Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“K.H. Ahmad Dahlan’’

DOSEN PENGAMPU ALI ARMADI S.Pd, M.pd

Disusun Oleh :

Apriliyanto Sholeh Assobri

21862061A002263

Prodi PGSD

STKIP PGRI SUMENEP

TAHUN AJARAN 2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat Dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat
dan hidayahnya serta berbagai upaya.tugas makalah mata kuliah
Pengantar Pendidikan yang membahas tentang TEORI ‘’Tokoh K.H.
Ahmad Dahlan’’dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini,berdasarkan yang berkaitan


dengan Pengantar Pendidikan dan serta informasi dari media massa
yang berhubungan dengan Tokoh K.H. Ahmad Dahlan.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna . untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaanya.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk


pembaca.

Sumenep,22 Oktober 2021

Apriliyanto Sholeh Assobri

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................iii

BAB. I PENDAHULUAN ...........................................................1


1.1 Latar Belakang ........................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................
1.3 Tujuan ........................................................................
1.4 Manfaat ......................................................................
BAB. II PEMBAHASAN ...............................................................
2.1 Latar Belakang Keluarga K.H AHMAD DAHLAN .
2.2 Biografis K.H AHMAD DAHLAN ...........................
BAB. III PENUTUP .......................................................................
3.1 Penutup ......................................................................
3.2 Saran ..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Dalam  sejarah islam, pendidikan Islam ada sejak pertama kali islam diturunkan.
Ketika Rasulullah Saw mendapat perintah untuk menyebarkan agama islam, maka
yang dilakukan adalah masuk kategori pendidikan karena kepribadian Rasulullah
mencerminkan wujud ideal islam, seorang guru dan pendidik. Pada masa modern,
sejarah peradaban islam ditandai dengan munculnya berbagai pemikiran modern
atau lebih dikenal dengan pemikiran pembaharuan Islam.

Pada masa modern dalam sejarah peradaban islam ditandai dengan munculnya
berbagai pemikiran modern atau lebih dikenal dengan pembaharuan Islam. Respon
tersebut dilakukan oleh para pembaru Islam sebagai reaksi umat Islam terhadap
kondisi syari’at islam yang telah terpuruk jauh, sampai pada pengalaman hal-hal
yang berhubungan dengan takhayul, khurafat, dan bid’ah.

Sebenarnya munculnya pemikiran modern atau pembaharuan Islam bukan pada


abad ke-18, akan tetapi pada abad ke-15 itu sudah ada pemikiran pembaharu Islam
besar Ibnu Taimiyah sudah menjadi rujukan banyak ulama Islam pada saat itu,
mungkin karena belum ada gerakan yang menfasilitasi pemikran  Ibnu Taimiyah.
Pemikiran secara formal muncul pada abad ke-18 ketika Muhammad bin Wahab
dari wilayah Najed pada awal abad ke-18 mendirikan Gerakan Wahabiyah atau
Gerakan Muhawiddin. Pada saat itu dalam sejarah dikenal dengan
periode  pembaharu Islam atau periode modern. Tokoh yang terkenal diantaranya;
Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan
sebagainya. Kebangkitan pemikiran dalam dunia Islam baru muncul pada abad ke-
19 yang dipelopori oleh Sayyid Jamaluddin al-Afghani di Afrika, Muhammad

5
6

Abduh di mesir. Kedua tokoh ini di bawa oleh pelajar Indonesia di Timur Tengah
seperti K.H. Ahmad Dahlan. Beliau berbekal Ilmu agama yang ia kuasai dan ide-
ide pembaru dari Timur Tengah, K.H. Ahmad Dahlan mencoba menerapkannya di
bumi Nusantara.

K.H.Ahmad Dahlan adalah tokoh yang paling bersemangat dalam melakukan


pembaharuan bagi dunia Islam. Ahmad Dahlan sebagai tokoh  pendiri organisasi
Muhammadiyah yang sangat bijaksana dan patut diteladani, karena  beliau banyak
berjuang untuk mengubah kebiasaan masyrakat khususnya daerah Yogyakarta,
yang pada saat itulah beliau berupaya secara strategis untuk menyelamatkan umat
Islam dari pola berpikir yang statis menuju pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan.

Beliau memiliki peran besar dalam mengembangkan pendidikan Islam dengan


pendekatan-pendekatan yang lebih modern. Ia melihat banyaknya pengalaman
keislaman masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan
Hadis.

A.    Rumusan Masalah

       1.      Bagaimana biografi K.H. Ahmad Dahlan?

       2.      Bagaimana pemikiran pendidikan K.H. Ahmad Dahlan?

B.     Tujuan Masalah

       1.      Untuk mengetahui biografi K.H. Ahmad Dahlan

       2.      Untuk mengetahui pemikiran pendidikan K.H. Ahmad Dahlan


7

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Biografi K.H. Ahmad Dahlan

Nama lengkap Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwis bin K.H. Abu Bakar Bin
Kiai Sulaiman, beliau akrab dipanggil dengan sebutan Ahmad Dahlan, beliau lahir
pada tahun 1869 M di Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir di lingkungan
keluarga yang berpendidikan agama dan hidup sederhana, beliau adalah tokoh
pendiri organisasi Muhammadiyah.  Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, yaitu seorang Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, Darwis
hidup dalam lingkungan yang tenteram dan masyarakat yang sejahtera.  Ibunya
bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu kesultanan di
Yogyakarta.

Dalam silsilah keturunannya Darwis termasuk keturunan ke-12 dari Maulana


Malik Ibrahim, seorang wali terkemuka diantara Wali Songo yang merupakan
pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa. Adapun
silsilahnya ialah Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin K.H. Abu Bakar bin
K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiai Murtadha bin Kiai Ilyas bin Demang Djurung
Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana Ainul
Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.Pada saat itu Ahmad Dahlan
tidak belajar  di sekolah formal,hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu
itu yang melarang anak-anaknya memasuki sekolah gurnamen.
8

Masa pendidikan Ahmad Dahlan,Semasa kecilnya Ahmad Dahlan diasuh dan


dididik mengaji oleh ayahnya sendiri. Kemudian, ia meneruskan pelajaran mengaji
mengaji tafsir dan hadis serta bahasa arab dan fiqih kepada beberapa
ulama,misalnya, K.H. Muhammad Saleh, K.H. Muhsin,K.H.R. Dahlan,K.H.
Mahfudz, Syaikh Khayyat Sattokh, Syaikh Amin, dan Sayyid Bakri. Dengan
ketajaman intelektualitasnya yang tinggi K.H. Ahmad Dahlan selalu merasa tidak
puas dengan disiplin ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih
mendalaminya.

Sebelum berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1914 Ahmad Dahlan sempat


berdiskusi dengan Syekh Ahmad Al-Syurkati pembaruan dari Sudan dan pendiri
perkumpulan Al-Irsyad, Al-Syurkati memenuhi undangan Jami’ah Al-Khair untuk
berceramah. Kembali pada proses lahirnya Muhammadiyah di Kauman hingga
sekarang terdapat pengajian malam selasa yang terkenal yang ada sejak zaman
K.H. Ahmad Dahlan, yang dahulu sering dihadiri oleh Panglima Besar Jenderal
Soedirman. Desa Kauman melahirkan empat pahlawan nasional yaitu: K.H.
Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, K.H. Fachruddin, dan Ki Bagus
Hadikoesoemo.

Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912. K.H. Ahmad


Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta, khatib, sekaligus pedagang.
Beliau juga perlu menanamkan tauhid kepada para pemuda agar dapat
menumbuhkan iman yang teguh untuk mengamalkan agama Islam yang bersifat
duniawi maupun ukhrawi. Riwayat pembaharuan Muhammadiyah sudah tampak
sekitar tahun1906, K.H. Ahmad Dahlan menyatakan bahwa ziarah kubur itu kufur,
musyrik, dan haram. Peluru yang mengenai sasaran sehingga kaum Muslim pun
gempar, termasuk di kalangan ulama. Kemudian mereka melakukan pertemuan
untuk membicarakan nama, tujuan organisasi, dan sosok yang bisa menjadi
9

anggota Boedi Oetomo. K.H. Ahmad Dahlan berkata Soal nama, saya sudah
berpikir sejak lama, yaitu Muhammadiyah. Nama itu memang di ambil dari nama
Nabi Muhammad Saw. Saya menggunakan nama organisasi itu sesuai nama Nabi
Muhammad. Beliau berharap mudah-mudahan Muhammadiyah menjadi Jam iyah
akhir zaman,  Sebagaimana Nabi Muhammad dan Rasul akhir zaman. Penambahan
kata iyah dimaksudkan agar siapa pun yang menjadi anggota Muhammadiyah bisa
menyesuikan diri dengan kepribadian Nabi Muhammad Saw.

Muhammadiyah mencita-citakan masyrakat Islam yang sebenar benarnya. Dalam


arsip Anggaran Dasar,Mengembirakan dan memajukan pelajaran dan pengajaran
Islam serta memajukan dan mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama
Islam. Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah dengan lingkup kegiatan yang
mencakup semua aspek kehidupan sosial: agama, pendidikan, ekonomi, politik,
dan lain sebagainya. Muhammdiyah paling tidak memiliki peran dalam tiga
dataran, sebagai gerakan pembaruan, sebagai agen perubahan sosial, dan sebagai
kekuatan politik.Ketiga peran tersebut yang disematkan kepada Muhammadiyah
merupakan keniscayaan. Sebagai gerakan pembaruan, Muhammadiyah berupaya
menghadirkan pemikiran-pemikiran inovatif dan kritis. Sekaligus membawa
transformasi sosial, terutama melalui modernisasi sistem pendidikan Islam.

Pada tahun 1888, ia disuruh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia bermukim di
mekkah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti qiraat, tauhid,
tafsir, fiqih, tasawuf, ilmu mantik dan ilmu falak. Pada tahun 1903, ia
berkesempatan kembali pergi ke mekkah untuk memperdalam ilmu agama selama3
tahun. Ia banyak belajar dengan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Di samping
itu, ia tertarik pada pemikiran Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani,Muhammad
Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla. Di antara kitab Tafsir yang menarik hatinya
adalah Tafsir Al-Manar. Dari tafsir ini ia mendapat inspirasi dan motivasi untuk
10

mengadakan perbaikan dan pembaruan umat Islam di Indonesia.Beliau mengawali


pendidikan di pangkuan ayahnya dirumah sendiri dan ia mempunyai sifat yang
baik, berbudi pekerti halus, dan berhati lunak, tapi juga berhati cerdas.

Pada usia balita kedua orang tuanya Darwis sudah memberikan pendidikan Agama.
Ketika berusia delapan tahun, ia sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar
sampai khatam. Ketika dewasa beliau mulai mengaji dan menuntut
ilmu fiqih kepada K.H. Muhammad Saleh. Dia juga menuntut ilmu nahwu kepada
K.H. Muhsin. Kedua guru tersebut merupakan kakak ipar sekaligus tetangganya di
Kauman, dan beliau juga berguru kepada penghulu Hakim K.H. Muhammad Noor
bin K.H. Fadlil dan K.H. Abdulhamid di kampung Lempuyang Wangi. Ketika
berumur 18 tahun, orang tuang tuanya bermaksud menikahkannya dengan putri
dari K.H. Fadlil yang bernama Siti Walidah. Setelah orang tua dari kedua
belah  pihak  berunding, maka pernikahan dilangsungkan pada bulan Dzulhijjah
tahun 1889 dalam suasana yang tenang.

Siti Walidah adalah anak seorang ulama yang disegani oleh masyarakat, ia
pergaulannya sangat terbatas dan tidak belajar disekolah formal. Mengaji Al-
Qur’an dan ilmu agama dipandang cukup pada masa itu. Beliau belajar Al-Qur’an
dan kitab-kitab agama berbahasa arab-jawa. (pegon) Siti Walidah adalah sosok
yang sangat giat menuntut ilmu, ia hanya memperoleh pendidikan dari lingkungan
keluarganya, dan ia juga mempunyai pandangan yang luas, terutama ilmu-ilmu
keislaman. Setelah menikah dengan Muhammad Darwis ia merasa terpuaskan ia
mengikuti segala hal yang diajarkan oleh suaminya.

Secara umum, pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diklasifikasi pada dua dimensi,
yaitu: pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari Khufarat,
takhayul, dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah
11

umat islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran
tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan
penjelasan yang dapat diterima oleh rasio. Sebelum mendirikan organisasi
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan menjadi tenaga pengajar agama di
kampungnya. Ia juga mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool (sekolah
pendidikan guru) di jetis (Yogyakarta) dan Opleiding School Voor Inlandhsche
Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di magelang. Ia juga
berdagang dan bertabligh. Beliau juga telah melakukan berbagai kegiatan
keagamaan dan dakwah.Pada tahun 1922, K.H. Ahmad Dahlan membentuk Badan
Musyawarah Ulama.

Tujuan di bentuknya badan ini ialah untuk mempersatukan ulama di seluruh


Hindia Belanda dan merumuskan berbagai kaidah hukum Islam sebagai pedoman
pengalaman Islam, khususnya bagi warga Muhammadiyah. Badan Musyawarah ini
diketuai K.H. Muhammad Chalil Kamaluddiningrat. Meskipun berbeda pendapat,
beliau mendorong para pimpinan Muhammadiyah membentuk Majelis Tarjih.
Majlis ini diketuai oleh Kiai Mas Mansur. Dengan tujuan dakwah ini manusia
berpikir dan tertarik pada kebagusan Islam melalui pembuktian jalan kepandaian
ilmu. Reformasi dan modernisasi di mata Ahmad Dahlan bukan ditujukan kepada
musuh yang berada diluar, melainkan justru di kalangan internal Muhammadiyah
sendiri. Sebab Muhammadiyah lebih mengutamakan aspek ibadah, akidah, syariah,
akhlak, muamalah, dan bukan politik yang berada diluar Muhammadiyah.

Kegagalan dipanggung politik bukan dari akhir segalanya, warga


Muhammahadiyah tetap berpegang teguh pada komitmen agama yang lebih pasti
menjanjikan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat yang tidah mungkin mampu
dipenuhi oleh partai politik. Perkumpulan Muhammadiyah berusaha
mengembalikan ajaran Islam kepada aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Hal ini
12

diwujudkan melalui usaha memperluas dan mempertinggi pendidikan Islam, serta


memperteguh keyakinan agama  Islam.

B.       Pemikiran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan

 Menurut Ahmad Dahlan, upaya strategi untuk menyelamatkan umat Islam dari
berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam
proses pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas kritis, dan
memiliki daya analisis yang tajam dalam memetakan dinamika kehidupannya pada
masa depan. Adapun kunci bagi peningkatan kemajuan umat Islam adalah dengan
kembali pada Al-Qur’an dan Hadits, mengarahkan umat pada pemahaman Islam
secara Komprehensif, dan menguasai bebagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini
secara strategis dapat dilakukan melalui pendidikan. Sejarah berdirinya suatu
organisasi tidak dapat dipisahkan dari gagasan dan pikiran pendirinya, seperti
NU  tidak mungkin dipisahkan dengan K.H. Hasyim Asyari. Demikian juga
Muhammadiyah tidak mungkin dipisahkan dari K.H. Ahmad Dahlan.

Pada awal abad ke-20, tepatnya pada 08 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November
1912. Organisasi ini dipengaruhi oleh gerakan tajdid (reformasi, pembaruan
pemikiran Islam) yang digelorakan oleh Muhammad bin Abd Al-Wahhab (1703-
1792) di Arab Saudi, Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyid Ridha
(1865-1935) di Mesir, dan lain-lain. Masing-masing tokoh tersebut memiliki corak
pemikiran yang berbeda satu dengan yang lain. Jika Muhammad bin Abd Al-
Wahhab menekankan pemurnian akidah, sehingga gerakannya lebih bersifat
puritan (purifikasi), maka Muhammad Abduh lebih menekankan pemanfaatan
budaya modern dan menempuh jalur pendidikan, oleh karena itu, gerakannya lebih
bersifat modernis populis. Sementara Rasyid Ridha menekankan pentingnya
13

keterikatan pada teks-teks Al-Qur’an dalam kerangka pemahaman Islam, yang


dikenal dengan al-Ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah (kembali kepada Al-Qur’an dan
Sunnah). Oleh karena itu, gerakannya lebih bersifat skriptualis (tekstual), yang
kelak menjadi akar fundamentalisme (al- Ushuliyyah) di Timur Tengah.

Sesungguhnya Dahlan telah mencoba menggugat praktik pendidikan Islam pada


masanya. Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses
pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah meenjadi
model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan pada
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa. Kondisi yang demikian
menyebabkan pelaksanaan pendidikan bejalan searah dan tidak bersifat dialogis.
Padahal menurut Dahlan, Pengembangan Daya Kritis, sikap dialogis, menghargai
potensi akal dan hati yang suci, merupakan strategi bagi peserta didik mencapai
pengetahuan tertinggi. Dari batasan ini terlihat bahwa Dahlan ingin meletakkan
visi dasar bagi reformasi pendidikan Islam melalui penggabungan sistem
pendidikan Modern dan tradisional secara harmonis dan integral.

Pemikiran Dahlan yang demikian merupakan respon pragmatis terhadap kondisi


ekonomi umat Islam yang tidak menguntungkan di Indonesia, karena berada
dibawah kolonialisme Belanda. Umat Islam tertinggal secara ekonomi karena tidak
memilki akses dan sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan swasta. Situasi ini
menjadi perhatian Ahmad Dahlan yang berusaha memperbaharui sistem
Pendidikan Islam. K.H. Ahmad Dahlan adalah sosok man of action. He ismade
history his work than his word. Dahlan lebih dikenal sebagai sosok pembaru yang
pragmatis. Kader-kader Muhammadiyah pun lebih memahami bahwa
bermuhammadiyah adalah dengan aktif mengurusi dan mendirikan lembaga
pendidikan dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi, panti asuhan, rumah
sakit, dan amal usaha lain. Kader dan aktivis Muhammadiyah bangga jika prestasi
14

Muhammadiyah dijadikan obyek penelitian ilmiah sarjana internasional, seperti


James L Peacock, Mitsuo Nakamura, George Kahin, Robert Van Neil, Drewes,
Deliar Noer, Alfian, dan A. Jainuri. Pembaruan yang dilakukan K.H. Ahmad
Dahlan melahirkan Muhammadiyah kendati yang sering dikaitkan dengan gerakan
pembaruan Islam sebelumnya di dunia Islam sebagaimana yang dipelopori Ibn
Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha, dan lain-lain, secara tipikal mereka memiliki kekhususan
tertentu. Selain lebih dekat dengan pada pembaruan atau pemikiran Muhammad
Abduh dari Mesir ketimbang dengan tokoh pembaru yang lainnya, pemikiran atau
pembaruan Dahlan memiliki ciri khas terutama dalam gerakan mendirikan
organisasi perempuan (Aisyiyah pada tahun 1917) dan gerakan amal usahanya
yang melembaga sebagai aktualisasi dari spirit Al-Ma’un.

Menurut Dahlan, Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk


manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas padndangan
dan paham masalah ilmu keduniaan serta bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan upaya
pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik
sebagai abd maupun khilafah fil al-ardh. Untuk mencapai tujuan ini, proses
pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagi ilmu pengetahuan, baik
umum ataupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh
spiritualitas peserta didik. Upaya akan terealisasi manakala proses pendidikan
bersifat integral. Proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu
menghasilkan alumni intelektual ulama yang lebih berkualitas.

Adapun materi yang pendidikannya adalah pengajaran Al-Qur’an dan al-Hadits,


membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi dan menggambar. Materi al-Qur’an dan
al-Hadits meliputi ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan, manusia dalam
15

menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran al-Qur’an dan al-


Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban,
hukum kualitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi,
kemerdekaan berfikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia didalamnya, dan
akhlak (budi pekerti).

Secara praktis, pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat
pada kegiatan yang dilaksanakan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan,
Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan
sistem gubernemen, disamping itu juga dalam waktu yang singkat juga mendirikan
sekolah yang lebih bersifat agama. Untuk pengajian kitab, Muhammadiyah juga
segera mencarai penggatinya sesuai dengan tuntunan jaman modern, usaha tersebut
dpat dianggap sebagai realisasi dari rencana sarekat Islam yang semenjak tahun
1912 bersaha mendirikan sekolah pendidikan gubernemen.

Pada tanggal 18 Desember 1921, Muhammadiyah sudah dapat mendirikan pondok


Muhammadiyah sebagai sekolah pendidikan guru agama. Dalam sekolah tersebut,
pelajaran umum diberikan oleh dua orang guru dari sekolah pendidikan guru
(kweekschool), sedangkan Ahmad Dahlan dan beberapa guru lainnya memberikan
peajaran agama yang lebih mendalam.

Melihat kegiatan ini, nampak Muhammadiyah mengikuti pola yang sama dengan
kegiatan yang dilakukan Abdullah Ahmad di Padang. Persamaan tersebut terlihat
dalam hal-hal berikut: Pertama, adalah kegiatan tabligh, yaitu pengajaran agama
kepada kelompok orang dewasa dalam satu kursus yang
teratur. Kedua, mendirikan sekolah dewasa menurut model pendidikan
gubernemen dengan ditambah beberapa jam pelajaran agama per
16

minggu. Ketiga, untuk membantu kader organisasi dan guru-guru agama, didirikan


pondok Muhammadiyah seperti Norma Islam di Padang pada tahun 1931.

Perkembangan sekolah Muhammadiyah mengalami booming  setelah tahun 1921.


Pada tahun itu pemerintahan mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan
pendirian cabang-cabang Muhammadiyah diluar Yogyakarta. Mengikuti
diberlakukannya peraturan ini, Muhammadiyah melakukan rekontrukturisasi, di
mana urusan-urusan sekolah yang sebelumnya ditangani oleh Ahmad Dahlan,
kemudian ditangani oleh bagian sekolah. Sebagai dampak positif dari adanya
lembaga ini, sekolah-sekolah baru terus dibangun. Pada tahun 1922
Muhammadiyah membangun HIS Met de Qur’an, yang tingkatnya setara dengan
HIS peme

rintahan, tapi mengerjakan pendidikan Agama

Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya dalam


pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia adalah:

1. Kweekschool Muhammadiyah di Yogyakarta

2. Muallim Muhammadiyah di Solo dan Jakarta

3. Muallim Muhammadiyah di Yogyakarta

4. Zuama/Zaimat di Yogyakarta

5. Kulliyah Muballighin/Muballighat di Padang Panjang Sumatera Tengah

6.Tablighschool di Yogyakarta

7. HIK Muhammadiyah di Yogyakarta


17

Melihat perkembangan pendidikannya, ternyata Muhammadiyah berhasil


melanjutkan model pembaharuan pendidikan disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa ia menghadapi lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun
pedagang di kota. Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan latar
belakang sosial yang dominan dalam Muhammadiyah hingga sekarang ini.Ada
banyak hal yang menjadikan K.H. Ahmad Dahlan sebagai pembaharu di antaranya
yaitu:

1. Melakukan purifikasi ajaran Islam dari khufarat, takhayyul, dan bidah


yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam, dan
mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui
interprestasi terhadap dotrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang di
terima oleh rasio.

2.      Usaha dan jasanya mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak
tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar di
Yogyakarta menghadap timur dan orang-orang shalat menghadap kearah
barat lurus.                     

3.      Berdasarkan perhitungan astronominya, K.H. Ahmad Dahlan


menyatakan bahwa hari raya Idul Fitri yang bersamaan dengan hari ulang
tahun sultan,, harus dirayakan sehari sebelum lebih awal dari yang
diputuskan para Ulama mapan.

    4.      Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam di pesantren popular,


bukan saja di pesantren, melainkan ia pergi ke tempat tempat lain dan
mendatangi berbagai golongan. K.H. Ahmad Dahlan adalah bapak Muballigh
di Jawa Tengah.
18

      5.      Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh


Indonesia sampai sekarang.

6. Sebuah Refleksi dan Kritik Realita Sekolah-Sekolah Muhammadiyah


saat ini.

Kontinuitas dan perubahan merupakan dua ciri yang menonjol dari


perkembangan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20. Kontinuitas mewujudkan
diri dalam kecenderungan Kaum Muslim: 1. Melestarikan kepercayaan dan praktek
(keagamaan),yang sebagian besar tidak diterima di daerah tertentu; dan 2.
Membatasi Islam dalam bentuk ritual dan tidak menginspirasikan dalam kehidupan
sosial, kultural dan material.

                                   
19

BAB III

PENUTUP

   A. Kesimpulan

Nama lengkap Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwis bin K.H. Abu Bakar Bin
Kiai Sulaiman, beliau akrab dipanggil dengan sebutan Ahmad Dahlan, beliau lahir
pada tahun 1869 M di Kauman, Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir dilingkungan
keluarga yang berpendidikan agama dan hidup sederhana, beliau adalah tokoh
pendiri organisasi Muhammadiyah.  Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, yaitu seorang Khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, Darwis
hidup dalam lingkungan yang tenteram dan masyarakat yang sejahtera.  Ibunya
bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim seorang penghulu kesultanan di
Yogyakarta.

Pemikiran Dahlan yang demikian merupakan respon pragmatis terhadap kondisi


ekonomi umat Islam yang tidak menguntungkan di Indonesia, karena berada
dibawah kolonialisme Belanda. Umat Islam tertinggal secara ekonomi karena tidak
memilki akses dan sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan swasta. Situasi ini
menjadi perhatian Ahmad Dahlan yang berusaha memperbaharui sistem
pendidikan.

  B. Saran

            Setelah  dipaparkan pembahasan pada konsep pendidikan Islam  persepektif


K.H. Ahmad Dahlan ini, mungkin dari pembahasan yang disajikan ada ketidak
cocokan dengan yang pada kenyataannya atau dari sumber referensi  lainnya, kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca ataupun sekaligus dari  dosen.
20

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat. Jakarta: PT.


RajaGrafindo     Persada. 2012.

Siswanto. Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya: CV. Salsabila Putra


Pratama. 2015.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002.

Nugraha, Adi. Biografi Singkat. Jogyakarta: PT. Ar-ruzz Media. 2009.

Anda mungkin juga menyukai