Anda di halaman 1dari 6

MERANTAU 

Pada suatu hari, hiduplah seorang pemuda yang bernama Bagus. Dia tinggal
bersama Ibundanya, dan ia begitu prihatin dengan kehidupan keluarganya yang
sangat pas - pasan serta kekurangan. Diapun ingin pergi merantau kekota dan
berfikiran bahwa kehidupan dikota itu sangatlah mudah. Dipagi hari, diapun langsung
meminta izin kepada Ibundanya.

Bagus : “Mbok e, aku toh kasian ngeliat keadaan kita ini. ”


Ibu : “Kenapa lagi toh le? ”
Bagus : “Aku boleh nggak Mbok, merantau kekota untuk cari uang disana?
Ibu : “Aduh le.... Bukannya Mbok nggak bolehkan kamu itu untuk cari uang,
tapi Mbok takut kamu sampai kenapa - kenapa disana. Keadaan disana
 jauh berbeda tohtoh le dengan disini. ”
Bagus : “Tapi Mbok.... aku toh pengen hidup kita enak, nggak susah lagi kaya
gini.”
Ibu : “Aduh le, le.... Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, Mbok
sudah nggak bisa apa - apa lagi. Lagi pula, kamu sudah gede sekarang.
Mbok hanya pesan, kamu hati - hati disana dan jangan lupa sholat. ”
Bagus : “Iya Mbok iya, terima kasih ya Mbok atas restunya. ”

Akhirnya, ia pun diizinkan oleh ibunya. Dan sampailah ia dikota.

Bagus : “Alhamdulillah, akhirnya aku sampai dikota. Betul kata Mbok, disini
sangat berbeda d engan didesa. ”

Setelelah itu, dia pun mendapatkan musibah yang tak diduga. Yakni, barang -
barang bawaannya di jambret oleh 3 orang pemuda.

Bagus : “Aduh, capek banget. Sebaiknya aku istirahat dulu disini. ”


( Jambret pun datang)
Bagus : “Loh mas, mau ngapain toh.... ini barangku.
Tolong.... tolong.... ”
Santi : “Aku tak mau dikalau aku dimadu.... (Bernyanyi)
Eh, perasaan ada yang minta tolong deh? ”
(Jambret itu berlari kearah Santi)
Bagus : “Mbak, tolong mbak. Mereka jambret! ”
Santi : “Woi!!! Berenti luh.... ” (Teriak dengan suara laki - laki)

Akhirnya, jambret itupun berhasil ditangkap dan dihajar oleh Santi.


Santi : “Ini barangmu. ”
Bagus : “Wah.. Terima kasih yo mbak. ”
Santi : “Iya, santai aja kali. Makanya, lain kali hati - hati disini. Untung ada
eke, kalau nggak ada, gimana?
Eh, ngomong - ngomong kayanya yei orang baru ya disini? ”
Bagus : “Iya mbak, aku baru disini. Aku merantau toh mbak ”
Santi : “Oh.... emangnya yei mau tinggal sama sapose disindang? ”
Bagus : “Aku juga nggak tau toh mbak, aku nggak punya kenalan disini. ”
Santi : “Yaudah, yei tinggal sama eke aja.. ”
Bagus : “Lah, jangan mbak. Nanti malah ngerepotin. ”
Santi : “Nggak apa, eke teringat dulu waktu eke pertama disini. ”
Bagus : “Oh, jadi mbak perantau juga toh? ”
Santi : “Iya. Oh iya, nama yei sapose?”
Bagus : “Nama saya Bagus, kalau nama mbak? ”
Santi : “Santi melati sukma ayu segaaaaar harum mewangi....
biasanya eke dipanggil Santi aja, kalau panjang - panjang kering ntar ”
Bagus : “Hahaha, mbak bisa aja.”
Santi : “Yaudah, yei angkat ntu barang ke kosan eke. ”
Bagus : “Iya mbak.”

Akhirnya, Bagus pun pergi mengikuti Santi ketempat kos Santi.

Santi : “Ini kosan eke. Jangan lihat dalemnya, tapi lihat luarnya.
eh, kebalik. Hehehe....”
Bagus : “Hahaha.... Iya mbak, yang penting masih ada atapnya. ”
Santi : “Yei tunggu disini dulu ya, eke ganti baju dulu. ”
Bagus : “Iya mbak.”

Setelah Santi ganti baju, Bagus pun terdiam sejenak melihat Santi yang
dikiranya perempuan ternyata seorang laki - laki.

Bagus : “Loh, mbak toh laki - laki? ”


Santi : “Iya, inilah eke yang sebenarnya. Tapi tenang, eke nggak bakalan ngapa
- ngapain yei kok. ”
(Sambil tersenyum)
Bagus : (mengangguk dengan mulut menganga) “iya toh mbak, saya juga yakin
kalau mbak itu orang baik - baik. ”
Santi : “Yaudah, yei tidur aja. Pasti yei capekkan?”
Bagus : “Lah, mbak sendiri nggak tidur toh? ”
Santi : “Yei tidur aja duluan, eke mau keluar bentar. ”
Bagus : “Iya mbak.”

Setelah Santi keluar, Santi langsung dihampiri oleh teman kosnya yang
bernama Vivi.
Vivi : “Santi, tunggu....!!” (Teriak)
Santi : “Ish, bisa nggak sih yei nggak teriak - teriak. Nanti kalau eke kaget
cantiknya eke ilang ntar. Yei mau tanggung jawab? ”
Vivi : “Ya maaf. Oh ya, siapa tu yang lu bawa? ”
Santi : “Itu saudara eke dari kampung”
Vivi : “Wah, Rempong kagak kaya elu? ”
Santi : “Yei hati - hati kalau bicara, eke cubit ntar. ”
Vivi : “Hehehe, bercanda. Oh ya, elu udah izin ke Ibu kos belon? ”
Santi : “Belumlah, baru aja nyampe. ”
Vivi : “Yaudah, biar gua temenin. Gimana?”
Santi : “Kalau mau, cap cus cin.... ”

Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, Bagus tak mendapatkan pekerjaan. Dia
hampir putus asa dan dia mulai kangen dengan Ibunya didesa.

Santi : “Yei kenapa, kok yei melamun mulu? ”


Bagus : “Gini toh mbak, aku itu udah capek mondar mandir dikota. Tapi, tak
satupun pekerjaan yang aku dapat. ”
Santi : “Yei jangan sedih ya, itu cobaan....
Emangnya yei mau kerja apa? ”
Bagus : “Terserah mbak, yang penting halal. ”
Santi : “Gini, eke ada kerjaan untuk yei. Tapi kayanya yei nggak bakalan mau
deh....”
Bagus : “Ya mau, kerja apa toh mbak? ”
Santi : “Eke dulu juga kaya yei, nyari kerjaan sampai kaki eke keriting -
keriting. Dan akhirnya eke mau nggak mau ngelayanin om om. Makanya
eke jadi rempong kaya gini. ”
Bagus : “Oh, gitu toh mbak. ”
Santi : “Ya iyalah, masa ya iya dong??
Oh ya, kita to the point aja ya. Yei mau nggak ikut eke kerja? ”
Bagus : “Wah, gimana ya mbak? Saya takut dosa mbak. ”
Santi : “Yei jangan mikir dosa dulu, yang penting yei bisa bertahan hidup
disini.”
Bagus : “Nggak bisa toh mbak, aku bener - bener takut mbak. Neraka itu panas
mbak.”
Santi : “Aduh.... Yang bilang dingin siapa?
Yei pikir - pikir aja dulu. Nanti kalau mau, yei bilang aja ke eke, Okey? ”
Bagus : “Insya Allah mbak, tapi saya usahain cari kerjaan yang lain saja.
Oh ya, tapi mbak jangan tersinggung dengan ucapan saya ya. ”
Santi : “Santai aja sama eke, yei udah eke anggap seperti saudara eke
sendiri.”
Bagus : “Iya mbak.”
2 minggu seletah pembicaraan mereka, Bagus belum mendapatkan pekerjaan.
Fikirannya mulai terhasut oleh perkataan Santi.

Bagus : “Hm, kayanya benar kata Santi. Dari pada aku capek mondar mandir,
lebih baik aku ikut kerja dengan dia saja. ” (Berkata dalam hati)

Bagus pun menghampiri Santi.

Bagus : “Mbak. Gini, aku toh pengen ikut mbak kerja. Aku udah capek mondar
mandir cari kerjaan. ”
Santi : “Gitu dong, itu baru saudara eke. ” (tersenyum lebar)

Bagus pemuda yang polos itu pun diajari berdandan dan berbicara layaknya
perempuan asli dan Bagus pun diajak ke tempat biasanya Santi mangkal.

Bagus : “Wah, apa ini nggak apa - apa toh mbak? ”


Santi : “Nggak apa, yei nyantai aja dulu disini. ”
Bagus : “Iya mbak.”

Tak sampai 1 jam, datanglah 3 Polisi menggrebek tempat tersebut.

Polisi 1 : “Semuanya, jangan bergerak!! Saya akan menggrebek tempat ini ! ”


Santi : “Hoi semua, ada Polisi..!!!” (Teriak dengan suara laki - laki)

Semua waria pun lari berhamburan.

Polisi 1 : “Hei kalian, Jangan lari!! ”


Bagus : “Wah, gimana ini mbak? ”
Santi : “Yei jangan banyak bicara, ayo kita lari! ”
Bagus : “Iya mbak!”

Mereka pun lari dan dikejar oleh dua orang polisi.

Polisi 2 : “Hei! Berhenti!”


Santi : “Ihh, ogah berhenti! ”
Polisi 2 : “Hei kalian, Berhenti! Kalau tidak, akan kutembak kalian! ”
Bagus : “Aduh! Gimana ini mbak? ”
Santi : “Udah, yei lari aja terus! ”

Setelah kejar - kejaran dengan Polisi, Merekapun tertangkap.

Polisi 1 : “Kalian ini, bikin repot saja. ”


Santi : “Nggak apa Pak, dari pada bikin rumah, capek dong Pak. ”
Polisi 1 : “Kamu ini, lagi dalam masalah besar masih ngelawak. ”
Santi : “Yang bilang dalam kolam siapa Pak? ”

Plakk!! Santi ditampar oleh polisi 1.

Santi : “Aduh, yei jangan kasar - kasar dong Pak. Nanti gantengnya ilang. ”
Polisi 2 : “Sudah! Sebaiknya kamu diam saja! Nanti saya penjarakan kamu seumur
hidup.”
Santi : “Aduh.... Jangan dong Pak, nanti kulit saya yang mulus jadi kurapan
Pak.”
Polisi 2 : “Hm!! Dasar!”
Polisi 1 : “Sebaiknya, Kita bawa saja mereka ke dalam sel. ”
Polisi 2 : “Baiklah, Silahkan anda bawa ke dalam sel. ”

Santi bersikap tenang karna sudah terbiasa tertangkap oleh Polisi.


Sementara Bagus, terdiam seribu bahasa dan sangat menyesal karna telah
mengikuti langkah Santi.

Vivi : “Aduh Santi.... elu ya, udah tertangkap puluhan kali, tapi nggak jera.
Malah lu ajak saudara lu mangkal, emang stres lu. ”
Santi : “Eke ini nggak stres, tapi eke gila. Hehehe... ”
Vivi : “Ahh, Bego lu. Gua serius, malah bercanda lu. ”
Santi : “Nggak apa, supaya eke nggak stres.
Eh, Bagus. Kenapa yei diam aja? ”
Bagus : “Aku merasa bersalah sama Mbok aku toh mbak. Aku nggak bisa
nepatin janji aku ke Mbok aku. ”
Santi : “Yaudah.... yei santai aja, jangan terlalu dipikirin. ”
Bagus : “Hm... Insya Allah mbak.”
Vivi : “Maaf ya, gua nggak bisa lama - lama, Gua masih banyak urusan. Gua
pulang dulu ya...”
Santi : “Iya. makasih ya, yei udah besuk kita. ”
Vivi : “Iya, Sama - sama.”

Sekitar 2 bulan, mereka dibebaskan. Bagus pun bersujud syukur atas


kebebasan mereka. Merekapun langsung pulang ke kosannya Santi.

Bagus : “Mbak, aku fikir aku nggak bisa telalu lama tinggal disini. ”
Santi : “Lah, kenapa yei ngomong kaya gitu? ”
Bagus : “Aku mau pulang ke desa toh mbak, aku toh kangen sama Mbok aku
disana.”
Santi : “Yaudah, yei hati - hati aja ya.... ”
Bagus : “Iya mbak, makasih banyak ya mbak. Mbak toh udah banyak bantuin
saya.”
Santi : “Okey. Eke kirim salam ya buat Ibu yei disana. ”
Bagus : “Iya mbak, saya pergi dulu ya. Assalamualaikum....”
Santi : “Wa’alaikumsalam.”

Sesampainya didesa, Bagus pun langsung berlari menuju sang ibunda.

Bagus : “Mbok e, aku pulang...”


Ibu : “Akhirnya kamu pulang juga. Gimana le, Susahkan hidup disana? ”
Bagus : “Betul Mbok e, aku jera. Lebih baik aku bantu Mbok e berladang. ”
Ibu : “Sudah, Kamu istirahat saja toh le. Pasti kamu lelahkan? Mbok e udah
kemas kamar kamu. ”
Bagus : “Iya Mbok e, Terima kasih banyak ya. ”
Ibu : “Iya le, Sama - sama. ”

Akhirnya, Bagus hidup dengan tenang didesa. Tak ada lagi beban dalam
hidupnya dan didesa dia membantu ibundanya berladang hingga dia menjadi seorang
 juragan beras.

- TAMAT -

Anda mungkin juga menyukai