untuk Membantu Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Purtumbuhan adalah proses berkelanjutan yang meliputi perkembangan dari semua


kecakapan dua potensi anak Pengalaman seni tari memberikan kesempatan bagi
kelangsungan proses tersebut. Peranan seni tari dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat dilihat antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental dan estetik, memberi sumbangan ke arah sadar diri, membina imajinasi kreatif dan
memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal tersebut tari
dapat difungsikan sebagai berikut:

a. Seni Tari Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Mental, dan Estetik


Jenis pengalaman seni untuk meningkatkan pertumbuhan fisik ditunjukkan
dengan perkembangan motorik anak dalam dalam gerak-gerak bebas dalam menari.
Kegiatan ini memberikan kesempatan fisik untuk tumbuh sempurna dan secara
langsung mental juga berkembang. Karena kegiatan-kegiatan dalam melakukan gerak-
gerak tari juga melibatkan kesadaran estetik, maka pertumbuhan estetik juga mendapat
kesempatan untuk tumbuh. Misalnya kelas rendah melihat gerak-gerak binatang
contohnya kupu. Anak akan mencoba menirukan gerak sayap kupu sedang bergerak
terbang dengan caranya sendiri. Ada yang dengan tangan terlentang digerakkan naik
turun, ada yang ditekuk dan kemudian digerakkan naik turun. Berlangsungnya kegiatan
ini telah melibatkan proses mental yaitu visualisasi hasil pengamatan yang sekaligus
menjadi pengalaman yang bersifat estetik.
b. Seni Tari Memberikan Sumbangan ke Arah Sadar Diri
Melalui kegiatan seni tari-drama keunikan anak akan terbina. Karenanya anak
dapat mengenali dirinya sendiri dengan baik. Dengan demikian self anak akan
berkembang, dan ini menyebabkan tumbuhnya inisiatif, kemampuan mengkritik,
kepemimpinan dan kreasi. Anak merasakan keberadaannyamemiliki arti. Terutama jika
dia diberi peran tertentu dalam suatu kegiatan artistik/estetik, misal dalam diskusi kecil
antar teman tentang sebuah gerak binatang berpasangan, mereka akan aktif dan saling
memberikan sumbangan pikiran. Anak juga merasakan akibat-akibat dari perbuatannya
sehingga inisiatif untuk mencari bentuk-bentuk yang lain yang dirasakan lebih baik,
akan selalu dilakukan. Proses ini menjadi dasar untuk kemampuan mengkritik dan
memimpin. Jika awalnya anak-anak kelas rendah ke “aku”nya masih besar, maka pada
kelas tinggi hal tersebut makin hari makin akan menghilang, berubah menjadi rasa
sosial.
c. Seni Tari Membina Imajinasi Kreatif
Imajinasi kreaatif itu sangat vital bagi anak SD. Oleh karena itu setiap usaha
pendidikan ke arah menumbuh-kembangkan imajinasi kreatifmerupakan usaha yang
sangat baik. Contohnya seorang anak SD akan selalu berkhayal bahwa dia akan
menjadi tokoh yang kuat, disegani sehingga dalam imajinasinya dia dapat mengalahkan
musuh-musuhnya dengan mudah. Gerak-gerak dan mimik yang dilakukan sangat
menggambarkan kuatnya suatu imajinasi tertentu. Jika diberi kesempatan menirukan
gerak binatang buas dia akan benar-benar berkhayal seandainya aku menjadi harimau.
Kegiatan-kegiatan bermain dalam aneka gerak akan membina imajinasi mereka,
sehingga secara langsung akan berkembang.
d. Seni Tari Memberi Sumbangan untuk Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam
pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Seni tari-drama memberi sumbangan
terhadap perkembangan pemecahan masalah. Dalam aktivitas seni tari-drama anak SD
dapat memunculkan gagasan-gagasannya yang menjadi benar-benar konkrit. Motivasi
guru memang sangat diperlukan agar anak selalu dapat menyelesaikan persoalan
sendiri. Jika belum dapat, dianjurkan agar diselesaikanantar teman sampai mempunyai
keputusan-keputusan tertentu. Manusia akan selalu menghadapi masalah, sehingga
melalui kegiatan-kegiatan tari-drama, siswa SD juga terlatih untuk memecahkan
masalah.
e. Seni Memurnikan Cara Berfikir,  Berbuat, dan Menilai
Melalui kegiatan seni tari, kehidupan siswa SD dapat diperkaya melalui proses
penjelajahan tersebut, dibutuhkan penyusunan pengalaman secara kreatif dan sensitif.
Jika siswa SD bermain, aktivitas mereka juga melibatkan pikiran. Jika mereka
menirukan gerak alam atau binatang mereka juga berpikir bahwa gerak-gerak yang
dilakukan seperti apa yang mereka amati. Aktivitas ini akan memberikan pertanyaan
“apakah gerakanku” baik. Keputusan yang diberikan tersebut akan menjadi proses
menilai yang bijaksana, sehingga dapat dipastikan mereka akan melakukan
pengubahan-pengubahan untuk sesuatu yang lebih baik.
f. Seni Tari untuk Perkembangan Kepribadian
Usaha-usaha mematangkan kepribadian dalam senitari-drama dapat dilakukan
guru dengan cara membantu penyesuaian rasa emosional peserta didik, membantu
menghilangkan perasaan terikat, membantu menghilangkan perasaan takut, membantu
menekan kekecewaan, memberikan kepercayaan, serta mendorong anak agar selalu
berbuat positif. Hal-hal tersebut dapat dilakukan lewat semua kegiatan pembelajaran
seni tari-drama. Sebagai contoh ada siswa anak SD yang takut jika melakukan gerak.
Halini perlu disiasati guru, agar siswa tersebut tidak menjadi lebih takut, misalnya
akibat diminta memperagakan gerak tari di depan kelas. Tentu diperlukan siasat-siasat
tertentu untuk mengatasi hal itu. Misalnya memperagakan gerak dengan temannya
terlebih dahulu. Dalam perkembangannya dapat diungkap disini bahwa kegiatan seni
tari-drama yang dapat mengobati kekecewaan, menghilangan rasa takut tersebut, akan
dapat berfungsi sebagai sarana penyembuh atau terapi. Pada perkemabangan berikutnya
siswa kemudian dapat menyesuaikan diri, dengan kepribadian yang makin matang.
g. Seni Tari untuk Membina Perkembangan Estetik
Melalui seni tari pancaindera anak terlatih, penghayatan menjadi kuat dan
keputusan visual akan berkembang menjadi peka kritis. ”Melihat” bukan merupakan
fungsi mata semata,tetapi melibatkan seluruh indera di tambah dengan visi batin.
Demikian pula ketika mendengar, bersuara, ataupun bergerak. Cara melatih panca
indera dan seluruh anggota tubuh harus melalui proses kegiatan tanpa paksaan, dengan
memperhitungkan 3 faktor berikut ini:
1). Harus mengembangkan konsep-konsep baru,
2). Harus menciptakan situasi yang dapat memberikan dorongan untuk memacu
kegiatan dengan penuh ketelitian; dan
3). Harus menjadi kesempatan belajar menilai terhadap apa yang dilakukan.

Seni tari adalah proses mewujudkan perasaan dengan melibatkan kesadaran estetik
dan keputusan kritis. Orang yang telah berkembang perasaan estetiknya akan sanggup
mengapresiasi kualitas seni dan pengalaman sehari-hari.

h. Seni Tari untuk Menyempurnakan Kehidupan


Unsur kehidupan yang mendorong ekspresi akan mendatangkan pengetahuan
bagi anak didik. Sebaliknya, keinginan anak untuk mengetahui kehidupan,
mengimajinasikan kehidupan, akan memperlakukan kehidupan anak. Oleh karena
itulah seni tari-drama dapat memberikan bantuan menyempunakan kehidupan akan
didik yang antara lain di tunjukkan dengan kehidupan kreatif dan kehidupan yang sosial
yang baik. Karena pada dsarnya seni tari drama dapat memberikan kebebasan
berimajinasi dan berkreasi, maka secara langsung seni tari-drama menjadi sesuatu yang
menarik perhatian anak-anak SD.

Ekspresi seni tari-drama dapat berlangsung dalam kegiatan individual maupun


kegiatan kelompok. Dalam kegiatan kelompok, siswa SD belajar membagi pengalaman
yaitu pengalaman dalam hal bahan, alat-alat dan dalam menghargai kemampuan orang
lain. Ini berarti kebiasaan-kebiasaan sosial dikembangkan secara baik, seperti
kerjasama, tanggung jawab, percaya diri sendiri dan inisiatif.

Bagi anak-anak yang berbakat, kegiatan seni memberikan kesempatan untuk


berlatif dalam seni tari-drama. Disamping kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh
jadwal sekolah, anak-anak mendapatkan kesempatan menggunakan waktu senggangnya
terbuka horizon baru bagi hobi, bagi pekerjaan sampingan dan pekerjaan kejujuran
untuk sumber nafkah di kemudian hari nanti.
B.Pengertian Koreografi

Koreografi lebih diartikan sebagai pengetahuan penyusunan tari atau hasil susunan
tari, sedangkan seniman atau penyusunnya dikenal dengan nama koreografer, atau disebut
pula penata tari (Sal Murgiyanto 1983:4). Untuk itu proses koreografi merupakan suatu
perwujudan dari proses kreatif seorang koreografer, mulai dari menentukan konsep gagasan
dengan penemuan ide, orientasi garapan, pola garapan, menentukan tipe tari, memilih bentuk
penyajian apakah secara simbolis, representisional atau non representasional. Pekerjaan
melakukan suatu pemilihan ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, tetapi seorang
koreografer harus terlebih dahulu memahami fenomena dan lingkungannya. Soedarsono
(1986:97) mengemukakan bahwa istilah koreografi mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar
tahun 1950-an. Wacana ini muncul setelah Pemerintah Republik Indonesia sering mengirim
misi-misi kesenian ke luar negeri, baik untuk pagelaran maupun belajar tari. Setelah tahun
1950 an perkembangan koreografi mulai mengalami perkembangan yang signifikan di dunia
seni. Bahkan, koreografi seringkali dipakai untuk mengiringi para penyanyi baik pertunjukan
langsung di panggung. Beberapa pakar koreografi pun muncul dengan keprofesionalisme
mereka masing-masing. Dengan kreativitasnya yang mengagumkan, terciptalah sebuah karya
yang baik.

Secara etimologi, koreografi diambil dari bahasa Inggris choreography yang


diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi koreografi. Kata koreografi dari dua suku
kata koreo dan grafi. Kata koreo artinya ‘susunan’ dan grafi mempunyai arti ‘penulisan’.
Koreografi kemudian mendapatkan makna sebagai ‘merencanakan laku, baik tertulis atau
tidak’ (Sumandiyo Hadi, 2012:1-2).

Istilah koreografi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai seni
mencipta dan mengubah tari (Purwadarminta, 1990:413). Berkaitan dengan itu, Sumandiyo
(2012-12) menjelaskan secara etimologi, koreografi diambil dari bahasa Inggris choreografi
myang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi koreografi. Kata koreo artinya
‘susunan’ dan grafi mempunyai makna sebagai merencanakan laku, baik tertulis atau tidak.
C.Proses Koreografi

Banyak cara dapat dilakukan oleh seorang koreografer (pencipta tari) untuk memulai
sebuah proses koreografi atau kreasi tari. Dalam hal ini yang tidak kalah penting artinya
adalah pertama kali dengan menentukan konsep garapan yaitu pemilihan ide dengan memilih
sumber garapan yang dijadikan sebagai tema garapan dalam karya tari. Tema tari ini bisa
berangkat dari apa yang kita dengar, kita pikirkan, dan kita rasakan. Tema juga bisa diambil
dari pengalaman hidup dan gejala atau konflik sosial yang ditemukan ditengah masyarakat
sebagai ungkapan nilai-nilai kolektif yang dianut oleh masyarakat. Misalnya memaknai
kandungan nilai-nilai yang dimaknai dalam cerita malin kundang ditengah masyarakat
Minangkabau.

Proses selanjutnya seorang koreografer menentukan pola garapan dalam bentuk tari
tradisi atau modern yang hendak disajikan, misalnya apakah cipta karya tari tersebut ingin
disajikan dalam bentuk tunggal, duet, atau kelompok. Selanjutnya menentukan tipe tari
apakah disajikan dalam bentuk comikal, studi, murni, abstrak, dan dramatik. Selanjutnya
dalam bentuk penyajian secara totalitas apakah, diekspresikan secara simbolik, representatif
atau non representatif. Hal ini sangat dituntut kejelian dan kemampuan intelektual seorang
koreografer mulai dari proses penciptaan karya seni tersebut hingga memproduksinya dalam
sebuah kemasan seni pertunjukan tari pada audiens.

D.Penari dan Penata Tari

Dalam seni pertunjukan, jumlah seniman pelaku selalu lebih banyak dari pada seniman
penciptanya. Dengan demikian pula halnya dalam seni tari, jumlah penari lebih banyak dari
pada pencipta atau penata tari. Perbandingannya menurut Doris Humphrey sekitar seratus
berbanding satu (Salmurgianto 1983:5). Besar kemungkinan perbandingan itu jauh lebih
besar, karena penata tari terkait dengan profesi.

Disisi lain penari merupakan perpanjangan tangan dari koreografer. Untuk itu seorang penari
harus bertanggung jawab sebagai instrumen dari seorang koreografer Geycheny
(terj.Sumandio Hadi (1989; 162). Oleh karena itu seseorang yang bermaksud menjadi penari
atau penata tari harus melengkapi dirinya dengan kemampuan sebagai berikut:

1. Keterampilan Gerak
Gerak dalam tari merupakan media ungkap yang dimiliki peranan penting untuk
mengkomunikasikan sesuatu pada orang lain. Gerak dalam tari disebut dengan istilah
wiraga. Wiraga akan terlihat berkualitas jika didukung oleh koordinasi gerak yang tepat
yang disertai dengan penghayatan dalam penyaluran gerak. Demikian juga halnya ekspresi
wajah yang menawan merupakan syarat bagi seorang penari untuk mencapai kesuksesan.
Akan tetapi, jika salah menggunakannya dapat merugikan penari itu sendiri.
2. Penghayatan dan Kemampuan Dramatik
Seorang penari dituntut untuk menghayati dan menjiwai gerak yang ditampilkan
sesuai dengan karakter tari. Unsur ini disebut dengan istilah wirasa. Artinya seorang
penari harus benar-benar menghayati gerak yang dilakukannya sesuai dengan tuntutan isi
tarinya. Idealnya rangkaian gerak tari yang ditampilkan dengan emosi, tetapi lebih kepada
pengontrolan gerak sehingga tari akan kelihatan hidup dan bermakna.
3. Rasa Irama
Rasa irama adalah kemampuan penari dalam menyelaraskan frase-frase atau ritme
musik sebagai bagian pokok dari musik dengan gerak tari. Seorang penari harus mampu
bergerak seirama dengan tempo dan atau mungkin saling mengisi antara gerak dan musik
sehingga memberi dinamika terhadap tari yang disampaikan. Disamping kemampuan
mengenal irama musik pengiring, seorang penari juga harus mampu melakukan irama
gerak tari, yang meliputi pengaturan cepat-lambat, kuat-lemah dan berat-ringan yang
disertai peletakan aksen-aksen gerak sesuai dengan kebutuhan tarian.
4. Rasa Buang
Pemahaman ruang dalam tari dapat dimaknai atas dua bagian. Pertama ruang
pentas sebagai tempat menari dan kedua ruang sebagai besar kecilnya ruang yang
digunakan oleh jangkauan gerak. Diakui kesadaran terhadap ruang pentas adalah
