Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas
atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh
di setiap 100.000 kelahiran hidup (DEPKES, 2018).
Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai
derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (DEPKES, 2018).
Data terakhir dari SUPAS 2015, terjadi penurunan AKI menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup dari tahun 2012 359 per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan AKI
ditentukan melalui tiga model Average Reduction Rate (ARR) atau angka penurunan
rata-rata kematian ibu, dari keiga model tersebut, Kemetrian Kesehatan menggunakan
model kedua dengan rata-rata penurunan 5,5% pertahun sebagai target kinerja.
Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada tahun 2030 AKI di Indonesia turun
menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup (DEPKES, 2018)
Upaya perepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengangses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelaynan
kesehatanibu hamil, pertolongn persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinanbagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca
persalinan (DEPKES, 2018)
Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang dialami oleh manusia akibat adanya
pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel kelamin perempuan, dimulai dari adanya
konsepsi sampai dengan keluarnya janin. Lamanya kehamilan ini berlangsung selama 9
bulan 7 hari (Prawirohardjo, 2014).
Berbagai risiko yang dapat menyebakan kematian pada ibu dapat dikurangi secara
bermakna, jika seorang ibu berada dalam kondisi sehat dan bergizi baik, mendapatkan
asuhan antenatal sesuai dengan standart pelayanan (timbang berat badan, ukur lingkar
lengan atas, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin,
tentukan presentasi janin, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), beri tablet tambah darah,
pemeriksaan laboratorium, tatalaksana sesuai kasus, serta komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) yang efektif) serta dilakukan secara teratur selama kehamilan dalam
asuhan Antenatal Care (ANC), persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
jika terjadi komplikasi ibu dan bayinya dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih
memadai, 6 jam sampai 42 hari setelah bersalinan ibu tetap mendapatkan pelayanan
kesehatan (KEMENKES RI, 2010)
Hal tersebut dilakukan secara komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif) yaitu berdasarkan empat dimensi kesehatan yakni fisik, mental, sosial dan
bahkan ekonomi, karena keempat aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
(Notoatmodjo, 2007)
Pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional dan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, diberikan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan
bayi baru lahir sehingga keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan adalah orang pertama yang
melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat. Tugas
yang diemban oleh bidan, berguna untuk kesejahteraan manusia (Hidayat dan Mufdilah,
2009).
Dalam pelayanannya, bidan memiliki empat peran yaitu sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik dan peniliti. Peran sebagai pelaksana merupakan peran yang sangat
utama dalam masyarakat karena bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan
dengan menggunakan manajemen kebidanan secara langsung pada klien berdasarkan
standar yang ada. Peran ini memiliki 3 fungsi yaitu fungsi mandiri, fungsi kolaborasi, dan
fungsi rujukan. Fungsi mandiri menitik beratkan bagaimana bidan memberikan asuhan
sesuai dengan kewenangannya, namun jika terjadi hal yang tidak diharapkan pada klien
dan harus dilakukan tindakan di luar kewenangan bidan maka fungsi bidan adalah
kolaborasi atau rujukan (Hidayat dan Mufdilah, 2009).
Oleh sebab itu penulis membuat laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
pada Ny. N 33 tahun 28 minggu di Praktek Mandiri Bidan Ari Saptuti Sukamulya
Pringsewu”.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan dalam laporan kasus ini adalah
bagaimanakah asuhan kebidanan pada Ny. N 27 tahun 38 minggu di Praktek Mandiri
Bidan Ari Saptuti Pekon Sukamulya Pringsewu?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu selama masa kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu masa kehamilan
b. Melakukan pengumpulan data objektif pada ibu masa kehamilan
c. Melakukan analisis data yang sudah didapat pada ibu masa kehamilan
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan hasil analisis data
pada ibu masa kehamilan.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi yang dapat diterapkan pada masyarakat terutama pada ibu
masa kehamilan
2. Bagi Responden
Mendapatkan asuhan secara komprehensif selama masa kehamilan sehingga
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan responden.
3. Bagi PMB Ari Saptuti
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki mutu pelayanan kesehatan di PMB Ari
Saptuti, Sukamulya Pringsewu
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan dan bahan
informasi untuk studi kasus selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Medis


1. Konsep Kehamilan
a. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan merupakan
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. (Prawiroharjo, 2011).
b. Perubahan anatomi dan fisiologi
1) Uji Hormonal
Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi hormone Chorionic
Gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsisitrofoblas pada awal kehamilan. Hormon
ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin dan
dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya
sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan di antara 30 – 60 hari. Produksi
puncaknya adalah pada usia kehamilan 60 – 70 hari dan kemudian menurun
secara bertahap dan menetap hingga usia akhir kehamilan setelah usia kehamilan
100 – 130 hari.
Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hCG
yang rendah ditemukan pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang
tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau korio
karsinoma (Prawiroharjo, 2011).
2) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu
setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20
liter atau lebih dengan rata-rata 1100 gram.
Bentuk uterus yang seperti buah alpukat kecil (pada saat sebelum hamil)
akan berubah bentuk menjadi globuler (membulat) pada awal kehamilan dan
ovoid (seperti telur) apabila kehamilan memasuki trimester kedua. Setelah 3
bulan kehamilan, volume uterus menjadi cepat bertambah sebagai akibat
pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk ikutannya. Seiring dengan
semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan fundus semakin keluar dari
rongga pelvis sehingga lebih sesuai untuk disebut sebagai organ abdomen.
Pertumbuhan uterus ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi
ke arah kanan sumbu badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi.
Kecepatan pembesaran uterus pada primigravida dan multigravida dapat sedikit
berbeda (kisaran 1-2 minggu) dan hal ini menimbulkan variasi dalam besar uterus
pada awal kehamilan atau penetapan usia kehamilan dengan menggunakan titik
anatomik tertentu misalnya fundus uteri setinggi umbilicus (Prawiroharjo, 2011).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan
Usia
Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 minggu Teraba di atas simfisis pubis
16 minggu Di tengah antara simfisis pubis dan pusat
20 minggu Pada pusat
22-27 minggu -
28 minggu Ditengah, antara pusat dan Procesus Xyphoideus
29-35 minggu -
36 minggu Pada Procesus Xyphoideus
(Prawiroharjo, 2009)
Pembesaran dinding abdomen sering dianggap sebagai tanda dari terjadinya
kehamilan. Pembesaran tersebut terkait dengan terjadinya pembesaran uterus di
rongga abdomen. Penonjolan dinidng abdomen biasanya dimulai pada usia
kehamilan 16 minggu di mana uterus lebih nyata pada ibu hamil dengan posisi
berdiri jika dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga lebih terlihat pada
multipara jika dibandingkan dengan nulipara atau primigravida akibat kendurnya
otot-otot dinding perut. Apabila uterus jatuh ke arah depan dan bawah, maka
dinding perut akan menonjol seperti bandul dan hal ini disebut perut pendulum.
Pada kasus yang ektrim, kondisi ini dapat mengganggu kemajuan proses
persalinan.
Pembesaran uterus pada awal kehamilan biasanya tidak terjadi secara
simetris. Secara normal ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen
atas uterus, terutama pada dinding posterior. Bila lokasi implantasi berada di
dekat kornu, maka daerah ini akan lebih cepat membesar jika dibandingkan
dengan bagian uterus lainnya. Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu
kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvis pada usia
kehamilan 8 hingga 10 minggu. Keadaan ini di kenal sebagai tanda Piskacek.
Tanda kehamilan lain adalah kotraksi Braxton Hick yang terjadi akibat
peregangan miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
Peningkatan aktromiosin di dalam miometrium juga menjadi penyebab dari
meningkatnya kontraktilitas uterus. Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik,
sporadic, tanpa disertai adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak kehamilan 6
minggu dan tidak terdeteksi melalui pemeriksaan bimanual pelvis pada kehamilan
trimester kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada kehamilan trimester
ketiga. Dengan semakin meningkatnya usia kehamilan, terjadi pula peningkatan
frekuensi, lama, dan intensitas kontraksi Braton Hicks. Mendekati usia kehamilan
aterm, kontraksi ini menjadi lebih teratur dan regular sehingga disalahartikan
sebagai kontraksi persalinan. Persalinan palsu (false labor) sangat erat kaitannya
dengan kontraksi Braxton Hicks pada kehamilan aterm.
Fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut ballottement juga
merupakan tanda adanya janin di dalam uterus. Hal ini dapat dikenali dengan
menekan tubuh janin melalui dinding abdomen yang kemudian terdorong melalui
cairan ketuban dan kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan
pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut dengan ballottement in toto. Jenis
lain dari fenomena bandul adalah ballottement kepala yaitu hanya kepala janin
terdorong dan memantul kembali ke dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah
memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban (volume relatif lebih
besar dibandingkan tubuh janin) di dalam kavum uteri (Prawiroharjo, 2011).
3) Vagina dan perineum
Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomik yang paling nyata pada
ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal
kehamilan akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut diiringi
dengan peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan
fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap renggangan
dan distensi. Hipertrofi miometrium juga disertai dengan peningkatan
vaskularisasi dari pembuluh limfatik. Peningkatan vaskularisasi, kongesti, dan
edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar servik menyebabkan
berbagai perubahan yang dikenal sebagai tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar.
Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan servik. Tanda Goodle adalah perubahan konsistensi (yang
dianalogikan dengan konsistensi bibir) servik dibandingkan dengan konsistensi
kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil. Tanda Hegar
adalah pelunakan dan kompresinilitas ismus servik sehingga ujung-ujung jari
seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari arah yang berlawanan
(Varney, 2006).
4) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan meraskan payudara menjadi lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di
bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan
tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut
kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi
karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone.
Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga
pengaruh inhibisi progesteron terhadap A-laktalbulmin akan hilang. Peningkatan
proklaktin akan merangsang sintesis lactose sampai akhirnya akan meningkatkan
produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan
cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, Striae seperti
yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak
mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan (Varney,
2006).
5) Sistem urinaria
Perlunakan dan komprebilitas servik menyebabkan berkurangnya kemampuan
bagian ini untuk menahan beban yang disebabkan pembesaran uterus dan sebagai
kompensasinya, uterus terjatuh ke depan (hiperantefleksio) dalam tiga bulan
pertama kehamilan (uterus masih sebagai organ pelvis). Posisi tersebut
menyebabkan akan terjadi dorongan mekanik fundus uteri ke kandung kemih
sehingga timbul gejala sering berkemih selama periode trimester pertama. Gejala
ini akan berkurang setelah usia kehamilan memasuki trimester kedua dimana
uterus semakin membesar dan keluar dari rongga pelvis sehingga tidak lagi
terjadi dorongan fundus pada kandung kemih (Varney, 2006).
6) Sistem Kardiovaskular
Volume darah total ibu meningkat sekitar 30 hingga 50% pada kehamilan tunggal
dan 50% pada kehamilan kembar. Volume darah total merupakan kombinasi
volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel darah merah yang juga
meningkat 33% dari nilai sebelum hamil. Semua ini menyebabkan hemodilusi,
yang terlihat pada kadar hematrokit rendah, yang dikenal dengan anemia
fisiologis pada kehamilan dan sering terjadi pada usia kehamilan 24 hingga 32
minggu.
Tekanan mekanis uterus wanita hamil pada vena panggul dan vena kava
inferior menghambat aliran darah balik dari kaki dan panggul sehingga dapat
menyebabkan peningkatkan tekanan darah vena, peningkatan drastis tekanan
hidrostatik pada sirkulasi mikros selnajutnya kebocoran cairan dari pembuluh
darah ke dalam usus halus, dan akibatnya terjadi edema pada kaki dan mata kaki
(Varney, 2006).
c. Adaptasi Psikologis
Selain mempertahankan kesejahteraan fisiologi yang optimal dalam kehamilan,
salah satu sasaran utama asuhan kebidanan ialah untuk memfasilitasi wanita dalam
melakukan penyesuaian psikologi yang sehat terhadap kehamilan dan peran ibu. Ada
banyak faktor yang berperan dalam meningkatkan kemampuan wanita dalam
beradaptasi terhadap kehamilan dan peranannya sebagai ibu misalnya, lingkungan
sosial, dukungan sosial, tipe perawatan profesional dan dukungan yang ia terima,
juga karateristik personalnya, serta proses psikologis yang disadari dan tidak
disadari.
Tipe dukungan yang tersedia dari pasangan dan keluarganya, dan pengaruhnya
pada harapan serta persepsinya terhadap kehamilan dari masa kanak-kanak dan masa
pertumbuhannya juga mempengaruhi tingkat kecemasan serta mekanisme
kopingnya. Namun, kepercayaaan diri dan kebahagiaan kerana “hamil”
menimbulkan kenikmatan dalam menyiapkan dan merencanakan kedatangan bayi.
Rasa khawatir dan kecemasan dalam kehamilan tampaknya relatif umum, dan
yang biasanya membuat wanita hamil sering kali merasa cemas adalah kekhawatiran
yang realistis. Pada kenyataannya, kecemasan dalam tingkat tertentu dapat berperan
sebagai faktor motivasi dalam mempersiapkan peran menjadi orang tua. Niven
(1992) berpendapat bahwa hal ini merupakan kecemasan antisipasi dan
mengidentifikasi bagaimana harapan-harapan yang realistis tentang persalinan,
misalnya dapat menurunkan tingkat persepsi nyeri pada beberapa wanita.
Saat kecemasan dan distress meningkat, individu mengadopsi perilaku atas
teknik tertentu sebagai koping terhadap peristiwa tersebut. Pearlin dan Schooler
menyatakan bahwa koping merupakan “segala sesuatu yang dilakukan individu agar
tidak disakiti oleh ketegangan hidup” (Pearlin dan Schooler, 1978). Penelitian
psikologis tentang respons terhadap situasi yang menimbulkan stres dilakukan oleh
Lazarus dan kawan-kawannya (Lazarus, 1966, Lazarus dan Folkman, 1984).
Menggunakan serangkaian penelitian eksperimental, Lazarus dan kawan-kawannya
mengidentifikasi proses kognitif yang berbeda-beda yang digunakan individu ketika
mengalami stres, yaitu tindakan antisipasi, tindakan menyerang, menghindar dan
tidak bertindak. Proses atau mekanisme koping ini lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi pertama, “penilaian” situasi dan kedua, respons yang diadopsi. Perilaku
koping secara khas bersifat “antisipasi” saat membuat perencanaan dan persiapan
dalam menghadapi peristiwa yang membuat stres. Bidan menyadari bahwa wanita
mampu merencanakan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa selama
kehamilan yang umumnya menyebabkan kecemasan dan stres, dan dengan demikian
mampu melakukan koping secara lebih efektif. Dukungan antenatal dini (selama
kelas kehamilan dan persiapan melahirkan) dan pemberian informasi yang adekuat
adalah cara untuk membantu wanita melakukan perencanaan dan persiapan tersebut.
Mekanisme koping psikologis sering kali melibatkan beberapa bentuk “serangan”
(mengambil tindakan positif untuk melawan stres), seperti memperoleh kemampuan
untuk mengontrol situasi. Wanita yang dapat bersikap asertif dan mempertahankan
kontrol, atau yang dikuatkan oleh orang lain untuk dapat mengontrol situasi,
mengadopsi aspek perilaku koping ini.
Respons koping seperti perilaku “menghindar” dapat diperlihatkan oleh seorang
wanita yang sangat cemas sehingga ia mengabaikan nasihat atau menghindari kontak
dengan profesional pemberi penguatan yang diberi di klinik dan kelas antenatal. Ia
bahkan mungkin menangkal, dalam derajat tertentu, bahwa dirinya hamil, hal ini
merupakan fenomena “masa bodoh”. Penyangkalan tersebut mungkin tidak disadari,
sementara pada situasi yang ekstrim beberapa wanita bahkan seutuhnya menyangkal
kemungkinan bahwa diri mereka hamil. Hal ini membuat kehamilan tidak
“terdiagnosa” atau “tersembunyi”. Kecemasan dan stres pada akhirnya dapat
menyebabkan “kepasifan”. Individu yang stres akan mencapai suatu tahap, pada
tahap tersebut mereka sama sekali tidak mampu melaksanakan koping dan motivasi
mereka menurun. Suatu bayangan dapat muncul pada wanita hamil yang “merasa
bahwa semua hal itu terlalu berlebihan”, “tidak berharga untuk diperjuangkan”, atau
merasa bahwa “semuanya sia-sia”. Karakteristik gejala gangguan psikologis dapat
menjadi jelas pada tahap ini (Henderson, 2005)
d. Kebutuhan ibu hamil
1) Nutrisi
Rancangan genetik ditentukan oleh unsur genetik pada masing-masing janin
dan juga dipengaruhi faktor-faktor maternal, berupa nutrisi ibu, kebiasaan
merokok, dan penyakit yang diderita ibu. Sehingga kebutuhan nutrisi ibu hamil
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Amerika serikat yang ditetapkan oleh Food
and Nutrition Board of The National Academy of Sciences-Natonall Research
Council mengindikasikan bahwa secara keseluruhan seorang wanita hamil
setidaknya harus menambahkan 300 kalori selain asupan 2200 kalori yang
dianjurkan bagi wanita yang tidak mengandung dan 60 gram protein, yakni 10
gram perhari melebihi asupan 50 gram yang dianjurkan bagi wanita yang tidak
mengandung. Selain itu dibutuhkan vitamin C 250 miligram perhari, yang
dikonsumsi bersama makanan, akan meningkatkan absorpsi zat besi nonheme
yang bersumber dari tumbuhan atau sayuran serta absorpsi suplemen zat besi yang
dapat menjadi profilaksis perdarahan setelah persalinan.
Suplemen asam folat sebanyak 200 hingga 400 mikrogram, atau total 0,4
hingga 0,8 miligram setiap hari mengurangi angka kejadian anemia megaloblastik
dalam jumlah besar dan sebaliknya digunakan bersama zat besi jika wanita
menunjukan indikasi anemia. Penggunaan 400 mikrogram asam folat untuk
mengurangi resiko melahirkan bayi dengan sifina bifida atau kelainan saraf
lainnya jika di konsumsi sebelum terjadinya konsepsi dan selama 6 hingga 8
minggu pertama kehamilan (Varney, 2006)
2) Aktivitas dan Istirahat
Ibu hamil sebaiknya melakukan hal yang biasa dilakukan karena dapat
menghentikan kelelahan ringan, dan latihan sebaiknya jangan dilakukan secara
berlebihan. Kehamilan bukan saat untuk mempelajari jenis olahraga berat yang
baru, latihan harian seperti berjalan-jalan di luar rumah sangat baik bagi
kesehatan mental, relaksasi, pencernaan dan pengondisian otot.
Keputusan apakah tetap bekerja sebaiknya diserahkan pada ibu hamil yang
bersangkutan dengan batasan periode istirahat kerja harus dimiliki kurang lebih 2
jam dalam waktu kerja 8 jam, keletihan dan stress fisik yang berat harus
dihindari.
Sebagai tambahan terhadap jumlah waktu istirahatnya, ibu hamil harus
mempunyai periode istirahat secara berkala selama siang hari, serta akan lebih
baik bila tidur dengan meninggikan kakinya dan menghindari duduk atau berdiri
terlalu lama (Varney, 2006).
e. Asuhan Antenatal
1) Tujuan asuhan
a) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas,
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian
ASI.
b) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
c) Mendeteksi secara dini kelainan / penyakit / gangguan yang diderita ibu hamil.
d) Melakukan intervensi terhadap kelainan / penyakit / gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
e) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang ada (Depkes, 2010).
2) Indikator pelayanan antenatal
a) Kunjungan pertama (K1)
K1 merupakan kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama dilakukan sejak awal pada
trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
b) Kunjungan ke-4 (K4)
K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi sebanyak 4 kali atau lebih untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali meliputi
sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester II
(kehamilan lebih dari 13 – 27 minggu), minimal 2 kali pada trimester III
(kehamilan lebih dari 28 – janin lahir). Kunjungan antenatal dapat dilakukan
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan atau jika ada keluhan, penyakit, atau
gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
c) Penanganan komplikasi (PK)
PK adalah penanganan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi meliputi penanganan komplikasi kebidanan, penyakit
menular, maupun tidak menular, serta masalah gizi pada ibu hamil, bersalin
dan nifas (Depkes, 2010)
3) Standar pelayanan 10 T
Tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan antenatal memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai standar terdiri dari :
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan yang dilakukan setiap kali kunjungan
antenatal bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin.
b) Ukur lingkar lengan atas
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada kontak pertama untuk
skrinning ibu hamil yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronis). Ibu hamil
dengan KEK mempunyai lingkar lengan atas dibawah 23,5 cm maka akan
beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
c) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan antenatal
untuk mendeteksi hipertensi pada kehamilan (tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg) dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)
d) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap kali kunjungan antenatal
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak sesuai umur kehamilan.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
DJJ dihitung pada akhir trimester 1 dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ normal berkisar antara 120 kali/menit sampai 160
kali / menit.
f) Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
menentukan letak janin.
g) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT untuk mencegah tetanus
neonatorum. Pada kunjungan pertama, ibu hamil diskrinning status imunisasi
TT-nya, selanjutnya imunisasi diberikan sesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.
h) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Setiap ibu hamil diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan diberikan sejak kontak pertama untuk mencegah anemia.
i) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil sebagai berikut pemeriksaan
golongan darah, kadar hemoglobin darah (Hb), protein dalam urin, kadar gula
darah, darah malaria, tes sifilis, pemeriksaan HIV (Human Immunodeficiency
Virus), dan pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam).
j) Tatalaksana atau penanganan kasus
Sesuai dengan hasil pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium maka setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Apabila
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi
kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dan keluarga
dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan,
persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi
seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk
melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi), inisiasi
menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi,
dan peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
(Depkes, 2014)
4) Anamnesis
a) Riwayat kehamilan ini
Usia ibu hamil, hari pertama haid terakhir, siklus haid, perdarahan
pervaginam, keputihan, mual dan muntah, masalah atau kelainan pada
kehamilan sekarang, pemakaian obat-obat (termasuk jamu-jamuan)
b) Riwayat obstetrik lalu
Jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah persalinan cukup bulan, jumlah
persalinan premature, jumlah anak hidup, jumlah keguguran, jumlah abrosi,
perdarahan pada kehamilan; persalinan; nifas terdahulu, adanya hipertensi
dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu, berat bayi < 2,5 kg atau berat > 4
kg, adanya masalah-masalah selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu.
c) Riwayat penyakit
Jantung, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, tuberculosis (TBC), pernah
operasi, alergi obat atau makanan, ginjal, asma, epilepsy, penyakit hati, pernah
kecelakaan
d) Riwayat sosial ekonomi
Status perkawinan, respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan, jumlah
keluarga di rumah yang membantu, siapa pembuat keputusan dalam keluarga,
kebiasaan makan dan minum, kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat
dan akohol, kehidupan seksual, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, pilihan
tempat untuk melahirkan, pendidikan, penghasilan (Saifuddin, 2009).
5) Pemeriksaan kunjungan pertama
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : cukup, sedang, atau lemas
Kesadaran : compos mentis, apatis, somnolen, spoor, atau koma Pemeriksaan
tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan berat badan.
b) Pemeriksaan fisik
(1) Inspeksi meliputi tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak
janin yang tampak
(2)Palpasi Leopold I merupakan palpasi perut untuk menentukan besar dan
konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak, presentasi, gerakan janin,
kontraksi rahim Braxton Hicks dan his. Manuver palpasi Leopold I :
(a) Leopold I I yaitu kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan
dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir. Leopold I I juga
menentukan bagian apa yang terletak di fundus uteri.
(b) Leopold I II yaitu kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus
untuk menentukan bagian apa yang terletak di bagian samping.
(c) Leopold I III yaitu mentukan bagian apa yang terdapat di atas simfisis
pubis, kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba
lunak.
(d) Leopold I IV pemeriksa menghadap ke kaki ibu untuk menetapkan
bagian terendah janin yang masuk pintu atas panggul.
(3) Perkusi meliputi meteorisme, tanda cairan bebas atau tidak dilakukan,
dilakukan jika ada suatu indikasi.
(4) Auskultasi meliputi bising usus, denyut jantung janin, gerak janin intra
uterin, bising tali pusat, bising rahim, bising aorta, dan peristaltik usus.
(5) Pemeriksaan dalam meliputi pembukaan, perlunakan servik, selaput
ketuban, penurunan bagian terendah, tumor yang menyertai bagian
terendah, pelvimeter panggul (Manuaba, 2010).
6) Kunjungan ulang
Lakukan pemantauan secara intensif terhadap tekanan darah, bertambahnya berat
badan minimal 8 kg selama kehamilan, edema hanya pada ekstremitas, tinggi
fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, DJJ 120 sampai 160 detak per menit,
gerakan janin terasa setelah 18 – 20 minggu hingga melahirkan (Saifuddin, 2009)
7) Memberikan zat besi
Pemberian zat besi dimulai sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 MG (zat besi 60 mg) dan asam folat 400 mcg,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya diminum tidak bersama
teh dan kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2009).
8) Memberikan imunisasi TT
Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada tahun 1979
sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun 1993, dimana tahun
1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan tahun 1993
adalah tahun dimulainya Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan ingat
jika pada saat sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya :
1) TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD;
2) TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD;
3) TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin (caten) ;
4) TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
5) TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 namun tidak
ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya :
1) TT I adalah waktu imunisasi caten pertama;
2) TT II adalah satu bulan setelah TT I;
3) TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
4) TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS
Balita dan kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
1) TT I adalah waktu imunisasi caten pertama;
2) TT II adalah satu bulan setelah TT I;
3) TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
4) TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS
Balita namun mempunyai kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
1) TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD;
2) TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD;
3) TT III adalah waktu imunisasi caten yang pertama;
4) TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
5) TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS Balita dan
mempunyai kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
1) TT I sampai dengan TT IV dapat dilihat di KMS dan kartu TT; dan
2) TT V adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil.
Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan
dapat membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit tetanus
khususnya bagi bayi yang baru lahir (Sistem Informasi Posyandu Kabupaten
Kulon Progo, 2012)
f. Prenatal Yoga
Prenatal yoga (yoga selama kehamilan) merupakan salah satu jenis modifikasi
dari hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan prenatal yoga
adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental dan spiritual untuk proses
persalinan. Dengan persiapan matang, sang ibu akan lebih percaya diri dan
memperoleh keyakinan menjalani persalinan dengan lancar dan nyaman (Pratignyo,
2014).
Manfaat latihan yoga bagi ibu hamil, bersalin dan nifas yaitu dapat meringankan
edema dan kram yang sering terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan, membantu
posisi bayi dan pergerakan, meningkatkan sistem pencernaan dan nafsu makan,
meningkatkan energi dan memperlambat metabolisme untuk memulihkan ketenangan
dan fokus, mengurangi rasa mual, morning sickness dan suasana hati, meredakan
ketegangan di sekitar leher rahim dan jalan lahir, yang berfokus pada membuka pelvis
untuk mempermudah persalinan, membantu dalam perawatan pasca kelahiran dengan
mengembalikan uterus, perut dan dasar panggul, mengurangi ketegangan, cemas dan
depresi selama hamil, persalinan nifas dan ketidaknyamanan payudara.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Holden et al (2019) dengan judul
Prenatal Yoga for Back Pain, Balance, and Maternal Wellness: A Randomized,
Controlled Pilot Study untuk menilai kelayakan yoga prenatal untuk nyeri punggung
bawah, mobilitas, dan kesejahteraan ibu. Metode dalam uji coba ini, wanita berusia 18
hingga 39 tahun dengan kehamilan tanpa komplikasi pada 12 hingga 26 minggu
diacak, dikelompokkan berdasarkan kehadiran, untuk menghadiri kelas yoga
mingguan atau kelompok pendukung pendidikan yang disesuaikan dengan waktu
selama 12 minggu. Ukuran sampel didasarkan pada antisipasi pendaftaran 2 mata
pelajaran per bulan. Hasil utama adalah ukuran kelayakan dan akseptabilitas. Hasil
sekunder termasuk beban gejala kehamilan, efikasi diri melahirkan, instrumentasi
gaya berjalan, keseimbangan, dan jatuh pada awal, setiap 4 minggu, dan 6 minggu
postpartum.
Hasilnya dari April 2015 hingga Desember 2015, 168 wanita dihubungi dan 115
(68%) memenuhi syarat. Dua puluh wanita terdaftar (yoga N¼11; kontrol N¼9; usia
kehamilan rata-rata 20,2 minggu). Retensi pada 12 minggu adalah 81% pada yoga dan
77% pada kontrol. Tidak ada efek samping terkait yoga. Analisis eksplorasi
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kecacatan nyeri punggung antar kelompok.
Efek kelompok yang signifikan ditemukan pada penilaian biomekanik, termasuk
persentase perubahan gaya berjalan kecepatan (F¼4.4, P¼ .04), waktu dukungan
ganda (F¼23.6, P<.01), berinstrumen waktunya-up-and-go (F¼8.6, P<.01), dan
belokan waktu (F¼5.7, P¼.02) menunjukkan perbaikan yang relevan secara klinis
dengan yoga. Skor Inventarisasi Gejala Kehamilan (PSI) ditingkatkan (perbedaan 13,1
poin, interval kepercayaan 95%, 5,1–21,1) pada 12 minggu dalam yoga dibandingkan
dengan kontrol, disesuaikan untuk usia kehamilan dasar. Kesimpulannya melakukan
prenatal yoga untuk meningkatkan LBP gestasional dan kesejahteraan ibu layak
dilakukan dan aman. Meskipun tidak ada perbedaan dalam nyeri punggung yang
diamati, tindakan biomekanik adalah penilaian yang sensitif untuk evaluasi gangguan
mobilitas terkait LBP gestasional dan menunjukkan perbedaan kelompok. Selain itu,
PSI menunjukkan signifikan perbedaan beban gejala selama 12 minggu, mendukung
klaim yang sedang berlangsung bahwa yoga meningkatkan wanita hamil
kesejahteraan secara keseluruhan.
Selain itu penelitian di indonesia yang dilakukan oleh Anggasari dan Mardiyanti
(2019) juga menunjukan efektivitas prenatal yoga untuk mengurangi nyeri pinggang.
Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan tehnik Simple random
sampling. Variabel independen adalah Keteraturan prenatal Gentle yoga dan variabel
dependen adalah nyeri pinggang ,metode pengumpulan data menggunakan data
primer. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitiaan
menunjukkan sebagian besar responden mengalami nyeri sedang (70%) setelah
dilakukan prenatal yoga .Hasil uji statistik chi square 0,01 < α = 0,05. menunjukkan
terdapat Ada pengaruh antara keteraturan prenatal gentle yoga terhadap nyeri
pinggang pada ibu hamil di Rumah Bersalin Anugrah Surabaya. Ada pengaruh
keteraturan Prenatal Gentle Yoga Terhadap penurunan nyeri Pinggang Pada Ibu
Hamil di Rumah Bersalin Anugrah. Ibu hamil diharapkan mengikuti prenatal yoga
rutin sehingga dapat mengatasi terjadinya nyeri pinggang.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL FISIOLOGIS


Terhadap Ny N G 1 P 0 A 0, Kehamilan 38 Minggu 2 Hari
Di PMB Ari Saptuti , Pekon Sukamulya , Pringsewu

Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2021 Jam : 09.30 WIB No rekam medis : 037

A. SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Ny. N Nama Suami : Tn. D
Umur : 27 tahun : 27 tahun
Pendidikan : Perguruan Tinggi : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Karyawan swasta
Suku Bangsa : Jawa : Jawa
Agama : Islam : Islam
Alamat : Waringin sari Timur
No. Telp : 0821-6380-8485
2. Alasan datang ke ( )RS, ( √ ) PMB, ( ) Puskesmas
Ibu mengatakan ingin kontrol kehamilannya
3. Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri pinggang
4. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 11 Tahun
Menstruasi : Teratur : ( √ ) Ya , ( ) Tidak
Siklus : 28 Hari
Lama : 4 Hari
Jumlah : ganti pembalut 3 kali sehari
Warna : ( ) Merah segar , ( √ ) Merah tua,
( ) Merah kehitaman, ( ) Coklat
Konsistensi : ( √ ) Cair/encer, ( ) Bergumpal, ( ) Flek
Bau : ( ) Ya, ( √ ) Tidak
Desminorea : ( √ ) Ya, ( ) Tidak hari pertama
Haid terakhir : 21-2-21, Lamanya : 7 hari
Flour Albus : ( ) Ada, ( √ ) Tidak Ada
Bau : ( ) Ya, ( √ ) Tidak
Warna : ( ) Putih , ( ) Kuning, ( ) Hijau, ( ) Coklat

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu


Ibu mengatakan saat ini merupakan kehamilan pertama
6. Riwayat kesehatan ibu
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun (misalnya DM; hipertensi)
dengan bukti bahwa ibu tidak mengalami sering kencing; mudah haus; mudah lapar;
telinga sering mendengung dan tekanan darah tidak pernah melebihi 120 mmHg,
penyakit menular (misalnya tuberculosis (TBC), penyakit menular seksual, hepatitis)
dengan bukti bahwa ibu tidak pernah mata dan kuku tampak kuning; keputihan disertai
gatal; nyeri atau perdarahan saat berhubungan suami istri dan penyakit menahun
(misalnya TBC, jantung) dengan bukti bahwa ibu tidak pernah batuk berdahak
bercampur darah; sering berkeringat di malam hari; telapak tangan sering berkeringat.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keturunan Kembar : ( ) Ada, ( √ ) Tidak ada
Penyakit Menular/keturunan : ( ) Diabetes Militus, ( ) Hepatitis,
( ) Penyakit jantung coroner
( ) Tifoid, ( ) Hipertensi, ( ) TB
( ) Lain – lain, jelaskan………………..
( √ ) Tidak ada :
8. Riwayat kehamilan saat ini
a. HPHT : 21-1-2021
b. Ibu ANC
- Trimester I : 3 kali, di RS , keluhan kadang mual
- Trimester II : 3 kali, di RS , tidak ada
- Trimester III : 4 kali, di PMB, nyeri pinggang
PP test tanggal 21-2-2021 : ( √ ) Positif , ( ) Negatif
9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan Selama hamil Keluhan
Nutrisi : Makan Porsi : 3-4 kali sehari Awal kehamilan kadang
Menu : nasi putih, lauk pauk (ikan laut, mual tapi tidak sampai
ikan tawar, tempe, tahu, ayam), sayuran, muntah
buah (pepaya, pisang)

Minum 6 gelas air putih, terkadang minum susu

Eliminasi : BAK >5 kali sehari Sering BAK awal


kehamilan
BAB Sehari sekali terkadang 2 hari sekali
Istirahat dan tidur Tidur malam : 7-8 jam sehari
Tidur siang : ½ jam

Personal hygiene Mandi 2-3 kali sehari


Mencuci tangan sebelum makan
Mengganti pakaian dan terkadang mandi
setelah keluar rumah
Pola seksual Selama hamil ibu jarang hubungan
seksual, terkdang sebulan sekali
Beban kerja sehari Mencuci pakaian dengan mesin cuci,
masak, dan bersih bersih rumah

10. Screening TT
TT1 : kelas 1 SD
TT2 : kelas 2 SD
TT3 : caten
TT4 : hamil pertama (saat ini)
11. Gerakan jain pertama kali dirasakan 4 bulan kehamilan
Pergerakan janin sekarang :2x/3 jam, Kuat
12. Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan tidak menggunakan alkohol, obat – obatan selain dari bidan
Ibu mengatakan tidak merokok dan makan sirih
13. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB
14. Riwayat psiko sosial ekonomi
a. Riwayat Perkawinan
Menikah : ( 1 ) kali
Umur : 25 tahun
Lama Menikah : 2 tahun
b. Apakah kehamilan ini direncanakan/di inginkan :
Iya, ibu dan suami mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan
c. Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan tidak memiliki kekhawatiran khusus
d. Respon Keluarga terhadap kehamilannya :
Ibu mengatakan keluarga sangat bahagia mengetahui kehamilannya
e. Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarga sengat mendukung ibu saat hamil dan tampak keluarga
yang selalu antusias menemani ibu saat kunjungan kehamilan
f. Ketaatan beribadah
Ibu mengatakan melakukan ibadah sesuai kewajibannya dan tampak ibu selalu
mengatakan bahwa selalu memohon kebaikan bagi dirinya dan anaknya kepada
Allah
g. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal dengan siapa :suami dan anak-anak
Hewan peliharaan :tidak ada
Penghasilan keluarga :suami bekerja
Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

B. OBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum : ( √ ) Baik, ( ) Cukup, ( ) Lemah
b. Kesadaran : ( √ ) Compos mentis, ( ) Apatis, ( ) Samnolen
( ) Sopor, ( ) Koma
c. Keadaan emosional
d. LILA : 24 cm
e. TB : 161 cm

f. BB
Sebelum hamil : 58 kg
BB sekarang : 64 kg
g. TTV
TD : 120/70 MmHG
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,7 oC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Konjungtiva : ( √ ) Merah muda, ( ) Pucat, ( ) Hiperemi
Sklera : ( √ ) Putih, ( ) Kuning, ( ) Perdarahan
b. Gigi dan mulut
Mukosa bibir : merah muda, tidak tampak ada peradangan
Mulut dan gigi : ( ) Karies, ( ) Stomatitis, ( ) Trismus
( ) Perdarahan Gusi, ( √ ) Bersih
c. Leher : ( ) Pembesaran kelenjar tyroid,
( ) Pembesaran kelenjar limfe
( ) Pembesaran vena jugularis, ( ) Lain-lain,
jelaskan : ………
( √ ) Normal
d. Dada
Auskultasi Jantung : LupDup : ( √ ) Teratur, ( ) Tidak teratur
Auskultasi paru-paru : Vasikuler : ( ) Whezing, ( ) Ronchi
e. Payudara
Pembesaran : ( √ ) Simetris, ( ) Asimetris
Putting susu : ( √ ) Menonjol, ( ) Datar, ( ) Tenggelam
( √ ) Bersih, ( ) Kotor, ( √ ) Hiperpimentasi areola/papilla
Pengeluaran : tidak ada
f. Abdomen
Pembesaran : ( √ ) Memanjang, ( ) Melintang
Bekas luka operasi : ( ) Ada, ( √ ) Tidak ada
Tumor/benjolan : ( ) Ada, ( √ ) Tidak ada
Nyeri episgatrium : ( ) Ada, ( √ ) Tidak ada
g. Ekstremitas atas dan bawah
Odema : ( - ) Kanan (+/-), ( - ) Kiri (+/-)
Varises : ( - ) Kanan (+/-), ( - ) Kiri (+/-)
Sirkulasipariver : normal
Reflek patella : ( + ) Kanan (+/-), ( + ) Kiri (+/-)
h. Anogenetal
Perineum : ( ) Luka parut, ( ) Radang,
( ) Pembengkakan, ( ) Varises
Vulva dan vagina : (√ )Bersih,( )Kotor,( ) Varises, ( ) Hematoma
( ) Flour albus, ( ) Bau, ( ) Fluxus, ( ) Luka
Anus : Hemoroid : ( ) Ada, ( √ ) Tidak ada
3. Pemeriksaan Kebidanan
a. TFU Mc.donal : 32 Cm
TBJ (J. Thausack) : (TFU-12) x 155
= (32-12) x 155 = 3.100 gr
b. Leopold
Leopold 1 : teraba lunak dan tidak melenting
Leopold 2 : bagian kiri teraba bagian-bagian kecil dan bagian
kanan teraba datar keras seperti papan
Leopold 3 : bagian terbawah teraba keras, bulat dan melenting
belum masuk panggul
c. DJJ : ( √ ) Positif, ( ) Negatif
Frekuensi 144 x/menit,
( √ ) Teratur, ( ) Tidak teratur
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 22-2-2021
HB : 14gr/dl
HbsAg : nonreaktif
Sifilis : nonreaktif
HIV : nonreaktif

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan
Ny. N 27 tahun G1P0A0 umur kehamilan 38 minggu 2 hari
2. Masalah
Nyeri pinggang
3. Kebutuhan
Prenatal Yoga
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tenatang hasil pemeriksaan. Ibu dan
keluarga tentang mengetahui kondisi
2. Menjelaskan tentang terjadinya ketidaknyamanan ibu hamil berupa nyeri pinggang.
Ibu mengerti
3. Mengajarkan ibu gerakan prenatal yoga dan melakukan monitoring ketika ibu
melakukan di rumah. Ibu dapat melakukan dengan baik
4. Memberikan terapi
Kalsium lactate (500 mg) 1x1 tablet sehari
Etabion 1x1 tablet sehari
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan yang diberikan pada Ny. N dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu sebagian
besar telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan antenatal 10 T yaitu menimbang berat
badan, mengukur lingkar lengan atas, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,
menghitung denyut jantung janin (DJJ), menentukan presentasi janin, memberi imunisasi TT,
pemeriksaan laboratorium, memberi tablet tambah darah (tablet besi), melakukan komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) Efektif, namun tidak dilakukan tata laksana kasus karena tidak
ada indikasi.
1) Data Subjektif
Setelah dilakukan anamnesa Ny. N mengeluh tangannya terkadang nyeri pinggang,
Ny. N bercerita bahwa kehamilan dahulu tidak memiliki banyak keluhan seperti
kehamilan saat ini. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa nyeri pinggang dan panggul
adalah keluhan umum ibu hamil, umumnya dirasakan sebagai ketidaknyamanan aksial
atau para-sagital di daerah pinggang bawah hinggan ke bokong bahkan paha. Banyak
istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan permasalah musculoskeletal pada
pinggang dan pelvis pada kehamilan. Istilah sering dipakai adalah pregnancy-related
lumbopelvic pain, yang kemudian dibagi menjadi dua terminology lagi yaitu pregnancy-
relatel pelvic gridle pain (PPP) untuk menggambarkan nyeri terkait permasalahan
musculoskeletal pada daerah pelvis dan pregnancy-related low back pain (PLBP) untuk
menggambarkan nyeri daerah lumbal 17. Nyeri ini disebabkan perubahan fisiologis pada
ibu hamil, dimana pusat gravitasi bergerak maju karena peningkatan masa perut dan
payudara yang menghasilkan lordosis lumbalis serta ketegangan pada otot
paraspinal.Kompresi pembuluh darah besar oleh uterus gravid mengurangi aliran darah
tulang belakang dan dapat menyebabkan nyeri punggung bawah, terutama pada paruh
terakhir kehamilan. Retensi air yang disebabkan oleh stimulasi progesteron dan
kelonggaran ligamen oleh hormone relaxin membuat tulang belakang dan sendi panggul
kurang stabil dan karenanya lebih rentan terhadap stres dan rasa sakit.
Hasil pengumpulan data subjektif menunjukan bahwa ibu merasa tenang dan tidak
memiliki kecemasan khusus karena mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga
sehingga ibu menjalani kehamilan ini dengan nyaman dan tanpa tekanan.
2) Data Objektif
Pengumpulan data objektif telah dilakukan sesuai standar dan hasil pemeriksaan
menunjukan kondisi Ny. N secara umum baik, TFU sesuai dengan umur kehamilan, tidak
ada hasil pemeriksaan yang mengarah ke ibu hamil beresiko.
3) Analisis Data
Hasil pengumpulan data subjektif dan data objektif dapat ditarik kesimpulan menjadi
analisa data berupa diagnosa, masalah dan kebutuhan yang sudah sesuai dengan teori yaitu
Ny. N umur 27 tahun umur kehamilan 38 minggu 2 hari dengan kehamilan fisiologis dan
masalah tangan kesemutan
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berfokus pada nyeri pinggang. Therapy olah raga merupakan
strategi yang efektif dan disarankan untuk mengatasi nyeri pinggang. Bentuk-bentuk olah
raga yang disarankan dapat berupa latihan kebugaran fisik umum atau latihan aerobik,
hingga penguatan otot, berbagai jenis fleksibilitas, latihan peregangan termasuk yoga.
Yoga merupakan bentuk latihan pikiran dan tubuh yang meliputi sistem latihan
peregangan dan postur (asana) yang dikombinasikan dengan latihan pernapasan dalam
(pranayama) dan meditasi3. Yoga adalah latihan dengan gerak perlahan, disengaja, dan
mudah dimodifikasi sehingga menjadikannya latihan yang cocok untuk wanita
hamil.Prenatal yoga di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.Dalam pelaksanaannya
yoga prenatal dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan.Yoga prenatal di Kota Denpasar dikembangkan sebagai kegiatan promotif
dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan termasuk mengurangi keluhan nyeri
pinggang dan panggul.
Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Holden et al (2019)
dengan judul Prenatal Yoga for Back Pain, Balance, and Maternal Wellness: A
Randomized, Controlled Pilot Study dengan responden wanita berusia 18 hingga 39 tahun
dengan kehamilan tanpa komplikasi pada 12 hingga 26 minggu. Yoga dilakukan sebulan 2
kali sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian ini yaitu melakukan prenatal yoga
untuk meningkatkan LBP gestasional dan kesejahteraan ibu layak dilakukan dan aman.
Meskipun tidak ada perbedaan dalam nyeri punggung yang diamati, tindakan biomekanik
adalah penilaian yang sensitif untuk evaluasi gangguan mobilitas terkait LBP gestasional
dan menunjukkan perbedaan kelompok. Selain itu, PSI menunjukkan signifikan perbedaan
beban gejala selama 12 minggu, mendukung klaim yang sedang berlangsung bahwa yoga
meningkatkan wanita hamil kesejahteraan secara keseluruhan.
Selain itu penelitian di indonesia yang dilakukan oleh Anggasari dan Mardiyanti
(2019) juga menunjukan ada pengaruh antara keteraturan prenatal gentle yoga terhadap
nyeri pinggang pada ibu hamil di Rumah Bersalin Anugrah Surabaya. Ada pengaruh
keteraturan Prenatal Gentle Yoga Terhadap penurunan nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil di
Rumah Bersalin Anugrah. Ibu hamil diharapkan mengikuti prenatal yoga rutin sehingga
dapat mengatasi terjadinya nyeri pinggang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. N umur kehamilan 28 minggu
di Praktek Bidan Mandiri Ari Saptuti Sukamulya Pringsewu dapat ditarik kesimpulan,
1. Data subjektif pada Ny. N yang terkumpul telah sesuai dengan teori, namun
didapatkan keluhan nyeri pinggang
2. Data objektif pada Ny. N yang terkumpul telah sesuai dengan teori dan wewenang
bidan. Hasil menunjukan perkembangan janin sesuai dengan umur kehamilan hanya
saja kenaikan berat badan ibu yang melebihi batas yang telah di rekomendasikan.
3. Analisa data telah dilakukan sesuai dengan nomeklatur kebidanan berdasarkan data
subjektif dan objektif yang terkumpul
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal telah dilakukan
berdasarkan analisa data yaitu berupa penanganan pada varises di esktermitas bawah.
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan dapat melakukan prenatal yoga di rumah dengan tetap memperhatikan
kondisi ibu.
2. Bagi PMB Ari Saptuti
Diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dengan
mengadakan kelas ibu hamil agar ibu hamil mendapatkan lebih banyak informasi
tentang kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggasari, Yasi dan Ika Mardiyanti (2019) Pengaruh antara Keteraturan Prenatal Gentle
Yoga Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pinggang pada Ibu Hamil Trimester III.
Midwidery Journal | Kebidanan Vol. 6 No.1 Januari 2021, Hal-34-38

Bobak, Irene M. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Taknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika

Hidayat, Asri dan Mufdillah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Press

Holden et al (2019) dengan judul Prenatal Yoga for Back Pain, Balance, and Maternal
Wellness: A Randomized, Controlled Pilot Study Global Advances in Health and
Medicine Volume 8: 1–11 DOI: 10.1177/2164956119870984 journals.sagepub. com
/home/gam

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Penuntun Hidup Sehat. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007

Kuswanti, Ina. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Manuaba, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Prakarsa Policy. 2013. Policy Update KIA CY. www.theprakarsa.org. Diakses tanggal 13
September 2014 Pukul 20.00 WIB

Pratignyo T. 2014. Yoga Ibu Hamil Plus: Postnatal YogaI. Jakarta: Pustaka Bunda.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Ramdani, Yogi (2017) Stocking kompresi untuk terapi Chronic Vein Inssuficiency
https://cardiovascular-unpad.com/detail-post/481/stocking-kompresi-untuk-terapi-
chronic-vein-inssuficiency.

Rohani. et all. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika

Saifuddin, Abdul Bari. et al. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Bina Pustaka

Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC


Sukarni Icesmi dan Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika
Lampiran I

GERAKAN PRENATAL YOGA

1. Sukasana
Posisi duduk yang mudah, nyaman dan rileks, digunakan selama yoga dan praktek
meditasi, pose ini dapat digunakan setiap kali ingin bersantai dan mengambil nafas untuk
beberapa saat.
Manfaat gerakan ini adalah membantu dalam meningkatkan fleksibilitas tulang
belakang dan punggung atas, serta dapat membantu memperlancar pencernaan. Pose ini
dapat digunakan untuk pemanasan serta pendinginan.

2. Baddha Konasana
Posisi duduk bersila dengan memegang kedua ibu jari kaki, punggung lurus.
Manfaat gerakan ini adalah melatih otot pinggang dan paha dalam (selangkangan),
sehingga mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan karena sakit punggung selama
kehamilan.
3. Marjaryasana / Cat Pose
Gerakan ini dimulai dengan posisi merangkak, lutut tegak lurus dengan pinggul
dan pergelangan tangan tegak lurus dengan bahu. Manfaat gerakan ini adalah membentuk
otot perut dan meningkatkan kelenturan tulang belakang, membantu meminimalkan emosi.

4. Malasana /Squats
Mulailah berdiri di tegak kaki selebar pinggul, tulang belakang lurus, tangan kedua
telapak tangan bertemu. Perlahan-lahan menekuk lutut, turun ke lantai hingga jongkok.
Jika tidak mampu jongkok dapat diberi alas balok. Manfaat pose ini adalah meregangkan
pinggul, bekerja dan melemaskan dasar panggul, dan memperkuat kai, melenturkan otot
perineum khususnya untuk wanita hamil agar mengurangi risiko rupture perineum.
5. Balasana / Chlid Pose
Gerakan ini dilakukan dengan cara berlutut di lantai, posisi kaki saling bersentuhan
dan lutut dibuka selebar pinggul dengan duduk di tumit, condongkan tubuh ke depan
hingga dahi menempel di lantai, luruskan lengan ke depan hingga telapak tangan
menyentuh lantai, tutp mata dan tarik napas panjang. Manfaat gerakan ini adalah untuk
peregangan pinggul, paha depan, dan punggung.

6. Tadasana / Montain Pose


Gerakan ini adalah dasar untuk pemusatan, menyeimbangkan, menyelaraskan, dan
memperkuat tubuh. Manfaat pose ini adalah untuk peregangan dan keseimbangan bagian-
bagian tubuh.
7. Vrkshasana / Tree Pose
Berdiri tegak, menempatkan kaki sejajar dan selebar panggul. Luruskan tulang
belakang dengan pandangan ke depan pada satu titik. Manfaat gerakan ini adalah
peregangan paha dalam dan bahu, menguatkan paha, betis, dan otot kaki, memperkuat
postur tubuh, menenangkan dan merilekskan pikiran dan sistem saraf pusat,
mengembangkan keseimbangan, meningkatkan fokus pikiran / kesadaran tubuh.

8. Virabhadrasana I / Warrior I
Berdiri dengan kaki dilebarkan. Arahkan kaki kanan ke depan dan kaki kiri ke
belakang. Arahkan tulang belikat di arah tulang rusuk punggung bagian atas. Tekan berat
badan melalui tumit kiri. Lalu buang napas saat menekuk lutut kanan di atas pergelangan
kaki kanan. Kuatkan kaki. Badan turun melalui kaki kiri dan tetap mengangkat paha kiri.
9. Virabhadrasana II / Warrior II
Berdiri dengan kaki lebar. Lutut kanan membentuk sudut 90˚, dan kaki kiri lurus. Angkat
lengan sejajar dengan lantai, menjangkau dari ujung jari ke ujung jari. Pastikan untuk
menjaga lutut di atas pergelangan kaki kiri. Jaga tubuh tegak lurus ke lantai,
memperpanjang ruang antara tulang belikat dan meluas di tulang selangka.

10. Uthita Parshvakonasana / extended Side Angle Pose


Dari posisi berdiri, lebarkan kaki kanan ke samping membentuk sudut 90˚, kaki
kanan lurus ke samping, siku tangan kiri menyentuh lutut kaki kiri, tangan kanan
diangkat ke atas lurus ke atas, regangkan otot pinggang dan perut, tahan beberapa saat,
dan ulangi dengan arah yang berbeda.
11. Supta Baddha Konasana
Modifikasi dari Baddha Konasana dengan posisi berbaring. Variasi ini menempatkan
tulang belakang secara netral atau ekstensi yang sangat ringan sampai lembut untuk
membuka pernapasan. Ini adalah postur restroratif sangat umum digunakan, dan dengan
menggunakan alat peraga seperti guling, selimut, tali, dan bantal, dapat dimodifikasi
dalam berbagai cara.

12. Savasana
Berbaring miring ke kiri. Merentangkan tangan kanan menjauh dari tubuh senyaman
mungkin. Dan menutup mata bernafas dengan tenang selama 3 sampai 5 menit. Manfaat
pose ini adalah cara terbaik untuk menutup dan menyerap latihan, meraih manfaat dari
semua latihan. Hal ini juga membantu untuk bersantai dan relaksasi.
8 Manfaat Gymball untuk Ibu Hamil & 7 Cara Menggunakannya

Gymball adalah sebuah bola karet berukuran besar, biasanya dipakai untuk olahraga.
Ukurannya bervariasi antara 55 – 75 cm, bahannya ringan dan empuk sehingga sangat
nyaman digunakan oleh Mama di segala usia kehamilan, termasuk yang sedang hamil besar.
Bola yang sedang ngetrend di kalangan pecinta kebugaran ini juga bisa digunakan untuk
bersantai.

Manfaat Gymball untuk Ibu Hamil

Penggunaan gymball membawa banyak manfaat baik untuk ibu hamil, antara lain:
1. Meredakan sakit punggung.
2. Memperbaiki postur tubuh Mama.
3. Lekukan gymball dapat mengurangi tekanan di pinggul, punggung dan tulang
belakang Mama, sehingga memberikan kenyamanan bagi Mama daripada duduk di
kursi biasa.
4. Membantu menyeimbangkan ligamen, tendon dan memperkuat otot di area pinggul.
Ini penting untuk meningkatkan peluang Mama melahirkan secara normal dan
menghindari operasi caesar.
5. Membantu meningkatkan aliran darah ke rahim, sehingga janin dapat tumbuh dengan
optimal.

Sementara saat persalinan, gymball sangat berguna untuk:

1. Mendorong terbukanya otot-otot pinggul Mama sehingga memberi ruang bagi bayi
untuk turun ke pinggul dan siap bersalin secara normal.
2. Mengurangi nyeri selama persalinan.
3. Mama mencari posisi yang nyaman untuk melahirkan (apabila Mama menggunakan
metode gentle birth atau rebozo). Mama dapat berlutut sambil memeluk gymball, atau
duduk di atas gymball dan mengayun-ayunkan pinggul Mama sambil menunggu
bukaan sempurna.
Beberapa Posisi Senam Menggunakan Gymball
Beberapa cara dan posisi olahraga menggunakan gymball yang bisa ibu hamil coba
untuk mendapatkan manfaatnya.

1. Duduk di atas gymball dan rentangkan kaki. Kemudian Mama bisa melakukan
gerakan ke kanan dan ke kiri atau melingkar dengan pinggul. Latihan ini
membantu menyeimbangkan tubuh dan membuka otot panggul. Dalam posisi
ini Mama juga bisa melakukan senam kegel. Caranya: kontraksikan otot
pinggul, tahan beberapa detik dan lepaskan, lalu ulangi

2. Angkat gymball ke dinding lalu sandarkan punggung Mama ke gymball. Lalu


gulung gymball ke atas dan ke bawah sambil Mama melakukan squat atau
jongkok. Squat tidak lagi berat karena Mama bisa bertumpu pada gymball
yang menempel di dinding. Posisi ini dapat memperbaiki postur tubuh Mama
sekaligus memperkuat area punggung bawah.
3. Berlutut dan sandarkan kepala dan bahu Mama ke gymball. Kemudian
lakukan gerakan memutar dengan pinggul. Gunakan matras untuk melindungi
lutut Mama. Posisi ini membuat punggung serta pinggul mama terasa rileks

Tips Menggunakan Gymball untuk Ibu Hamil


1. Pastikan Mama memilih ukuran gymball yang sesuai dengan tinggi badan.
Tinggi badan kurang dari 160 cm sebaiknya gunakan gymball ukuran 55 cm.
Tinggi badan 160-178 cm gunakan gymball ukuran 65 cm. Tinggi badan lebih
dari 178 cm gunakan gymball ukuran 75 cm.
2. Pilih gymball dengan bahan yang tidak licin, tidak mudah pecah, dan kuat
menopang berat badan Mama. Pilih gymball dengan warna favorit supaya
Mama semangat berolahraga dengan gymball.
3. Jauhkan gymball dari benda tajam dan panas yang berpotensi merusak
gymball

Anda mungkin juga menyukai