Anda di halaman 1dari 10

SIMBAH DAN CUAP

Narator : Nayunda Endang Triningsih

Tokoh :

 Simbah Dulloh : Evangl G. S. Ha’aretz

 Cuap : Anisa Salsabila

 Penculik : Muhammad Dandy

 Pujo : Yuda Hadi Wibowo

 Polisi : Miftahul Salam

Dikisahkan seorang anak bernama Cuap yang hidup bersama kakeknya di sebuah desa

bernama Desa Sukamabur, Kabupaten Purwoboyo. Kakeknya tersebut adalah orang sudah

agak tuli. Nama kakek tersebut adalah Simbah Dulloh. Umurnya sekitar 100 tahun. Simbah

Dulloh adalah kakek yang sangat trendi karena terus mengikuti perkembangan jaman.

Bahkan setiap malam minggu simbah sering ikut dugem bersama kakek-kakek trendi lainnya.

Simbah membesarkan Cuap sendiri dari sejak Cuap kecil. Simbah masih hidup sampai

sekarang karena dia mempunyai ramuan rahasia yaitu susu cap yusri. Dirumah simbah juga
ada pembantu yang membantu kegiatan simbah seperti mencuci sapi, kerbau, buaya, dan

singa. Tak usah berlama-lama langsung saja kita ke lokasi.

Simbah : (berbicara sendiri di depan rumah)

....

Tiba-tiba Cuap datang.

Cuap : Pagi kakek

Simbah : Pagi juga nduk. Ada apa?

Cuap : Gini kek, aku boleh minta sesuatu nggak?

Simbah : Boleh-boleh saja, mau minta apa nduk?

Cuap : Aku mau main mbah, tapi nggak punya uang. Boeh minta uang nggak?

Simbah : Apa? Minta tulang? Waduh, tadi sudah dimakan sama kucing simbah nduk

Cuap : Bukan tulang kek, tapi uang!!!

Simbah : Oh minta uang, yasudah ini tak kasih

Cuap : Makasih kakek

Simbah : Nduk, kamu itu jangan jadi anak yang nakal, kamu itu sudah simbah besarkan

dari sejak mbah temukan di pinggir kuburan sampai besar seperti ini. Kamu

harus meneruskan perjuangan mbah. Kamu juga harus belajar memelihara

buaya-buaya mbah yang sudah mbah anggap anak sendiri.


Cuap : Iya kek, aku usahain.

Simbah : Tahu nggak kamu kok bisa namanya Cuap ?

Cuap : Nggak kek, emang kok bisa namanya Cuap ?

Simbah : Nama panjang kamu itu Cuap Cuka Mangap. Karena ketika mbah temukan

kamu sedang mangap nduk. Lalu mbah taruh makanan di mulut kamu tetapi

tetap mangap, akhirnya mbah kasih kecoak di mulut kamu dan akhirnya

kamau mau mengunyahnya.

Cuap : Oh begitu ya. Yasudah, Cuap ijin main dulu ya kek. Assalamu’alaikum.

Simbah : Waalaikumsalam, hati-hati ya nduk.

Tanpa sepengetahuan simbah, tiba-tiba ada dua orang penculik datang dan langsung

menculik Cuap di depan Simbah.

Cuap : Kakek aku diculik, tolong!!

Simbah : Ssssssttt.... jangan brisik nduk, simbah lagi sibuk

Cuap : Ini aku lagi diculik, kakek !!!!!!

Simbah : Simbah lagi main COC kok malah diganggu.

(beberapa saat kemudian hp kakek berbunyi)

Simbah : Hallo? Ada yang bisa saya bantu?


Penculik : Apa benar ini rumahnya simbah Dulloh?

Simbah : Iya saya sendiri, ini dari siapa ya?

Penculik : Saya penculik.

Simbah : Penculik? Penculik yang mana ya? Yang sedang duduk itu po?

Penculik : Ya bukan, ceritanya itu kita beda tempat dan aku jadi penculik.

Simbah : Spesialis penculik apa ya?

Penculik : Saya spesialis penculik orang

Simbah : Oh penculik orang, tapi maaf saya tidak pesan penculik disini.

Penculik : Aghhh, pusing saya.

Simbah : Pujo!! Pujo, kesini sebentar.

Pujo : Iya tuan, ada apa?

Simbah : Ini ada telpon, dari pencuri ngakunya. Coba kamu yang jawab, males aku.

Pujo : Halo, apa benar ini penculik?

Penculik : Iya benar, cucu dari majikan kamu telah aku culik huahahahahaha.

Pujo : Tuan, Cuap telah diculik

Simbah : Apa? Cuap diculik? Yasudah kamu suruh aja ketemuan, kalau minta tebusan

tawar ya !

Pujo : Baik, bagaimana penculik? Apa yang bisa saya bantu ?


Penculik : Saya ingin uang 2 Milyar, jika anda tidak bisa memberikan 2 milyar maka cucu

majikan anda akan kami makan, hahahaha.

Pujo : Waduh, 2 milyar? Bukannya dipasaran harga tebusan nggak segitu ?

Penculik : Yasudah boleh nego, nego dikit ya gan.

Pujo : 700 Juta gimana gan?

Penculik : Wah, naik lagi gan.

Pujo : Yasudah 1 Milyar gimana?

Penculik : Yayaya, baiklah. Tapi jangan lapor ke polisi.

Pujo : Siap gan, mau ketemuan dimana ?

Penculik : Di rumah kosong, Gg Boyo Kurawa. Saya tunggu sampai besok jam 3 sore.

(Menutup Telepon)

Simbah : Bagaimana Jo?

Pujo : Kita harus membayar 1 M dan bertemu di rumah kosong Gg Boyo Kurawa

Simbah : Baiklah, besok simbah akan kesana bersama Polisi. Sekarang kamu cepat ke

kantor polisi laporkan dan besok simbah akan kesana.

Pujo : Siap tuan. Apakah besok saya boleh ikut kesana?

Simbah : Jangan, kamu harus tetap disini mandiin buaya-buaya peliharaan simbah.

Pujo : Baiklah, saya akan ke kantor polisi sekarang.


Simbah : Mau ngapain ke kantor polisi segala?

Pujo : Lho, tadi katanya saya disuruh lapor ke Polisi ?

Simbah : Oh iya, baiklah silahkan, cepat ya. Kalau begitu saya mau masuk ke dalam

dahulu. (salah jalan)

Pujo : Eh eh eh, mau kemana tuan? Pintu masuknya disini.

Simbah : Oh iya, saya lupa.

Setelah itu Pujo melaporkan kejadian penculikan tersebut ke kantor polisi.

Keesokan harinya Simbah datang ke tempat yang telah ditentukan bersama dengan

seorang polisi. Polisi tersebut merupakan polisi yang sangat disegani di Desa Sukamabur.

Polisi : Kakek masuk dulu, saya akan mengawasi dari sini. Jadi kakek nggak perlu

khawatir.

Simbah : Iya…iya…( Masuk ke dalam rumah kosong itu).

(Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa cucu dari simbah yang diculiknya )

Penculik : Anda Simbah Dulloh kakek dari Cuap?

Simbah : Iya benar, saya Simbah Dulloh. (Bersalaman) Loh, kamu Tono kan ?

Penculik : Iya saya Tono, kok anda tahu?

Simbah : Kamu lupa ya sama aku? Ini lho, aku Dulloh, nama lengkapku Dulloh, Dugem

Gitu Loh.
Penculik : Oh, Dulloh yang waktu SMK suka ngompol di celana itu ya?

Simbah : Iya ton bener, apa kabar?

Penculik : Baik-baik saja, kamu?

Simbah : Aku juga baik-baik saja. Bagaimana bisnismu sekarang? Kamu sekarang kerja

jadi penculik?

Penculik : Wah, iya Dull, maklum, dulu waktu daftar jadi model sampul Hidayah tapi

nggak diterima, akhirnya aku nyerah dan jadi penculik. Kebetulan korbannya

cucumu.

Simbah : Iya, gimana? cucuku nggak nakal kan kalau sedang diculik?

Penculik : Iya Dull, dia memang anak yang nggak nakal. Dia juga mau makan apa saja.

Simbah : Iya, itu yang membuat aku betah mengurusnya.

Penculik : Lha emang orangtuanya kemana?

Simbah : Orangtuanya telah meninggal. Ibunya dimakan singa dan ayahnya tergigit

ayam.

Penculik : Emang kamu juga memelihara ayam?

Simbah : Iya, bahkan sekarang ayam tersebut baru nikah sama ayam tetangga yang

bernama Shelly. Nama panjangnya Shellymut Tetangga. Kemaren aku juga

baru selesai mengurus pernikahan mereka di KUA.


Penculik : Apa itu KUA?

Simbah : Kantor Urusan Ayam.

Penculik : Wah, selamat ya.

Simbah : Terima kasih.

Penculik : Oh iya lupa saya lagi nyulik, reoniannya nanti saja ya? Oke. Anda membawa

uang tebusannya?

Simbah : Ya, saya membawanya. Kembalikan cucu saya!

Penculik : Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru cucunya saya kembalikan.

Simbah : Nih! (Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada penculik)

Penculik : Ini isinya duit?!

Simbah : Ya iyalah, udah tau nanya!

Penculik : Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit receh lagi!

(Sambil menggoyang – goyangkan kantong itu).

Simbah : Eh! Emang beli koper nggak pake’ duit apa?! Lagian kan yang penting isinya

duit!

Penculik : Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Membuka kantong itu) Hmm…niat

banget nih kakek-kakek ngasih gue duit.

Simbah : Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya….


Penculik : Nih! Cucu kamu saya kembalikan! (Sambil mendorong Cuap ke arah Simbah).

Cuap : Kakek! (Sambil mendekati simbah).

Simbah : Ya ampun Cuap! Simbah khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini dibuka

dulu ya. (Sambil membuka tutup yang menutupi kepala Cuap) Ha…! Lho kok,

cucu saya jadi jelek kayak gini sih, ini bukan cucu saya! Cucu saya cucu

bendera (nyanyi)

Penculik : Lho?! Jadi ini bukan cucu kakek?

Simbah : Ya…kayaknya sih dia emang cucu saya, tapi dulu dia itu cantik. Nggak kayak

gini! Ya udah deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! Anggap saja ini tanda

persahabatan kita waktu kecil (Sambil mendorong Cuap ke arah penculik).

Penculik : Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang –kenangan dari saya untuk

kakek dan uang ini sebagai kenang – kenangan dari kakek untuk saya. (Sambil

mendorong Cuap ke arah Simbah)

(Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu)

Polisi : Angkat kaki! (Sambil menodongkan pisang).

Penculik : Eh! Itu pisang…(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).

Polisi : Oh iya, maaf. Angkat tangan!

Penculik : Tadi katanya kaki, sekarang tangan!


Polisi : Kalian berdua ditangkap!

Simbah : Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik cucu saya itu dia! (Sambil

menunjuk si penculik) Saya ini kan kakeknya! (Sambil menunjuk Cuap).

Polisi : Iya saya tau. Dia ditangkap karena menculik cucuk kakek dan kakek ditangkap

karena tidak mengakui sekaligus menolak cucu kakek sendiri.

Simbah : Apa?! Tapi kan…

Polisi : Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor Polisi!

Akhirnya polisi membawa Simbah dan si penculik ke Kantor Polisi. Sementara itu, Cuap

dipulangkan ke rumahnya untuk membantu Pujo merawat buaya-buaya peliharaan Simbah

Dulloh

Anda mungkin juga menyukai