Disusun Oleh :
21862061A002263
Prodi PGSD
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah islam, pendidikan Islam ada sejak pertama kali islam diturunkan.
Ketika Rasulullah Saw mendapat perintah untuk menyebarkan agama islam, maka
yang dilakukan adalah masuk kategori pendidikan karena kepribadian Rasulullah
mencerminkan wujud ideal islam, seorang guru dan pendidik. Pada masa modern,
sejarah peradaban islam ditandai dengan munculnya berbagai pemikiran modern
atau lebih dikenal dengan pemikiran pembaharuan Islam.
Pada masa modern dalam sejarah peradaban islam ditandai dengan munculnya
berbagai pemikiran modern atau lebih dikenal dengan pembaharuan Islam. Respon
tersebut dilakukan oleh para pembaru Islam sebagai reaksi umat Islam terhadap
kondisi syari’at islam yang telah terpuruk jauh, sampai pada pengalaman hal-hal
yang berhubungan dengan takhayul, khurafat, dan bid’ah.
5
6
Abduh di mesir. Kedua tokoh ini di bawa oleh pelajar Indonesia di Timur Tengah
seperti K.H. Ahmad Dahlan. Beliau berbekal Ilmu agama yang ia kuasai dan ide-
ide pembaru dari Timur Tengah, K.H. Ahmad Dahlan mencoba menerapkannya di
bumi Nusantara.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkap Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwis bin K.H. Abu Bakar Bin
Kiai Sulaiman, beliau akrab dipanggil dengan sebutan Ahmad Dahlan, beliau lahir
pada tahun 1869 M di Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir di lingkungan
keluarga yang berpendidikan agama dan hidup sederhana, beliau adalah tokoh
pendiri organisasi Muhammadiyah. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, yaitu seorang Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, Darwis
hidup dalam lingkungan yang tenteram dan masyarakat yang sejahtera. Ibunya
bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu kesultanan di
Yogyakarta.
anggota Boedi Oetomo. K.H. Ahmad Dahlan berkata Soal nama, saya sudah
berpikir sejak lama, yaitu Muhammadiyah. Nama itu memang di ambil dari nama
Nabi Muhammad Saw. Saya menggunakan nama organisasi itu sesuai nama Nabi
Muhammad. Beliau berharap mudah-mudahan Muhammadiyah menjadi Jam iyah
akhir zaman, Sebagaimana Nabi Muhammad dan Rasul akhir zaman. Penambahan
kata iyah dimaksudkan agar siapa pun yang menjadi anggota Muhammadiyah bisa
menyesuikan diri dengan kepribadian Nabi Muhammad Saw.
Pada tahun 1888, ia disuruh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia bermukim di
mekkah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti qiraat, tauhid,
tafsir, fiqih, tasawuf, ilmu mantik dan ilmu falak. Pada tahun 1903, ia
berkesempatan kembali pergi ke mekkah untuk memperdalam ilmu agama selama3
tahun. Ia banyak belajar dengan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Di samping
itu, ia tertarik pada pemikiran Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani,Muhammad
Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla. Di antara kitab Tafsir yang menarik hatinya
adalah Tafsir Al-Manar. Dari tafsir ini ia mendapat inspirasi dan motivasi untuk
10
Pada usia balita kedua orang tuanya Darwis sudah memberikan pendidikan Agama.
Ketika berusia delapan tahun, ia sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar
sampai khatam. Ketika dewasa beliau mulai mengaji dan menuntut
ilmu fiqih kepada K.H. Muhammad Saleh. Dia juga menuntut ilmu nahwu kepada
K.H. Muhsin. Kedua guru tersebut merupakan kakak ipar sekaligus tetangganya di
Kauman, dan beliau juga berguru kepada penghulu Hakim K.H. Muhammad Noor
bin K.H. Fadlil dan K.H. Abdulhamid di kampung Lempuyang Wangi. Ketika
berumur 18 tahun, orang tuang tuanya bermaksud menikahkannya dengan putri
dari K.H. Fadlil yang bernama Siti Walidah. Setelah orang tua dari kedua
belah pihak berunding, maka pernikahan dilangsungkan pada bulan Dzulhijjah
tahun 1889 dalam suasana yang tenang.
Siti Walidah adalah anak seorang ulama yang disegani oleh masyarakat, ia
pergaulannya sangat terbatas dan tidak belajar disekolah formal. Mengaji Al-
Qur’an dan ilmu agama dipandang cukup pada masa itu. Beliau belajar Al-Qur’an
dan kitab-kitab agama berbahasa arab-jawa. (pegon) Siti Walidah adalah sosok
yang sangat giat menuntut ilmu, ia hanya memperoleh pendidikan dari lingkungan
keluarganya, dan ia juga mempunyai pandangan yang luas, terutama ilmu-ilmu
keislaman. Setelah menikah dengan Muhammad Darwis ia merasa terpuaskan ia
mengikuti segala hal yang diajarkan oleh suaminya.