kemampuan seorang penari secara spontan mampu menempatkan diri sehingga tercapai
keseimbangan pentas. Demikian juga hal nya ruang gerak tari yang digunakan sangat
terkait dengan tingkat jangkauan anatomi penari yang disesuaikan dengan karakter gerak
tari yang diinginkan. Keselarasan baik penempatan pentas maupun ruang gerak tari akan
memperkokoh kualitas tari yang disajikan.
5. Daya Ingat
Daya ingat dalam sajian tari adalah suatu hal yang sangat mendasar. Dikatakan
demikian alangkah mengecewakannya jika penari tidak mampu menampilkan rangkai
gerak tari secara runtut. Apalagi jika teri tersebut ditampilkan dalam bentuk kelompok.
Kesalahan tersebut akan terlihat jelat yang dapat merusak penampilan tari yang disajikan.
Kemampuan daya ingat sangat berharga dalam kelompok tari profesional, sebab seorang
penari yang pelupa bisa mengakibatkan seluruh komposisi berantakan, demikian juga
halnya dalam sajian tari tunggal. Seorang penari yang lupa dapat kehilangan
konsentrasinya, sehingga seluruh komposisi kehilangan kontak dengan penonton.
6. Kemampuan Kreatif
Kemampuan kreatif bukan saja terlihat pada saat sajian tari dipertunjukan. Namun
kreatifitaslebih kepada kemampuan seorang koreografer dalam menata/mengemas tari
dengan keharmonisan menempatkan elemen-elemen gerak beserta unsur-unsur pendukung
tari yang disesuaikan dengan konsep, ide garapan yang dipersiapkan. Sekalipun seorang
koreografer sebagai penentu kualitas tari yang diciptakan, namun kreatifitas penari juga
tidak dapat diabaikan.
Sebagai seorang koreografer harus memiliki kemampuan peka terhadap lingkungan
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam berkarya dan bahkan
mungkin dapat dijadikan sebagai sumber garapan tari. Untuk itu seorang koreografer harus
memiliki rasa dramatik, baik yang diungkapkan dalam alur (plot) yang nyata atau dalam
bentuk yang lebih abstrak.
7. Koreografi dan Keberanian
Tidak jarang terjadi seseorang enggan untuk menciptakan karya tari, karena tidak
punya keberanian dan didesak oleh pikiran takut salah. Perasaan itu sangat wajar terjadi.
Namun jika seorang itu memiliki pengalaman dalam menari, sering mengamati tari, apa
lagi berperan sebagai guru tari, perasaan yang menakutkan itu harus dihindari. Artinya
harus dicoba, dengan syarat mau belajar dan mencoba dan terus belajar untuk mencoba.
Memang diakui bahwa bukan setiap penari memiliki kemampuan sebagai penata
tari/koreografer, akan tetapi penari dan atau guru tari punya peluang dan kesempatan
untuk menata tari. Khusus bagi guru tari, apalagi guru tari anak-anak harus mampu
menciptakan tari yang disesuaikan dengan tingkat usia dan karakter anak. Karena banyak
anak-anak kehilangan kesempatan untuk menyalurkan bakatnya, karena tari yang
dibelajarkan tidak sesuai dengan tingkat jangkau gerak anak tersebut. Tentu saja yang
tidak kalah pentingnya dalam menata tari adalah untuk memahami elemen-elemen
komposisi/koreografi yang akan dikembangkan dalam menyusun dan menata tari sesuai
dengan tujuan hendak yang hendak dicapai.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Seni tari sebagai media pendidikan di Sekolah Dasar menyajikan kesempatan pada siswa


SD untuk memperoleh pengalaman-pengalaman seni, sebagai suatu kegiatan yang ada
dalam lingkup kesadaran artistik.
2. Fungsi seni tari di Sekolah Dasar yakni untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak, membina perkembangan estetik, dan membantu memyempurnakan kehidupan.
3. Memahami anak Sekolah Dasar dapat diperoleh melalui perhatian yang diberikan kepada
anak serta menyesuaikan rencana pengalaman seni tari-drama dengan tahap perkembangan
yang dicapai anak.
4. Dalam memahami pengalaman seni tari anak, umumnya bergantung pada umur dan minat
masing-masing anak pada pengalaman seni yang berbeda-beda. Pengalaman seni tari
drama anak yang memunculkan keunikan meliputi sikap menjelajah pada anak-anak, masa
anak-anak adalah masa umur berkhayal, proses penemuan fakta, dan belajar melalui
kegiatan berekspresi dalam seni.
DAFTAR PUSTAKA

Purwati ningsih dan Ninik Harini. 2002. Pendidikan Seni Tari-Drama SD. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Setjoatmodjo, P. 1985. Bacaan Pilihan tentang Estetika. Jakarta: Depdikbud.

Soehardjo, A.J. 1974. Menuju ke Pendidikan Seni. Malang: IKIP Malang.

Anda mungkin juga menyukai