Pada suatu hari, hiduplah seorang pemuda yang bernama Bagus. Dia tinggal
bersama Ibundanya, dan ia begitu prihatin dengan kehidupan keluarganya yang
sangat pas - pasan serta kekurangan. Diapun ingin pergi merantau kekota dan
berfikiran bahwa kehidupan dikota itu sangatlah mudah. Dipagi hari, diapun langsung
meminta izin kepada Ibundanya.
Bagus : “Alhamdulillah, akhirnya aku sampai dikota. Betul kata Mbok, disini
sangat berbeda d engan didesa. ”
Setelelah itu, dia pun mendapatkan musibah yang tak diduga. Yakni, barang -
barang bawaannya di jambret oleh 3 orang pemuda.
Santi : “Ini kosan eke. Jangan lihat dalemnya, tapi lihat luarnya.
eh, kebalik. Hehehe....”
Bagus : “Hahaha.... Iya mbak, yang penting masih ada atapnya. ”
Santi : “Yei tunggu disini dulu ya, eke ganti baju dulu. ”
Bagus : “Iya mbak.”
Setelah Santi ganti baju, Bagus pun terdiam sejenak melihat Santi yang
dikiranya perempuan ternyata seorang laki - laki.
Setelah Santi keluar, Santi langsung dihampiri oleh teman kosnya yang
bernama Vivi.
Vivi : “Santi, tunggu....!!” (Teriak)
Santi : “Ish, bisa nggak sih yei nggak teriak - teriak. Nanti kalau eke kaget
cantiknya eke ilang ntar. Yei mau tanggung jawab? ”
Vivi : “Ya maaf. Oh ya, siapa tu yang lu bawa? ”
Santi : “Itu saudara eke dari kampung”
Vivi : “Wah, Rempong kagak kaya elu? ”
Santi : “Yei hati - hati kalau bicara, eke cubit ntar. ”
Vivi : “Hehehe, bercanda. Oh ya, elu udah izin ke Ibu kos belon? ”
Santi : “Belumlah, baru aja nyampe. ”
Vivi : “Yaudah, biar gua temenin. Gimana?”
Santi : “Kalau mau, cap cus cin.... ”
Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, Bagus tak mendapatkan pekerjaan. Dia
hampir putus asa dan dia mulai kangen dengan Ibunya didesa.
Bagus : “Hm, kayanya benar kata Santi. Dari pada aku capek mondar mandir,
lebih baik aku ikut kerja dengan dia saja. ” (Berkata dalam hati)
Bagus : “Mbak. Gini, aku toh pengen ikut mbak kerja. Aku udah capek mondar
mandir cari kerjaan. ”
Santi : “Gitu dong, itu baru saudara eke. ” (tersenyum lebar)
Bagus pemuda yang polos itu pun diajari berdandan dan berbicara layaknya
perempuan asli dan Bagus pun diajak ke tempat biasanya Santi mangkal.
Santi : “Aduh, yei jangan kasar - kasar dong Pak. Nanti gantengnya ilang. ”
Polisi 2 : “Sudah! Sebaiknya kamu diam saja! Nanti saya penjarakan kamu seumur
hidup.”
Santi : “Aduh.... Jangan dong Pak, nanti kulit saya yang mulus jadi kurapan
Pak.”
Polisi 2 : “Hm!! Dasar!”
Polisi 1 : “Sebaiknya, Kita bawa saja mereka ke dalam sel. ”
Polisi 2 : “Baiklah, Silahkan anda bawa ke dalam sel. ”
Vivi : “Aduh Santi.... elu ya, udah tertangkap puluhan kali, tapi nggak jera.
Malah lu ajak saudara lu mangkal, emang stres lu. ”
Santi : “Eke ini nggak stres, tapi eke gila. Hehehe... ”
Vivi : “Ahh, Bego lu. Gua serius, malah bercanda lu. ”
Santi : “Nggak apa, supaya eke nggak stres.
Eh, Bagus. Kenapa yei diam aja? ”
Bagus : “Aku merasa bersalah sama Mbok aku toh mbak. Aku nggak bisa
nepatin janji aku ke Mbok aku. ”
Santi : “Yaudah.... yei santai aja, jangan terlalu dipikirin. ”
Bagus : “Hm... Insya Allah mbak.”
Vivi : “Maaf ya, gua nggak bisa lama - lama, Gua masih banyak urusan. Gua
pulang dulu ya...”
Santi : “Iya. makasih ya, yei udah besuk kita. ”
Vivi : “Iya, Sama - sama.”
Bagus : “Mbak, aku fikir aku nggak bisa telalu lama tinggal disini. ”
Santi : “Lah, kenapa yei ngomong kaya gitu? ”
Bagus : “Aku mau pulang ke desa toh mbak, aku toh kangen sama Mbok aku
disana.”
Santi : “Yaudah, yei hati - hati aja ya.... ”
Bagus : “Iya mbak, makasih banyak ya mbak. Mbak toh udah banyak bantuin
saya.”
Santi : “Okey. Eke kirim salam ya buat Ibu yei disana. ”
Bagus : “Iya mbak, saya pergi dulu ya. Assalamualaikum....”
Santi : “Wa’alaikumsalam.”
Akhirnya, Bagus hidup dengan tenang didesa. Tak ada lagi beban dalam
hidupnya dan didesa dia membantu ibundanya berladang hingga dia menjadi seorang
juragan beras.
- TAMAT -