Secara umum, pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diklasifikasi pada dua dimensi,
yaitu: pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari Khufarat,
takhayul, dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah
11
umat islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran
tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan
penjelasan yang dapat diterima oleh rasio. Sebelum mendirikan organisasi
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan menjadi tenaga pengajar agama di
kampungnya. Ia juga mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool (sekolah
pendidikan guru) di jetis (Yogyakarta) dan Opleiding School Voor Inlandhsche
Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di magelang. Ia juga
berdagang dan bertabligh. Beliau juga telah melakukan berbagai kegiatan
keagamaan dan dakwah.Pada tahun 1922, K.H. Ahmad Dahlan membentuk Badan
Musyawarah Ulama.
Menurut Ahmad Dahlan, upaya strategi untuk menyelamatkan umat Islam dari
berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam
proses pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas kritis, dan
memiliki daya analisis yang tajam dalam memetakan dinamika kehidupannya pada
masa depan. Adapun kunci bagi peningkatan kemajuan umat Islam adalah dengan
kembali pada Al-Qur’an dan Hadits, mengarahkan umat pada pemahaman Islam
secara Komprehensif, dan menguasai bebagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini
secara strategis dapat dilakukan melalui pendidikan. Sejarah berdirinya suatu
organisasi tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan pikiran pendirinya, seperti
NU tidak mungkin dipisahkan dengan K.H. Hasyim Asyari. Demikian juga
Muhammadiyah tidak mungkin dipisahkan dari K.H. Ahmad Dahlan.
Pada awal abad ke-20, tepatnya pada 08 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November
1912. Organisasi ini dipengaruhi oleh gerakan tajdid (reformasi, pembaruan
pemikiran Islam) yang digelorakan oleh Muhammad bin Abd Al-Wahhab (1703-
1792) di Arab Saudi, Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyid Ridha
(1865-1935) di Mesir, dan lain-lain. Masing-masing tokoh tersebut memiliki corak
pemikiran yang berbeda satu dengan yang lain. Jika Muhammad bin Abd Al-
Wahhab menekankan pemurnian akidah, sehingga gerakannya lebih bersifat
puritan (purifikasi), maka Muhammad Abduh lebih menekankan pemanfaatan
budaya modern dan menempuh jalur pendidikan, oleh karena itu, gerakannya lebih
bersifat modernis populis. Sementara Rasyid Ridha menekankan pentingnya
13
Secara praktis, pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat
pada kegiatan yang dilaksanakan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan,
Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan
sistem gubernemen, disamping itu juga dalam waktu yang singkat juga mendirikan
sekolah yang lebih bersifat agama. Untuk pengajian kitab, Muhammadiyah juga
segera mencarai penggatinya sesuai dengan tuntunan jaman modern, usaha tersebut
dpat dianggap sebagai realisasi dari rencana sarekat Islam yang semenjak tahun
1912 bersaha mendirikan sekolah pendidikan gubernemen.
Melihat kegiatan ini, nampak Muhammadiyah mengikuti pola yang sama dengan
kegiatan yang dilakukan Abdullah Ahmad di Padang. Persamaan tersebut terlihat
dalam hal-hal berikut: Pertama, adalah kegiatan tabligh, yaitu pengajaran agama
kepada kelompok orang dewasa dalam satu kursus yang
teratur. Kedua, mendirikan sekolah dewasa menurut model pendidikan
gubernemen dengan ditambah beberapa jam pelajaran agama per
16
4. Zuama/Zaimat di Yogyakarta
6.Tablighschool di Yogyakarta
2. Usaha dan jasanya mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak
tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar di
Yogyakarta menghadap timur dan orang-orang shalat menghadap kearah
barat lurus.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkap Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwis bin K.H. Abu Bakar Bin
Kiai Sulaiman, beliau akrab dipanggil dengan sebutan Ahmad Dahlan, beliau lahir
pada tahun 1869 M di Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir dilingkungan
keluarga yang berpendidikan agama dan hidup sederhana, beliau adalah tokoh
pendiri organisasi Muhammadiyah. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, yaitu seorang Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, Darwis
hidup dalam lingkungan yang tenteram dan masyarakat yang sejahtera. Ibunya
bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu kesultanan di
Yogyakarta.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA