Anda di halaman 1dari 4

Judul : Kehidupan malam

Tokoh :
Anak/Baim [Efan]
Ibu [Anggun]
Bapak [Arga]
Pengedar/Wahyu [Gabe]
BNN/pak Hasan [Marvel]
Teman/Bagas [Vano]
Teman/Icha [Vinieta]

Alur
Pada suatu saat pukul 15.00 di Rumah, Ayah dan Ibu sedang sibuk bekerja dari rumah.
Sudah
berjam-jam mereka duduk dan sibuk dengan laptop nya masing-masing. Saat itu juga
sang anak anak baru pulang dari sekolah.
wahyu : "ma, pa, aku pulang"
Ibu : "hm"
Ayah dan ibu masih sibuk bekerja, tanpa menyambut dengan hangat kepulangan
anaknya.
anak : "tch sama aja kyk biasanya". (monolog)
Sang anak pun masuk ke kamar nya dan ia istirahat sejenak di sore hari yang melelahkan
itu.
malam harinya, sang anak terbangun karena mendengar suara bising di ruang tamu. sang
anak hanya mendengar pertengkaran orangtuanya melalui kamarnua.
Ayah : “apaansih udah gua bilang itu sekretaris gua doang!"
Ibu : "sekretaris apaan!gua tau ya lu sering tf duit ke dia, tiap bulan! buat apa hah?!"
ayah : "itu urusan kerjaan, (nama ibu)! lagian gua yang berhak ngatur keuangan
gua,bukan urusan lo"
ibu : "ya tapi uang lo bukan buat cewe lain juga dong? lo kerja lembur buat keluarga ini
atau buat sekretaris lu sih?"
Ayah : "arghh ngomong sama lu tuh gaakan ada habisnya tau ga!"
Pertengkaran mereka diakhiri dengan ayah yang membanting gelas dan keluar rumah
dengan membanting pintu. (ibu juga keluar panggung)

Latar berganti ke kamar


Sang anak ingin menceritakan masalahnya pada temannya, Ia pun menelpon Wahyu.
Anak : “Wahyu, gw mo cerita” [menceritakan konflik ke Wahyu]
Wahyu : “Wah.. sorry banget bro, kalau butuh bantuan bilang aja”
Anak : “Makasih bro, emang cuman lu yang peduli sama gw”
diam sejenak
Wahyu : “Kalo gitu ketemu yuk di jln. Sudirman gw ada sesuatu yang bisa menghibur lu”
Anak : “Oke, tunggu gua ya”
Latar berganti ke jln. Sudirman, saat itu jalanan sangat gelap, lampu menyinar redup.
Wahyu bersandar ke dinding, menunggu datangnya si anak. Sang anak masuk ke
panggung, Ia memakai ransel juga kaos yang agak lusuh. Si Anak menemui Wahyu,
Wahyu membisikkan sesuatu ke Anak, Si Anak mengiyakan
Mereka pun masuk ke tempat dikostik, suara musik sangat kencang, mereka nyaris
tidak bisa mendengarkan suara satu sama lain. Wahyu dan Anak berjalan ke arah bar,
mereka memesan dua gelas martini
Anak : “Kok lu bisa kepikiran ke sini yu?”
Wahyu : “Lebih seru bro, worth it lah buat dikunjungin”
Anak mengangguk
Bartender : “Dua gelas martini, 240 rb”
Wahyu : “Bro, bisa bayar dulu ga? Gw lagi bokek”
Anak : “Santai aja”
Anak memberikan uang ke Bartender, bartender meninggalkan mereka dan menikmati
musik di klub
Tanpa mereka sadari, jarum jam sudah mengarah ke jam 2 pagi. Wahyu yang masih
sadar mengajak Anak pulang.

keesokan harinya, sepulang sekolah.


wahyu : "im, mau ke tempat kemaren lagi gak?"
Baik : "boleh dah, daripada sumpek kuping gua denger ortu ribut mulu".
icha, bagas : " eh mau kemana tuh, ikut dong"
baim : "oh kagakk"

Malamnya, di diskotik
bartender : "wah dateng lagi nih, sering sering ya. dua gelas martini jadi 240rb".
menikmati minuman
wahyu : "im, mau coba ini gak?
wahyu mengambil sabu dari kantong jaketnya lalu menyodorkan nya pada baim
Baim : "kalo itu gua gaberini, yu"
Wahyu : "gapapa lah sesekali, coba dikit"
baim pun mencoba tawaran wahyu. akibat salah pergaulan dan berkeliaran di malam hari,
baim telah kecanduan rokok, minuman keras, dan mulai sering mencoba narkoba.

Keesokan harinya
Sang Anak terbangun dikarenakan mendengar suara bising di ruang tamu.
Icha : “Iya bu, kita kemarin liat waktu abis beli kolak ya gas? Buat sahur.
bagas : "iya bener"
icha : "Si baim pucet bgt, matanya merah, garuk garuk hidung mulu udh kayak orang
narkobaan”
Bagas : “Betul tuh, Kita lihat! Behh… Baim udah kayak orang gila bu, jalan miring-
miring, trus muntah muntah”
Baim : “Icha, Bagas? Kalian ngapain di sini?”
Icha, Bagas : "eh baim, kalo gitu kita pamit dulu ya"
Ibu : “Lu sih! Anaknya ga diperhatiin!”
Bapak : “Kok gw?! Kan lu Ibunya, lu juga lebih sering di rumah daripada gw! Anak
sendiri kok ga diperhatiin"
Baim : "bapak, ibu, sudah tau ya?"
ayah : "baim! mau jadi apa kamu hah? capek capek saya nyari duit, kamu malah jadi
orang gagal kayak gini."
Ibu : "Ibu sudah rawat kamu dari kecil sampai sekarang, segampang itu im kamu
kecewain ibu?!"
Baim : “Bapak, Ibu! mau sampai sih gini terus?! Baim gini tuh gara-gara Ibu sama
Bapak!”
[Tak acuh] Bapak : “Kamu kok nyalahin Ibu sama Bapak si Im? Kan kamu yang ke
diskotik gak izin lagi”
Baim : “Ya.. kalau bapak sama Ibu perhatiin Baim, Baim gak akan menginjakkan
selangkah kakipun ke diskotik! Cuman temen Baim yang peduli sama Baim! Bapak
pikir… uang bapak itu udah cukup buat Baim? Gak pak!”
Bapak : “Kamu udah mulai ga sopan ya sama orang tua! Kalo bapak gak kerja buat cari
duit, gak akan kamu sekolah sekarang, gak akan kamu hidup”
Ibu : "kamu bilang cuman temen kamu yg peduli sm kamu? Teman macam apa im yang
menghasut kamu sampai jadi kayak gini?!"
Baim : “Serah Ibu, emang sampai kapan pun.. Bapak sama Ibu gak pernah peduli sama
Baim!”
Baim masuk ke kamar, dengan menghentakkan kakinya kencang-kencang.

suasana hening
Ibu : "haaah.. pah. mungkin dari awal kita memang salah".
ayah menepuk pundak ibu lalu mereka masuk ke kamar anak.

Ibu : “Nak maafin kami ya kalau kurang peduli sama kamu.. Kami terlalu mementingkan
pekerjaan kami, sampai kami lupa kalau kami bekerja cari duit itu demi kamu.”
Bapak : “Iya nak, Kami bakal bantu kalau kamu mau rehab”
Baim mengangguk dan tersenyum kecil
Baim pun dibawa ke kantor BNN dan melalukan rehab. Sekarang Baim sudah tidak
pernah melangkahkan kaki ke diskotik, Ia bahkan memblokir Wahyu dan memilih untuk
berteman dengan Icha dan Bagas karena tanpa mereka Wahyu tidak akan sampai pada
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai