Anda di halaman 1dari 3

Waktu tertangkap dan kemudian dipelihara dan dididikoleh Direktur Institute Orang Tuli, Dr.

Sicard, "Wild Boy of Aveyron" ini ternyata gagal untuk berbicara seperti manusia pada
umumnya. Pelimpahan pendidikan ke ahli lain, Jean-Marc Gaspard Itard, yang kemudian
memberikan nama Victor kepada anak ini, memang mengubah pola laku kehidupan dia tetapi
dia tidak dapat berbahasa. Peristiwa yang menggambarkan nurture vs nature juga terdapat
pada anak perempuan di Los Angeles, Califiornia, yang sebagai objek penelitian kemudian
dinamakan Ginie (Curtiss 1977). Ginie, yang ditemukan tahun 1970, disekap oleh
orangtuanyadalam kamar yang kecil di gudang belakangrumah selama 13 tahun. Dia diberi
makan tetapi tidak pernah diajak bicara. Ayahnya, yang benci anak dan suara anak, sering
menyiksanya sementara ibunya tidak berani berbuat apa pun. Setelah ditemukan dan
kemudian dilatih berbahasa selama delapan tahun, Ginie tetap saja tidak dapat berbahasa
seperti manusia lainnya.Sebaliknya, kasus Isabelle - seorang anak umur 6 1/2 tahun yang
diasuh olehibunyayangbisu diOhio,Columbus, Amerika - menunjukkan hasil yang agak
berbeda. Karena umurnya yang masih muda, Isabelle, yang kemudian diasuh secara normal
oleh Marie Masondihospitalyangdipimpinnya akhimya dapat memakai bahasa seperti
kebanyakan anak lainnya. (Steinberg, dkk 2001: 127-135).
Dari gambaran di atas tampak bahwa baik nature maupun nurture diperlukan untuk
pemerolehan bahasa. Nature diperlukan karena tanpa bekal kodrati makhluk tidak mungkin
dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan karena tanpa adanya input dari alam sekitarbekal
yang kodrati itu tidakakan terwujud.
4. UNIVERSAL DALAM PEMEROLEHAN BAHASA
Dari berbagai macam universal serta proses pemerolehan bahasa seperti seorang digambarkan
anak berkaitan universal di atas itu tampak crat mempengaruhi dengan bahwa konsep
pemerolehan pemerolehan universal. bakelihatannya Sejauh mana tergantung konsep pada
sifat kodrati komponen bahasa. Komponen fonologi, yang lebih yang banyak paling terkait
universal. dengan Sementara neuro biologi manusia, tampaknya itu, komponen sintaksis dan
semantik memiliki kadaruniversal yang lebih rendah.
4.1 Universal pada Komponen Fonologi
Dalam masalah kaitan antara konsep univeral dengan pemerolehan fonologi, ahli yang
pandangannya sampai kini belum disanggah orang adalah Roman Jakobson. Dialah
yang mengemukakan adanya universal pada bunyi bahasa manusia dan urutan
pemerolehan bunyi-bunyi tersebut. Menurut dia, pemerolehan bunyi berjalan selaras
dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar waktu anak mulai berbicara
adalah kontras antara konsonan dan vokal. Dalam hal vokal,hanya bunyi /a/, /i/, dan /u/
yang akan keluar duluan. Dari tiga bunyi ini, /a/ akan keluar lebih dahulu dari pada
/i/atau /u/. Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa ketiga bunyi ini membentuk
apa yang dia namakan Sistem Vokal Minimal (Minimal Vocalic System): bahasa mana
pun di dunia pasti memiliki minimal tiga vokal ini (Jakobson 1971: 8-20). Dari tiga
bunyi ini bunyi /a/ lah yang paling mudah diucapkan. Mengenai konsonan Jakobson
mengatakan bahwa kontras pertama yang muncul adalah oposisi antara bunyi
oraldengan bunyi nasal (/p-b/ dan /m-n/) dan kemudian disusul oleh kontras antara bila
bial dengan dental(/p/-/t/).Sistem kontra sini dinamakan Sistem Konsonan tal
Minimal(Minimal Consonantal System).
Macam dan jumlah bunyi pada bahasa bisa saja berbeda beda dari satu bahasa ke
bahasa yang lain. Akan tetapi, hubungan antara satu bunyi dengan bunyi yang lain
bersifat universal. Jakobson mengajukan hukum yang dinamakan Laws of
IrreversibleSolidarity yang esensinya dirumuskan sebagai berikut:
(1)Apabila suatu bahasa memiliki konsonan hambat velar,bahasa tersebut pasti
memiliki konsonan hambat dental dan bilabial. Contoh: Bila bahasa A memiliki
bunyi /k/ dan./g/, bahasa tadi pasti memiliki /t/-/d/ dan /p/-/b/.
(2)Apabila suatu bahasa memiliki konsonan frikatif, bahasa tadi pasti memiliki
konsonan hambat. Contoh: Bila bahasa A memiliki /f/ dan /v/, bahasa tadi pasti
memiliki /p/-/b/, /t/-/d/, dan /k/-/g/.
(3)Apabila suatu bahasa memiliki konsonan afrikat, bahasa tadipasti memiliki
konsonan frikatif dan konsonan hambat. Contoh: Bila bahasa A memiliki
/c/-/j/,bahasa tadi pasti memiliki /s/, /t/, dan /d/.
Hukum ini juga meramalkan urutan kesukaran masing-masing bunyi. Pada umumnya
bunyi yang letaknya di bagian depan mulut lebih mudah daripada yang di bagian
belakang mulut. Dengan demikian, /p/ dan /b/ adalah lebih mudah daripada /k/ dan /g/.
Urutan pemunculan bunyi ini bersifat genetik dan karena perkembangan biologi
manusia itu tidak sama maka kapan munculnya suatu bunyi tidak dapat diukur dengan
tahunatau bulan kalender. Echa, misalnya, baru dapat mengucapkan /r/ pada umur 4;9
(Dardjowidjojo 2000:113), tetapi adiknya, Dhira,sudah dapat mengucapkan bunyi ini
pada umur 3:0. mengucapkan Indonesia Yang tidak harus akan yang melangkahi
dipegang /p/, sudah /g/, sebagai dapat dan bunyi mengucapkan /j/. patokan yang Kapan
lain. adalah bunyi-bunyi /r/ Tidak bahwa tetapi akanbelum suatu adaini bunyi dapat
akan anak muncul berbeda dari satu anak ke anak yang lain.
4.2 Universal pada Komponen Sintaktik dan Semantik
pada komponen sintaktik ada pola-pola kalimat yang diperoleh secara universal. Anak
di mana pun juga selalu mulai dengan ujaran yang berupa satu kata, kemudian
berkembang menjadi dua kata; setelah itu, tiga kata atau lebih. Dalam sub-komponen
morfologia fiks infleksional cenderung dikuasai lebih dahulu daripada afiks
derivasional (Peters 1995). Meskipun masih kontroversial (Gentner 1982; Bloom dkk
1993; Tardif 1995), pada umumnya anak menguasai nomina lebih awal dan lebih
banyak dari pada verba. Komponen semantik lebih labil lagi karena kata macam apa
yang dikuasai dan berapa jumlahnya sangat tergantung pada keadaan masing-masing
anak. Pada anak keluarga petani di desa, kata cangkul atau sabit mungkin akan telah
dikuasai awal sedangkan komputer atau crayon belakangan, atau malah tidak
samasekali.Jumlah kata yang akan dia kuasai mungkin tidak akan sebanyak seperti
anak kota dari keluarga terdidik yang mampu membelikan buku gambar dan buku-buku
lainuntuk anaknya.
Anak juga mengikuti prinsip universal lain yang dinamakan penggelembungan makna
(overextension). Begitu dia diperkenalkan dengan suatu benda yang bundar dan
diberitahu bahwa itu bulan, maka waktu dia melihat roti ulang tahun, jam dinding, atau
matahari terbenam dia akan menamakannya bulan. Echa pernah tertangkap menamakan
nyamuk sebagai semut – mungkin karena ukurannya.
5. RERATAPANJANG UJARAN
Untuk mengukur perkembangan sintaksis anak, banyak dipakai temuan Brown (1973)
yang dikenal dengan nama Mean Length of Utterance, MLU, yang telah diterjemahkan
menjadi Rerata Panjang Ujaran, RPU (Dardjowidjojo 2000: 40). Cara menghitung panjang
ujaran anak adalah: (a) ambil sampel sebanyak 100 ujaran, (b) hitung jumlah morfemnya,
dan (c) bagilah jumlah morfem itu dengan jumlah ujaran. Jadi, seandainya ada 253
morfem, maka RPU adalah 253 : 100 = 2.5. Rambu-rambu yang dipakai adalah, misalnya,
bentuk kompon (kereta api), verba tak teratur (drank), dan jamak tak teratur (children)
dianggapsatu morfern.
6. BAHASA IBU VERSUS BAHAS ASANG IBU
Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak. Bahasa Inggris
untuk anak dan orang Inggris adalah bahasa ibu. Begitu juga bila anak Indonesia lahir dan
dibesarkan di Boston dan dari kecil dia memakai bahasa Inggris, maka bahasa Inggris
adalah bahasa ibu dia.
Bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara
dengan anak yarg sedang dalam proses memperoleh bahasa ibunya. Bahasa sang ibu
mempunyaiciri-ciri khusus: (a) kalimatnya umumnya pendek-pendek, (b) nada suaranya
biasanya tinggi, (c) intonasinya agak berlebihan, (d) laju ujaran agak lambat, (e) banyak
redundansi (pengulangan), dan (f) banyak memakai kata sapaan (Moskowitz 1981; Pine
1994: 15; Barton dan Tomasello 1994: 109). Ciri-ciri ini makin lama makin berkurang
sesuai dengan perkembangan anak. Dalam hal laju ujaran, misalnya, kecepatan ujaran
orang dewasa pada anak adalah 50% dari kecepatan waktu bicara dengan orang dewasa
yang lain. Prosentase pada anak ini naik secara gradual. Intonasi orang dewasa juga makin
lama akan kurang berlebihan; demikian juga nada suaranya tidak lagi tinggi terus, dst.
Semula orang tidak mengira bahwa bahasa yang dipakai oleh ayah dan bahasa yang
dipakai oleh ibu waktu berbicara dengan anak berbeda. Dari penelitian yang telah
dilakukan ternyata bahwa cara ayah dan cara ibu berbicara itu berbeda. Ayah umumnya
berbicara lebih pendek, lebih banyak memakai kalimat imperatif dan direktif, dan banyak
meminta penjelasan dari anak (Gleason 1975 di Barton dan Tomasello 1994; Mannle dan
Tomaselo 1987). Keadaan seperti ini justru sangat baik untuk anak karena dia lalu
sepertinya dipaksa untuk mengekspresikan diri agar ayahnya mengerti apa yang dia
katakan. Ayahnya seolah-olah menjadi jembatan untuk berkomuniksi yang lebih jelas.
Menurut Chomsky bahasa sang ibu itu "amburadul" (degenerate), artinya, bahasa yang
kita pakai tidak selamanya apik. Akan tetapi, dari input yang tidak apik ini anak dapat
menyaksi

Anda mungkin juga menyukai