Anda di halaman 1dari 214

BUPATI LEBAK

PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

NOMOR TAHUN

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2


TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014-2034

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LEBAK,

Menimbang : a. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman


masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya
penataan ruang, memerlukan penyelenggaraan penataan
ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif, agar
terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan


pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka
rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi
investasi pembangunan yang dilaksanakan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

1
pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia
usaha diperlukan pengaturan penataan ruang;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26


tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

d. bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lebak Nomor


600/Kep.211-DISPUPR/2018 tentang Penetapan
Rumusan Rekomendasi Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Lebak yang menyatakan
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak
harus dilakukan revisi;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lebak Tahun 2014-2034;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

2
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4412);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009


tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

3
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang


Penataan Wilayah Pertahanan Negara;

8. Peraturan Pemerintah Perindustrian Nomor 142 tahun


2015 tentang Kawasan Industri;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang;

11. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang


Rencana Tata Ruang Pulau Jawa dan Bali;
12. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Batas
Sempadan Pantai;

13. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2020-2024;

14. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang


Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2012
tentang Batas Daerah Kabupaten Serang Dengan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2012
tentang Batas Daerah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat Dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2012
tentang Batas Daerah Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat Dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

4
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2015
tentang Batas Daerah Kabupaten Tangerang Dengan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2016
tentang Batas Daerah Kabupaten Pandeglang Dengan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017
tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

22. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota;

23. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Nomor P.27 / Menlhk / Setjen / Kum.1 / 7 / 2018 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
24. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.7 / Menlhk / Setjen / Kum.1 / 2 / 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 Tentang Pedoman
Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2020


tentang Pendaftaran dan Perizinan Usaha Peternakan;

26. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 tahun 2020


tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukkan Industri
27. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

5
2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten Tahun 2010-2030 (Lembaran
Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak
Tahun 2014-2034;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LEBAK
dan
BUPATI LEBAK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN


ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014-2034.

Pasal I
Beberapa Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lebak Tahun 2014- 2034 diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

6
1. Kabupaten adalah Kabupaten Lebak di Provinsi
Banten.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.

3. Bupati adalah Bupati Lebak.


4. Kecamatan adalah Kecamatan di Kabupaten Lebak.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola


ruang.

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat


permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang


dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses


perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan


yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,
dan pengawasan penataan ruang.

11. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk


menentukan struktur ruang dan pola ruang yang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

7
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
12. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

13. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya


untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
14. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.

15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak yang


selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Lebak
adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten Lebak.

16. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya


disingkat RDTR adalah hasil perencanaan rinci tata
ruang

17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan


geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.

18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola


ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada
tingkat wilayah.
19. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat
PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten.

20. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL


adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

8
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.

21. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya


disingkat PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan
atau beberapa desa.
22. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya
disingkat PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
23. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel.

24. Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi


melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
25. Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

26. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi


melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.

27. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor


dalam sistem jaringan jalan primer yang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

9
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
28. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.

29. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem


jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan
nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota Kecamatan,
antar ibukota Kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.

30. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor


Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan
dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan
orang dan/atau barang, serta perpindahan moda
angkutan.
31. Wilayah sungai yang selanjutnya disebut WS adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam 1 (satu) atau lebih Daerah Aliran Sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2.000 kilometer persegi.

32. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas


jalan yang saling menghubungkan dan mengikat
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

10
33. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budidaya.
34. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
35. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

36. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri


khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan.
37. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan
cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar
budaya, dan kawasan cagar budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

38. Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang selanjutnya


disingkat RTH perkotaan adalah bagian dari
ruangruang terbuka (openspaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung
manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

11
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan tersebut.

39. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai


kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
40. Kawasan perdesaan adalah wilayah
yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
41. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
42. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional.
43. Kawasan peruntukan perikanan adalah kawasan
budidaya perikanan yang ditetapkan dengan kriteria
wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
penangkapan, budidaya perikanan, industri

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

12
pengolahan hasil perikanan, dan/atau tidak
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
44. Kawasan perikanan adalah pembangunan ekonomi
berbasis perikanan di kawasan agribisnis, yang
dirancang dan dilaksanakan dengan jalan
mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakan
oleh masyarakat dan difasiltasi oleh pemerintah.
45. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) adalah
wilayah yang memiliki potensi sumber daya bahan
tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi dan merupakan
tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian,
penyelidikan umum, eksplorasi, operasi
produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di
wilayah daratan maupun perairan, serta tidak
dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan
budidaya maupun kawasan lindung.

46. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang


ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
47. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya
disingkat KSP adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan.

48. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya


disingkat KSK adalah wilayah yang penataan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

13
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan.

49. Ketentuan umum peraturan zonasi adalah


ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang
dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang
yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana
tata ruang.

50. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok


orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
51. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.

52. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang


selanjutnya disingkat TKPRD adalah badan bersifat
ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi
membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan
ruang di daerah.

53. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan


yang selanjutnya disingkat LCP2B adalah lahan
potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar
kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali
untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan datang.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

14
54. Kawasan peruntukan industri adalah kawasan
untuk mengarahkan agar kegiatan industri dapat
berlangsung secara efisien dan produktif, mendorong
pemanfaatan sumber daya setempat, pengendalian
dampak lingkungan, dan sebagainya.
55. Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara
khusus diperuntukkan untuk kegiatan peternakan
atau terintegrasi dengan subsektor lainnya sebagai
komponen usahatani (berbasis tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura dan perikanan)
berorientasi ekonomi dan berakses industri hulu
sampai hilir, di luar permukiman dengan sistem
sanitasi yang cukup.

56. Tanaman pangan adalah tanaman budidaya yang


menghasilkan pangan.

57. Hutan adat adalah hutan negara yang diserahkan


pengelolaannya kepada masyarakat hukum adat.
58. Cagar alam geologi adalah kawasan yang memiliki
keunikan batuan, fosil, bentang alam, dan proses
geologi yang perlu dilindungi.
59. DAM atau bendungan adalah bangunan air yang
melintang badan sungai untuk mengatur muka air
sungai supaya membentuk kolam atau waduk di
bagian hulu sungai dari letak bangunan.

60. Sempadan adalah batas atau tanda batas (seperti


pancang dan garis).

61. Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai


yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan fungsi pantai.

62. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri


kanan sungai, termasuk sungai buatan (kanal,
saluran irigasi primer) yang mempunyai manfaat

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

15
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai.
63. Sempadan waduk adalah kawasan sekitar waduk
yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan fungsi waduk.
64. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam,
baik daratan maupun perairan yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata, dan rekreasi.
65. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
66. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,


mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.

67. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang


mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

68. Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan


dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing- masing dikali
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai
antara 125 sampai dengan 174 di luar kawasan
hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian
alam, dan taman buru.

69. Hutan produksi tetap adalah kawasan hutan dengan


faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

16
hujan setelah masing- masing dikali dengan angka
penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125 di
luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan pelestarian alam, dan taman buru.

70. Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan


sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana
produksi, alat dan mesin, budidaya, panen,
pengolahan, dan pemasaran terkait tanaman
perkebunan.
71. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan pedesaan.

72. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah


kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RTR.

73. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang


adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian
antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan
RDTR.
74. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang adalah dokumen yang menyatakan
kesesuaian antara rencena kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RTR selain RDTR.

75. Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang adalah dokumen yang menyatakan
kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang didasarkan pada kebijakan nasional yang
bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR
dengan mempertimbangkan asas dan tujuan
Penyelenggaraan Penataan Ruang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

17
76. Lembaga pengelola dan penyelenggara Online Single
Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS
adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penanaman modal.

2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf d diubah, dan


ditambahkan 2 (dua) huruf yakni huruf g dan huruf h,
serta ayat (2) huruf f diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 3
(1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit
memuat :

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang


wilayah kabupaten;

b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten;


c. rencana pola ruang wilayah kabupaten;
d. kebijakan pengembangan kawasan strategis
kabupaten;

e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;


f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten;

g. kebijakan pengembangan wilayah kabupaten; dan


h. peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai,
situ, danau, embung, waduk, dan mata air.

(2) RTRW Kabupaten berfungsi sebagai :


a. acuan dalam penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD);

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

18
b. acuan dalam pemanfaatan ruang atau
pengembangan wilayah Kabupaten;

c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan


pembangunan dalam wilayah Kabupaten;

d. acuan lokasi investasi dalam wilayah Kabupaten


yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan
swasta;

e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata


ruang di wilayah Kabupaten;

f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam


penataan atau pengembangan wilayah
Kabupaten yang meliputi penetapan peraturan
zonasi, ketentuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

g. acuan dalam administrasi pertanahan.

3. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 4


berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4
(1) Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kabupaten
Lebak dilakukan di seluruh wilayah kabupaten
dengan luas wilayah 331.150,53 (tiga ratus tiga puluh
satu ribu seratus lima puluh koma lima tiga) hektar.
(2) Batas wilayah Kabupaten Lebak meliputi :
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Serang dan Kabupaten Tangerang;
b. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Sukabumi;
c. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Pandeglang; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

19
d. sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra
Hindia.

4. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 6
Penataan Kabupaten bertujuan mewujudkan ruang
wilayah Kabupaten Lebak yang aman, nyaman, produktif,
berkelanjutan dan berdaya saing tinggi berbasis
pariwisata dan potensi lokal.

5. Ketentuan Pasal 7 ayat (2) ditambahkan 1 (satu) huruf


yakni huruf h, sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ditetapkan
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten.
(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :

a. peningkatan ketahanan pangan dan agribisnis


berbasis kewilayahan;

b. pengoptimalan kawasan wisata alam, wisata


budaya, dan wisata buatan;

c. pengembangan potensi pertambangan


yang berwawasan lingkungan;

d. peningkatan kualitas dan pemerataan jangkauan


pelayanan prasarana dan sarana wilayah;

e. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;


f. peningkatan dan pemantapan fungsi dan peran
kawasan strategis;

g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan


dan keamanan negara; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

20
h. perlindungan kawasan rawan bencana alam
melalui pengembangan sistem mitigasi bencana
terpadu untuk melindungi manusia dan
kegiatannya dari bencana alam.

6. Ketentuan Pasal 8 ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat


(8), sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut : Pasal 8
(1) Peningkatan ketahanan pangan dan agribisnis
berbasis kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf a dengan strategi:
a. mengembangkan dan meningkatkan kawasan
pusat pengembangan agropolitan;
b. mengembangkan kawasan perikanan; dan
c. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.

(2) Pengoptimalan kawasan wisata alam, wisata budaya


dan wisata buatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf b dengan strategi :
a. mengembangkan kawasan wisata alam;
b. mengembangkan kawasan wisata budaya;
c. mengembangkan kawasan wisata buatan;

d. mengembangkan kawasan wisata terpadu di


bagian timur;
e. mengembangkan kawasan obyek wisata dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup,
budaya dan agama; dan

f. mengembangkan dan menguatkan prasarana,


sarana dan utilitas pendukung kawasan wisata.
(3) Pengembangan potensi pertambangan yang
berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c dengan strategi:

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

21
a. mengembangkan kemitraan dalam rangka
meningkatkan produksi dan kemampuan usaha
pertambangan;

b. meningkatkan kualitas pengelolaan bahan


tambang secara efisien dan efektif yang ramah
lingkungan;
c. meningkatkan pengawasan dan pengendalian
kegiatan usaha pertambangan; dan

d. meningkatkan potensi hasil pertambangan


dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
(4) Peningkatan kualitas dan pemerataan jangkauan
pelayanan prasarana dan sarana wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf
d dengan strategi :

a. menetapkan pusat-pusat kegiatan


secara berhirarki;
b. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas,
sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi dan
hierarki pusat-pusat pelayanan;

c. mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada


pusat-pusat pelayanan yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan;
d. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada
Kawasan perdesaan sebagai penunjang kawasan
agropolitan;
e. menciptakan pemerataan pembangunan wilayah;

f. mengembangkan dan meningkatkan jaringan


energi untuk memanfaatkan energi terbarukan
dan tidak terbarukan; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

22
g. mengembangkan sistem jaringan prasarana dan
sarana antar pusat kegiatan yang memungkinkan
terjaganya akses antar pusat
kegiatan/pelayanan.

(5) Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf
e dengan strategi :

a. menetapkan kawasan di luar kawasan hutan yang


mempunyai fungsi lindung menjadi kawasan
lindung;
b. mempertahankan kawasan lindung yang telah
ada agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

c. meningkatkan kualitas kawasan hutan yang


berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu
kawasan hutan lindung dan Kawasan hutan
konservasi; dan

d. mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang


berada di dalam kawasan lindung yang tidak
sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau
dapat merusak fungsi perlindungan kawasan
lindung.
(6) Peningkatan dan pemantapan fungsi dan peran
kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf f dengan strategi:

a. mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui


peningkatan nilai ekonomi kawasan;
b. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung
perkotaan;
c. membatasi dan mencegah pemanfaatan ruang
yang berpotensi mengurangi fungsi perlindungan
kawasan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

23
d. membatasi pengembangan prasarana dan sarana
di dalam dan di sekitar kawasan yang ditetapkan
untuk fungsi lindung yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budi daya;

e. mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui


peningkatan nilai ekonomis kawasan lindung
melalui pemanfaatan untuk daya tarik wisata,
pendidikan, dan penelitian berbasis lingkungan
hidup; dan
f. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap
fungsi lingkungan hidup dan keselamatan
masyarakat.
(7) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf g dengan strategi:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan ke giatan budidaya secara
selektif didalam dan disekitar kawasan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau
kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan Negara
sebagai zona penyangga; dan
d. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan
dan keamanan.
(8) Perlindungan kawasan rawan bencana alam melalui
pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu
untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf h dengan strategi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

24
a. menentukan kawasan rawan bencana
berdasarkan norma, standar, peraturan, dan
ketentuan;

b. menentukan distribusi peruntukan ruang dalam


suatu kawasan rawan bencana dilakukan melalui
kajian terhadap tingkat kerawanan bahaya serta
tingkat risiko yang dihadapi suatu wilayah
terhadap suatu jenis bahaya;
c. menetapkan rencana pengelolaan kawasan rawan
bencana sebagai acuan yang harus digunakan
dalam pemanfaatan ruang pada kawasan rawan
bencana; dan
d. memberikan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan
dan pendidikan kepada semua stakeholder
menyangkut kebencanaan dari mulai tindakan
pencegahan, tindakan pada saat bencana terjadi,
dan tindakan setelah bencana terjadi.

7. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf b diubah, sehingga Pasal


9 berbunyi sebagai berikut : Pasal 9

(1) Rencana struktur ruang wilayah daerah terdiri atas :


a. rencana pengembangan sistem pusat pelayanan;
dan

b. rencana pengembangan sistem


jaringan prasarana.

(2) Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta


dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

25
8. Ketentuan Pasal 11 ayat (2) diubah, serta ayat (3) huruf b
dan huruf d dihapus, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 11

(1) Rencana pengembangan sistem perkotaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
meliputi :
a. rencana sistem pusat kegiatan; dan

b. rencana fungsi pusat kegiatan.


(2) Rencana sistem pusat kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. PKW berada di :

1. Perkotaan Rangkasbitung;
2. Perkotaan Maja; dan
3. Perkotaan Malingping.
b. dihapus
c. PKL berada di :
1. Perkotaan Bayah;

2. Perkotaan Cipanas; dan


3. Perkotaan Cileles.
d. dihapus
e. PPK berada di :
1. Perkotaan Wanasalam;
2. Perkotaan Cihara;

3. Perkotaan Cilograng;
4. Perkotaan Cibeber;
5. Perkotaan Cijaku;
6. Perkotaan Cigemblong;
7. Perkotaan Banjarsari;
8. Dihapus

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

26
9. Perkotaan Gunungkencana;
10. Perkotaan Bojongmanik;
11. Perkotaan Cirinten;
12. Perkotaan Muncang;
13. Perkotaan Sobang;

14. Perkotaan Leuwidamar;


15. Perkotaan Lebakgedong;
16. Perkotaan Sajira;
17. Perkotaan Cimarga;
18. Perkotaan Cikulur;
19. Perkotaan Warunggunung;

20. Perkotaan Cibadak;


21. Perkotaan Kalanganyar;
22. Perkotaan Curugbitung; dan
23. Perkotaan Panggarangan.
(3) Rencana fungsi pusat kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. PKW dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan


pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa,
pusat pendidikan, pusat kesehatan, pusat
pengembangan permukiman perkotaan, pusat
pariwisata, dan pusat pelayanan sosial ekonomi;

b. dihapus.
c. PKL dengan fungsi utama sebagai pengembangan
perdagangan, jasa, industri, pengembangan
pendidikan, pengembangan kesehatan,
pengembangan pariwisata, pengembangan
permukiman, dan pengembangan pertanian;

d. dihapus.
e. PPK dengan fungsi utama sebagai pusat
pelayanan skala antar Kecamatan,

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

27
pengembangan perdagangan dan jasa,
pengembangan pendidikan, pengembangan
kesehatan, pengembangan permukiman
pengembangan pertanian, dan pengembangan
pariwisata.
(4) Untuk operasional Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten perlu disusun rencana rinci berupa
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan
perkotaan meliputi :
a. RDTR perkotaan Rangkasbitung;
b. RDTR perkotaan Bayah;
c. RDTR perkotaan Maja; dan

d. RDTR perkotaan Malingping.

9. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf c, ayat (2) dan ayat (4)
diubah, sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 12
(1) Rencana pengembangan sistem perdesaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b
meliputi :

a. pengembangan PPL;
b. pengembangan kawasan agropolitan; dan
c. pengembangan kawasan perikanan.

(2) Pengembangan PPL sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a fungsi utama pengembangan kawasan
sebagai pusat permukiman dengan skala kegiatan
antar desa berada di :

a. Desa Muara;
b. Desa Wanasalam;
c. Desa Pondokpanjang;
d. Desa Cihara;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

28
e. Desa Pasirbungur;
f. Desa Cikatomas;
g. Desa Cijengkol;
h. Desa Cikotok;
i. Desa Warungbanten;

j. Desa Neglasari;
k. Desa Kandangsapi;
l. Desa Cipalabuh;
m. Desa Peucangpari;
n. Desa Cikaret;
o. Desa Kertaraharja;

p. Desa Leuwiipuh;
q. Desa Cikareo;
r. Desa Cipadang;
s. Desa Prabugantungan;
t. Desa Banjarsari;
u. Desa Cicaringin;

v. Desa Ciakar;
w. Desa Ciginggang;
x. Desa Keboncau;
y. Desa Cimayang;

z. Desa Parakanbeusi; aa. Desa Parakanlima;


bb. Desa Kadudamas; cc. Desa
Cikarang; dd. Desa Ciminyak; ee.
Desa Sindanglaya; ff. Desa Hariang; gg.
Desa Leuwidamar; hh. Desa
Lebakparahiyang; ii. Desa Wantisari; jj.
Desa Lebaksitu; kk. Desa Ciladaeun; ll.
Desa Banjaririgasi; mm. Desa
Pajagan; nn. Desa Parungsari; oo. Desa

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

29
Ciuyah; pp. Desa Sarageni; qq. Desa
Gununganten; rr. Desa Margajaya; ss.
Desa Muaradua; tt. Desa Cikulur; uu.
Desa Sumurbandung; vv. Desa
Sukadaya; ww. Desa Sukarendah; xx.
Desa Cibuah; yy. Desa Sukaraja; zz.
Desa Tambakbaya; aaa. Desa Bojongleles;
bbb. Desa Kaduagung Timur; ccc. Desa
Mekar Agung;

ddd. Desa Pasarkeong;


eee. Desa Pasirkupa;
fff. Desa Aweh; ggg.
Desa Sukamekarsari;
hhh. Desa Ciburui; dan
iii. Desa Cipining.
(3) Pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan fungsi utama
sebagai pusat pengembangan potensi pertanian pada
kawasan perdesaan berada di Kecamatan
Wanasalam.
(4) Pengembangan kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa perikanan
tangkap berada di Kecamatan Wanasalam, sedangkan
pengembangan potensi perikanan budidaya air tawar
tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten
Lebak.

10. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 13

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

30
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b,
meliputi :

a. sistem jaringan transportasi;

b. sistem jaringan energi;


c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.

11. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 14
Rencana sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, meliputi :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

12. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga Pasal 15 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 15
Rencana sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, meliputi :

a. sistem jaringan jalan;


b. sistem jaringan kereta api; dan

13. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga Pasal 16 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 16
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf a meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

31
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi;
c. jaringan jalan kabupaten;
d. jaringan jalan desa;
e. terminal penumpang; dan

f. terminal barang.
(2) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi :

a. Jalan nasional bukan tol, meliputi :


1. rencana ruas jalan Pamulang - Maja;
2. ruas jalan Batas Pandeglang - Batas
Rangkasbitung;

3. ruas jalan By Pass (Soekarno Hatta)


Rangkasbitung;
4. ruas jalan Batas Kota Rangkasbitung -
Cigelung (Batas Prov. Jabar);
5. ruas jalan Raya Cipanas (Rangkasbitung);
6. ruas jalan Muara Binuangeun – Simpang;
7. ruas jalan Simpang – Bayah;
8. ruas jalan Bayah – Cibareno – Batas Prov.
Jabar;
9. ruas jalan Cikande – Rangkasbitung; dan

10. ruas jalan Otto Iskandardinata


(Rangkasbitung).
b. Jalan Tol, berada di ruas jalan Tol Serang –
Panimbang.
(3) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. ruas jalan Ciruas – Petir – Warunggunung;
b. ruas jalan Citeras – Tigaraksa;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

32
c. ruas jalan Maja – Koleang;
d. ruas jalan Picung – Simpang Malingping (Saketi –
Malingping – Simpang);
e. ruas jalan Bayah – Cikotok;
f. ruas jalan Cikotok – Batas Jabar;

g. ruas jalan Ahmad Yani (Rangkasbitung);


h. ruas jalan Sunan Kalijaga (Rangkasbitung);
i. ruas jalan Gunung Madur – Pulo Manuk; dan
j. ruas jalan Cipanas – Warungbanten.
(4) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c merupakan jalan lokal yang
menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari :

a. jalan eksisting yang tercantum dalam Lampiran II


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini; dan
b. rencana jaringan jalan baru yang akan dikaji lebih
lanjut dalam rencana yang lebih rinci.
(5) Jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan jalan lokal dan lingkungan yang
menjadi kewenangan desa tersebar di seluruh
kecamatan.

(6) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf e, meliputi :

a. Peningkatan status terminal penumpang tipe B


menjadi A di Terminal Kaduagung di Kecamatan
Cibadak;
b. Peningkatan status terminal penumpang tipe C
menjadi B, meliputi :
1. Terminal Malingping di Kecamatan
Malingping;
2. Terminal Bayah di Kecamatan Bayah; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

33
3. Terminal Cipanas di Kecamatan Cipanas.
c. Peningkatan kapasitas terminal tipe C, meliputi :

1. Terminal Kalijaga di Kecamatan


Rangkasbitung;
2. Terminal Curug di Kecamatan Rangkasbitung;
dan

3. Terminal Aweh di Kecamatan Kalanganyar.


d. Pengembangan status sub terminal penumpang
menjadi terminal tipe C, meliputi :

1. Terminal Leuwidamar di
Kecamatan
Leuwidamar;
2. Terminal Cikotok di Kecamatan Cibeber;

3. Terminal Binuangeun di
Kecamatan Wanasalam;

4. Terminal Maja di Kecamatan Maja; dan


5. Terminal Panggarangan di
Kecamatan Panggarangan.

(7) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf f, merupakan ruang prasarana untuk bongkar
muat barang dari angkutan barang yang berukuran
besar, diarahkan berada di Kecamatan Maja,
Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan
Warunggunung.

14. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 (satu) Pasal,


yakni Pasal 16A, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16A
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf b meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

34
a. pengembangan jaringan prasarana kereta api
regional yang menghubungkan pada kawasan
wisata di wilayah selatan berupa melakukan
pembangunan kembali jaringan prasarana kereta
api yang tidak dioperasikan pada lintas Bayah –
Malingping - Saketi dan lintas Rangkasbitung -
Saketi - Labuan;
b. peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan
prasarana kereta api yang padat melayani
transportasi perkotaan pada lintas
Rangkasbitung - Maja - Serpong - Tanah Abang;
c. peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
Stasiun Rangkasbitung, Stasiun Citeras, dan
Stasiun Maja;
d. pengembangan stasiun baru; dan

e. peningkatan aksesibilitas jaringan prasarana dan


jaringan pelayanan yang melayani kawasan
perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang
– Pandeglang – Rangkasbitung.

(2) Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan


prasarana kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :

a. pembangunan jalan kereta api jalur ganda; dan


b. pembangunan jaringan Kereta Rel Listrik.

15. Ketentuan Pasal 17 dihapus.


16. Ketentuan Pasal 18 dihapus.
17. Ketentuan Pasal 19 dihapus.
18. Ketentuan Pasal 20 dihapus.

19. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi


sebagai berikut :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

35
Pasal 21
Rencana sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi :

a. peningkatan pangkalan pendaratan ikan (PPI)


menjadi pelabuhan perikanan nusantara (PPN),
berada di Kecamatan Wanasalam;

b. pengembangan pelabuhan khusus


Kecamatan
Bayah;
c. pembangunan pelabuhan pengumpan di
Kecamatan Cihara,
d. Kecamatan Bayah dan Kecamatan Wanasalam; dan

e. peningkatan status menjadi pangkalan pendaratan


ikan (PPI) di Kecamatan Wanasalam, Kecamatan
Cihara, Kecamatan Bayah dan Kecamatan Cilograng.

20. Diantara Pasal 21 dan Pasal 22 disisipkan 1 (satu) Pasal,


yakni Pasal 21A, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 21A
Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, meliputi :

a. rencana pembangunan pelabuhan udara di


Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan
Panggarangan atau Kecamatan Cihara; dan
b. rencana pelabuhan udara di Kabupaten Lebak
tercantum dalam Lampiran I Peta Rencana Struktur
Ruang yang merupakan bagaian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

21. Ketentuan Pasal 22 dihapus.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

36
22. Ketentuan Pasal 23 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah,
serta ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 23 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 23
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf
b, meliputi:
a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan
sarana pendukungnya; dan

b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan


sarana pendukungnya.

(2) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana


pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berupa pengembangan jaringan energi
alternatif baru yang belum dimanfaatkan secara
optimal, meliputi :
a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) di Gunung Endut yang terletak di
Kecamatan Sobang. Gunung Endut memiliki
ketinggian 1.297 mdpl merupakan bagian dari
Taman Nasional Gunung Halimun Salak. potensi
cadangan energi terduga panas bumi di Gunung
Endut sebesar 180 mW dengan rencana
pengembangan sebesar 40 mW.
b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) meliputi rencana pengembangan di Waduk
Karian, Kecamatan Gunungkencana, Kecamatan
Lebakgedong, Kecamatan Cibeber,
Kecamatan Bayah dan Kecamatan
Panggarangan.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

37
c. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
(3) Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi :

a. peningkatan pasokan listrik bersumber dari


Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) 2018 – 2027, secara bertahap hingga
menjangkau seluruh Kabupaten Lebak.
b. pengembangan gardu induk, meliputi :
1. Gardu Induk Rangkasbitung berada di
Kecamatan Rangkasbitung;
2. Gardu Induk Rangkasbitung Baru berada di
Kecamatan Rangkasbitung;
3. Gardu Induk Cijaku berada di Kecamatan
Cijaku; dan
4. Gardu Induk Bayah berada di Kecamatan
Bayah.

c. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik


pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
terdiri atas:

1. rencana jaringan listrik berupa Saluran Udara


Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan
kapasitas sebesar 500 (lima ratus) kilovolt
meliputi Kecamatan Rangkasbitung dan
Kecamatan Maja.

2. jaringan berupa Saluran Udara Tegangan


Tinggi (SUTT) dengan kapasitas sebesar 150
(seratus lima puluh) kilovolt melintasi
Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Bayah,
Kecamatan Cilograng, Kecamatan Cikulur,

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

38
Kecamatan Cibadak, Kecamatan Cihara,
Kecamatan Cijaku, Kecamatan Cimarga,
Kecamatan Curugbitung, Kecamatan Sajira,
Kecamatan Maja, Kecamatan Panggarangan,
Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan
Kalanganyar dan, Kecamatan Warunggunung.

3. Jaringan listrik berupa Saluran Udara


Tegangan Rendah (SUTR) dengan kapasitas
dibawah 66 (enam puluh enam) kilovolt
meliputi seluruh Kecamatan.

4. Dihapus.

23. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga Pasal 24 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 24
(1) Pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf c
meliputi :

a. jaringan tetap; dan


b. jaringan bergerak.
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa :

a. pengembangan jaringan telepon kabel, berada di


seluruh kecamatan di Kabupaten; dan
b. peningkatan jaringan serat optik eksisting dan
pengembangan di seluruh kecamatan di
Kabupaten.
(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b berupa pengembangan sistem seluler Base
Transceiver Station (BTS) bersama berada di seluruh
kecamatan di Kabupaten.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

39
24. Ketentuan Pasal 25 ayat (1) dan ayat (4) diubah sehingga
berbunyi :
Pasal 25
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya
air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d
meliputi :

a. sistem Wilayah Sungai (WS);


b. sistem situ, waduk, dan embung;
c. sistem jaringan irigasi;
d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum;

e. sistem jaringan air bersih ke


kelompok pengguna; dan
f. sistem pengendalian banjir.
(2) Sistem wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a berupa pengelolaan WS meliputi :
a. WS lintas Provinsi berada di WS Cidanau -
Ciujung - Cidurian; dan
b. WS lintas Kabupaten berada di WS Ciliman -
Cibungur dan WS Cibaliung - Cisawarna.
(3) Sistem situ, waduk, dan embung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. Situ meliputi :
1. Situ Cijoro berada di
Kecamatan
Rangkasbitung;
2. Situ Ranca Indah berada di Kecamatan
Rangkabitung;
3. Situ Cikuda berada di
Kecamatan
Rangkabitung;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

40
4. Situ Cilembun berada di
Kecamatan Warunggunung;

5. Situ Palayangan berada di


Kecamatan Cimarga;

6. Situ Cimadang berada di


Kecamatan
Banjarsari;
7. Situ Gede Citeupuseun berada di Kecamatan
Banjarsari;

8. Situ Cibojan berada di Kecamatan Sajira;


9. Situ Citinggar berada di Kecamatan Sajira;
10. Situ Kompeni berada di Kecamatan Sajira
11. Situ Cibangreng berada di
Kecamatan
Cikulur;

12. Situ Ciboleger berada di


Kecamatan Leuwidamar;
13. Situ Cikamunding berada di Kecamatan
Bayah;
14. Situ Cimaesta berada di Kecamatan Bayah;
15. Situ Sinargalih berada di Kecamatan Bayah;
16. Situ Gunung Botol berada di Kecamatan
Panggarangan;

17. Situ Lebak Larang berada di Kecamatan


Cibeber;

18. Situ Hegarmanah berada di Kecamatan


Cibeber; dan
19. Situ Sinargalih berada di Kecamatan Cibeber;

b. Waduk meliputi :
1. Waduk Cimalur berada di
Kecamatan
Banjarsari;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

41
2. Waduk Cicinta berada di Kecamatan Maja;
dan

3. Waduk Cikoncang berada di Kecamatan


Wanasalam.

c. Embung meliputi :

1. Embung Sukamanah berada di Kecamatan


Rangkasbitung;
2. Embung Ciawi berada di
Kecamatan
Rangkasbitung;
3. Embung Kalimati berada di Kecamatan
Rangkasbitung;
4. Embung Curugbanteng berada di Kecamatan
Rangkasbitung;

5. Embung Alingan berada di Kecamatan


Kalanganyar;

6. Embung Cijantra berada di Kecamatan


Kalanganyar;
7. Embung Sangiang berada di Kecamatan
Kalanganyar;
8. Embung Cilandak berada di Kecamatan
Kalanganyar;

9. Embung Curug berada di


Kecamatan Kalanganyar;

10. Embung Jayamanik berada di Kecamatan


Cimarga;
11. Embung Cikorab berada di Kecamatan
Cimarga;
12. Embung Cicae berada di Kecamatan Cimarga;
13. Embung Tamanjaya berada di Kecamatan
Cikulur;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

42
14. Embung Julad berada di Kecamatan Cikulur;
15. Embung Ciweulung berada di Kecamatan
Cikulur;

16. Embung Cisadang berada di Kecamatan


Cileles;
17. Embung Cingoeng berada di Kecamatan
Cileles;
18. Embung Talaga di Kecamatan Cileles;

19. Embung Parungkujang di Kecamatan Cileles;


20. Embung Cibeunteur di Kecamatan Cirinten;
21. Embung Cireundeu berada di Kecamatan
Gunungkencana;

22. Embung Ciharumiang berada


di
KecamatanGunungkencana;
23. Embung Cipeudeuy berada di Kecamatan
Cijaku;
24. Embung Ciwangun berada di Kecamatan
Cijaku;

25. Embung Cikiray berada di


Kecamatan Leuwidamar;
26. Embung Cidaming berada di Kecamatan
Leuwidamar;

27. Embung Ciolot berada di


Kecamatan Leuwidamar;
28. Embung Ciherang berada di Kecamatan
Leuwidamar;

29. Embung Cirangkok berada di Kecamatan


Maja;

30. Embung Cikeuteureuk berada di Kecamatan


Maja;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

43
31. Embung Cibojan berada di Kecamatan Sajira;
32. Embung Cikukulu berada di Kecamatan
Sajira;
33. Embung Pasirleles berada di Kecamatan
Sajira;

34. Embung Cikere berada di


Kecamatan Muncang;

35. Embung Babakanwaluya berada di


Kecamatan Muncang;

36. Embung Cikareo berada di Kecamatan


Muncang;
37. Embung Cirunga berada di Kecamatan
Muncang;

38. Embung Curugdala berada di Kecamatan


Muncang;

39. Embung Kadubugang berada di Kecamatan


Muncang;

40. Embung Cisarodok berada di Kecamatan


Bojongmanik;

41. Embung Cibarani berada di Kecamatan


Lebakgedong;

42. Embung Cibandung berada di Kecamatan


Lebakgedong;

43. Embung Palwa berada di


Kecamatan
Cipanas;
44. Embung Pasiripis berada di Kecamatan
Sobang;
45. Embung Cikarambuay berada di Kecamatan
Sobang;
46. Embung Cilejet berada di Kecamatan Sobang;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

44
47. Embung Tampalaligar berada di Kecamatan
Sobang;

48. Embung Rancakiarjati berada di Kecamatan


Sobang;
49. Embung Cigaleutik berada di Kecamatan
Sobang;

50. Embung Cinagka berada di Kecamatan


Sobang;

51. Embung Cikeuyeup putih berada di


Kecamatan Sobang;

52. Embung Cibuniayu berada di Kecamatan


Malingping;

53. Embung Leuwikukuk berada di Kecamatan


Malingping;

54. Embung Ciparay berada di Kecamatan


Malingping;
55. Embung Badong berada di Kecamatan
Wanasalam;
56. Embung Cisarap berada di Kecamatan
Wanasalam;
57. Embung Cinaranas berada di Kecamatan
Cihara;

58. Embung Citeureup berada di Kecamatan


Cihara;
59. Embung Palanggaran berada di Kecamatan
Panggarangan;

60. Embung Cidikit berada di Kecamatan Bayah;

61. Embung Ciodeng berada di Kecamatan Bayah;

62. Embung Hegarmanah berada di Kecamatan


Cibeber;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

45
63. Embung Cisaray Hilir berada di Kecamatan
Cibeber;
64. Embung Cisaray Girang berada di Kecamatan
Cibeber;
65. Embung Ciusul berada di
Kecamatan
Cibeber; dan
66. Embung Cikuya berada di
Kecamatan
Cibeber.
(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi :

a. daerah irigasi dalam Kabupaten meliputi :


1. daerah irigasi yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab pemerintah provinsi sebanyak
12 (dua belas) daerah irigasi dengan luas
14.669 (empat belas ribu enam ratus enam
puluh sembilan) hektar; dan

2. daerah irigasi yang menjadi wewenang dan


tanggung jawab pemerintah kabupaten
sebanyak 463 (empat ratus enam puluh tiga)
daerah irigasi dengan luas 49.264 ha (empat
puluh sembilan ribu dua ratus enam puluh
empat) hektar.

b. daerah irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf


a tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

(5) Sistem pengelolaan air baku untuk air minum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
pemanfaatan sumber-sumber air baku permukaan
dan air tanah di seluruh kecamatan meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

46
a. pemanfaatan air sungai, waduk, embung dan situ
secara profesional;

b. pelestarian mata air; dan


c. pemanfaatan air tanah secara terkendali.

(6) Sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi:

a. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air


minum perpipaan; dan
b. peningkatan pelayanan air minum berbasis
masyarakat.

(7) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum


perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf
a berupa peningkatan kapasitas sambungan
langganan di seluruh Kecamatan.
(8) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum
berbasis masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf b berupa peningkatan pelayanan dan
pengelolaan air minum berbasis masyarakat di
seluruh Kecamatan.

(9) Pengembangan sistem pengendalian banjir


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:

a. normalisasi sungai;
b. pembangunan sumur resapan pada kawasan
permukiman;

c. pengelolaan daerah tangkapan air;


d. pembangunan dan rehabilitasi embung;
e. reboisasi kawasan resapan air, dan

f. pengendalian kawasan lindung


sempadan sungai.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

47
25. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 26
(1) Rencana pengembangan sistem prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e
meliputi :

a. sistem penyediaan air minum (SPAM);


b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
c. sistem jaringan persampahan wilayah;
d. sistem jaringan evakuasi bencana; dan
e. sistem jaringan drainase.
(2) Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. penyediaan sistem air minum perpipaan dan non
perpipaan untuk memenuhi kebutuhan air
minum;
b. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia
usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem air minum;

c. penguatan kelembagaan dan peningkatan


kapasitas bagi aparat pengelola air minum;

d. pembangunan instalasi pengolah air minum.


(3) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. pengelolaan air limbah rumah tangga, meliputi :


b. penanganan limbah secara on site dengan
pembangunan jamban keluarga, jamban komunal
dan mandi cuci kakus umum;

c. penanganan limbah secara off site dengan sistem


perpipaan dengan membangun Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) Komunal;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

48
d. penanganan limbah padat dengan incinerator dan
limbah tinja dengan Instalasi Pengolah
Lumpur Tinja (IPLT); dan

e. menyediakan sarana pengangkutan limbah ke


lokasi pengolahan limbah.

f. pengelolaan air limbah industri, berupa


pengembangan instalasi pemrosesan limbah di
setiap lokasi industri.

(4) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan


prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan
kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle)
meliputi :

1. rencana pengembangan Tempat Pemrosesan


Akhir (TPA);
2. rencana pembangunan TPA; dan
3. rencana pengembangan Tempat Penampungan
Sementara (TPS).
b. rencana pengembangan TPA sampah berupa :
1. Pengembangan TPA menjadi TPST Regional di
Kecamatan Maja; dan
2. Optimalisasi TPA di Kecamatan Cihara.

c. rencana pembangunan Tempat


Pemrosesan
Akhir (TPA) berada di :

1. Kecamatan Cipanas; dan


2. Kecamatan Leuwidamar.
d. pengembangan tempat penampungan sementara
(TPS) tersebar di seluruh Kecamatan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

49
e. mengembangkan pemilahan awal sampah pada
masing-masing PPL; dan

f. penguatan kelembagaan dan peningkatan


kapasitas bagi aparat pengelola persampahan.

(5) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. pengembangan jalur evakuasi bencana longsor,


berada di :

1. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Bojongmanik;

2. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cibeber;

3. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cigemblong;

4. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Curugbitung;
5. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Lebakgedong;
6. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Leuwidamar;
7. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Panggarangan;

8. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Sobang;
9. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Bayah;

10. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cilograng;

11. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cirinten;
12. jalur dan ruang evakuasi bencana di

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

50
Kecamatan Muncang;
13. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Cipanas; dan

14. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Sajira.

b. pengembangan jalur evakuasi bencana tsunami,


berada di :

1. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Wanassalam;
2. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Malingping;

3. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cilograng;
4. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Bayah;
5. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Cihara; dan

6. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Panggarangan.

c. pengembangan jalur evakuasi bencana banjir,


berada di :
1. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Rangkasbitung;
2. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Warunggunung;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Maja;

4. jalur dan ruang evakuasi bencana di


Kecamatan Cikulur; dan
5. jalur dan ruang evakuasi bencana di
Kecamatan Wanasalam dan Kecamatan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

51
Bayah, bisa memanfaatkan jalur dan ruang
evakuasi bencana tsunami.

(6) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf e, meliputi :

a. peningkatan pelayanan dan


penanganan drainase;
b. pengembangan sistem drainase yang
terintegrasi dengan sistem satuan
wilayah sungai;

c. pengembangan saluran drainase pada


kawasan terbangun; dan

d. peningkatan kapasitas kelembagaan


maupun pengelola drainase.

26. Ketentuan Pasal 27 dihapus.


27. Ketentuan Pasal 28 dihapus.
28. Ketentuan Pasal 29 dihapus.
29. Ketentuan Pasal 31 huruf a dihapus, dan huruf d diubah,
serta ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf g, sehingga
Pasal 31 berbunyi sebagai berikut : Pasal 31
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf a, meliputi :

a. dihapus.

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap


kawasan dibawahnya;

c. kawasan perlindungan setempat;


d. kawasan konservasi, cagar budaya dan hutan adat;
e. kawasan rawan bencana alam;
f. kawasan lindung geologi; dan

g. kawasan sumber daya air.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

52
30. Ketentuan Pasal 32 dihapus.
31. Ketentuan Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta
ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3), sehingga Pasal
33 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 33
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan dibawahnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 huruf b terdiri dari :
a. kawasan hutan lindung; dan
b. kawasan resapan air.
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 3.437,22
(tiga ribu empat ratus tiga puluh tujuh koma dua
puluh dua) hektar berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;

b. Kecamatan Cibeber;
c. Kecamatan Cijaku;
d. Kecamatan Cilograng;
e. Kecamatan Gunungkencana;
f. Kecamatan Malingping;
g. Kecamatan Muncang;

h. Kecamatan Sobang; dan


i. Kecamatan Wanasalam.
(3) Kawasan resapan air sebagaimana pada ayat (1) huruf
b dengan luas kurang lebih 9.232,99 (sembilan ribu
dua ratus tiga puluh dua koma sembilan puluh
sembilan) hektar berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;
b. Kecamatan Bayah;
c. Kecamatan Cibeber;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

53
d. Kecamatan Cigemblong;
e. Kecamatan Cijaku;
f. Kecamatan Cilograng;
g. Kecamatan Cipanas;
h. Kecamatan Gunungkencana;

i. Kecamatan Lebakgedong;
j. Kecamatan Leuwidamar;
k. Kecamatan Malingping;
l. Kecamatan Muncang;
m. Kecamatan Sajira;
n. Kecamatan Sobang; dan

o. Kecamatan Wanasalam.

32. Ketentuan Pasal 34 ayat (1) huruf d dan ayat (5) dihapus,
serta ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (6) diubah,
sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut : Pasal 34
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 31 huruf c, meliputi :

a. kawasan sempadan sungai;


b. kawasan sempadan pantai;
c. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
d. dihapus.

e. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.


(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih
6.546,22 (enam ribu lima ratus empat puluh enam
koma dua puluh dua) hektar berada diseluruh
kecamatan di wilayah Kabupaten Lebak kecuali
Kecamatan Warunggunung.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

54
(3) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 785,82
(tujuh ratus delapan puluh lima koma delapan puluh
dua) hektar berada di :

a. kawasan sekitar pantai di Kecamatan Bayah;


b. kawasan sekitar pantai di Kecamatan Cihara;
c. kawasan sekitar pantai di Kecamatan Cilograng;
d. kawasan sekitar pantai di
Kecamatan
Malingping;

e. kawasan sekitar pantai di


Kecamatan
Panggarangan; dan

f. kawasan sekitar pantai di


Kecamatan Wanasalam.

(4) Kawasan sempadan danau atau waduk sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas kurang
lebih 285,54 (dua ratus delapan puluh lima koma lima
puluh empat) hektar berada di :

a. Kecamatan Cimarga;
b. Kecamatan Maja;
c. Kecamatan Rangkasbitung; dan
d. Kecamatan Sajira.

(5) Dihapus.
(6) Kawasan RTH Perkotaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e diatur lebih lanjut dalam
Rencana Tata Ruang yang lebih rinci.

33. Ketentuan Pasal 35 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah,
serta ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (4), sehingga
Pasal 35 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 35

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

55
(1) Kawasan konservasi, cagar budaya dan hutan adat
sebagaimana dimaksud pasal 31 huruf d meliputi :

a. kawasan pelestarian alam;


b. cagar budaya; dan

c. hutan adat
(2) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih
31.410,80 (tiga puluh satu ribu empat ratus sepuluh
koma delapan puluh) hektar berupa Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak berada di:

a. Kecamatan Cibeber;
b. Kecamatan Cigemblong;
c. Kecamatan Cipanas;

d. Kecamatan Lebakgedong;
e. Kecamatan Leuwidamar;
f. Kecamatan Muncang;
g. Kecamatan Panggarangan;
h. Kecamatan Sajira; dan
i. Kecamatan Sobang.
(3) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 5.136,58
(lima ribu seratus tiga puluh enam koma lima puluh
delapan) hektar merupakan kawasan hak ulayat
masyarakat Baduy berupa kawasan baduy 4.966,52
(empat ribu sembilan ratus enam puluh enam koma
lima puluh dua) hektar, danau 1,11 (satu koma
sebelas) hektar, sungai 29,81 (dua puluh sembilan
koma delapan puluh satu) hektar, sempadan sungai
116,81 (seratus enam belas koma delapan puluh satu)
hektar dan Kawasan Taman Nasional Gn. Halimun

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

56
Salak 22,33 (dua puluh dua koma tiga puluh tiga)
hektar berada di :

a. Kecamatan Bojongmanik;
b. Kecamatan Cigemblong;
c. Kecamatan Cirinten;
d. Kecamatan Leuwidamar;
e. Kecamatan Muncang; dan

f. Kecamatan Sobang.
(4) Kawasan hutan adat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih 1.348
(seribu tiga ratus empat puluh delapan) hektar berupa
Hutan Adat berada di :

a. Hutan Adat Kasepuhan Karang berada di


Kecamatan Muncang;
b. Hutan Adat Kasepuhan Cirompang berada di
Kecamatan Sobang; dan
c. Hutan Adat Kasepuhan Pasir Eurih berada di
Kecamatan Sobang.

34. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga Pasal 36 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 36
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 huruf e meliputi :

a. kawasan rawan tanah longsor;

b. kawasan rawan banjir;


c. kawasan rawan gempa bumi
d. kawasan rawan likuefaksi; dan
e. kawasan rawan tsunami.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

57
lebih 62.261,60 (enam puluh dua ribu dua ratus
enam puluh satu koma enam puluh) hektar terbagi
menjadi dua kelas meliputi :

a. kelas tinggi dengan luas 16.173,63 (enam belas


ribu seratus tujuh puluh tiga koma enam puluh
tiga) berada di;
1. Kecamatan Cibeber;
2. Kecamatan Cilograng;
3. Kecamatan Cipanas;
4. Kecamatan Lebakgedong;;

5. Kecamatan Muncang; Dan


6. Kecamatan Sobang.
b. kelas sedang dengan luas 46.087,97 (empat puluh
enam ribu delapan puluh tujuh koma sembilan
puluh tujuh) berada di;

1. Kecamatan Bayah;
2. Kecamatan Cibeber;;
3. Kecamatan Cigemblong;
4. Kecamatan Cijaku;
5. Kecamatan Cilograng;;

6. Kecamatan Cipanas;
7. Kecamatan Cirinten;
8. Kecamatan Lebakgedong;
9. Kecamatan Leuwidamar;;
10. Kecamatan Muncang;
11. Kecamatan Panggarangan;

12. Kecamatan Sajira; dan


13. Kecamatan Sobang.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 130.059,87

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

58
(seratus tiga puluh ribu lima puluh Sembilan koma
delapan puluh tujuh) hektar terbagi menjadi dua
kelas meliputi :

a. kelas tinggi dengan luas 60.935,55 (enam puluh


ribu Sembilan ratus tiga puluh lima koma lima
puluh lima) berada di;

1. Kecamatan Banjarsari;
2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Cihara;
4. Kecamatan Cijaku;
5. Kecamatan Cileles;
6. Kecamatan Cilograng;

7. Kecamatan Curugbitung;
8. Kecamatan Gunungkencana;
9. Kecamatan Maja;
10. Kecamatan Malingping;
11. Kecamatan Panggarangan;
12. Kecamatan Rangkasbitung;

13. Kecamatan Sajira; dan


14. Kecamatan Wanasalam.
b. kelas sedang dengan luas 69.124,32 (enam puluh
Sembilan ribu seratus dua puluh empat koma tiga
puluh dua) berada di;

1. Kecamatan Banjarsari;
2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Bojongmanik;
4. Kecamatan Cibadak;
5. Kecamatan Cigemblong;

6. Kecamatan Cihara;
7. Kecamatan Cijaku;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

59
8. Kecamatan Cikulur;
9. Kecamatan Cileles;
10. Kecamatan Cilograng;
11. Kecamatan Cimarga;
12. Kecamatan Kalanganyar;

13. Kecamatan Lebakgedong;


14. Kecamatan Cipanas;
15. Kecamatan Cirinten;;
16. Kecamatan Curugbitung;
17. Kecamatan Gunungkencana;
18. Kecamatan Leuwidamar;

19. Kecamatan Maja;


20. Kecamatan Malingping;
21. Kecamatan Rangkasbitung;
22. Kecamatan Sajira; dan
23. Kecamatan Warunggunung.
(4) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih
331.150,35 (tiga ratus tiga puluh satu ribu seratus
lima puluh koma tiga puluh lima) hektar terbagi
menjadi tiga kelas meliputi :

a. Kelas tinggi dengan luas 103.332,04 (seratus tiga


ribu tiga ratus tiga puluh dua koma nol empat)
berada di;

1. Kecamatan Banjarsari;

2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Bojongmanik;
4. Kecamatan Cibadak;
5. Kecamatan Cibeber;
6. Kecamatan Cigemblong;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

60
7. Kecamatan Cihara;
8. Kecamatan Cijaku;
9. Kecamatan Cilograng;
10. Kecamatan Cimarga;
11. Kecamatan Kalanganyar;

12. Kecamatan Cirinten;


13. Kecamatan Curugbitung;
14. Kecamatan Lebakgedong;
15. Kecamatan Leuwidamar;
16. Kecamatan Maja;
17. Kecamatan Malingping;

18. Kecamatan Muncang;


19. Kecamatan Panggarangan;
20. Kecamatan Rangkasbitung;
21. Kecamatan Sajira;
22. Kecamatan Sobang; 23. Kecamatan

Wanasalam; dan
24. Kecamatan Warunggunung.
b. kelas sedang dengan luas 120.682,70 (seratus
dua puluh ribu enam ratus delapan puluh dua
koma tujuh puluh) berada di seluruh kecamatan;

c. kelas rendah dengan luas 107.135,70 (seratus


tujuh ribu seratus tiga puluh lima koma tujuh
puluh) berada di seluruh kecamatan;

(5) Kawasan rawan likuefaksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf d dengan luas kurang lebih
16.575,54 (enam belas ribu lima ratus tujuh puluh
lima koma lima puluh empat) hektar terbagi menjadi
dua kelas meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

61
a. kelas tinggi dengan luas 534,81 (lima ratus tiga
puluh empat koma delapan puluh satu) berada
di;

1. Kecamatan Cihara;
2. Kecamatan Malingping;
3. Kecamatan Panggarangan; dan
4. Kecamatan Wanasalam.

b. kelas sedang dengan luas 16.040,73 (enam belas


ribu empat puluh koma tujuh puluh tiga) berada
di;
1. Kecamatan Banjarsari;
2. Kecamatan Cibadak;
3. Kecamatan Cihara;
4. Kecamatan Kalanganyar;
5. Kecamatan Curugbitung;
6. Kecamatan Maja;

7. Kecamatan Malingping;
8. Kecamatan Panggarangan;
9. Kecamatan Rangkasbitung;
10. Kecamatan Sajira; dan
11. Kecamatan Wanasalam.
(6) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e dengan luas kurang lebih
12.180,28 (dua belas ribu seratus delapan puluh
koma dua puluh delapan) hektar berada di :

a. Kecamatan Bayah;

b. Kecamatan Cihara;
c. Kecamatan Cilograng;
d. Kecamatan Malingping;
e. Kecamatan Panggarangan; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

62
f. Kecamatan Wanasalam.

35. Ketentuan Pasal 37 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah,
sehingga Pasal 37 berbunyi sebagai berikut : Pasal 37
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf f meliputi :

a. kawasan cagar alam geologi; dan


b. sebaran geosite.
(2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih
1.889,22 (seribu delapan ratus delapan puluh
sembilan koma dua puluh dua) hektar berada di :

a. Kecamatan Bayah; dan


b. Kecamatan Cilograng.
(3) Sebaran geosite sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berada di :
a. Curug Cikawah di Kecamatan Sobang;
b. Curug Rame di Kecamatan Cijaku;

c. Curug Cipicung di Kecamatan Sobang;


d. Curug Dengdeng di Kecamatan Malingping;
e. Batu Bedil di Kecamatan Bayah;
f. Air Panas Citando di Kecamatan Malingping;
g. Curug Munding di Kecamatan Gunungkencana;
h. Pantai Karangmeja di Kecamatan Cihara;

i. Curug Cisuren di Kecamatan Cibeber;


j. Zeolit Bantar Gadung di Kecamatan Bayah;
k. Fosil Kayu Sempur di Kecamatan Sajira;
l. Cadas Kudatuan di Kecamatan Sajira;
m. Gua Sanghiang di Kecamatan Sobang;
n. Gua Wayang di Kecamatan Cilograng;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

63
o. Gunung Luhur di Kecamatan Cibeber;
p. Gua Lalay di Kecamatan Bayah;
q. Kompleks Gua Langir di Kecamatan Bayah;
r. Karangbokor di Kecamatan Bayah;
s. Curug Ciporolak di Kecamatan Cibeber;

t. Pantai Seupang di Kecamatan Bayah;


u. Gua Lauk di Kecamatan Cilograng;
v. Edndapan Turbidit Karang Taraje Sawarna di
Kecamatan Bayah;
w. Tanjung Layar di Kecamatan Bayah;
x. Intrusi Gunung Buleud di
Kecamatan
Panggarangan;
y. Batuan Metamorf Cihara di Kecamatan Cihara;

z. Edndapan Turbidit Karang Taraje Sawarna di


Kecmatan Cibeber; aa. Granodiorit Cihara di
Kecamatan Cihara; bb. Lignit Karangkamulyan di
Kecamatan Cihara; cc. Bukit Sodong di Kecamatan

Cihara; dd. Endapan Delta Karang Taraje di


Kecamatan
Bayah; ee. Karang Songsong di Kecamatan
Cihara; dan ff. Kompleks Mineralisasi Cirotan di
Kecamatan Cibeber.

36. Diantara Pasal 37 dan Pasal 38 disisipkan 1 (satu) Pasal,


yakni Pasal 37A, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 37A
(1) Kawasan sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf g berupa :

a. genangan DAM Karian;


b. badan bendungan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

64
c. danau/situ; dan
d. badan sungai.
(2) Genangan DAM Karian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 2.040,35
(dua ribu empat puluh koma tiga puluh lima) hektar,
berada di :

a. Kecamatan Cimarga;
b. Kecamatan Maja;
c. Kecamatan Rangkasbitung; dan

d. Kecamatan Sajira.
(3) Badan bendungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dengan luas kurang lebih 5,46 (lima koma
empat puluh enam) hektar berada di Kecamatan
Cimarga.

(4) Danau/situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf c dengan luas kurang lebih 8,34 (delapan koma
tiga puluh empat) hektar, berada di :

a. Kecamatan Cibeber

b. Kecamatan Cilograng;
c. Kecamatan Leuwidamar; dan
d. Kecamatan Maja.
(5) Badan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dengan luas kurang lebih 1.933,58 (seribu
sembilan ratus tiga puluh tiga koma lima puluh
delapan) hektar, berada di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Lebak kecuali Kecamatan
Warunggunung.

37. Ketentuan Pasal 38 huruf d diubah, dan huruf h


dihapus, serta ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf I,
sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

65
Pasal 38
Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada
Pasal 30 ayat (1) huruf b, meliputi :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;


b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan dan energi;
e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;


g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. dihapus

i. kawasan pertahanan dan keamanan.

38. Ketentuan Pasal 39 ayat (2) dan ayat (3) diubah,


sehingga Pasal 39 berbunyi sebagai berikut : Pasal 39
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf a meliputi :

a. kawasan hutan produksi terbatas; dan


b. kawasan hutan produksi tetap.
(2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan
luas kurang lebih 27.511,10 (dua puluh tujuh ribu
lima ratus sebelas koma sepuluh) hektar berada di :

a. Kecamatan Bayah;
b. Kecamatan Bojongmanik;
c. Kecamatan Cibeber;

d. Kecamatan Cigemblong;
e. Kecamatan Cihara;
f. Kecamatan Cijaku;
g. Kecamatan Cikulur;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

66
h. Kecamatan Cileles;
i. Kecamatan Cilograng;
j. Kecamatan Cimarga;
k. Kecamatan Cipanas;
l. Kecamatan Cirinten;

m. Kecamatan Gunungkencana;
n. Kecamatan Lebakgedong
o. Kecamatan Leuwidamar;
p. Kecamatan Malingping;
q. Kecamatan Muncang;
r. Kecamatan Panggarangan;

s. Kecamatan Sajira; dan


t. Kecamatan Sobang.
(3) Hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 17.706,38
(tujuh belas ribu tujuh ratus enam koma tiga puluh
delapan) hektar berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;
b. Kecamatan Cibeber;
c. Kecamatan Cigemblong;
d. Kecamatan Cijaku;

e. Kecamatan Cipanas;
f. Kecamatan Ciriten;
g. Kecamatan Curugbitung;
h. Kecamatan Gunungkencana;
i. Kecamatan Lebakgedong;
j. Kecamatan Leuwidamar; dan

k. Kecamatan Wanasalam.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

67
39. Ketentuan Pasal 40 diubah, sehingga Pasal 40 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 40
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
dimaksud pada Pasal 38 huruf b meliputi :

a. kawasan tanaman pangan;


b. kawasan perkebunan; dan
c. kawasan peternakan.
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a terdiri dari :

a. lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B);


dan

b. lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan


(LCP2B).

(3) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana


dimaksud ayat (2) huruf a dengan luas kurang lebih
25.578,15 (dua puluh lima ribu lima ratus tujuh
puluh delapan koma lima belas) hektar berada di:
a. Kecamatan Banjarsari;

b. Kecamatan Bayah;
c. Kecamatan Bojongmanik;
d. Kecamatan Cibadak;
e. Kecamatan Cibeber;
f. Kecamatan Cigemblong;
g. Kecamatan Cihara;

h. Kecamatan Cijaku;
i. Kecamatan Cikulur;
j. Kecamatan Cileles;
k. Kecamatan Cilograng;
l. Kecamatan Cimarga;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

68
m. Kecamatan Cipanas;
n. Kecamatan Cirinten;
o. Kecamatan Gunungkencana;
p. Kecamatan Kalanganyar;
q. Kecamatan Lebakgedong;

r. Kecamatan Leuwidamar;
s. Kecamatan Malingping;
t. Kecamatan Muncang;
u. Kecamatan Panggarangan;
v. Kecamatan Sajira;
w. Kecamatan Sobang;

x. Kecamatan Wanasalam; dan


y. Kecamatan Warunggunung.
(4) Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dengan luas
kurang lebih 5.680,82 (lima ribu enam ratus delapan
puluh koma delapan dua puluh lima) hektar yang
tersebar pada peruntukan lainnya yang berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;
b. Kecamatan Bayah;
c. Kecamatan Bojongmanik;

d. Kecamatan Cibadak;
e. Kecamatan Cibeber;
f. Kecamatan Cigemblong;
g. Kecamatan Cihara;
h. Kecamatan Cijaku;

i. Kecamatan Cikulur;
j. Kecamatan Cileles;
k. Kecamatan Cilograng;
l. Kecamatan Cimarga;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

69
m. Kecamatan Cipanas;
n. Kecamatan Cirinten;
o. Kecamatan Curugbitung;
p. Kecamatan Gunungkencana;
q. Kecamatan Kalanganyar.

r. Kecamatan Lebak Gedong;


s. Kecamatan Leuwidamar;
t. Kecamatan Maja;
u. Kecamatan Malingping;
v. Kecamatan Muncang;
w. Kecamatan Panggarangan;

x. Kecamatan Sajira;
y. Kecamatan Sobang;
z. Kecamatan Wanasalam; dan aa. Kecamatan
Warunggungung;

(5) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud ayat


(1) huruf b, meliputi :
a. kawasan perkebunan campuran, dengan luas
kurang lebih 137.728,68 (seratus tiga puluh tujuh
ribu tujuh ratus dua puluh delapan koma enam
delapan) hektar berada di :

1. Kecamatan Banjarsari;

2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Bojongmanik;
4. Kecamatan Cibadak;
5. Kecamatan Cibeber;
6. Kecamatan Cigemblong;

7. Kecamatan Cihara;
8. Kecamatan Cijaku;
9. Kecamatan Cikulur;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

70
10. Kecamatan Cileles;
11. Kecamatan Cilograng;
12. Kecamatan Cimarga;
13. Kecamatan Cipanas;
14. Kecamatan Cirinten;

15. Kecamatan Curugbitung;


16. Kecamatan Gunungkencana;
17. Kecamatan Kalanganyar;
18. Kecamatan Lebakgedong;
19. Kecamatan Leuwidamar;
20. Kecamatan Maja;

21. Kecamatan Malingping;


22. Kecamatan Muncang;
23. Kecamatan Panggarangan;
24. Kecamatan Rangkasbitung;
25. Kecamatan Sajira;
26. Kecamatan Sobang; 27. Kecamatan

Wanasalam; dan
28. Kecamatan Warunggunung.
b. kawasan perkebunan, dengan luas kurang lebih
13.474,04 (tiga belas ribu empat ratus tujuh
puluh empat koma nol empat) hektar berada di :

1. Kecamatan Banjarsari;
2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Cijaku;
4. Kecamatan Cikulur;

5. Kecamatan Cileles;
6. Kecamatan Cilograng;
7. Kecamatan Cimarga;
8. Kecamatan Cipanas;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

71
9. Kecamatan Gunungkencana;
10. Kecamatan Kalanganyar;
11. Kecamatan Leuwidamar;
12. Kecamatan Maja;
13. Kecamatan Malingping;

14. Kecamatan Muncang;


15. Kecamatan Rangkasbitung;
16. Kecamatan Sajira; dan
17. Kecamatan Wanasalam.

(6) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf c meliputi:

a. skala usaha menengah dan besar; dan

b. skala usaha mikro dan kecil.


(7) Skala Usaha Menengah dan Besar sebagaimana
dimaksud ayat (6) huruf a terdiri dari skala menengah
dan skala besar, dengan luas kurang lebih 3.568,82
(tiga ribu lima ratus enam puluh delapan koma
delapan puluh dua) hektar berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;
b. Kecamatan Bayah;
c. Kecamatan Bojongmanik;
d. Kecamatan Cibadak;

e. Kecamatan Cigemblong;
f. Kecamatan Cihara;
g. Kecamatan Cijaku;
h. Kecamatan Cikulur;
i. Kecamatan Cileles;

j. Kecamatan Cilograng;
k. Kecamatan Cimarga;
l. Kecamatan Cipanas;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

72
m. Kecamatan Cirinten;
n. Kecamatan Curugbitung;
o. Kecamatan Gunungkencana;
p. Kecamatan Kalanganyar;
q. Kecamatan Lebakgedong;

r. Kecamatan Leuwidamar;
s. Kecamatan Maja;
t. Kecamatan Malingping;
u. Kecamatan Muncang;
v. Kecamatan Panggarangan;
w. Kecamatan Rangkasbitung;

x. Kecamatan Sajira;
y. Kecamatan Wanasalam; dan
z. Kecamatan Warunggunung
(8) Skala Usaha Menengah dan Besar sebagaimana
dimaksud ayat (6) huruf a, dapat dilaksanakan pada
peruntukkan perkebunan campuran dengan rasio
luasan terbangun maksimal 10 (sepuluh) persen dari
peruntukan peternakan terdekat dan dengan jarak
maksimal 500 (lima ratus) meter dari peruntukan
peternakan di sekitarnya.

(9) Skala Mikro dan Kecil sebagaimana dimaksud ayat (6)


huruf b dapat dilaksanakan di seluruh Kecamatan
dengan skala mikro dan kecil.

40. Ketentuan Pasal 41 ayat (1) huruf c dan huruf d dihapus,


ayat (2) dan ayat (3) diubah, serta ayat (4) dan ayat (5)
dihapus, sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf c meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

73
a. kawasan perikanan tangkap; dan
b. kawasan perikanan budidaya.
c. dihapus.
d. dihapus.
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
ayat (1) dengan luas kurang lebih 250,65 (dua ratus
lima puluh koma enam puluh lima) hektar berada di
Kecamatan Wanasalam.

(3) Kawasan Perikanan Budidaya perikanan


sebagaimana dimaksud ayat (1) yang luasannya tidak
dapat dituangkan kedalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lebak akan dikaji lebih lanjut
dengan Rencana Sektoral yang lebih rinci.

(4) Dihapus
(5) Dihapus

41. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) huruf d dihapus, ayat (2), ayat
(3), ayat (4) dan ayat (6) diubah, serta ayat (5) dihapus,
sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut : Pasal 42
(1) Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan
dan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf d, meliputi :

a. kawasan pertambangan mineral;


b. kawasan pertambangan batubara; dan
c. kawasan potensi panas bumi.

d. dihapus

(2) Kawasan potensi pertambangan mineral sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa Wilayah
Usaha Pertambangan (WUP) meliputi:

a. pertambangan mineral logam berupa emas,


galena berada di :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

74
1. Kecamatan Cilograng;
2. Kecamatan Bayah;
3. Kecamatan Cibeber;
4. Kecamatan Cigemblong;
5. Kecamatan Panggarangan;

6. Kecamatan Cihara; dan


7. Kecamatan Lebakgedong.
b. pertambangan mineral bukan logam berupa
Lempung, Batu gamping, Bentonit, Feldspar,
Marmer, Opal, Pasir kuarsa, Pasir darat, Toseki,
Batu andesit, Batuan tras, Tanah liat, berada di :

1. Kecamatan Leuwidamar
2. Kecamatan Bojongmanik
3. Kecamatan Sajira
4. Kecamatan Cipanas

5. Kecamatan Curugbitung
6. Kecamatan Muncang
7. Kecamatan Cileles
8. Kecamatan Cibeber
9. Kecamatan Lebakgedong
10. Kecamatan Panggarangan

11. Kecamatan Cilograng


12. Kecamatan Bayah
13. Kecamatan Cihara
14. Kecamatan Cimarga
15. Kecamatan Banjarsari
(3) Kawasan peruntukan pertambangan batu bara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa
Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), berada di :

a. Kecamatan Bayah

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

75
b. Kecamatan Bojongmanik
c. Kecamatan Cigemblong
d. Kecamatan Cihara
e. Kecamatan Cipanas
(4) Kawasan potensi panas bumi sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf c berada di :
a. potensi Gunung Endut sebesar 180 mW berada di
Kecamatan Sobang;

b. potensi Pamancalan sebesar 52 mW berada di


Kecamatan Bayah; dan
c. potensi Malingping sebesar 13 mW berada di
Kecamatan Malingping.

(5) Dihapus
(6) Penataan dan pengaturan lokasi kawasan
pertambangan dan energi di atur lebih lanjut dalam
Peraturan Gubernur Provinsi Banten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

42. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 43

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 huruf e meliputi :

a. kawasan industri; dan/atau


b. sentra industri kecil dan menengah.

(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf a meliputi:
a. industri skala besar;

b. industri skala menengah; dan


c. industri skala kecil.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

76
(3) Kawasan industri sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf a dengan luas kurang lebih 9.586,30 (sembilan
ribu lima ratus delapan puluh enam koma tiga puluh)
hektar, berada di :

a. Kecamatan Banjarsari;
b. Kecamatan Bayah;
c. Kecamatan Cibadak;
d. Kecamatan Cikulur;
e. Kecamatan Cileles;

f. Kecamatan Cimarga;
g. Kecamatan Rangkasbitung; dan
h. Kecamatan Warunggunung.

(4) Sentra industri kecil dan menengah (SIKM)


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan
luas kurang lebih 138,52 (seratus tiga puluh delapan
koma lima puluh dua) hektar, berada di :
a. Kecamatan Maja; dan
b. Kecamatan Curugbitung.

43. Ketentuan Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 44
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf f meliputi :

a. kawasan pariwisata alam;


b. kawasan pariwisata budaya;
c. kawasan pariwisata buatan;
d. wisata religi; dan

e. kawasan tersendiri.
(2) Kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

77
a. Pantai Cihara di Kecamatan Cihara;
b. Pantai Talanca di Kecamatan Malingping;
c. Pantai Cimandiri di Kecamatan Panggarangan;
d. Pantai Cibobos di Kecamatan Panggarangan;
e. Pantai Tanjung Panto di
Kecamatan
Wanasalam;

f. Pantai Karang Seke di Kecamatan Wanasalam;


g. Pantai Binuangeun di Kecamatan Wanasalam;
h. Pantai Sawah Sikabayan di
Kecamatan
Wanasalam;

i. Pantai Karangmalang di Kecamatan


Wanasalam;
j. Pantai Bagedur di Kecamatan Malingping;
k. Pantai Karangtaraje di Kecamatan Bayah;

l. Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah;


m. Pantai Legon Pari di Kecamatan Bayah;
n. Pantai Pulau Manuk di Kecamatan Bayah;
o. Pantai Ciantir di Kecamatan Bayah;
p. Pantai Tanjung Layar di Kecamatan Bayah;
q. Pantai Karangseupang di Kecamatan Bayah;

r. Pantai Cibareno di Kecamatan Cilograng;


s. Pantai Citarate di Kecamatan Cilograng;
t. Pantai Guha Gede di Kecamatan Cilograng;
u. Pantai Karang Bokor di Kecamatan Bayah;
v. Pantai Goa Langir di Kecamatan Bayah;

w. Pantai Karang Babi di Kecamatan Cilograng;

x. Pantai Karang Beureum di Kecamatan Bayah;


dan
y. Pantai Sukahujan di Kecamatan Cihara.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

78
z. Goa Lalay di Kecamatan Bayah; aa. Goa Lauk di
Kecamatan Cilograng bb. Goa Langit di
Kecamatan Bayah; cc. Goa Sangiang di
Kecamatan Sobang dd. Air Terjun Curugrame di
Kecamatan Cijaku; ee. Curug Kanteh di
Kecamatan Cilograng; ff. Curug Ciporolak di
Kecamatan Cibeber gg. Curug Karang di
Kecamatan Muncang hh. Curug Sata di
Kecamatan Gunungkencana ii. Curug
Munding di Kecamatan Gunungkencana jj.
Situ Palayangan di Kecamatan Cimarga; dan
kk. Situ Cijoro Bendungan di Kecamatan
Rangkasbitung. ll. Taman Nasional
Gunung Halimun Salak mm. Wisata Gunung
Luhur
(3) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berada di :

a. Wisata Budaya Suku Baduy di Kecamatan


Leuwidamar;
b. Wisata Budaya Seren Taun di Kecamatan Cibeber
dan Sobang;

c. Situs Cibedug di Kecamatan Cibeber;


d. Situs Kosala di Kecamatan Cipanas;
e. Situs Batu Bedil di Kecamatan Bayah; dan
f. Masyarakat Kasepuhan di Kecamatan Cibeber.
(4) Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berada di :
a. Wisata Arung Jeram di Kecamatan Lebakgedong;
b. Wisata Pemandian Air Panas di Kecamatan
Cipanas;

c. Wisata Air Panas Senanghati di Kecamatan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

79
Malingping;
d. Wisata Air Panas Cikawah di Kecamatan Sobang;
e. Wisata Hutan Meranti di Kecamatan Muncang
f. Wisata Kebun Teh Cikuya di Kecamatan Cibeber
g. Wisata Geo Ex Aneka Tambang di Kecamatan
Cibeber
h. Museum Multatuli di Kecamatan Rangkasbitung
i. Rumah Peninggalan Edward Douwess Dekker di
Kecamatan Rangkasbitung
j. Balong Ranca Indah di Kecamatan Rangkasbitung

(5) Wisata religi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf d berada di wisata ziarah wong sagati di
Kecamatan Sajira.

(6) Kawasan tersendiri sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf e merupakan kawasan pariwisata yang
dikhususkan menjadi suatu kawasan tersendiri
dengan luas kurang lebih 645,65 (enam ratus empat
puluh lima koma enam puluh lima) hektar, berada di
Kecamatan Bayah, Kecamatan Cilograng, Kecamatan
Cimarga, Kecamatan Leuwidamar dan Kecamatan
Malingping.

44. Ketentuan Pasal 45 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga
Pasal 45 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 45
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf g meliputi :

a. kawasan permukiman perkotaan; dan


b. kawasan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

80
lebih 15.503,74 (lima belas ribu lima ratus tiga koma
tujuh puluh empat) hektar berada di :
a. Kecamatan Bayah;

b. Kecamatan Cibadak;
c. Kecamatan Curugbitung;
d. Kecamatan Kalanganyar;
e. Kecamatan Maja;
f. Kecamatan Malingping;

g. Kecamatan Rangkasbitung; dan


h. Kecamatan Warunggunung.
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas kurang
lebih 16.253,41 (enam belas ribu dua ratus lima
puluh tiga koma empat satu) hektar berada di seluruh
kecamatan.

45. Ketentuan Pasal 46 dihapus.


46. Diantara Pasal 46 dan Pasal 47 disisipkan 1 (satu) Pasal
yakni Pasal 46A, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 46A
(1) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf i, meliputi :

a. wilayah pertahanan statis; dan


b. wilayah pertahanan dinamis.

(2) Wilayah pertahanan statis sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a, meliputi :

a. markas KODIM;
b. markas POLRES;

c. markas KORAMIL;
d. markas POLSEK; dan
e. pangkalan Khusus.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

81
(3) Wilayah pertahanan dinamis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, meliputi :

a. daerah latihan militer;


b. medan pertahanan utama;

c. medan pertahanan penyangga;


d. daerah pertempuran;
e. daerah belakang dari suatu mandala perang; dan
f. daerah pangkal perlawanan.

47. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) ditambahkan 1 (satu) huruf


yakni huruf e, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 47
(1) Kawasan strategis kabupaten terdiri atas :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial


budaya;

c. kawasan strategis dari sudut kepentingan


pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tinggi;

d. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi


dan daya dukung lingkungan hidup; dan
e. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan.
(2) Rencana KSK digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

82
48. Ketentuan Pasal 48 huruf a dan huruf b diubah, sehingga
Pasal 48 berbunyi sebagai berikut : Pasal 48
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf a diarahkan pada
:
a. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) meliputi :
1. kawasan pantai selatan terpadu; dan

2. kawasan perbatasan antar kabupaten/kota.


b. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) meliputi :
1. ekowisata sekitar kawasan Waduk Karian;

2. koridor Rangkasbitung – Cibadak – Citaras –


Warunggunung – Cikulur – Cileles; dan
3. Kota Baru Maja.

49. Ketentuan Pasal 50 diubah, sehingga Pasal 50 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 50
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (1) huruf c diarahkan pada :

a. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) diarahkan pada


kawasan :

1. Bendungan Karian di Kecamatan Sajira,


Kecamatan Cimarga dan Kecamatan
Rangkasbitung.
b. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) berupa
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung
Endut.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

83
50. Diantara Pasal 51 dan Pasal 52 disisipkan 1 (satu) Pasal
yakni Pasal 51A, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 51A
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf e diarahkan
pada:
a. kawasan TNI AD Komando Pendidikan Latihan
Tempur dan Batalyon Mandala Yudha di Kecamatan
Sajira dan Kecamatan Curugbitung; dan
b. kawasan Markas Komando Brimob di Kecamatan
Panggarangan.

51. Ketentuan Pasal 55 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (6),
ayat (7), ayat (8) dan ayat (9) diubah, serta ayat (5)
dihapus, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 55

(1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf a
meliputi :

a. perwujudan pusat kegiatan; dan


b. perwujudan sistem jaringan prasarana.
(2) Perwujudan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. pengembangan dan penataan PKW, meliputi :

1. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


Kawasan

2. peningkatan sarana dan prasarana pusat


pemerintahan

3. peningkatan sarana Rumah Sakit Umum


Daerah

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

84
4. peningkatan sarana Pasar Lokal Utama
5. relokasi kawasan perdagangan yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya

6. pengembangan prasarana perdagangan


regional

7. pembangunan dan peningkatan terminal


penumpang
8. peningkatan kapasitas pelayanan air minum
di perkotaan
9. pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan
Limbah Tinja (IPLT)

10. pengembangan prasarana dan sarana


permukiman

11. peningkatan pelayanan dan perluasan


jangkauan jaringan listrik

12. pengembangan prasarana dan sarana


pendidikan

13. pengembangan pusat kegiatan olah


raga/alun-alun kota dengan skala pelayanan
seluruh wilayah Kabupaten Lebak
b. pengembangan dan penataan PKL, meliputi :

1. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


Kawasan
2. pembangunan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan

3. peningkatan sarana Pasar Lokal Utama


4. peningkatan dan pengembangan prasarana
pendidikan

5. pembangunan sub terminal

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

85
6. peningkatan kapasitas dan status terminal
7. relokasi kawasan perdagangan yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya

8. peningkatan kapasitas pelayanan air minum


di perkotaan
9. pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan
Limbah Tinja (IPLT)
10. pengembangan prasarana dan sarana
permukiman (air bersih, drainase, sanitasi)
11. peningkatan pelayanan dan perluasan
jangkauan jaringan listrik

c. pengembangan PPK, meliputi :


1. peningkatan sarana Puskesmas
2. peningkatan sarana pasar lingkungan
3. peningkatan kapasitas pelayanan air minum
di perkotaan (Ibukota Kecamatan/IKK)

4. peningkatan kapasitas dan kelas di sub


terminal

5. peningkatan kapasitas dan status terminal


6. pengembangan prasarana dan sarana
permukiman (air bersih, drainase, sanitasi)

7. pengembangan Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan
Limbah Tinja (IPLT)
8. pengembangan Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS)
9. peningkatan dan pengembangan prasarana
pendidikan

d. pengembangan PPL, meliputi :


1. peningkatan pelayanan puskesdes

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

86
2. peningkatan sarana pasar lingkungan
3. peningkatan dan pengembangan prasarana
pendidikan

4. peningkatan kapasitas pelayanan air minum


di perdesaan
5. pengembangan prasarana dan sarana dasar
permukiman (air bersih, drainase, sanitasi)
6. pengembangan prasarana untuk mendukung
pengembangan agro industri

7. pengembangan akses ke penataan produksi


8. pengembangan sentra produksi dan pusat
pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi

9. mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan


pedesaan berbasis pertanian
(3) Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:

a. sistem jaringan transportasi;


b. sistem jaringan energi;

c. sistem jaringan telekomunikasi;


d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.
(4) Perwujudan sistem jaringan prasarana transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
meliputi:

a. dukungan pembangunan jalan bebas hambatan


ruas jalan Tol Serang – Panimbang;
b. dukungan peningkatan jaringan jalan nasional,
meliputi :
1. rencana ruas jalan Pamulang – Maja;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

87
2. ruas jalan Batas Pandeglang – Batas
Rangkasbitung;
3. ruas jalan By Pass (Soekarno Hatta)
Rangkasbitung;
4. ruas jalan Batas Kota Rangkasbitung –
Cigelung (Batas Prov. Jabar);

5. ruas jalan Raya Cipanas (Rangkasbitung);


6. ruas jalan Muara Binuangeun – Simpang;
7. ruas jalan Simpang – Bayah;

8. ruas jalan Bayah – Cibareno – Batas Prov.


Jabar;
9. ruas jalan Cikande – Rangkasbitung; dan 10.

ruas jalan Otto Iskandardinata


(Rangkasbitung).
c. dukungan peningkatan jaringan jalan provinsi,
meliputi :

1. ruas jalan Ciruas – Petir – Warunggunung;

2. ruas jalan Citeras – Tigaraksa;


3. ruas jalan Maja – Koleang;
4. ruas jalan Saketi – Malingping – Simpang;
5. ruas jalan Bayah – Cikotok;
6. ruas jalan Cikotok – Batas Jabar;
7. ruas jalan Ahmad Yani (Rangkasbitung);

8. ruas jalan Sunan Kalijaga (Rangkasbitung); 9.


ruas jalan Gunung Madur – Pulo Manuk; dan
10. ruas jalan Cipanas – Warungbanten.

d. dukungan peningkatan jaringan jalan


kabupaten;

e. dukungan peningkatan jaringan jalan lokal /


jalan desa;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

88
f. pengembangan prasarana terminal penumpang,
meliputi :
1. peningkatan terminal tipe B menjadi tipe A;

2. peningkatan terminal tipe C menjadi Tipe B;


3. peningkatan kapasitas terminal Tipe C; dan
4. pengembangan dan peningkatan sub terminal
penumpang menjadi terminal tipe C.

g. pengembangan prasarana terminal


barang, melalui pengembangan terminal
barang.
h. pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas,
meliputi :

1. pengembangan pelayanan lalu lintas


angkutan barang;

2. pengembangan jaringan trayek angkutan


penumpang;

i. perkeretaapian, meliputi :

1. pengembangan jaringan prasarana kereta api


regional yang menghubungkan pada kawasan
wisata di wilayah Banten Selatan

2. peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan


prasarana kereta api yang padat melayani
transportasi perkotaan antara lain pada lintas
Rangkasbitung – Serpong – Tanah Abang
3. peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
Stasiun Rangkasbitung, Citeras dan Maja
(Kabupaten Lebak);
4. pengembangan stasiun baru; dan
5. meningkatkan aksesibilitas jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan yang
melayani kawasan perkotaan jalur kereta api

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

89
lintas Cilegon – Serang – Pandeglang –
Rangkasbitung.

j. transportasi sungai, danau dan penyebrangan,


meliputi :

1. pengembangan pelabuhan Pangkalan


Pendaratan Ikan (PPI) menjadi Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) di Kecamatan
Wanasalam.

2. pembangunan pelabuhan pengumpan di


Kecamatan Cihara, Bayah dan Wanasalam.

3. pembangunan pelabuhan Pangkalan


Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan
Wanasalam, Cihara, Bayah dan Cilograng

4. pengembangan terminal khusus di Wilayah


Pesisir Kabupaten Lebak untuk mendukung
potensi industri dan pertambangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

k. Transportasi udara, meliputi :


1. pengembangan pelabuhan udara Kabupaten
Lebak terdapat di Kecamatan Curugbitung
2. pengembangan pelabuhan udara
di
Kecamatan Panggarangan atau di Kecamatan
Cihara
(5) Dihapus
(6) Perwujudan pengembangan jaringan energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
meliputi:

a. peningkatan pasokan daya listrik yang bersumber


dari PLN Ranting Rangkasbitung secara bertahap
hingga menjangkau seluruh wilayah Kabupaten
Lebak

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

90
b. pengembangan prasarana pembangkit baru
dengan alternatif sumber energi yang belum
dimanfaatkan secara optimal (mikrohidro,
panasbumi)

c. peningkatan kapasitas pembangkit


listrik eksisiting

d. peningkatan kapasitas dan pelayanan Gardu


Induk
e. pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik
berupa Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET)

f. pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik


berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
g. pengembangan dan pemeliharaan jaringan listrik
berupa Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
(7) Perwujudan pengembangan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
meliputi:

a. pembangunan Tower BTS Bersama di PKW, PKL,


dan PPK
b. pengembangan fasilitas internet gratis pada
fasilitas publik

c. pengembangan jaringan serat optik


d. penyusunan kajian tata letak menara
e. penyusunan regulasi tentang tata letak menara

f. pengembangan / peningkatan
jaringan telekomunikasi kabel terutama
untuk layanan kegiatan industri pada Pusat
Kegiatan Utama Kabupaten

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

91
(8) Perwujudan pengembangan sumberdaya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d
meliputi:

a. normalisasi sungai

b. pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan


kapasitas jaringan irigasi
c. rencana pemeliharaan dan pengelolaan jaringan
beririgasi pada daerah irigasi (DI) yang ada di
kabupaten

d. pemanfaatan sumber air baku permukaan dan air


tanah

e. pengembangan bendungan/dam sebagai sistem


pengendali banjir
f. rencana peningkatan dan pengelolaan irigasi desa
yang ada di kabupaten pendayagunaan potensi
mata air dan air tanah
(9) Perwujudan pengembangan system prasarana
wilayah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf e meliputi :
a. sistem pengembangan air minum meliputi :

1. penyediaan sistem air minum perpipaan dan


non perpipaan untuk memenuhi kebutuhan
air minum;

2. peningkatan peran serta masyarakat dan


dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem air minum;
3. penguatan kelembagaan dan peningkatan
kapasitas bagi aparat pengelola air minum;

4. pembangunan instalasi pengolahan


air minum.

b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL) meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

92
1. pembangunan instalasi pengolaahan limbah
tinja

2. pengembangan pengolahan limbah kawasan


perkotaan

3. pengembangan sistem pengolahan limbah


rumah tangga
4. pembangunan instalasi pengolahan limbah B3
pada kawasan pertuntukan industri
5. pembangunan pengolahan limbah khusus
untuk RSUD Rangkasbitung
6. peningkatan sarana pengolahan air limbah
setempat bagi masyarakat di pedesaan

7. sosialisasi tentang sanitasi lingkungan yang


sehat kepada masyarakat

8. pengadaan Lahan Untuk Peningkatan IPLT


9. pembangunan IPLT

10. pengadaan Lahan Untuk Pembangunan IPAL


Industri UKM, 3 Lokasi pada 1 Kampung
11. pembangunan IPAL Industri UKM, 3 Lokasi
pada 1 Kampung
c. sistem jaringan persampahan wilayah meliputi :
1. pengelolaan sampah 3R;

2. peningkatan dan pengembangan TPS dan


TPST Regional;
3. penyediaan tempat sampah terpisah untuk
sampah organik dan anorganik;

4. peningkatan dan pengembangan TPA dengan


sistem sanitary landfill;

5. penambahan jumlah truck sampah;


6. pembangunan TPA baru di Kecamatan
Cipanas dan Leuwidamar;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

93
7. pengelolaan sampah organik dan non organik;
dan
8. pengadaan lahan Untuk TPST 3; dan

9. pengadaan lahan untuk TPA baru di


Kecamatan Cipanas dan Leuwidamar
d. sistem jaringan evakuasi bencana meliputi:
1. identifikasi potensi alur kejadian bencana;

2. sosialisasi jalur dan ruang untuk evakuasi


bencana;
3. penyusunan jalur evakuasi bencana; dan

4. pengembangan ruang evakuasi bencana


e. sistem jaringan drainase meliputi :
1. pengembangan sistem jaringan drainase yang
terintegrasi dengan sistem satuan wilayah
sungai;

2. pengembangan sistem jaringan drainase


terpadu di kawasan perkotaan yang rawan
banjir ;
3. pembangunan saluran drainase perdesaan;

4. penyusunan Rencana Induk Drainase; dan


5. pemeliharaan dan pembangunan prasarana
drainase kawasan permukiman.

52. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 56
(1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf b
terdiri atas:

a. perwujudan kawasan lindung; dan

b. perwujudan kawasan budidaya.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

94
(2) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. perwujudan kawasan perlindungan terhadap
kawasan dibawahnya;
b. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
c. perwujudan kawasan konservasi, cagar budaya

dan hutan adat;


d. perwujudan kawasan lindung geologi;
e. perwujudan kawasan rawan bencana alam
f. perwujudan kawasan sumber daya air.
(3) Perwujudan kawasan perlindungan terhadap
kawasan dibawahnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, meliputi :
a. sosialisasi kawasan hutan lindung bagi
masyarakat, khususnya perambah liar dan
pemukim yang ada untuk secara berangsur-
angsur direlokasi keluar kawasan;

b. mempertahankan kawasan hutan lindung yang


telah ada;

c. rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan


hutan lindung;

d. pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan


lindung secara terbatas;
e. pengawasan dan pengamanan kawasan lindung ;

f. rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan


lindung;
g. pencegahan timbulnya erosi, bencana banjir,
sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah
di kawasan hutan lindung; dan
h. menetapkan dan mempertahankan kawasan
resapan air.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

95
(4) Perwujudan kawasan yang memberikan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi :
a. perlindungan dan pemeliharaan kawasan
sempadan sungai dan pantai;

b. perlindungan kawasan sekitar danau atau


waduk;
c. perlindungan kawasan sekitar mata air;
d. perlindungan RTH kawasan perkotaan;

e. pemanfaatan sumber air pemenuhan air minum;


dan

f. perlindungan kawasan terhadap kegiatan alih


fungsi lahan.

(5) Perwujudan kawasan konservasi, cagar budaya dan


hutan adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c berupakawasan konservasi Taman Nasional
Gunung Halimun Salak, cagar budaya Desa Budaya
Baduy dan Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Karang
meliputi:

a. pengembangan pendidikan, rekreasi


dan pariwisata;

b. perlindungan cagar budaya ;

c. pelarangan kegiatan yang menggangu


kelestarian;

d. perlindungan kawasan hutan adat;


e. pemantapan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan; dan

f. perlindungan dan kegiatan yang menggangu


kelestarian.

(6) Perwujudan lindung geologi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf d meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

96
a. menetapkan kawasan lindung geologi;
b. pelestarian kawasan cagar alam geologi;
c. mengembangkan pengelolaan kawasan cagar
alam geologi;

d. pengembangan pendidikan, konservasi


dan pariwisata;

e. pemantapan kawasan cagar budaya dan ilmu


pengetahuan;

f. pelarangan kegiatan yang menggangu


kelestarian;

g. mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada


kawasan rawan bencana alam geologi; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

97
h.
mitigasi bencana alam geologi
(7) Perwujudan kawasan rawan
bencana alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
huruf e meliputi:
a. identifikasi dan
inventarisasi kawasan
rawan bencana

b. identifikasi dan
penetapan jalur
evakuasi bencana;

c. identifikasi dan
penetapan ruang
evakuasi
bencana;
d. sosialisasi jalur dan
ruang evakuasi bencana
e. penyusunan kajian
rawan bencana
Kabupaten Lebak

(8) Perwujudan kawasan


sumber daya air
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf f
meliputi :

a. perlindungan dan
pemeliharaan kawasan
genangan DAM;

b. perlindungan kawasan
sekitar bendungan
danau atau waduk;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

98
h.
c. perlindungan kawasan
danau/situ sekitar mata
air;

d. perlindungan RTH
kawasan perkotaan;

e. perlindungan terhadap
badan sungai; dan
f. perlindungan kawasan
terhadap kegiatan alih
fungsi lahan.

(9) Perwujudan kawasan


budidaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas :

a. kawasan peruntukan
hutan produksi;
b. kawasan peruntukan
pertanian;

c. kawasan peruntukan
perikanan;
d. kawasan peruntukan
pariwisata;

e. kawasan peruntukan
industri;
f. kawasan pertambangan
dan energi;
g. kawasan peruntukan
permukiman; dan
kawasan pertahanan dan keamanan.
(10) Perwujudan Kawasan
peruntukan hutan produksi
sebagaimana dimaksud

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

99
h.
pada ayat (9) huruf a
meliputi :

a. inventarisasi perijinan
yang ada di kawasan
hutan produksi;

b. evaluasi pengelolaan
hutan produksi dengan
studi kelayakan dan
studi amdal oleh tim
evaluasi dari lembaga
yang berwenang;

c. pengembangan hutan
tanaman rakyat;
d. pengembangan budidaya
agroforestry sebagai
lumbung ketahanan
pangan dan rehabilitasi
lahan;

e. pengamanan dan
perlindungan kawasan
hutan produksi; dan

f. pengelolaan dan
pemanfaatan kawasan
hutan produksi yang
optimal.
(11) Perwujudan kawasan
peruntukan pertanian
sebagaimana dimaksud
pada ayat (9) huruf b
meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

100
h.
a. pengembangan kawasan
pertanian tanaman
pangan di Kabupaten
Lebak;
b. peningkatan
produktivitas lahan padi
sawah di
Kabupaten Lebak;
c. pengembangan sarana
dan prasarana
pendukung kegiatan
pertanian tanaman
pangan;

d. pengembangan
pengelolaan kegiatan
pertanian tanaman
pangan yang lebih
terorganisir;

e. pengembangan dan
perluasan
kawasan
hortikultura;
f. pengembangan sarana
dan prasarana
pendukung kegiatan
holtikultura;

g. pengembangan
manajemen pengelolaan
kegiatan holtikultura
yang lebih terorganisir;
intensifikasi lahan
kawasan perkebunan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

101
h.
i. pengembangan komoditi unggulan perkebunan di
Kab Lebak;

j. pengembangan sarana, prasarana dan sumber


daya pendukung kegiatan perkebunan;
k. pengembangan pusat pakan ternak;
l. optimalisai budidaya peternakan;
m. penetapan dan pengembangan LP2B dan LCP2B;

n. penetapan Kawasan cadangan lahan pertanian


pangan berkelanjutan;

o. penggalakan program penggunaan bibit unggul


yang mendukung perkembangan perkebunan;
dan

p. pengembangan agroindustri dengan fungsi yang


didasarkan pada potensi perkebunan

(12) Perwujudan kawasan


peruntukan perikanan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (9) huruf c
meliputi:
a. ekstensifikasi &
intensifikasi
penangkapan di perairan
umum (rawa dan sungai)
serta melalui budidaya
keramba, kolam dan
tambak;
b. pengembangan sentra
budidaya perikanan air
tawar;
c. pengembangan
perikanan tangkap di

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

102
h.
perairan danau dan
sungai; dan

d. pengembangan
pengelolaan Balai Benih
Ikan.

(13) Perwujudan kawasan


peruntukan pariwisata
sebagaimana dimaksud
pada ayat (9) huruf d
meliputi :
a. penyusunan Rencana
Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA);
b. penataan dan
pengendalian
pembangunan kawasan
obyek wisata alam,
wisata buatan, dan
wisata budaya;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

103
c. monitoring dan evaluasi pelaksanaan RIPPDA.
d. pengembangan pemasaran dan promosi kawasan
wisata dalam rangka memperluas pangsa pasar
wisata melalui kegiatan pameran, pengadaan
sarana promosi, event kepariwisataan (pentas
seni, lomba-lomba wisata) untuk menarik
wisatawan berkunjung; dan

e. pengembangan infrastuktur yang mendukung


terhadap pengembangan pariwisata.

(14) Perwujudan kawasan peruntukan industri


sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf e
meliputi:

a. penyusunan dokumen Rencana Pengembangan


Kawasan Industri;
b. penyiapan masyarakat dan kebijakan;
c. penyusunan rencana penataan kawasan industri
besar dan industri menengah;

d. pengembangan, penataan dan pemantauan


kawasan;
e. sentra industri kecil; dan
f. peningkatan sarana dan prasarana kawasan
industri.

(15) Perwujudan Kawasan peruntukan pertambangan


dan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
huruf f meliputi :

a. pengembangan kawasan pertambangan;


b. pemantauan dan pengendalian kawasan usaha
pertambangan;

c. promosi dan perintisan kerjasama hasil tambang;


dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

104
d. peningkatan sarana & prasarana kawasan
pertambangan.

(16) Perwujudan Kawasan peruntukan permukiman


sebagaimana dimaksud ayat (9) huruf g meliputi :

a. penyusunan rencana induk pengembangan


permukiman;

b. monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana


induk permukiman;
c. pengendalian pertumbuhan
pembangunan
perumahan baru;

d. pencadangan lahan untuk permukiman;


e. pengembangan prasarana dan sarana lingkungan
pendukung perumahan;

f. perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan


perumahan, khususnya untuk perumahan dan
kawasan kumuh; dan

g. penataan kawasan perumahan sepanjang aliran


sungai disesuaikan dengan ketentuan sempadan.

(17) Perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan


sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf h
meliputi :

a. penetapan batas atau deliniasi kawasan militer.

53. Ketentuan Pasal 57 diubah, sehingga Pasal 57 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 57
(1) Perwujudan rencana kawasan strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 huruf c meliputi :

a. perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan pertumbuhan ekonomi;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

105
b. perwujudan kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya;

c. perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi;

d. perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan fungsi dan daya dukung lingkunga
hidup; dan

e. perwujudan kawasan strategis kabupaten dari


sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
(2) Perwujudan kawasan strategis kepentingan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. penetapan batas atau deliniasi Kawasan; dan
b. pembangunan sarana dan prasarana perkotaan.

(3) Perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. penetapan/penataan batas (delineasi) kawasan;


b. penetapan status kawasan dan bentuk
pengelolaannya melalui Perda atau SK Bupati;

c. pemugaran obyek wisata/tempat pelestarian


sosial budaya yang kondisi bangunannya sudah
tidak layak;
d. peningkatan dan pengembangan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan wisata/tempat
pelestarian sosial budaya;
e. pembangunan sarana dan prasarana penunjang
lain yang belum ada di kawasan wisata/tempat
pelestarian sosial budaya ini.; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

106
f. pengembangan manajemen pengelolaan
wisata/tempat pelestarian sosial budaya seperti
pengadaan tour travel, paket wisata, dll.

(4) Perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi :

a. pengembangan Kawasan Pembangkit Listrik


Tenaga Panas Bumi.

(5) Perwujudan kawasan strategis dari sudut


kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi :

a. rehabilitasi dan konservasi lahan untuk


mengembalikan fungsi lindung dan daya dukung
lingkungan;
b. perlindungan sekitar kawasan untuk melindungi
dari;

c. berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat


mengganggu kelestarian ekosistem; dan
d. pembentukan dan penguatan lembaga pengelola
hutan lindung.

(6) Perwujudan kawasan strategis kabupaten dari sudut


kepentingan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi
:
a. penetapan batas atau deliniasi kawasan militer.

54. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga Pasal 59 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 59

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

107
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;


b. ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. arahan pengenaan sanksi.


(2) Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan oleh TKPRD bekerjasama dengan aparat
Wilayah Kecamatan dan Kelurahan, serta melibatkan
peran masyarakat.
(3) Pendukung rujukan pengendalian pemanfaatan
ruang yang lebih teknis, dalam penjabaran RTRW
sebagai berikut:

a. RDTRK dan RTBL; dan


b. dokumen pengendalian, antara lain peraturan
zonasi, pengkajian rancangan, panduan rancang
kota dan standar teknis yang ditetapkan.

55. Ketentuan Pasal 60 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 60


berbunyi sebagai berikut :
Pasal 60
(1) ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf a disusun
sebagai arahan dalam penyusunan peraturan zonasi.

(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci
tata ruang untuk setiap zonasi pemanfaatan ruang.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :


a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

108
b. ketentuan peraturan zonasi pola ruang; dan
c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
meliputi:
a. ketentuan umum pesraturan zonasi untuk sistem
pusat pelayanan; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan prasarana wilayah.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan lindung; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan budidaya.

56. Ketentuan Pasal 61 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga
Pasal 61 berbunyi sebagai berikut : Pasal 61
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem
pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 ayat (4) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem
perkotaan; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem


perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada system


perkotaan sebagaimana disebut pada ayat (1) huruf a
dengan ketentuan :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

109
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar
jaringan prasarana untuk mendukung
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan
prasarana dengan intensitas rendah
b. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH
untuk mendukung sistem perkotaan

c. diperbolehkan kegiatan perkotaan berskala


kabupaten dengan fasilitas dan prasarana sesuai
dengan skala pelayanan antar kecamatan

d. tidak diperbolehkan kegiatan yang


dapat menurunkan kualitas lingkungan
perkotaan

e. pada setiap rencana kawasan terbangun dengan


fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri,
dan berbagai peruntukan lainnya, maka harus
ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap
zona dan fungsi utama zona tersebut
f. pada setiap kawasan perkotaan harus
mengupayakan untuk mengefisienkan perubahan
fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui
arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-
masing ibukota kecamatan dengan tetap menjaga
harmonisasi intensitas ruang yang ada

g. pada setiap lingkungan permukiman yang


dikembangkan harus disediakan sarana dan
prasarana lingkungan yang memadai sesuai
kebutuhan masing-masing
h. pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat
harus dialokasikan kawasan khusus
pengembangan sektor informal

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

110
i. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B) di kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi
j. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian
dari RTH di kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi RTH
masingmasing, dan tidak boleh dilakukan alih
fungsi

k. pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai


fungsi terutama permukiman padat harus
menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai
dengan kemungkinan timbulnya bencana

l. pada setiap kawasan terbangun yang digunakan


untuk kepentingan publik juga harus
menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan
tidak mengganggu fungsi jalan

m. pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik


kawasan lindung berupa ruang terbuka, misalnya
lindung setempat, diarahkan untuk tidak
dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat
digunakan untuk kepentingan lain selama masih
menunjang fungsi lindung seperti wisata alam,
jogging track tepi sungai dengan ditata secara
menarik. Pada kawasan lindung berupa
bangunan, harus tetap dilakukan upaya
konservasi, dan dapat dilakukan nilai tambah
misalnya dengan melakukan revitalisasi,
rehabilitasi, dan sebagainya
n. perubahan atau penambahan fungsi ruang
tertentu (misalnya pada zona permukiman
sebagian digunakan untuk fasilitas umum

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

111
termasuk ruko) boleh dilakukan sepanjang saling
menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan
efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan

o. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan


terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian dari
RTH di kawasan perkotaan (misalnya tegalan di
tengah kawasan perkotaan) pada dasarnya boleh
dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun
dengan catatan komposisi atau perbandingan
antara kawasan terbangun dan ruang terbuka
hijau tidak berubah sesuai RDTR Kawasan
Perkotaan masing-masing
p. perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara
terbatas, yakni pada zona yang tidak termasuk
dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi
utama zona harus tetap, dalam arti perubahan
hanya boleh dilakukan sebagian saja, yakni
maksimum 25% dari luasan zona yang
ditetapkan
q. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan
perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya
r. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona
tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang
bertentangan, misalnya permukiman digabung
dengan industri polutan
s. khusus pada kawasan terbangun tidak boleh
melakukan kegiatan pembangunan diluar area
yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija
atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian
bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali
diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah
design kawasan, seperti diikuti pemunduran

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

112
bangunan, atau melakukan kompensasi tertentu
yang disepakati oleh stakeholder terkait

t. pada kawasan yang telah ditetapkan batas


ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan
pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan
pembangunan dalam radius keamanan
dimaksud.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem
perdesaan sebagaimana disebut pada ayat (1) huruf b
denga ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan penyediaan jaringan


prasarana untuk mendukung berfungsinya
sistem perdesaan;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan


dengan didukung fasilitas dan infrastruktur
dengan intensitas rendah; dan
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang
dapat mangganggu fungsi sistem perdesaan dan
jaringan prasarana.

d. kawasan perdesaan umumnya terdiri atas


kawasan terbangun tetapi bagian terbesar adalah
ruang terbuka dengan fungsi utama pertanian.
Pada rencana kawasan terbangun dengan fungsi:
perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan
berbagai

e. peruntukan lainnya di perdesaan dapat dilakukan


penambahan fungsi yang masih saling
bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran
dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi
utama zona tersebut. Pada kawasan tidak
terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

113
yang produktif harus dilakukan pengamanan
khususnya untuk tidak dialihfungsikan non
pertanian

f. pada setiap kawasan perdesaan harus


mengefisienkan ruang yang berfungsi untuk
pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk
kawasan terbangun hanya dilakukan secara
infitratif pada permukiman yang ada dan harus
menggunakan lahan yang kurang produktif

g. pengembangan permukiman perdesaan harus


menyediakan sarana dan prasarana lingkungan
permukiman yang memadai sesuai kebutuhan
masing-masing

h. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan


sebagai lahan pangan abadi di kawasan
perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak
dilakukan alih fungsi

i. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian


dari RTH di kawasan perdesaan (misalnya taman
lingkungan) harus tetap dilindungi sesuai dengan
fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh
dilakukan alih fungsi
j. pada kawasan lindung yang ada di perdesaan
diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi
lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain
selama masih menunjang fungsi lindung seperti
wisata alam, penelitian, kegiatan pecinta alam
dan yang sejenis. Pada kawasan lindung berupa
bangunan, harus tetap dilakukan upaya
konservasi baik berupa situs, bangunan bekas
peninggalan belanda, bangunan/monumen
perjuangan rakyat, dan sebagainya

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

114
k. perubahan atau penambahan fungsi ruang
tertentu pada kawasan terbangun di perdesaan
(misalnya pada zona permukiman sebagian
digunakan untuk fasilitas umum, termasuk
kegiatan industri kecil, pasar desa, dsb) boleh
dilakukan sepanjang saling menunjang atau
setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi
zona yang telah ditetapkan
l. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
terbuka hijau produktif di perdesaan pada
dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk
kawasan terbangun secara terbatas dan hanya
dilakukan pada lahan yang produktivitasnya
kurang tinggi, dengan catatan komposisi atau
perbandingan antara kawasan terbangun dan
ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR
Kawasan Perdesaan masing-masing
m. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan
perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya,
sesuai RDTR Kawasan perdesaan masing-masing

n. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona


tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang
bertentangan, misalnya sawah atau permukiman
digabung dengan gudang pupuk yang memiliki
potensi pencemaran udara
o. pada kawasan terbangun di perdesaan yang
lokasinya terpencar dalam jumlah kecil tidak
boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan
intensitas tinggi yang tidak serasi dengan
kawasan sekitarnya. Fungsi khusus misalnya vila
harus dialokasikan secara tersendiri

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

115
p. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang
terbuka hijau produktif di perdesaan tidak boleh
dilakukan alih fungsi lahan

q. pada kawasan yang telah ditetapkan batas


ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan
pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan
pembangunan dalam radius keamanan
dimaksud.

57. Ketentuan Pasal 62 diubah, sehingga Pasal 62 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 62
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem
jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 ayat (4) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan transportasi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan energi;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem
jaringan sumber daya air; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
jaringan prasarana lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi :

a. rencana sistem jaringan transportasi darat,


meliputi :

1. sistem jaringan jalan, meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

116
a) pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan
nasional, provinsi, kabupaten dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi
pengembangan ruangnya dibatasi sesuai
dengan fungsinya dan ketentuan yang
berlaku;

b) ketentuan pelarangan alih fungsi lahan


yang berfungsi lindung di sepanjang sisi
jalan;

c) pemanfaatan ruang di sepanjang kawasan


sekitar sistem jaringan jalan nasional,
provinsi dan kabupaten tidak
diperkenankan adanya kegiatan yang
dapat menimbulkan hambatan lalu lintas
regional;

d) pemanfaatan ruang di sepanjang kawasan


sekitar sistem jaringan jalan nasional,
provinsi dan kabupaten tidak
diperkenankan bangunan dalam Daerah
Milik Jalan / DAMIJA;
e) bangunan di sepanjang kawasan sekitar
sistem jaringan jalan nasional, provinsi
dan kabupaten harus memiliki sempadan
bangunan yang sesuai dengan ketentuan
setengah masing-masing jalan sesuai
fungsi dan penetapan sempadannya;

f) pada kawasan sekitar prasarana jalan


nasional dan provinsi tidak diperbolehkan
melakukan kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran arus lalu lintas
regional kecuali untuk kepentingan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

117
pembangunan jalan ataupun
pembangunan prasarana umum lainnya
dengan izin sesuai ketentuan yang
berlaku; dan

g) pada kawasan sekitar prasarana jalan


lokal primer maupun jalan strategis
kabupaten tidak diperbolehkan
melakukan kegiatan yang dapat menutup
sebagian/seluruh jalan atau menghambat
kelancaran lalu lintas, kecuali untuk
kegiatan kepentingan umum dengan
mendapatkan izin sesuai ketentuan
berlaku.
2. Sistem jaringan kereta api, meliputi :

a) pemanfaatan ruang di sepanjang sisi


jaringan jalur kereta api dengan tingkat
intensitas menengah hingga tinggi
kecenderungan pengembangan ruangnya
dibatasi;
b) ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang
disekitar jalur kereta api yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian;

c) pembatasan pemanfaatan ruang yang


peka terhadap dampak lingkungan akibat
lalu lintas kereta api di sepanjang jalur
kereta api;

d) pembatasan jumlah perlintasan sebidang


antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
dan

e) penetapan garis sempadan bangunan di


sisi jaringan jalur kereta api dengan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

118
memperhatikan dampak lingkungan dan
kebutuhan pengembangan jaringan jalur
kereta api.

b. rencana sistem jaringan transportasi laut,


meliputi :
1. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan
operasional dan pengembangan kawasan
pelabuhan;

2. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang


udara bebas di atas badan air yang
berdampak pada keberadaan jalur
transportasi laut; dan

3. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam


Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
harus mendapatkan izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

c. rencana sistem jaringan transportasi udara,


meliputi :

1. Peraturan zonasi untuk bandar udara umum


disusun dengan memperhatikan:

a) pemanfaatan ruang untuk kebutuhan


operasional bandar udara;

b) pemanfaatan ruang di sekitar bandar


udara sesuai dengan kebutuhan
pengembangan bandar udara berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

119
c) batas-batas Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan dan batas-batas
kawasan kebisingan.

2. Peraturan zonasi untuk ruang udara untuk


penerbangan disusun dengan
memperhatikan pembatasan pemanfaatan
ruang udara yang digunakan untuk
penerbangan agar tidak mengganggu sistem
operasional penerbangan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangperundangan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :

a. keberadaan pembangkit listrik disusun dengan


memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar
pembangkit listrik dengan memperhatikan jarak
aman dari kegiatan lain;

b. ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga


listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan
pelarangan pemanfaatan

c. ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai


dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;

d. di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh


berdiri bangunan yang langsung digunakan
masyarakat;
e. dalam kondisi di bawah jaringan tinggi terdapat
bangunan maka harus disediakan jaringan
pengamanan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

120
f. dilarang mendirikan bangunan dalam kawasan
sempadan jaringan listrik SUTT, SUTM yang
dapat mengganggu keamanan jaringan listrik
maupun orang dalam bangunan tersebut;
g. dilarang melakukan kegiatan di sekitar prasarana
pembangkit listrik maupun gardu induk
distribusinya yang dapat membahayakan
berfungsinya prasarana energi tersebut; dan

h. pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTT, dan


SUTM masih dimungkinkan/ diperbolehkan
kegiatan yang tidak intensif, diantaranya untuk
kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan,
RTH, perikanan dan peternakan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi :
a. tidak diperbolehkan adanya bangunan rumah
dalam kawasan sekitar sistem prasarana
telekomunikasi yang dapat mengganggu
keamanan orang dalam bangunan tersebut;
b. diperbolehkan mendirikan bangunan rumah
dengan ketentuan mempunyai radius minimum
berjari-jari sama dengan tinggi menara;

c. dihimbau untuk menggunakan menara


telekomunikasi secara bersama-sama diantara
penyelia layanan komunikasi (provider); dan

d. memperhatikan pemanfaatan ruang untuk


penempatan menara pemancar telekomunikasi
yang memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktifitas kawasan disekitarnya;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

121
e. pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan,
dimana BTS diijinkan terbatas pada zona
pertanian lahan kering dan permukiman
kepadatan rendah;

f. jarak terluar dengan jalan umum


sekurangkurangnya 50 meter atau setinggi
menara yang dibangun;

g. jarak antara konstruksi BTS dengan bangunan


sekitarnya sekurang-kurangnya 20 meter;
h. pembangunan BTS harus membuat perhitungan
konstruksi;
i. setiap 5 tahun sekali diwajibkan melaporkan
kondisi bangunan BTS kepada Pemerintah
Daerah; dan

j. semua bentuk kerugian lingkungan akibat


operasionalisasi dan keberadaan BTS, menjadi
tanggung jawab pengelola BTS.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem


jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar


wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi lindung kawasan;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan


kecuali bangunan yang dimaksud untuk
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;
d. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

122
e. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai
lintas provinsi secara selaras dengan
pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di
provinsi yang berbatasan;
f. pemanfaatan ruang pada daerah aliran sungai
dengan tetap menjaga kelestarian lingungan dan
fungsi lindung kawasan;

g. pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas


kabupaten/kota, termasuk daerah hulunya, yang
dilakukan oleh kabupaten/kota yang berbatasan
harus selaras dengan arahan pola ruang wilayah;
dan
h. dilarang membangun bangunan maupun
melakukan kegiatan sekitar prasarana sumber
daya air yang dapat mengganggu, mencemarkan
dan merusak fungsi prasarana sumber daya air.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan
prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, meliputi :
a. sistem penyediaan air minum (SPAM), meliputi :
1. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk
mendukung jaringan air minum;

2. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat


mengurangi kapasitas dan fungsi sistem
jaringan air minum; dan

3. tidak diperbolehkan membangun


pada kawasan resapan air dan tangkapan
air hujan.
b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL), meliputi :
1. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk
mendukung jaringan pengolahan limbah;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

123
2. diperbolehkan dengan syarat kegiatan
pemanfaatan ruang di sekitar pengelolaan
limbah; dan

3. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak


sistem jaringan air limbah.
c. sistem jaringan persampahan wilayah, meliputi :
1. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk
mendukung jaringan persampahan;

2. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang


diperbolehkan berupa kantor pengelola,
gudang/garasi kendaraan

3. pengangkut dan alat-alat berat, pos


keamanan, bangunan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) dan tempat mesin pengolah
sampah seperti genset dan incinerator; dan

4. diperbolehkan dengan syarat pembangunan


fasilitas pengolahan sampah wajib
memperhatikan kelestarian lingkungan,
kesehatan masyarakat dan sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku.
5. arahan pengembangan sistem prasarana
lingkungan yang digunakan lintas wilayah
secara administratif dengan kerjasama antar
wilayah dalam hal pengelolaan dan
penanggulangan masalah sampah terutama di
wilayah perkotaan
6. pengalokasian Lokasi Pengelolaan Akhir
sesuai dengan persyaratan teknis

7. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi


ramah lingkungan sesuai dengan kaidah

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

124
teknis dan dengan konsep 3R (Reuse, Reduce
dan Recycle);
8. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan
harus sesuai dengan daya dukung
lingkungan
9. penyediaan ruang untuk TPS dan/atau TPA
terpadu.

d. sistem jaringan evakuasi bencana, meliputi :


1. diperbolehkan kegiatan pembangunan sarana
dan prasarana penunjang ruang evakuasi
bencana; dan

2. tidak diperbolehkan menutup akses terhadap


lokasi dan jalur evakuasi bencana.

e. sistem jaringan drainase, meliputi :


1. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk
mendukung jaringan drainase;
2. diperbolehkan dengan syarat pengembangan
kawasan terbangunyang didalamnya terdapat
jaringan drainase wajib dipertahankan secara
fisik maupun fungsional dengan ketentuan
tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak
menutup sebagian atau keseluruhan ruas
saluran yang ada;
3. diperbolehkan dengan syarat setiap
pembangunan wajib menyediakan jaringan
drainase lingkungan dan/atau sumur resapan
yang terintegrasi dengan sistem drainase
sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang
berlaku;

4. tidak diperbolehkan memanfaatkan saluran


drainase untuk pembuangan sampah, air

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

125
limbah atau material padat lainnya yang dapat
mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan

5. tidak diperbolehkan membangun pada


kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.

58. Ketentuan Pasal 63 diubah, sehingga Pasal 63 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(5) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan perlindungan setempat;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan konservasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi
untuk
Kawasan lindung geologi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan cagar budaya;

f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan hutan adat; dan
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan sumber daya air.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan


yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

126
a. kawasan hutan lindung, meliputi :

1. pemanfaatan ruang untuk


kepentingan pendidikan, penelitian, wisata
dengan syarat tidak mengubah bentang alam
dan tidak menggangu fungsi lindung;

2. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan


budidaya kehutanan hasil hutan bukan kayu
bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di
bawah pengawasan ketat;
3. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi
mengurangi luas kawasan hutan, tutupan
vegetasi dan mengganggu fungsi lindung;
4. peningkatan fungsi lindung pada area yang
telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi hutan yang mampu
memberikan perlindungan terhadap
permukaan tanah dan mampu meresapkan
air;
5. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan
lindung dengan tanaman yang sesuai dengan
fungsi lindung;
6. pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya
lainnya dimungkinkan dan dilakukan secara
selektif mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan;

7. boleh dilakukan kegiatan lain yang bersifat


komplementer terhadap fungsi hutan lindung
sebagaimana ditetapkan dalam
perundangundangan yang berlaku;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

127
8. kegiatan pertambangan di kawasan hutan
lindung masih diperkenankan dengan
ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam
perundang-undangan yang berlaku;
9. pembangunan prasarana wilayah yang harus
melintasi hutan lindung dapat diperkenankan
dengan ketentuan
sebagaimana ditetapkan dalam perundangundangan yang
berlaku; dan
10. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa
merubah bentang alam.

b. kawasan resapan air, meliputi :


1. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk
kegiatan budi daya tidak terbangun yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
2. dapat digunakan untuk penyediaan sumur
resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada;

3. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap


setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya;

4. kegiatan permukiman dimungkinkan dengan


ketentuan tingkat kerapatan bangunan
rendah, perkerasan permukiman
menggunakan bahan yang memiliki daya
serap tinggi serta diwajibkan untuk
menyediakan sumur resapan, sumur biopori
atau kolam retensi sesuai ketentuan yang
berlaku;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

128
5. dapat digunakan untuk wisata alam, kegiatan
pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam;

6. peningkatan fungsi lindung pada area yang


telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang
mampu memberikan perlindungan terhadap
permukaan tanah dan mampu meresapkan
air ke dalam tanah;

7. pengolahan tanah secara sipil teknis sehingga


kawasan ini memberikan
kemampuan peresapan air yang lebih tinggi;
8. pelarangan untuk seluruh jenis kegiatan yang
mengganggu fungsi resapan air;

9. pelarangan pengembangan kawasan industri


yang menyebabkan kerusakan kawasan
resapan air; dan

10. Permukiman yang sudah terbangun di dalam


Kawsasan resapan air sebelum ditetapkan
sebagai kawasan lindung masih
diperkenankan namun harus memenuhi
syarat sesuai perundang-undangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan


sempadan sungai, meliputi :

1. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka


hijau;

2. ketentuan pelarangan pendirian bangunan


kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

129
pengelolaan badan air, pemanfaatan air,
bangunan prasarana sumber daya air,
fasilitas jembatan dan dermaga, jalur pipa gas
dan air minum, rentangan kabel listrik dan
telekomunikasi, bangunan
ketenagalistrikan;
3. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi, fungsi
pengamanan sempadan dan prasarana
penunjang yang dikecualikan;
4. pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang
sungai yang dapat mengganggu atau
merusak kualitas air sungai;
5. pengoptimalan pemanfaatan ruang terbuka
hijau;

6. dapat digunakan untuk kegiatan budidaya


perikanan air tawar;
7. tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya
yang mengakibatkan terganggunya fungsi
sungai;
8. pengendalian terhadap kegiatan yang telah
ada di sepanjang sungai agar tidak
berkembang;
9. ketentuan lebar sempadan sungai sesuai
ketentuan berlaku meliputi:
a) 25 meter dari bibir sungai untuk sungai
yang berada di dalam kawasan
perkotaan; dan
b) 50 meter dari bibir sungai untuk sungai
yang berada di luar kawasan perkotaan.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

130
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
sempadan waduk/danau/mata air, meliputi :

1. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka


hijau;

2. Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan


pencemaran terhadap
waduk/danau/mata air;
3. tidak diperkenankan alih fungsi lindung yang
menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

4. dapat digunakan untuk membangun sarana


dan prasarana pariwisata dengan menjaga
kualitas tata air yang ada;

5. pelarangan menggunakan lahan untuk


mendirikan bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi waduk;
6. ketentuan pelarangan pendirian bangunan
kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk
taman rekreasi, konservasi, pendayagunaan
air, prasarana sumber daya air, jalan akses,
jembatan, dan dermaga, jalur pipa gas dan air
minum, rentangan kabel listrik dan
telekomunikasi, prasarana pariwisata,
olahraga, dan keagamaan, prasarana dan
sarana sanitasi, bangunan ketenagalistrikan;
7. dapat digunakan untuk kegiatan penunjang
pariwisata alam sesuai ketentuan yang
berlaku;

8. Tidak diperkenankan dilakukan kegiatan


budidaya yang dapat merusak fungsi
danau/waduk/mata air;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

131
9. Diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar
radius mata air;

10. Diperbolehkan pemanfaatan sempadan mata


air untuk air minum dan irigasi;

11. Tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya


yang dapat merusak mata air;

12. Ketentuan lebar sempadan sesuai dengan


ketentuan meliputi :

a) kawasan sempadan waduk besar


ditetapkan selebar 50 (lima puluh) meter di
sekitar daerah genangan;

b) kriteria garis sempadan bangunan terhadap


waduk paling sedikit 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat;
c) pembuatan sabuk hijau dengan lebar 100
(seratus) meter; dan
d) penetapan kawasan penyangga di luar
kawasan sempadan waduk dengan jarak
1.000 (seribu) meter.
13. dan penetapan lebar sempadan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku.

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan sempadan pantai, meliputi :

1. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka


hijau;

2. pengembangan struktur alami dan struktur


buatan untuk mencegah abrasi;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

132
3. pemanfaatan untuk pelabuhan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan;

4. pendirian bangunan yang dibatasi hanya


untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai,
pelabuhan, bandar udara, dan pembangkitan
tenaga listrik;

5. dapat digunakan untuk kegiatan penunjang


pariwisata alam sesuai ketentuan yang
berlaku;

6. dapat digunakan untuk membangun sarana


dan prasarana pariwisata dengan menjaga
kualitas tata air yang ada;

7. ketentuan pelarangan merubah atau merusak


vegetasi yang ada pada sempadan;
8. dapat digunakan sebagai daerah pertahanan
atau kegiatan- kegiatan lain yang
berhubungan dengan kepentingan dan
keamanan negara sesuai dengan peraturan
perundang- undangan;

9. ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan


yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis,
dan estetika kawasan;

10. ketentuan lebar sempadan sesuai dengan


ketentuan kawasan sempadan pantai
ditetapkan selebar 100 (seratus) meter dari
bibir pantai; dan

11. atau penetapan lebar sempadan sesuai


dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

133
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan,
meliputi :

1. tidak diperbolehkan kegiatan yang bersifat


alih fungsi rth;

2. diperbolehkan seluruh kegiatan untuk


menambah rth agar mencapai 30% (tiga puluh
persen);

3. diperbolehkan kegiatan dengan syarat untuk


kegiatan pendidikan, penelitian dan rekreasi;

4. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk


bangunan penunjang kegiatan pendidikan,
penelitian, pemakaman, hutan dan rekreasi
terbuka; dan
5. dalam kawasan ruang terbuka hijau masih
diperkenankan dengan fasilitas pelayanan
sosial secara terbatas.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berupa Kawasan suaka alam, pelestarian
alam/Kawasan Taman Nasional meliputi :

a. pemanfaatan ruang untuk penyimpanan atau


penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air,
energi panas, dan energi angin;

b. pemanfaatan ruang untuk pemantapan fungsi


atau pengembanganpengelolaan taman nasional,
wisata alam, penelitian dan pengembangan, serta
ilmu pengetahuan;

c. pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber


plasma nutfah sebagai penunjang budi daya dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

134
pemanfaatan tumbuhan, satwa liar, serta koleksi
keanekaragaman hayati;

d. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budi


daya diperbolehkan bagi penduduk asli di zona
penyangga dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di
bawah pengawasan ketat;
e. ketentuan pelarangan kegiatan budi daya yang
berpotensi mengurangi tutupan vegetasi atau
terumbu karang di zona penyangga;

f. dilarang melakukan kegiatan yang dapat


mengakibatkan perubahan keutuhan Kawasan
Cagar Alam dan Kawasan Suaka Margasatwa;
g. diperkenankan pemanfaatan ruang untuk
penelitian, pendidikan dan pariwisata tanpa
merusak kawasan;
h. dilarang berburu, menebang pohon, mengangkut
kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di dalam
dan ke luar kawasan, serta memusnahkan
sumber daya alam di dalam kawasan;

i. diizinkan pemanfaatan ruang untuk budidaya


hanya bagi penduduk asli di zona penyangga
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi
lindung dan di bawah pengawasan ketat;

j. larangan kegiatan pada zona inti dan zona rimba


taman nasional yang mengakibatkan kerusakan
fungsi;

k. larangan kegiatan yang mengubah bentang alam


dan ekosistem, mengganggu kelestarian flora
fauna dan keanekaragaman hayati;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

135
l. larangan kegiatan yang tidak sesuai dengan
fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari
taman nasional.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan


lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi :

a. kawasan lindung geologi yang berada didalam


kawasan hutan diatur mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku;

b. diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang


menunjang kegiatan Pendidikan, konservasi dan
pariwisata;

c. larangan kegiatan yang mengganggu atau


merusak kekayaan dan kondisi geologi;

d. pemanfaatan ruang pada kawasan lindung geologi


dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan
fungsi lindung kawasan;

e. larangan kegiatan yang berpotensi mengganggu


bentang alam dan kelestarian lingkungan hidup;

f. diperbolehkan kegiatan sarana dan prasarana


untuk kepentingan umum dengan pengendalian
pemanfaatan ruang secara ketat;

g. penetapan wilayah yang secara geologis tertutup


bagi pengembangan wilayah yang membahayakan
kehidupan manusia dan
kelestarian peninggalan proses geologi;

h. pelarangan kegiatan pendirian


bangunan permanen, kegiatan
penambangan dan industri, prasarana umum dan
permukiman penduduk;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

136
i. dapat digunakan kegiatan terbatas hanya untuk
pertimbangan geologi terhadap setiap
pengembangan wilayah;

j. pelarangan kegiatan pertambangan


dalam
Kawasan Kars Kelas I;
k. dapat digunakan untuk kegiatan lain dalam
Kawasan Kars Kelas I;
l. dapat digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan dan kegiatan lain dalam Kawasan
Kars Kelas II;

m. dapat digunakan untuk kegiatan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam Kawasan Kars Kelas III;
n. kawasan lindung geologi yang berada didalam
kawasan hutan diatur mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku;
o. pemanfaatan ruang pada kawasan lindung geologi
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan
fungsi lindung kawasan;
p. diperbolehkan kegiatan sarana dan prasarana
untuk kepentingan umum dengan pengendalian
pemanfaatan ruang secara ketat;

q. pemanfaatan di sekitar sebaran geosite diatur


lebih lanjut dalam peraturan perundangan sektor
terkait.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penelitian, kegiatan pendidikan, penelitian,

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

137
kegiatan sosial budaya, pariwisata, bangunan
untuk pertahanan dan keamanan negara,
bangunan pos pengawasan, pos telekomunikasi,
dan fasilitas rekreasi terbatas;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk bangunan pengawasan dan kegiatan selain
sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan cagar budaya
sebagai kawasan lindung;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat merusak kekayaan budaya
berupa peninggalan sejarah dan bangunan
arkeologi, pendirian bangunan yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan, pemanfaatan ruang dan
kegiatan yang mengubah bentukan geologi
tertentu;
d. diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang
menunjang kegiatan wisata alam;
e. larangan kegiatan yang mengganggu upaya
pelestarian adat / kearifan lokal masyarakat
setempat.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan


hutan adat sebagaimana dimaksud (1) huruf f
meliputi :

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan


penelitian, kegiatan pendidikan, penelitian ,
kegiatan sosial budaya, pariwisata, bangunan
untuk pertahanan dan keamanan negara,
bangunan pos pengawasan, pos telekomunikasi,
dan fasilitas rekreasi terbatas;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

138
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk bangunan pengawasan dan kegiatan selain
sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan cagar budaya
sebagai kawasan lindung;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan yang dapat merusak kekayaan budaya
berupa peninggalan sejarah dan bangunan
arkeologi, pendirian bangunan yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan, pemanfaatan ruang dan
kegiatan yang mengubah bentukan geologi
tertentu;

d. diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang


menunjang kegiatan wisata alam; dan

e. larangan kegiatan yang mengganggu upaya


pelestarian adat / kearifan lokal masyarakat
setempat.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf g meliputi :

a. pemanfaatan ruang pada daerah aliran sungai


dengan tetap menjaga kelestarian lingungan dan
fungsi lindungkawasan;

b. pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas


kabupaten/kota, termasuk daerah hulunya, yang
dilakukan oleh kabupaten/kota yang berbatasan
harus selaras dengan arahan pola ruang wilayah;

c. dilarang membangun bangunan maupun


melakukan kegiatan sekitar prasarana sumber

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

139
daya air yang dapat mengganggu, mencemarkan
dan merusak fungsi prasarana sumber daya air.

59. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 64
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (5) huruf b terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasanpada
peruntukan hutan produksi;

b. ketentuan umum peraturanzonasi pada


kawasan peruntukan pertanian

c. ketentuan umum peraturanzonasi pada


kawasan peruntukan perikanan

d. ketentuan umum peraturanzonasi pada


kawasan peruntukan pariwisata

e. ketentuan umum peraturan zonasi pada


kawasan kawasan peruntukan industri;
f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
kawasan pertambangan dan energi;

g. ketentuan umum peraturan zonasi pada


kawasan kawasan peruntukan permukiman; dan

h. ketentuan umum peraturan zonasi pada


kawasan kawasan pertahanan dan keamanan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi :
a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk
menjaga kestabilan neraca sumberdaya
kehutanan dan sumberdaya air;

b. pada kawasan hutan produksi yang berada di


kawasan yang memiliki daya tarik wisata dapat

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

140
dilakukan kegiatan pariwisata yang tidak
merubah fungsi utama kawasan;

c. pelarangan kegiatan kehutanan dalam kawasan


hutan produksi yang menimbulkan gangguan
lingkungan;

d. dapat digunakan untuk kegiatan bukan


kehutanan dengan syarat menempuh ketentuan
pinjam pakai kawasan hutan;

e. pelarangan alih fungsi kawasan hutan produksi


untuk kegiatan lain di luar kehutanan;
f. dapat digunakan untuk alih fungsi hutan
produksi dengan syarat berpedoman pada
peraturan perundang-undangan berlaku
pemilihan komoditas tanaman yang menjamin
ketersediaan air bagi penduduk;

g. diperkenanan secara terbatas dan bersyarat bagi


kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup, aspek keselamatan
dengan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan, serta mengacu pada peraturan
perundangan berlaku.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :

a. kawasan tanaman pangan;


b. kawasan perkebunan; dan

c. kawasan peternakan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
peruntukan tanaman pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

141
a. pelarangan alih fungsi lahan pertanian tanaman
pangan yang ditetapkan sebagai LP2B selain
untuk kepentingan umum dan akibat bencana
dengan berpedoman peraturan perundang-
undangan;

b. kegiatan pertanian tanaman pangan mencakup


pengembangan lokasi yang digunakan untuk
kepentingan budidaya, penyediaan sarana dan
prasarana, penanganan pasca panen serta
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;

c. pengembangan kegiatan pertanian tanaman


pangan dapat dilaksanakan secara tersendiri
dan/atau terintegrasi dengan urusan kehutanan,
peternakan, perikanan dan pariwisata serta
urusan lainnya yang terkait;

d. pengembangan kegiatan pertanian tanaman


pangan pada kawasan perkotaan dapat
dilaksanakan melalui pendekatan teknologi
inovatif dengan penggunaan lahan terbatas.
e. pelarangan penggunaan lahan yang dikelola
dengan mengabaikan kelestarian lingkungan;
f. dapat digunakan untuk kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian, dan pendidikan
pengembangan kegiatan pertanian tanaman
pangan dapat dilaksanakan secara tersendiri
dan/atau terintegrasi dengan urusan kehutanan,
peternakan, perikanan dan pariwisata serta
urusan lainnya yang terkait;

g. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lahan


pertanian tanaman pangan diarahkan untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

142
h. pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah
diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama
(arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran
perubahan maksimum 20 (dua puluh persen) dari
luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan
peningkatan irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua
kali luasan area yang akan diubah dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama;

i. lahan sawah beririgasi sederhana dan setengah


teknis secara bertahap dilakukan peningkatan
menjadi sawah beririgasi teknis

j. diperbolehkan permukiman perdesaan di sekitar


kawasan pertanian LP2B khususnya bagi
penduduk yang bekerja disektor pertanian;

k. diperbolehkan adanya bangunan prasarana


wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b meliputi :

a. pengembangan kegiatan perkebunan dapat


dilaksanakan secara tersendiri dan/atau
terintegrasi dengan urusan kehutanan,
peternakan, perikanan dan pariwisata serta
urusan lainnya yang terkait;

b. pengembangan kegiatan perkebunan


diselenggarakan dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan yang berdaya saing dan
berkelanjutan, bagi peningkatan kesejahteraan
petani dan masyarakat sekitarnya;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

143
c. pengembangan usaha perkebunan dapat
dilaksanakan pada wilayah kecamatan setempat
dengan menggunakan pola kemitraan dengan
masyarakat;
d. diizinkan untuk mendirikan perumahan dengan
syarat tidak mengganggu fungsi perkebunan;

e. diizinkan untuk aktivitas pendukung


perkebunan, misalnya penyelenggaraan aktivitas
pembenihan;

f. larangan aktivitas budidaya yang mengurangi


atau merusak fungsi lahan dan kualitas tanah
untuk perkebunan;

g. diizinkan kegiatan hutan rakyat kebun rakyat dan


peternakan yang tidak mengganggu fungsi
perkebunan dalam kawasan perkebunan;

h. ketentuan kegiatan Penggunaan lahan dan


intensitas pemanfaatan ruang untuk klasifikasi
kawasan pertahanan keamanan dalam kawasan
peruntukan perkebunan diatur sesuai dengan
peraturan perundangan terkait;

i. Tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman


perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan
yang berlokasi di lokasi hulu/kawsan resapan air;

j. Kawasan perkebunan yang dikelola perusahaan


besar tidak diperkenankan merubah jenis
tanaman yang tidak sesuai dengan perizinan yang
diberikan;

k. Dalam kawasan perkebunan besar dan


perkebunan rakyat diperkenankan adanya
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

144
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah
untuk kepentingan pemanfaatan hasil
perkebunan serta untuk kepentingan
pencegahan dan penangulangan bencana;
l. lahan perkebunan dapat beralih fungsi untuk
kegiatan non perkebunan dalam hal pemenuhan
kebutuhan penyedian lahan untuk
perkembangan sistem pusat kegiatan, kawasan
industri yang berorientasi pada kegiatan
perkebunan (agroindustri), kawasan wisata yang
berorientasi pada kegiatan pertanian (agrowisata),
lahan pengganti hutan, lahan pertanian pangan
berkelanjutan, kawasan peternakan, dan
kawasan pengembalaan umum;

m. pengembangan kegiatan perkebunan dapat


dilaksanakan secara tersendiri dan/atau
terintegrasi dengan urusan kehutanan,
peternakan, perikanan dan pariwisata serta
urusan lainnya yang terkait;
n. diperbolehkan lahan perkebunan besar
swasta/negeri yang terlantar/habis masa berlaku
izinnya dapat beralih fungsi untuk kegiatan non
perkebunan sesuai ketentuan yang berlaku;
o. diperbolehkannya permukiman perdesaan
khususnya bagi penduduk yang bekerja disektor
perkebunan;
p. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman
perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan
yang diberikan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

145
q. diperbolehkan adanya bangunan yang bersifat
mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan
prasarana wilayah;

r. diizinkan untuk mendirikan perumahan dengan


syarat tidak mengganggu fungsi perkebunan;

s. diizinkan untuk aktivitas pendukung


perkebunan, misalnya penyelenggaraan aktivitas
pembenihan;

t. diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan


menjadi fungsi lainnya sepanjang sesuai dan
mengikuti ketentuan peraturan
perundangundangan;
u. diperkenanan secara terbatas dan bersyarat bagi
kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup, aspek keselamatan
dengan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan, serta mengacu pada peraturan
perundangan berlaku.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c meliputi :
a. dapat digunakan untuk mendirikan bangunan
prasarana wilayah dan bangunan pendukung
kegiatan peternakan;
b. kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi
yang digunakan untuk kepentingan
pengembangan peternakan termasuk penyediaan
rumah potong hewan, pusat kesehatan hewan
dan inseminasi buatan serta pasar hewan berupa
penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan
teknis peternakan dan kesehatan hewan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

146
c. pengembangan kawasan peternakan
diselenggarakan dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan, barang dan jasa asal hewan
secara mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan,
bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan
masyarakat sekitarnya;

d. pengembangan kawasan peternakan dapat


dilaksanakan secara tersendiri dan/atau
terintegrasi dengan budidaya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait;
e. rumah potong hewan ruminansia dan unggas,
pembibitan ternak, unit penetasan dan pusat
kesehatan hewan, dan usaha pengolahan hasil
ternak, tempat penampungan telur, pabrik obat
hewan, laboratorium, rumah sakit dan klinik
hewan dapat dikembangkan pada sentra-sentra
produksi peternakan dan wilayah penyangganya
serta wilayah pengembangan industri
peternakan; dan

f. pelarangan kegiatan yang mengakibatkan


pencemaran dan kerusakan lingkungan
g. tidak boleh merusak fungsi pariwisata pada
kawasan peternakan yang dibebani fungsi
pengembangan pariwisata;
h. kegiatan peternakan oleh masyarakat dan
kegiatan usaha ternak mengikuti ketentuan
peraturan yang berlaku;

i. diperkenanan secara terbatas dan bersyarat bagi


kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup, aspek keselamatan
dengan tidak mengubah dominasi fungsi utama

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

147
kawasan, serta mengacu pada peraturan
perundangan berlaku.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c meliputi :


a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani
perikanan/ nelayan dengan kepadatan rendah;
b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan
dan/atau kawasan sabuk hijau; dan

c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak


melebihi potensi lestari.

d. dapat digunakan untuk mendirikan bangunan


prasarana wilayah dan bangunan pendukung
kegiatan perikanan;
e. memiliki sistem pengolahan limbah peternakan
yang tidak mengganggu kerusakan lingkungan

f. pada kawasan budidaya perikanan perkenankan


adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perikanan;

g. penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil


ikan, balai pelatihan teknis nelayan,
pengembangan sarana dan prasarna
pengembangan produk perikanan, dan pusat
pembenihan ikan dapat dilaksanakan dengan
mengikuti ketentuan peraturan;

h. larangan aktivitas budidaya yang akan


mengganggu kualitas air sungai atau waduk
untuk perikanan darat;

i. pengembangan kawasan minapolitan


diselenggarakan dalam rangka mencukupi

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

148
kebutuhan pangan, barang dan jasa asal hewan
secara mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan,
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya;

j. pada kawasan perikanan yang juga dibebani


fungsi wisata, pengembangan perikanannya tidak
boleh merusak/mematikan fungsi pariwisata.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi :

a. pemanfaatan potensi alam dan budaya


masyarakat sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan;

b. perlindungan terhadap situs peninggalan


kebudayaan masa lampau;
c. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pariwisata.
d. kegiatan wisata, sarana dan prasarana tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung, bentuk
bangunan arsitektur setempat, bentang alam dan
pandangan visual dan mengikuti prinsipprinsip
pemugaran;

e. pemanfaatan kawasan fungsi lindung untuk


kegiatan wisata dilaksanakan sesuai azas
konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, perlindungan terhadap situs
peninggalan kebudayaan masa lampau;
f. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas
komersial sesuai dengan skala daya tarik
pariwisata;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

149
g. pengharusan penerapan ciri khas arsitektur
daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan
fasilitas penunjang pariwisata penggunaan tata
busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata
sesuai dengan jenis jasa yang disediakan;

h. pengharusan penyediaan fasilitas parkir pada


lokasi pariwisata untuk menghindari gangguan
terhadap arus lalu lintas umum dan pengguna
jalan;

i. pengharusan penyediaan fasilitas evakuasi dan


alat penyelamatan, alat peringatan dini pada
kawasan pariwisata yang berada dalam kawasan
rawan bencana.
j. intensitas bangunan atau besaran koefisien dasar
bangunan dan koefisien luas bangunan
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik daya
tarik wisata;

k. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas


perumahan dan permukiman dengan syarat di
luar zona utama pariwisata dan tidak
mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
l. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan
intensitas pemanfaatan ruang untuk klasifikasi
kawasan pertahanan keamanan dalam kawasan
peruntukan pariwisata diatur sesuai dengan
peraturan perundangan terkait.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e meliputi :

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik


yang sesuai dengan kemampuan penggunaan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

150
teknologi, potensi sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia di wilayah
sekitarnya;

b. pelarangan bentuk kegiatan yang memberikan


dampak merusak dan menurunkan kualitas
lingkungan;

c. wajib memiliki sistem pengolahan limbah cair dan


padat yang tidak mengganggu kelestarian
lingkungan;
d. wajib menyediakan dan mengelola limbah B3;
e. wajib mengelola limbah terpadu sesuai standar
keselamatan internasional bagi industri yang
lokasinya berdekatan;

f. dapat digunakan untuk kegiatan industri yang


memiliki sumber air baku memadai dan menjaga
kelestariannya;

g. dapat digunakan untuk kegiatan industri yang


memiliki sarana prasarana pengelolaan sampah,
system drainase memadai, sarana prasarana
pengelolaan sampah dan memiliki sumber energy
untuk memenuhi kebutuhan industri;
h. dapat digunakan untuk pengembangan zona
industri pada sepanjang jalan arteri atau kolektor
dengan syarat dilengkapi frontageroad;

i. pembatasan pembangunan perumahan baru


sekitar kawasan peruntukan industri;

j. industri baru wajib memanfaatkan sumber daya


lokal; dan

k. penyediaan lokasi pembangunan perumahan


baru bagi pekerja industri dengan harga

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

151
terjangkau untuk kawasan industri yang luasnya
lebih dari 200 (duaratus) hektar

l. diperbolehkan kegiatan industri yang mempunyai


kemampuan penggunaan teknologi, potensi
sumberdaya alam dan sdm di sekitarnya;

m. diizinkan kegiatan industri yang hemat dalam


penggunaan air dan non-polutif;

n. diizinkan kegiatan industri yang tidak


mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi
kawasan lindung;

o. pelarangan bentuk kegiatan yang dapat


memberikan dampak merusak dan menurunkan
kualitas lingkungan;

p. diizinkan kegiatan industri yang memiliki sumber


air baku memadai dan menjaga
kelestariannya;
q. diperbolehkan pengembangan kawasan
peruntukan industri yang terletak pada di
sepanjang jalan arteri atau kolektor dengan syarat
harus dilengkapi dengan jalur lambat untuk
kelancaran aksesibilitas.

r. diperkenanan secara terbatas dan bersyarat bagi


kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup, aspek keselamatan
dengan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan, serta mengacu pada peraturan
perundangan berlaku
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
peruntukan pertambangan dan energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

152
a. diperbolehkan pengembangan kawasan
permukiman pendukung kegiatan
pertambangan;

b. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan di


luar Kawasan pertambangan;
c. tidak diperbolehkan membangun kawasan
permukiman eksklusif dalam kawasan
pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan
rencana struktur ruang kabupaten;

d. pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan


pekerja dan keamanan lingkungan dalam
penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan
penambangan;

e. pengharusan pemulihan rona bentang alam pasca


penambangan, serta ketentuan yang berlaku bagi
kawasan pertambangan; dan

f. kegiatan pertambangan dibatasi untuk mencegah


dampak lingkungan yang merugikan bagi
lingkungan hidup biotic dan abiotik di dalamnya
maupun disekitarnya.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan


peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf g meliputi :
a. kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan
harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian
yang aman, nyaman dan produktif, serta
didukung oleh sarana dan prasarana
permukiman yang sesuai hirarki dan tingkat
pelayanan masing- masing;

b. permukiman perkotaan diarahkan pada


penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

153
sarana dan prasarana permukiman yang
memadai;

c. pengembangan permukiman perkotaan besar dan


menengah, diarahkan pada perbaikan kualitas
permukiman dan pengembangan
perumahan secara vertikal;
d. pengembangan permukiman perkotaan kecil
dilakukan melalui pembentukan pusat
pelayanan kecamatan;
e. permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis
agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan
lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan
kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
f. penetapan garis sempadan bangunan sesuai
dengan fungsi jalan atau ketentuan yang
berlaku;
g. pengharusan penyediaan kelengkapan,
keselamatan bangunan dan lingkungan;

h. pengharusan penetapan jenis dan penerapan


syarat-syarat penggunaan bangunan;
i. pengharusan penyediaan drainase yang
memadai, pembuatan sumur resapan yang
memadai, pembuatan tandon- tandon air hujan;
j. pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi
bangunan untuk kegiatan usaha;
k. kepadatan penghunian satu unit hunian untuk
satu rumah tangga dalam kawasan permukiman
setinggi-tingginya sama dengan standar
kepadatan layak huni, tidak termasuk bangunan
hunian yang terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

154
l. peruntukan kawasan permukiman diperbolehkan
untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;

m. diizinkan dibangun prasarana wilayah sesuai


dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

n. diizinkan adanya kegiatan industri skala rumah


tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya
dengan skala pelayanan lingkungan;
o. dalam kawasan permukiman tidak diperbolehkan
dikembangkan kegiatan yang menganggu fungsi
permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat;
p. bagi pengembang perumahan wajib
mengalokasikan RTH privat, RTH publik dan
tempat pemakaman umum (TPU);
q. bagi pengembang perumahan wajib mengikuti
ketentuan KDB dan KLB sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku.

r. diperkenanan secara terbatas dan bersyarat bagi


kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup, aspek keselamatan
dengan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan, serta mengacu pada peraturan
perundangan berlaku
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf h meliputi :

a. diperuntukkan sebagai pengembangan prasarana


dan sarana pertahanan dan keamanan negara; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

155
b. dalam kondisi darurat dan mendesak, wilayah
pertahanan keamanan dapat menggunakan seluruh
peruntukkan pola ruang lainnya.

60. Ketentuan Pasal 65 ayat (1) ditambahkan 1 (satu) huruf


yakni huruf e, serta ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat
(6), sehingga Pasal 65 berbunyi sebagai berikut : Pasal 65
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
huruf c meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi
tinggi; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


kawasan strategis dari sudut kpentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.

e. ketentuan umum peraturan zonasi


untuk kawasan strategis kabupaten lebak
dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis


dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

156
a. diperbolehkan pembangunan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan ekonomi;

b. diperbolehkan dialokasikan ruang atau zona


secara khusus dan harus dilengkapi dengan
ruang terbuka hijau; dan

c. diperbolehkan zona yang dinilai penting untuk


mendukung aktivitas kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan
perubahan fungsi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis
dari sudut kepentingan sosial dan budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan
ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan wisata sesuai dengan


daya dukung dan daya tampung kawasan;

b. diperbolehkan pemugaran obyek wisata/tempat


pelestarian sosial budaya; dan

c. diperbolehkan pembangunan sarana dan


prasarana penunjang lain yang belum ada di
kawasan wisata/tempat pelestarian sosial
budaya.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis


dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan :

a. diperbolehkan rehabilitasi dan konservasi lahan


untuk mengembalikan fungsi lindung dan daya
dukung lingkungan;

b. diperbolehkan kegiatan penunjang kawasan


dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

157
c. diperbolehkan pengendalian kawasan lindung
agar eksistensinya sebagai fungsi lindung dapat
dipertahankan untuk mencegah kerusakan fungsi
lingkungan; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang


yang dapat menggangu kelestarian ekosistem.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis


dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dengan ketentuan :
a. diperbolehkan percepatan rehabilitasi untuk
menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan
dalam jangka panjang; dan

b. diperbolehkan kawasan yang telah ditetapkan


memiliki fungsi lingkungan dan terdapat
kerusakan harus dilakukan pengembalian ke
rona awal.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan


strategis Kabupaten Lebak dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan :

a. diperuntukkan sebagai pengembangan prasarana


dan sarana pertahanan dan keamanan negara;
dan

b. dalam kondisi darurat dan mendesak, wilayah


pertahanan keamanan dapat menggunakan
seluruh peruntukkan pola ruang lainnya.

61. Ketentuan Pasal 66 dihapus.


62. Ketentuan Pasal 67 diubah, sehingga Pasal 67 berbunyi
sebagai berikut :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

158
Pasal 67
(1) Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(1) huruf b terdiri atas:
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan berusaha;
b. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan nonberusaha; dan

c. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk


kegiatan yang bersifat strategis nasional.

(2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Menteri.

(3) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
3 (tiga) tahun sejak diterbitkan oleh Menteri.

(4) Kesesuaian Kegiatan Pernanfaatan Ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
dapat berupa keputusan:

a. disetujui; atau

b. ditolak dengan disertai alasan penolakan.


(5) Kesesuaian kegiatan Pemanfaatan Ruang menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan revisi RTR.

(6) Ketentuan Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi :

a. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan berusaha diperoleh melalui
OSS;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

159
b. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan berusaha, meliputi :

1. kegiatan berusaha untuk non-UMK; dan


2. kegiatan berusaha untuk UMK.
c. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan berusaha non-UMK
sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1,
dilakukan melalui :

1. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan
Ruang; atau

2. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang.

d. konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang sebagaimana dimaksud pada huruf c
angka 1, diberikan berdasarkan kesesuaian
rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dengan RDTR;

e. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf c angka 2, diberikan dalam
hal belum tersedia RDTR di lokasi rencana
kegiatan Pemanfaatan Ruang;

f. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf e, diberikan setelah
dilakukan kajian dengan menggunakan asas
berjenjang dan komplementer berdasarkan :
1. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

2. rencana tata ruang wilayah provinsi;


3. RTR KSN;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

160
4. RZ KSNT;
5. RZ KAW;
6. RTR pulau/kepulauan; danf atau

7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.


g. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf f, diberikan dengan
memperhatikan pertimbangan teknis
pertanahan;
h. pertimbangan teknis pertanahan sebagaimana
dimaksud pada huruf g, terkait lokasi usaha
dilaksanakan oleh kantor pertanahan;

i. berdasarkan kajian sebagaimana dimaksud pada


huruf f dan pertimbangan teknis pertanahan
sebagaimana dimaksud pada huruf g, Menteri
menerbitkan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;
j. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang sebagaimana dimaksud pada huruf i,
paling sedikit memuat:

1. lokasi kegiatan;
2. jenis peruntukan Pemanfaatan Ruang;
3. koefisien dasar bangunan;
4. koefisien lantai bangunan;
5. indikasi program Pemanfaatan Ruang; dan
6. persyaratan pelaksanaan kegiatan
Pemanfaatan Ruang.
k. perubahan peruntukan dan fungsi serta
penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan
pemLrangunan di luar kehutanan berlaku

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

161
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan;

l. pemanfaatan Ruang yang lokasinya berada pada


Kawasan Hutan yang mengalami perubahan
peruntukan dan fungsi serta belum dimuat dalam
RDTR maka kegiatan Pemanfaatan Ruang
dilaksanakan setelah mendapatkan Persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan berusaha;

m. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfatan


Ruang sebagaimana dimaksud pada huruf l,
diberikan sesuai tahapan dan ketentuhn
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
I;
n. jangka waktu penerbitan Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada huruf a paling lama 20 (dua
puluh) Hari dihitung sejak pendaftaran atau
pembayaran penerimaan negara bukan pajak;

o. penerbitan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dapat
didelegasikan kewenangannya kepada gubernur,
bupati, atau wali kota tanpa mengurangi
kewenangan Menteri;
p. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf o, dapat diberikan dengan
pertimbangan Forum Penataan Ruang;

q. dalam hal Menteri, gubernur, bupati atau wali


kota sesuai kewenangannya tidak menerbitkan
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

162
Ruang untuk kegiatan berusaha dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada huruf n,
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang diterbitkan oleh Lembaga OSS;

r. kegiatan Pemanfaatan Ruang yang dilakukan oleh


Pelaku Usaha yang termasuk dalam kelompok
UMK sebagaimana dimaksud dalam huruf b
angka 2, tidak melalui proses penerbitan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;

s. pelaku UMK sebagaimana dimaksud pada huruf


b angka 2 membuat pernyataan mandiri bahwa
kegiatan usahanya telah sesuai dengan RTR;

t. dalam hal pernyataan mandiri sebagaimana


dimaksud pada huruf s, terbukti tidak benar,
kegiatan pemanfaatan ruangnya dilakukan
pembinaan oleh kementerian/lembaga dan/atau
perangkat daerah;
u. setelah memperoleh Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Pelaku Usaha dapat mengajukan
permohonan Penzinan Berusaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

v. pelaku Usaha dapat melaksanakan kegiatan


Pemanfaatan Ruang setelah memperoleh
Perizinan Berusaha; dan
w. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di Perairan Pesisir,
wilayah perairan, dan wilayah yurisdiksi,
dilakukan melalui Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfataan Ruang Laut.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

163
(7) Ketentuan Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan nonberusaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi :

a. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan berusaha diperoleh melalui
sistem elektronik yang diselenggarakan oleh
Menteri sesuai kewenangannya;
b. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dilakukan melalui:
1. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang; atau

2. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang.

c. konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagaimana
dimaksud dalam huruf b angka 1, diberikan
berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RDTR;

d. jangka waktu penerbitan Konfirmasi Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan
nonberusaha sebagaimana dimaksud dalam
huruf c paling Iama 1 (satu) Hari sejak
pendaftaran atau pembayaran penerimaan negara
bukan pajak;
e. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagairnana
dimaksud dalam huruf b angka 2, diberikan
dalam hal belum tersedia RDTR di lokasi rencana
kegiatan Pemanfaatan Ruang;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

164
f. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagaimana
dimaksud dalam huruf e, diberikan setelah
dilakukan kajian dengan menggunakan asas
berjenjang dan komplementer berdasarkan :

1. rencana tata ruang wilayah


kabupaten/kota;

2. rencana tata ruang wilayah provinsi;


3. RTR KSN;
4. RZ KSNT;
5. RZ KAW;

6. RTR pulau/kepulauan; dan/atau


7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
g. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf f, diberikan dengan
memperhatikan pertimbangan teknis pertanahan;

h. pertimbangan teknis pertanahan sebagaimana


dimaksud pada huruf g, terkait lokasi kegiatan
dilaksanakan oleh kantor pertanahan;

i. berdasarkan kajian sebagaimana dimaksud pada


huruf f dan pertimbangan teknis pertanahan
sebagaimana dimaksud pada huruf g, Menteri
menerbitkan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan

Pemanfaatan Ruang;

j. perubahan peruntukan dan fungsi serta


penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

165
k. pemanfaatan Ruang yang lokasinya berada pada
Kawasan Hutan yang mengalami perubahan
peruntukan dan fungsi serta belum dimuat dalam
RDTR, maka kegiatan pemanfaatan ruangnya
dilaksanakan setelah mendapatkan Persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan nonberusaha;
l. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfatan
Ruang sebagaimana dimaksud pada huruf k,
diberikan sesuai tahapan dan ketentuan
sebagainlana dimaksud dalam huruf a dan huruf
i;
m. penerbitan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan nonberusaha
sebagaimana dimaksud huruf a, dapat
didelegasikan kewenangannya kepada gubernur,
bupati, atau wali kota tanpa mengurangi
kewenangan Menteri;

n. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan nonberusaha sebagaimana
dimaksud pada huruf m, dapat diberikan dengan
pertimbangan Forum Penataan
Ruang;

o. jangka waktu penerbitan Persetujuan Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a paling lama 20 (dua
puluh) Hari dihitung sejak pendaftaran atau
pembayaran penerimaan negara bukan pajak;

p. dalam hal Menteri, gubernur, bupati atau wali


kota sesuai kewenangannya tidak menerbitkan
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

166
Ruang untuk kegiatan nonberusaha dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf o,
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang diterbitkan oleh sistem elektronik yang
diselenggarakan oleh Menteri;
q. konfirmasi kesesuaian sebagaimana dimaksud
dalam huruf b angka 1, dapat diberikan untuk
kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut yang tidak
termasuk dalam kebijakan strategis nasional dan
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah provinsi;
r. kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut oleh instansi
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf q
merupakan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
s. setelah memperoleh Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan
nonberusaha, pemohon melakukan kegiatan
Pemanfaatan Ruang setelah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(8) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk


kegiatan yang bersifat strategis nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :

a. pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional diberikan untuk:

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

167
1. rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
termuat dalam RTR, RZ KAW, atau RZ KSNT;
dan

2. rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang


belum termuat dalam RTR, RZ KAW, dair RZ
KSNT.

b. kegiatan yang bersifat strategis nasional


sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan;
c. kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf a, diterbitkan
oleh Menteri sesuai dengan kewenangannya;
d. kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dimohonkan oleh menteri, kepala lembaga,
gubernur, bupati, atau wali kota;
e. kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
termuat dalam RTR, RZ KAW, atau RZ KSNT
sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1,
dilakukan melalui:

1. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang; dan
2. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang.

f. konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf e
angka 1, diberikan berdasarkan kesesuaian
rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dengan RDTR;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

168
g. jangka waktu penerbitan Konfirmasi Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan
yang bersifat strategis nasional sebagaimana
dimaksud dalam huruf f paling Iama 1 (satu) Hari
sejak pendaftaran atau pembayaran penerimaan
negara bukan pajak;

h. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagairnana dimaksud dalam huruf b
angka 2, diberikan dalam hal belum tersedia
RDTR di lokasi rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
i. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf e,
diberikan setelah dilakukan kajian dengan
menggunakan asas berjenjang dan komplementer
berdasarkan :

1. rencana tata ruang wilayah


kabupaten/kota;
2. rencana tata ruang wilayah provinsi;
3. RTR KSN;
4. RZ KSNT;
5. RZ KAW;
6. RTR pulau/kepulauan; dan/atau
7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

j. persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagaimana dimaksud pada huruf f,
diberikan dengan memperhatikan pertimbangan
teknis pertanahan;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

169
k. pertimbangan teknis pertanahan sebagaimana
dimaksud pada huruf g, terkait lokasi kegiatan
dilaksanakan oleh kantor pertanahan;

l. berdasarkan kajian sebagaimana dimaksud pada


huruf f dan pertimbangan teknis pertanahan
sebagaimana dimaksud pada huruf g, Menteri
menerbitkan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;
m. jangka waktu penerbitan Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a paling lama 20 (dua
puluh) Hari dihitung sejak pendaftaran atau
pembayaran penerimaan negara bukan pajak;

n. kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk


rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang belum
termuat dalam RTR, RZ KAW, dan RZ KSNT
sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 2,
dilakukan melalui Rekomendasi
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
o. rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada huruf n, dapat juga
berupa:
1. rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang di atas
tanah Bank Tanah; dan/atau
2. rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang di
kawasan atau di atas tanah yang akan
diberikan hak pengelolaan untuk kegiatan
yang bersifat strategis nasional.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

170
p. kegiatan Pemanfaatan Ruang di atas hak
pengelolaan sebagairnana dimaksud pada huruf
o, mengacu kepada rencana induk Kawasan;

q. rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagaimana dimaksud pada huruf n,
diberikan dengan mempertimbangkan tujuan
Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk
mewujudkan ruang ymg aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan;

r. rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis
nasional sebagaimana dimaksud pada huruf n,
diberikan dengan memperhatikan pertimbangan
teknis pertanahan;

s. pertimbangan teknis pertanahan sebagaimana


dimaksud pada huruf r, terkait lokasi kegiatan
dilaksanakan oleh kantor pertanahan;

t. kantor pertanahan menyampaikan pertimbangan


teknis pertanahan sehagaimana dimaksud pada
huruf s, paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung
sejak pendaftaran atau pembayaran penerimaan
negara bukan pajak;
u. dalam hal kantor pertanahan tidak
menyampaikan pertimbangan teknis dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf
t kantor pertanahan dimaksud dianggap telah
memberikan pertimbangan teknis pertanahan;

v. berdasarkan kajian sebagaimana dimaksud pada


huruf q dan pertimbangan teknis pertanahan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

171
sebagaimana dimaksud pada huruf r, Menteri
menerbitkan Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;

w. rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang sebagaimana dimaksuci pada huruf v,
paling sedikit memuat:

1. lokasi kegiatan;
2. jenis peruntukan Pemanfaatan Ruang;
3. koefisien dasar bangunan;
4. koefisien lantai bangunan;
5. informasi indikasi program Pemanfaatan
Ruang terkait; dan

6. persyaratan pelaksanaan kegiatan


Pemanfaatan Ruang.

x. jangka waktu penerbitan Rekomendasi


Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang paling
lama 20 (dua puluh) Hari dihitung sejak
pendaftaran atau pembayaran penerimaan negara
bukan pajak;
y. dalam hal Menteri tidak memberikan persetujuan
atau penolakan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada huruf x, Menteri dianggap telah
memberikan Rekomendasi
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;

z. setelah memperoleh Rekomendasi Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan
yang bersifat strategis nasional sebagaimana
dimaksud dalam huruf x, pemohon dapat
melakukan kegiatan Pemanfaatan Ruang;

aa. kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana


dimaksud pada huruf z dilaksanakan sesuai

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

172
dengan Ketentuan peraturan
perundangundangan yang mengatur Perizinan
Berusaha
berbasis risiko;
bb. perubahan peruntukan dan fungsi serta
penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan;
cc. pemanfaatan Ruang yang lokasinya berada pada
Kawasan Hutan yang mengalami perubahan
peruntukan dan fungsi serta belum dimuat dalam
RTR, maka kegiatan pemanfaatan ruang
dilaksanakan setelah mendapatkan Rekomendasi
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang; dan

dd. rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfatan


Ruang sebagaimana dimaksud pada huruf cc,
diberikan sesuai tahapan dan ketentuan
sebagaimana dimaksud peraturan
perundangundangan.

63. Ketentuan Pasal 70 diubah, sehingga Pasal 70 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 70
(1) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) dapat berupa insentif fiskal dan/atau
insentif non fiskal.

(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat berupa :

a. pemberian keringanan pajak; dan / atau


b. pengurangan retribusi.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

173
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa :
a. pemberian kompensasi;

b. subsidi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. fasilitasi Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;

g. penyediaan prasarana dan sarana;


h. penghargaan; dan /atau
i. publikasi atau promosi.
(4) insentif dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah dapat berupa:

a. subsidi;

b. penyediaan prasarana dan sarana di daerah;


c. pemberian kompensasi;
d. penghargaan; dan / atau
e. publikasi atau promosi daerah
(5) Insentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Daerah lainnya dapat berupa :
a. pemberian kompensasi dari Pemerintah Daerah
penerima manfaat kepada daerah pemberi
manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah
penerima manfaat;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan
prasarana;
c. penghargaan; dan
d. publikasi atau promosi daerah.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

174
(6) Insentif dari Pemerintah Daerah Kabupaten kepada
masyarakat dapat berupa :

a. pemberian keringanan pajak dan/atau retribusi;


b. subsidi;

c. pemberian kompensasi;
d. imbalan;
e. sewaruang;
f. urun saham;
g. fasilitasi Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;

h. penyediaan prasarana dan sarana;


i. penghargaan; dan/atau
j. publikasi atau prornosi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif
diatur dalam Peraturan Bupati.

64. Ketentuan Pasal 72 diubah, sehingga Pasal 72 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 72
(1) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71 ayat (1) dapat berupa disinsentif fiskal dan
disinsentif non fiskal.

(2) Disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi.
(3) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa :

a. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;


b. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana;
dan/atau

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

175
c. pemberian status tertentu.
(4) Disinsentif dari Pemerintah pusat kepada Pemerintah
Daerah dapat diberikan dalam bentuk:
a. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di
daerah; dan/atau

b. pemberian status tertentu.


(5) Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada
Pemerintah Daerah lainnya dapat berupa pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana.
(6) Disinsentif dari pemerintah daerah Kabupaten
kepada masyarakat dapat berupa:

a. pengenaan pajak dan/atarr retribdsi yang tinggi;


b. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
dan/atau

c. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.


(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian disinsentif
diatur dalam Peraturan Bupati.

65. Ketentuan Pasal 73 diubah, sehingga Pasal 73 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 73
(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 huruf d merupakan acuan dalam
pengenaan sanksi administratif terhadap
pelanggaran dibidang penataan ruang.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikenakan kepada setiap orang yang tidak
menaati RTR yang telah ditetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

176
(3) Pemeriksaan perubahan fungsi ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui audit Tata
Ruang.

(4) Audit Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Hasil audit Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan dengan :

a. keputusan Menteri untuk hasil audit Tata Ruang


yang dilakukan oleh Pemerintah pusat
b. keputusan gubernur untuk hasil audit Tata
Ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
provinsi; atau
c. keputusan bupati/wali kota untuk hasil audit
Tata Ruang yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/ kota.
(6) Dalam pelaksanaan audit Tata Ruang, tim audit Tata
Ruang dapat dibantu oleh penyidik pegawai negeri
sipil penataan ruang dan ahli lainnya sesuai
kebutuhan.

(7) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dikenakan juga kepada orang yang tidak
mematuhi ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam RTR
(8) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) dapat langsung dikenakan tanpa melalui
proses audit Tata Ruang.
(9) Perbuatan tidak menaati RTR yang telah ditetapkan
yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tidak

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

177
mematuhi ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam RTR
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) meliputi:

a. Pemanfaatan Ruang yang tidak memiliki


Kesesuaian Kegiatan pemanfaatan Ruang; dan/
atau

b. Pemanfaatan Ruang yang tidak mematuhi


ketentuan dalam muatan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang.

(10) Selain perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(9), sanksi administratif dapat dikenakan kepada
setiap orang yang menghalangi akses terhadap
Kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(11) Perbuatan menghalangi akses sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) dapat berupa penutupan
akses secara sementara maupun permanen.

(12) Pengenaan sanksi administratif


dilakukan berdasarkan:

a. hasil penilaian pelaksanaan


ketentuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
b. hasil Pengawasan Penataan Ruang;
c. hasil audit Tata Ruang; dan/atau
d. pengaduan pelanggaran Pemanfaatan Ruang.

(13) Pengenaan sanksi adininistratif dilakukan oleh


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.

(14) Dalam hal bupati/wali kota tidak melaksanakan


pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (13) dalam jangka waktu 2 (dua)
bulan setelah adanya penetapan pengenaan sanksi

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

178
administratif, gubernur mengambil alih pengenaan
sanksi administratif yang tidak dilaksanakan oleh
bupati/wali kota.

(15) Dalam hal gubernur tidak melaksanakan pengenaan


sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (14) dalam jangka waktu 4 (empat) bulan setelah
adanya penetapan pengenaan sanksi administratif
oleh bupati/wali kota, Menteri mengambil alih
pengenaan sanksi administratif yang tidak
dilaksanakan oleh gubernur.
(16) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) berupa:

a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;

c. penghentian sementara kegiatan;


d. penghentian sementara pelayanan umum;
e. penutupan lokasi;
f. pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
g. pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
h. pembongkaran bangunan; dan/atau
i. pemulihan fungsi ruang.
(17) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (16) disertai dengan tanda
pemberitahuan pelanggaran Pemanfaatan Ruang.

(18) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (16) dapat disertai dengan upaya paksa oleh
Pemerintah Pusat dan / atau Pemerintah Daerah.
(19) Pengenaan sanksi administratif dapat dilakukan
melalui koordinasi dengan kementerian/Lembaga

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

179
dan/atau perangkat daerah sesuai dengan
kewenangannya.

(20) Ketentuan lebih lanjut mengenai


pemberian disinsentif diatur dalam Peraturan
Bupati.

66. Ketentuan Pasal 74 ayat (1) ditambahkan 3 (tiga) huruf


yakni huruf e, huruf f, dan huruf g, sehingga Pasal 74
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 74
(1) Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten,


rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata
ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata
bangunan;

c. menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan


nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang;

d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi


yang dialami sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang.
e. mengajukan tuntuan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya;

f. mengajukan tuntutan pembatalan persetujuan


kegiatan penataan ruang dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

180
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau
kepada pelaksana kegiatan pemanfaatan ruang
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian.

(2) Pelaksanaan hak masyarakat untuk menikmati


pertambahan nilai ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Hak memperoleh penggantian sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf d diselenggarakan dengan cara
musyawarah diantara pihak yang berkepentingan
atau sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

67. Ketentuan Pasal 75 ayat (1) ditambahkan 1 (satu) huruf


yakni huruf f, sehingga Pasal 75 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 75
(1) Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :
a. menaati rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;

b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam


proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;


d. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

181
e. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan

f. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


persyaratan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang.

(2) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan


ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan
kriteria, kaidah dan aturan-aturan penataan ruang
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

68. Diantara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB yakni


BAB IXA, sehingga BAB IXA berbunyi sebagai berikut :
BAB IXA
PEMBINAAN PENATAAN RUANG

69. Diantara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 1 (satu) Pasal


yakni Pasal 77A, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 77A

(1) Pembinaan Penataan Ruang


diselenggarakan melalui:

a. peningkatan kualitas dan efektifitas


Penyelenggaraan Penataan Ruang; dan
b. peningkatan peran Masyarakat
dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
(2) Pemerintah Pusat melakukan Pembinaan Penataan
Ruang kepada Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/ kota, dan

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

182
Masyarakat.
(3) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan teknis
dalam kegiatan Perencanaan Tata Ruang,
Pemanfaatan Ruang, Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan/atau Pengawasan Penataan Ruang
kepada Pemerintah Daerah.

(4) Pemerintah Pusat memberikan bantuan teknis dalam


kegiatan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan
Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan/atau
Pengawasan Penataan Ruang kepada Pemerintah
Daerah.
(5) Pemerintah Daerah provinsi melakukan pembinaan
kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan
Masyarakat.
(6) Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan
pembinaan kepada Masyarakat.

(7) Masyarakat berperan aktif dalam pelaksanaan


Pembinaan Penataan Ruang untuk mencapai tujuan
Pembinaan Penataan Ruang.
(8) Bentuk Pembinaan Penataan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang;
b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
pedoman bidang Penataan Ruang;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
Pelaksanaan Penataan Ruang;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian, kajian, dan pengembangan;

f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi


Penataan Ruang;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

183
g. penyebarluasan informasi Penataan Ruang
kepada Masyarakat;

h. peningkatan pemahaman dan tanggung jawab


Masyarakat; dan/atau
i. pengembangan profesi perencana Tata Ruang.
(9) Pelaksanaan pengembangan profesi perencana Tata
Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf i
dilakukan oleh Menteri.

70. Ketentuan Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta
ditambahkan 3 (tiga) ayat yakni ayat (3), ayat (4) dan ayat
(5), sehingga Pasal 78 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 78
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan
penataan ruang dan kerjasama antar sektor/antar
daerah bidang penataan ruang dibentuk TKPRD.

(2) Susunan organisasi, tugas dan tata kerja TKPRD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.

(3) Dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang


secara partisipatif, Menteri dapat membentuk Forum
Penataan Ruang.

(4) Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) bertugas untuk memberikan masukan dan
pertimbangan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang.

(5) Menteri dapat mendelegasikan pembentukan Forum


Penataan Ruang di daerah kepada gubernur, bupati,
dan/atau wali kota.

71. Ketentuan Pasal 81 diubah, sehingga Pasal 81 berbunyi


sebagai berikut :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

184
Pasal 81
Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 61 ayat (2)
huruf d, ayat (3) huruf c, Pasal 62 ayat (3) huruf c, huruf
e, huruf f, ayat (4) huruf a, ayat (5) huruf h, ayat (6) huruf
a angka 2, angka 3, huruf b angka 3, huruf d angka 2,
huruf e angka 4, angka 5, Pasal 63 ayat (4) huruf a angka
8, huruf b angka 3, angka 8, angka 11, huruf d angka 1,
Pasal 65 ayat (4) huruf d dan Pasal 67 ayat (1) diancam
pidana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penataan Ruang.

72. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 84
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku,
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak Tahun
2014-2034 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada


tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak.

Ditetapkan di Rangkasbitung pada


tanggal

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

185
BUPATI LEBAK,

ITI OCTAVIA JAYABAYA

Diundangkan di Rangkasbitung pada


tanggal

PENJABAT SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

VIRGOJANTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2021 NOMOR

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

186
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2014
TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 20142034

I. UMUM
Untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang
nyata, luas, dan bertanggung jawab, Undang – Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam
proses perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian,
keseimbangan, dan keterpaduan antar daerah, antara pusat dan da erah,
antar sektor, dan antar pemangku kepentingan. Penataan ruang tersebut
didasarkan pada pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memiliki
kedudukan untuk mewujudkan keterpaduan perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. RTRWN menjadi
pedoman penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota dalam
upaya mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah provinsi dan Kabupaten serta keserasian
antar sektor. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 22, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lebak merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

187
Wilayah Provinsi Banten ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan
ruang wilayah kota.
Sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK)
menjadi pedoman penataan ruang wilayah dalam upaya mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah pengembangan serta keserasian antar sektor. Adapun fungsi
RTRWK adalah sebagai acuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD,
acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, acuan untuk
mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten,
acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta, pedoman untuk penyusunan
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten, dasar pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten yang meliputi indikasi arahan
peraturan zonasi, ketentuan Kesesuaian Penataan Ruang, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi dan acuan dalam
administrasi pertanahan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi, sebagai tempat masyarakat melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya, serta merupakan suatu sumber daya yang
harus ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana. Dengan
demikian RTRW Kabupaten Lebak sangatlah strategis untuk menjadi
pedoman dalam penyelenggaraan penataan ruang, serta untuk menjaga
kegiatan pembangunan agar tetap sesuai dengan kaidah- kaidah
pembangunan berkelanjutan, sekaligus mampu mewujudkan ruang
wilayah Kabupaten Lebak sebagai pusat pertanian, perkebunan,
pariwisata dan industri.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

188
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Tetap.
Pasal 3
Ayat (1) Huruf a
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah
tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah yang
merupakan arahan perwujudan pembangunan jangka
panjang kabupaten pada aspek keruangan.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah
pengembangan wilayah yang ditetapkan pemerintah
daerah guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah
penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-
langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur
ruang dan pola ruang wilayah kabupaten.
Huruf b
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan
gambaran sistem perkotaan wilayah kabupaten dan
jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah
kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi,
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

189
sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air
Huruf c
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan
gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, baik
untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun
budi daya. Huruf d
Dihapus
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
Cukup Jelas.
Huruf i
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Perubahan luas wilayah berdasarkan pada :

1. Permendagri No. 4 Th. 2016 tentang Batas Kabupaten Lebak


dengan Kabupaten Pandeglang
2. Permendagri No. 43 Th. 2012 tentang Batas Kabupaten Lebak
dengan Kabupaten Serang
3. Permendagri No. 47 Th. 2015 tentang Batas Kabupaten Lebak
dengan Kabupaten Tangerang
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

190
4. Permendagri No. 55 Th. 2012 tentang Batas Kabupaten Lebak
dengan Kabupaten Bogor
5. Permendagri No. 57 Th. 2012 tentang Batas Kabupaten Lebak
dengan Kabupaten Sukabumi
Pasal 5
Tetap.
Pasal 6
Tujuan pentaan ruang Kabupaten merupakan arahan perwujudan
ruang wilayah Kabupaten yang diinginkan pada masa yang akan
datang, disesuaikan dengan rencana pembangunan jangka panjang
daerah, karakteristik tata ruang wilayah Kabupaten, dan kondisi
obyektif yang diinginkan.
Pasal 7 sesuai amanat Permen ATR no.1 Tahun 2018 Adanya
penambahan kebijakan penataan ruang yaitu Perlindungan kawasan
rawasan bencana alam melalui pengembangan sistem mitigasi
bencana terpadu untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana alam.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 sesuai amanat Permen ATR No 1 tahun 2018, adanya perubahan
istilah dari Sistem Jaringan Prasaran Wilayah menjadi Sistem
Jaringan Prasarana
Pasal 10 Tetap.
Pasal 11 sesuai amanat Permen ATR No 1 tahun 2018, adanya
penghapusan istilah “promosi” pada tiap hirarki sistem pusat
pelayanan, sehingga Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian
terhadap Lokasi yang sebelumnya berstatus “promosi”.
Ayat (1)
Cukup jelas.
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

191
Ayat (2) Huruf a
Pusat Kegiatan Wilayah, setelah mengalami penyesuaian,
menjadi 3 (tiga) lokasi yaitu :

1. Perkotaan Rangkasbitung;
2. Perkotaan Maja; dan

3. Perkotaan Malingping;
Huruf b

Pusat Kegiatan Wilayah Promosi, mengalami


penghapusan
Huruf c
Pusat Kegiatan Lokal, setelah mengalami penyesuaian,
menjadi 3 (tiga) lokasi yaitu:

1. Perkotaan Bayah;
2. Perkotaan Cipanas; dan
3. Perkotaan Cileles;
Huruf d
Pusat Pelayanan Kawasan, setelah mengalami
penyesuaian, menjadi 22 (dua puluh dua) lokasi yaitu :

4. Perkotaan Panggarangan;
5. Perkotaan Wanasalam;

6. Perkotaan Cihara;
7. Perkotaan Cilograng;
8. Perkotaan Cibeber;
9. Perkotaan Cijaku;
10. Perkotaan Cigemblong;
11. Perkotaan Banjarsari;

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

192
12. Perkotaan Cileles (Berdasarkan pertimbangan
pengembangan wilayah, Perkotaan Cileles
ditingkatkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal)
13. Perkotaan Gunungkencana;
14. Perkotaan Bojongmanik;
15. Perkotaan Cirinten;
16. Perkotaan Muncang;
17. Perkotaan Sobang;

18. Perkotaan Leuwidamar;


19. Perkotaan Lebakgedong;
20. Perkotaan Sajira;
21. Perkotaan Cimarga;
22. Perkotaan Cikulur;

23. Perkotaan Warunggunung;

24. Perkotaan Cibadak; 25. Perkotaan Kalanganyar;

dan

26. Perkotaan Curugbitung.


Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

193
Ayat (4)
Berdasarkan pertimbangan efektifitas pengembangan kawasan,
maka Kawasan kawasan perikanan tangkap difokuskan pada
Kecamatan wanasalam. Adapun pengembangan potensi
perikanan budidaya air tawar dapat dikembangan di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Lebak.
Pasal 13 sesuai amanat Permen ATR no.1 Tahun 2018, tidak ada
pengelompokkan sistem jaringan prasarana utama, melainkan
langsung disebutkan sistem jaringan energi, telekomunikasi, dan
sumber daya air
Pasal 14
sesuai amanat Permen ATR no.1 Tahun 2018, rencana sistem
perkeretaapian digabung menjadi rencana sistem transportasi darat.
Pasal 15 sesuai amanat Permen ATR no.1 Tahun 2018, jaringan
pelayanan lalulintas dan angkutan jalan yang berisi trayek angkutan
umum tidak diamanatkan untuk tercantum dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah. Trayek angkutan umum akan dibahas lebih rinci
dalam Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Lebak.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jaringan jalan nasional berdasarkan Keputusaan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 631/KPTS/M/2009 tentang Status
Jalan Nasional Bukan Tol serta Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 290/KPTS/M/2015 tentang penetapan ruas-
ruas jalan menurut statusnya sebagai jalan nasional.
Ayat (3)

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

194
Jaringan jalan provinsi berdasarkan SK Gubernur Provinsi
Banten Nomor 620/Kep.420-Huk/2016 tentang penetapan
status dan ruas jalan Provinsi.
Ayat (4)
Jaringan jalan kabupaten berdasarkan SK Gubernur Provinsi
Banten Nomor 620/Kep.705-DISPUPR/2018 tentang
penetapan status ruas jalan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 16 A
Penambahan pasal ini sebagai dampak dari penggabungan sistem
jaringan perkeretaapian dengan rencana sistem transportasi darat,
sebagaimana telah dijelaskan pada Pasal 14.
Pasal 17
Pasal ini dihapus, karena digabung dengan Pasal 16.
Pasal 18
Pasal ini dihapus, sesuai dengan penjelasan Pasal 15.
Pasal 19
Pasal ini dihapus, karena digabung dengan Pasal 15.
Pasal 20
Pasal ini dihapus, karena telah digabung dengan rumpun sistem
transportasi darat dan telah dibahas pada Pasal 16A.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 21A
Penambahan pasal ini dikarenakan adanya substansi baru yaitu
sistem jaringan transportasi udara.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

195
Pasal 22
Pasal ini dihapus, karena telah digabung dengan Pasal 13.
Pasal 23

Cukup jelas.
Pasal 24
sesuai amanat Permen ATR no.1 Tahun 2018,
jaringan telekomunikasi dikelompokan menjadi jaringan tetap dan
jaringan bergerak.
Pasal 25
Pasal ini mengakomodir data terbaru jaringan irigasi Kabupaten
Lebak.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27

Pasal ini dihapus, karena beralih menjadi rumpun sisten jaringan


transportasi laut.
Pasal 28
Pasal ini dihapus, karena telah digabung dengan Pasal 26.
Pasal 29
Pasal ini dihapus, karena telah digabung dengan Pasal 26.
Pasal 30
Tetap.
Pasal 31
Pencantuman kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
geologi berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 1
tahun 2018 tentang pedoman penyusunan rencana tata ruang
wilayah.
Pasal 32

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

196
Pasal ini dihapus, karena beralih menjadi Pasal 33.
Pasal 33
Perubahan luasan Kawasan hutan lindung berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup nomor
3279/menLHK-PKTL/KUH/PLA.2/7/2016 Tahun 2016 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Gunung Kendeng dari
3.179 Ha menjadi 3.437,23 Ha.

Pasal 34
Pasal ini mengakomodir data terbaru kawasan perlindungan setempat
yang mengacu pada :

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Republik Indonesia No 28/PRT/M/2015 tahun 2015 tetang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Danau.

• Peraturan Presiden Republik Indonesia No 51 Tahun 2016


tentang Batas Sempadan Pantai .

• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 21 Tahun


2018 tentang Tata Cara Perhitungan Batas Sempadan
Pantai.

Pasal 35
Ayat (1)
Adanya penambahan huruf c terkait hutan adat berdasarkan
Ketentuan Permen ATR No 1 Tahun 2018, luasan hutan adat
mengacu pada:

• Kepmen LHK No SK 6748/MENLHK-


PSKL/PKTHA/KUM.1/12/2016 Penetapan hutan adat
kesepuhan karang seluas ± 462 Ha di Desa Jagaraksa
Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

197
• Kepmen LHK No SK 1547/ MENLHK-PSKL/PKTHA/KUM.
1/2/2019 Penetapan hutan adat kesepuhan Pasir Eurih
Kepada Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan Pasir Eurih
Seluas ± 580 Ha yang terletak di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

• Kepmen LHK No SK 1548/ MENLHK-


PSKL/PKTHA/KUM.1/2/2019 Penetapan hutan adat
kesepuhan cirompang kepada masyarakat hukum adat
kasepuhan cirompang seluas ± 306 Ha yang terletak di
Desa Cirompang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak
Provinsi Banten.

• Perda Kabupaten Lebak No 08 Tahun 2015 tentang


Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat
hukum adat kesepuhan, hutan adat kasepuhan karang,
masyarakat hukum adat dan wilayah adatnya telah diakui
keberadaannya.
Ayat (2)
Kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Halimun
Salak dengan luas kurang lebih 31.410,80 (tiga puluh satu ribu
empat ratus sepuluh koma delapan puluh) hektar sesuai
dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia No 327/Men- LHK/Setjen/PLA.2/4/2016
tentang Perubahan sebagian

Fungsi Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun


Salak.
Ayat (3)

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

198
Kawasan cagar budaya baduy mengacu pada Peraturan Daerah
Kabupaten Lebak No 32 Tahun 2001 tentang perlindungan atas
hak ulayat masyarakat baduy.
Ayat (4)
• Kawasan hutan adat kasepuhan karang mengacu pada
Kepmen LHK No SK 6748/MENLHK-PSKL/PKTHA/KUM.
1/12/2016 Penetapan hutan adat kesepuhan karang seluas
± 462 Ha di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang
Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

• Kepmen LHK No SK 1547/ MENLHK-PSKL/PKTHA/KUM.


1/2/2019 Penetapan hutan adat kesepuhan Pasir Eurih
Kepada Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan Pasir Eurih
Seluas ± 580 Ha yang terletak di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

• Kepmen LHK No SK 1548/ MENLHK-


PSKL/PKTHA/KUM.1/2/2019 Penetapan hutan adat
kesepuhan cirompang kepada masyarakat hukum adat
kasepuhan cirompang seluas ± 306 Ha yang terletak di Desa
Cirompang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi
Banten.
Pasal 36
Pasal ini mengakomodir data terbaru terkait luasan bencana alam
dan jenis bencana alam di Kabupaten Lebak yang mengacu pada
kebijakan satu peta.
Pasal 37
Pasal ini mengakomodir data terbaru terkait kawasan lindung
geologi provinsi banten dan kajian geopark Kabupaten Lebak.

Pasal 37 (A)

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

199
Cukup Jelas.
Pasal 38
Cukup Jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Ayat ini mengakomodir data terbaru terkait luasan dan sebaran
hutan produksi terbatas di Kabupaten Lebak melalui SK
Menteri Kehutanan Nomor 3280-MenLHK-PKTL-KUH- PLA.2-7-
2016 dengan luas hasil pengukuran sebesar 27,511.10 Ha.
Luas Hutan Produksi berdasarkan hasil pengukuran tersebut
tidak termasuk Badan Sungai dan Sempadan Sungai yang
berada di dalamnya.
Ayat (3)
Ayat ini mengakomodir data terbaru terkait luasan dan sebaran
hutan produksi tetap di Kabupaten Lebak melalui SK_Kawasan
No 419/Kpts-II/1999 dengan luasan hasil pengukuran sebesar
17,706.38 Ha. Luas Hutan Produksi berdasarkan hasil
pengukuran tersebut tidak termasuk Badan Sungai dan
Sempadan Sungai yang berada di dalamnya.
Pasal 40
Ayat (1)
Sub bab kawasan peruntukan pertanian mengacu pada Permen
ATR No 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah.
Huruf a
Yang dimaksud dengan kawasan tanaman pangan adalah
lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) seluas
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

200
25.785,68 Hektar dan lahan cadangan Pertanian pangan
berkelanjutan (LCP2B) seluas 5.692,75 Hektar
berdasarkan ketentuan Undang-Undang No 41 Tahun
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kawasan hortikultura adalah
kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan
pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur
maupun tumpang sari. Adapun kawasan hortikultural di
Kabupaten Lebak di gabung dengan kawasan perkebunan
campuran berdasarkan data terbaru dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan Kabupaten Lebak.
Huruf c
Yang dimaksud dengan kawasan perkebunan adalah
tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman
keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan
hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.
Huruf d
Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha
pengembangan peternakan
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (2a)
Cukup Jelas.
Ayat (2b)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

201
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Sebaran Kawasan Hortikultura di Kabupaten Lebak digabung
kedalam kelompok Kebun Campuran yang dibahas pada Ayat
(6). Maka Ayat ini dihapus.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Pendaftaran dan Perizinan
Usaha Peternakan, klasifikasi mengenai usaha peternakan
dibagi kedalam 2 (dua) jenis yaitu skala usaha yaitu skala
usaha mikro dan kecil serta skala menengah dan besar.
Adapun pembagiannya sebagai berikut :

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

202
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

203
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

204
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

205
Adapun mengenai pengaturan zonasi usaha peternakan akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati Lebak.

Pasal 41
Ayat (1)
Sub bab kawasan peruntukan perikanan mengacu pada
Permen ATR No 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Ayat (2)

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

206
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Pasal ini dihapus karena tidak dapat dituangkan ke dalam peta
dan perlu dikaji dengan rencana sectoral yang lebih rinci.
Ayat (5)
Pasal ini dihapus karena tidak dapat dituangkan ke dalam peta
dan perlu dikaji dengan rencana sectoral yang lebih rinci.
Pasal 42
Ayat (1)
Sub bab kawasan peruntukan pertambangan mengacu pada
Permen ATR No 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d berdasarkan data dari Kementerian Energi Sumber
Daya Mineral dan Kebijakan Satu Peta Tahun 2019,
sebaran
Kawasan minyak dan gas bumi, tidak terdapat di
Kabupaten Lebak, maka huruf ini dihapus
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

207
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Berdasarkan data dari Kementerian Energi Sumber Daya
Mineral dan Kebijakan Satu Peta Tahun 2019, sebaran
Kawasan minyak dan gas bumi, tidak terdapat di Kabupaten
Lebak, maka ayat ini dihapus.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Sub bab kawasan peruntukan industri mengacu pada Permen
ATR No 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah.
Ayat (2)
Skala industri berdasarkan Permen Perindustrian Nomor
64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga
Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri.
Ayat (3)
Berdasarkan pertimbangan kewilayahan dan analisis kawasan
industri yang mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri, maka
sebaran rencana kawasan industri megalami beberapa
penambahan lokasi, yaitu menjadi : Kecamatan Banjarsari,
Kecamatan Bayah, Kecamatan Cibadak, Kecamatan Cikulur,
Kecamatan Cileles, Kecamatan Cimarga, Kecamatan
Gunungkencana, Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan
Warunggunung.
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

208
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 44
Sebaran lokasi pariwisata diperbaharui berdasarkan Kajian Geopark
dan Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Lebak.
Pasal 45
Ayat (1)
Tetap
Ayat (2)
Rencana kawasan permukiman perkotaan diperbaharui
Berdasarkan pertimbangan kewilayahan.
Ayat (3)
Rencana kawasan permukiman perdesaan diperbaharui
Berdasarkan pertimbangan kewilayahan.
Pasal 46
Dihapus dan dipindah ke pasal 46A karena istilah dalam kawasan
pertahanan mengalami perubahan menyeluruh.
Pasal 46A
Pasal ini mengacu pada Rencana Tata Ruang Pertahanan Darat.
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 48
Berdasarkan pertimbangan kewilayahan dan penyesuaian dengan
Kawasan Strategis pada Revisi Rencana Tata Ruang Provinsi Banten,
terdapat perubahan beberapa Kawasan Strategis di Kabupaten
Lebak
Pasal 49
Tetap.
Pasal 50
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

209
Berdasarkan penyesuaian dengan Kawasan Strategis pada Revisi
Rencana Tata Ruang Provinsi Banten, terdapat perubahan beberapa
Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak
Pasal 51
Tetap.
Pasal 51A
Penambahan pasal ini dikarenakan adanya substansi baru yaitu
Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan. Pasal 52 Tetap.
Pasal 53
Tetap.
Pasal 54
Tetap.
Pasal 55
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka struktur
ruang pada Pasal 11 mengalami perubahan sesuai amanat Permen
ATR No 1 tahun 2018, adanya penghapusan istilah “promosi” pada
tiap hirarki sistem pusat pelayanan, sehingga Pemerintah Daerah
melakukan penyesuaian terhadap Lokasi yang sebelumnya
berstatus “promosi”.
Pasal 56
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka pola ruang
pada Pasal 30 mengalami perubahan yang disesuaikan dengan
Permen ATR No 1 tahun 2018
Pasal 57
Cukup Jelas.
Pasal 58

Tetap.

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

210
Pasal 59
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan penambahan beberapa
ayat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Ayat (1)
Periznan dihilangkan dan diganti dengan kesesuain Kegiatan Pemanfaatan
Ruang.
Ayat (2)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 116 Tahun 2017 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
Ayat (3)
Sebagai pelindung/aturan guna membantu dalam kegiatan
rencana tata ruang yang lebih detail.
Pasal 60
Ayat (1)
Pasal 59 berubah menjadi beberapa ayat, sehingga ketentuan
umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
59 ayat (1) huruf a disusun sebagai arahan dalam penyusunan
peraturan zonasi.

Ayat (2)
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur pengendalian yang disusun
setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata
ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh dan
tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang
terdiri dari atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien
dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana
dan prasarana serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

211
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 61
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka struktur
ruang pada Pasal 11 mengalami perubahan yang disesuaikan
dengan Permen ATR No 1 tahun 2018
Pasal 62
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka struktur
ruang pada Pasal 11 mengalami perubahan yang disesuaikan
dengan Permen ATR No 1 tahun 2018
Pasal 63
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka pola ruang
pada Pasal 30 mengalami perubahan yang disesuaikan dengan
Permen ATR No 1 tahun 2018
Pasal 64
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan kerangka pola ruang
pada Pasal 30 mengalami perubahan yang disesuaikan dengan
Permen ATR No 1 tahun 2018
Pasal 65
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya substansi baru
pada pasal 51A yaitu Rencana pengembangan kawasan strategis
dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
Pasal 66
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

212
Pasal ini dihapus karena perizinan telah dialihkan ke pemerintah
pusat. Pasal 67
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya penambahan
substansi baru Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sesuai PP No
21 Tahun 2021. Pasal 68
Tetap.
Pasal 69
Tetap.
Pasal 70
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya penambahan
substansi baru sesuai PP No 21 Tahun 2021.
Pasal 71.
Tetap.
Pasal 72

Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya penambahan


substansi baru sesuai PP No 21 Tahun 2021.
Pasal 73

Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya penambahan


substansi baru sesuai PP No 21 Tahun 2021.
Pasal 74
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya penambahan
substansi baru sesuai UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
Pasal 75 Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya
penambahan substansi baru sesuai UU Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Pasal 76
Tetap.
Pasal 77
PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

213
Tetap.
Pasal 77a

Pasal ini ditambahkan dikarenakan adanya


penambahan substansi baru sesuai PP No 21 Tahun 2021.
Pasal 78
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya perubahan
nomenklatur dari BKPRD menjadi TKPRD, sesuai Permendagri
Nomor 116 Tahun 2017 dan penambahan substansi sesuai PP No.
21 Tahun 2021.
Pasal 79
Tetap.

Pasal 80
Tetap.
Pasal 81
Pasal ini mengalami perubahan dikarenakan adanya perubahan
pada pasal 61, pasal 62, pasal 63, pasal 65, pasal 67.
Pasal 82
Sesuai amanat Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Pasal 83 Tetap.
Pasal 84
Pasal ini menjelaskan bahwa Pasal lainnya yang tidak mengalami
perubahan tetap berlaku.
Pasal 85 Tetap.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR …..

PARAF KOORDINASI
Pj. SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN SEKDA
KEPALA DINAS PUPR
KEPALA BAGIAN HUKUM

214

Anda mungkin juga menyukai