Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia.

Kebutuhan beras nasional selalu meningkat seiring dengan pertambahan jumlah

pendudukyang terus meningkat. Oleh karena itu, peningkatan produksi padi

menjadi prioritas dalam pembangunan pertanian tanaman pangan. Penyediaan

beras nasional sebagian besar didominasi oleh padi sawah, tetapi luasan lahan

sawah mengalami penurunan akibat alih fungsi lahan. Hal ini mendorong

pengembangan padi gogo sebagai upaya alternatif dalam peningkatan ketahanan

pangan nasional (Herawati dan Kamal, 2009).

Pengembangan padi gogo merupakan usaha komplementer dalam

meningkatkan produksi beras nasional guna meningkatkan ketahanan pangan

(Wahyuni et al., 2006). Padi gogo yang tumbuh di bawah naungan memiliki

karakter agronomi dan morfologi yang berbeda dengan padi gogo tanpa naungan.

Besarnya perubahan dari setiap karakter berbeda antara kelompok toleran dengan

kelompok peka. Genotipe toleran terhadap naungan memiliki daun yang panjang

dan lebih luas, namun lebih tipis, sudut anakan lebih kecil (habitus tanaman lebih

kompak dan tegak) dari pada yang peka (Soverda, 2004).

Pada tahun 2013 produksi padi di lahan kering menyumbang sekitar 5%

produksi padi nasional. Luas pertanaman padi gogo di Indonesia mencapai 1.15

juta ha per tahun dengan produktivitas sebesar 3.35 ton/ha yang berarti masih jauh

dibawah produktivitas padi sawah yang mencapai 5.14 t/ha. Produktivitas padi
2

gogo yang rendah utamanya disebabkan berbagai cekaman lingkungan baik biotik

maupun abiotik (Kementrian Pertanian, 2013).

pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulum berbahan aktif

organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi

tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya tanaman ini

dapat berlangsung melalui penngkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh

cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun

perombakan oleh fungi, aktinomiset dan cacing tanah.

(Suriadikarta dan Simanungkalit 2006)

Salah satu mikroorganisme hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai agen

hayati pembuatan pupuk adalah cendawan Trichoderma sp. bahwa Trichoderma

sp bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas biologis mikroorganisme tanah yang

menguntungkan, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan PH pada tanah

asam. Trichoderma sp tidak hanya berfungsi sebagai pupuk, karena dapat

mendekomposer bahan organik dan sekaligus sebagai pengendali penyakit tular

tanah seperti Fusarium sp dan Sclerotum sp.(Suhaeti 2009)


3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Penerapan

formulasi pupuk hayati untuk budidaya padi gogo.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah untuk memenuhi komponen

penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan A Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak

yang membutuhkan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza yang meliputi

kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia ,

Afrika, Amerika, dan Australia. Tanaman padi dapat dibedakan menjadi dua tipe,

yaitu padi kering yang tumbuh di lahan kering dan padi sawah yang memerlukan

air menggenang dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Padi yang ada

sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa

spontania. Tanaman padi yang dapat tumbuh baik di daerah tropis ialah indica,

sedangkan japonica banyak diusahakan di daerah sub tropis). Tanaman padi di

kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif.

Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif

terdiri dari malai, bunga, dan buah padi (Hasanah, 2007).

Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat

makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar

tanaman dapat dibedakan atas radikula, akar serabut (akar adventif), akar rambut

dan akar tajuk (crown roots). Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah

mengalami perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yang baru atau

bagian akar yang masih muda berwarna putih. (Hasanah, 2007).

Padi memiliki batang beruas-ruas, panjang batang tergantung pada

jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek dari

pada jenis lokal. Ruas batang padi berongga dan bulat. Di antara ruas batang padi

terdapat buku. Pada tiaptiap buku terdapat sehelai daun. Batang baru akan muncul
5

pada ketiak daun, semula berupa kuncup kemudian kuncup tersebut mengalami

petumbuhan yang akhirnya menjadi batang baru kuncup kemudian kuncup

tersebut mengalami petumbuhan yang akhirnya menjadi batang baru

(Hasanah, 2007).

Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.

Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6

buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua

kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala

putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu.

(Hanum 2008)

Buah padi sering di sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak, bersatu

dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan pembuahan yang

mempunyai bagian- bagian sebagai berikut embrio (lembaga), endosperm dan

bekatul (Hasanah, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang

rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu

proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu

bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung

sari. (Hanum 2008)


6

Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.

Penyinaran matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis dan

terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses

pembungaan dan pemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan

keadaan awan. Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman

padi. Pengaruh positifnya, terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan.

Pengaruh negatifnya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur

dapat ditularkan melalui angin dan saat terjadi angin kencang pada saat tanaman

berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh (Hasanah, 2007)

Tanah

Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah,

sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras.

Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum

berkisar antara 5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horizon kurang dari 0,5 cm/jam.

Kedalaman tanah padi gogo ≥ 50 cm, memiliki curah hujan berkisar antara 50-400

mm. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23oC ke atas, sedangkan

di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan sepanjang

tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi adalah

kehampaan pada biji (Hasanah, 2007).

Tekstur tanah mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi sifat yang

lainnya, terkecuali topografi. Tekstur tanah merupakan hal yang penting di areal

pengembangan padi gogo yang tidak punya pengikat untuk menahan


7

kelembaban. Profil tekstur tidak saja di lapisan atas, tetapi juga di lapisan bagian

bawah. Jika bagian bawah tanah cukup liat, maka fungsi tekstur lapisan atas

tanah menjadi berkurang.Jenis tanah grumosol dan andosol sangat peka erosi,

sedangkan tanah mediteran merah-kuning dan regosol peka erosi. Litosol

mempunyai solum dangkal dan biasanya berasosiasi dengan regosol,

mediteran dan grumosol dapat dikatagorikan sebagai jenis tanah yang telah

tererosi. (Hasanah, 2007).


8

PENERAPAN FORMULASI PUPUK HAYATI UNTUK BUDIDAYA PADI

GOGO (Oryza sativa L.)

Pengertian Pupuk Hayati

Pupuk hayati merupakan suatu bahan a- mandemen yang mengandung

mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan ta- nah dan kualitas

hasil tanaman, melalui pe- ningkatan aktivitas biologi yang akhirnya dapat

berinteraksi dengan sifat-sifat fisik dan kimia media tumbuh (tanah).

Mikroorganisme yang u- mum digunakan sebagai bahan aktif pupuk hayati ialah

mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat dan pemantap agregat (Handayani, 2001).

Pupuk berbasis mikroorganisme dapat memperbaiki atau memulihkan kondisi

fisik, ki- mia dan biologi tanah serta dapat meningkatkan hasil tanaman. Tetapi, pada

umumnya penggu- naan mikroorganisme masih terbatas pada satu jenis mikroba

(single effect) dan efektivitasnya belum teruji pada lahan-lahan marjinal

(Handayani et al., 2001).

Lahan kering di Indonesia didominasi oleh jenis tanah marjinal seperti

Ultisol. Di Indonesia Ultisol merupakan tanah yang cukup luas yaitu 48,3 juta

hektar efisiensi dan efek- tivitas mikroorganisme sebagai bahan aktif pu- puk

hayati dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, kondisi iklim dan

kualitas bahan organik (Handayani, 2001).

Manfaat Pupuk Hayati

Pupuk menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di

tanah yang mendukung pertumbuhannya tanaman. Selain itu manfaat utama

dari pupuk yangberkaitan dengan sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur
9

tanah dari padat menjadi gembur dengan menyediakan ruangpada tanah untuk

udara dan air.Pemberian pupuk sangat penting karena dapat memperkaya tanah

sehingga makanan yang dibutuhkan tanaman dapat

tersedia.(Murbandono,2010).

Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang mengandung 7

konsorsium mikroba dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi

lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non

simbiotik Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen

simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan

Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba

dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba dekomposer Lactobacillus sp.; dan

(7) mikroba dekomposer Saccharomyces cereviceae (Suwahyono, 2011).

Manfaat penggunaan pupuk hayati adalah (1) menyediakan

sumber hara bagi tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan

penyakit, (3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna,

(4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup

bunga, dan stolon, (5) sebagai metabolit pengatur tumbuh, dan (6) sebagai

bioaktifator. (Saraswati 2000),

Kandungan Pupuk Hayati

Pupuk hayati merupakan pupuk yang ramah lingkungan dengan

menyediakan nutrisi bagi tanaman secara terus-menerus serta dapat berperan

ganda dengan memproduksi fitohormon yang bermanfaat bagi tanaman. Pupuk

hayati mengandung inokulan mikroba (baik tunggal maupun konsorsium) di

dalamnya seperti Azotobacter, Azospirillium, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri


10

endofitik (Munawar., 2011).

Bakteri Azotobacter sp. mampu mengubah nitrogen dalam atmosfer

menjadi amonia melalui proses pengikatan nitrogen dimana amonia yang

dihasilkan diubah menjadi protein yang dibutuhkan oleh tanaman. Melalui

kemampuannya memfiksasi N, Azotobacter sp. menyediakan hara bagi

tanaman sehingga kandungan N dalam tanaman dapat meningkat

(Hamastuti, 2012).

Hasil analisis jumlah populasi Azotobacter sp. pada inokulan pupuk

hayati yaitu 1,1 x 105 CFU g-1 . Populasi Azotobacter sp. setelah dilakukan

aplikasi kombinasi pupuk hayati cair dengan larutan anorganik mengalami

peningkatan menjadi 3,1 x 105CFU g-1 pada perlakuan 50% pupuk anorganik

+ pupuk hayati (Jumiati,2009).

PENERAPAN FORMULASI PUPUK HAYATI UNTUK BUDIDAYA PADI

GOGO (Oryza sativa L.)

Padi (Oryza sativa L.) masih merupakan tanaman terpenting di Indonesia,

yang per- mintaanya setiap tahun mengalami peningkatan. Sementara itu, areal

pertanian yang ada terus berkurang, sehingga pembukaan areal lahan baru perlu

ditingkatkan. Salah satu upaya yang perlu dilaksa- nakan ialah melalui

pengembangan usaha tani di lahan kering (Handayani, 2001).

Pupuk hayati merupakan suatu bahan a- mandemen yang mengandung

mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan ta- nah dan kualitas

hasil tanaman, melalui pe- ningkatan aktivitas biologi yang akhirnya dapat

berinteraksi dengan sifat-sifat fisik dan kimia media tumbuh (tanah).


11

Mikroorganisme yang u- mum digunakan sebagai bahan aktif pupuk hayati ialah

mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat dan pemantap agregat (Handayani, 2001).

Mekanisme pengaruh pupuk hayati dalam mengontrol pertumbuhan tanaman

dapat melalui efeknya terhadap sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Dari hasil

penelitian ini memperlihatkan bahwa pupuk hayati yang dikombinasikan de- ngan

bahan organik memberikan pengaruh nya-ta pada stabilitas agregat dan bioaktivitas

tanah.( Wibowo,2000)

Perlakuan pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah

anakan total dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 2.58 batang pot-1 untuk formula

A (Azotobacter sp., Aspergillus sp., Streptomyces sp.) Selain ada pengarug

mandiri pemberian pupuk hayati juga memperlihatkan pengaruh interaksi

dengan bahan organik yaitu pada pe- ubah jumlah anakan. (Gunarto,2000).

Pengaruh nyata antara pemberian pupuk hayati dan bahan organik berkaitan

dengan proses dekomposisi seresah yang dilakukan oleh mikroorganisme.

menjelaskan bahwa bahan organik mampu berfungsi sebagai sumber energi dan

makanan bagi mikroorga- nisme tanah. Seiring dengan perombakan bahan organik

yang dilakukan mikroorganisme akan terjadi pelepasan hara seperti N, P dan K

yang dibutuhkan tanaman (Gunarto,2000).


12

KESIMPULAN

1. Pupuk hayati merupakan suatu bahan amandemen yang mengandung

mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan ta- nah dan kualitas

hasil tanaman.

2. Manfaat penggunaan pupuk hayati adalah (1) menyediakan sumber

hara bagi tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan

penyakit, (3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang

sempurna, (4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh

pucuk, kuncup bunga, dan stolon, (5) sebagai metabolit pengatur

tumbuh, dan (6) sebagai bioaktifator

3. Pupuk hayati merupakan pupuk yang ramah lingkungan dengan

menyediakan nutrisi bagi tanaman secara terus-menerus serta dapat berperan

ganda dengan memproduksi fitohormon yang bermanfaat bagi tanaman.

4. Mekanisme pengaruh pupuk hayati dalam mengontrol pertumbuhan tanaman

dapat melalui efeknya terhadap sifat kimia, fisik dan biologi tanah.

5. Perlakuan pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah

anakan total dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 2.58 batang pot-1 untuk

formula A (Azotobacter sp., Aspergillus sp., Streptomyces sp.).


13

DAFTAR PUSTAKA

Gunarto, L. 2000. Mikroba rhizosfer: Potensi dan manfaatnya. Jurnal Litbang


Pertanian. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. 19 (2): 39-48.

Herawati, H dan M. Kamal. 2009. Efektivitas Pemupukan N dan K untuk


Meningkatkan Hasil Padi Gogo Pada Kondisi Ternaungi. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 9 (2): 79-85.

Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman jilid 2. Direktorat Pembinaaan


Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. 280 hal.

Handayani, I. P. 2001. Kurangi “Ketergan- tungan” Pupuk Kimia dengan Pupuk


Ha- yati. Warta UNIB. XVII. Bengkulu.

Handayani, I. P., dan Y. Erfieni. 2001. Kajian Daya Biofertilizer dalam


Mensubstitusi Pupuk Kimia sekaligus Meningkatkan Pro- duksi Padi Gogo di
Tanah Tropudult. La- poran Penelitian Fakultas Pertanian Uni- versitas
Bengkulu, Bengkulu.

Hamastuti, H. dan E.O. Dwi. (2012) Peran Mikroorganisme Azotobacter


chroococcum, Pseudomonas fluorescens, dan Aspergillus niger pada
Pembuatan Kompos Limbah Sludge Industri Pengolahan Susu. Jurnal Teknik
POMITS, 1(1): 1-5

Jumiati, E. (2009). Pengaruh berbagai konsentrasi EM4 pada fermentasi pupuk


anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah
(Amarathus tricolor L.) secara hidroponik. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sebels Maret.

Kementerian Pertanian, (2013). Peraturan Menteri Pertanian


No82/Permentan/OT.140/8/2013. Kementerian Pertanian.

Munawar, A. (2011). Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. Bogor: Institut


Pertanian Bogor Press.

Murbandono, 2010. Membuat Kompos. Jakarta: Peneber swadaya.

Simanungkalit, R. Saraswati, D. M. R Hastuti, R. D. & Husen, E. (2006).


Bakteri penambat nitrogen. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Soverda, N. 2004. Adaptasi Tanaman Padi Gogo Terhadap Naungan. Jurnal


Agronomi, 8 (2): 105-110.
14

Suheiti K. 2009. Pemanfaatan Trichokompos pada Tanaman Sayuran. Prima


Tani Kota Jambi No.08. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Saraswati, R. 2000. Teknologi pupuk mikroba multiguna menunjang keberlanjutan


sis- tem produksi kedelai. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 4 (1): 1-9.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan. Pus- taka Sinar Harapan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai