Anda di halaman 1dari 5

SIMBAH DAN CUAP

Tokoh:

Simbah Dulloh : Adjay Kaka

Cuap : Cantika Bulan Sarahati

Penculik : Imbang Alfiansyah

Pujo : Fachri Aditya Ratamsyah

Polisi 1 : Riza Akhsanul Ummah

Polisi 2 : Nazwa Maharani

Dikisahkan seorang anak bernama Cuap yang hidup bersama kakeknya di sebuah desa
bernama Desa Sukamabur, Kabupaten Purwoboyo. Kakeknya tersebut adalah orang sudah agak tuli.
Nama kakek tersebut adalah Simbah Dulloh. Umurnya sekitar 120 tahun. Simbah Dulloh adalah
kakek yang sangat trendi karena terus mengikuti perkembangan jaman. Bahkan setiap malam
minggu simbah sering ikut dugem bersama kakek-kakek trendi lainnya di DGC, DGC tersebut bukan
singkatan dari Dukun Gambar Cimot tetapi merupakan singkatan dari Dugem Goyang Celamanya.
Simbah membesarkan Cuap sendiri dari sejak Cuap kecil. Simbah masih hidup sampai sekarang
karena dia mempunyai ramuan rahasia yaitu susu cap tante. Di rumah simbah juga ada pembantu
yang membantu kegiatan simbah seperti mencuci sapi, kerbau, buaya, dan singa.

Tak usah berlama-lama langsung saja kita ke lokasi.

Simbah : (Berbicara sendiri di depan rumah).

Tiba-tiba Cuap datang.

Cuap : “Pagi kakek.”

Simbah : “Pagi juga nduk. Piye? Ada apa?”

Cuap : “Gini kek, aku boleh minta sesuatu nggak?”

Simbah : “Boleh-boleh saja, mau minta apa nduk?”

Cuap : “Aku mau main mbah, tapi nggak punya uang. Boleh minta uang nggak?”

Simbah : “Apa? Minta tulang? Waduh, tadi sudah dimakan sama kucing simbah nduk.”

Cuap : “Bukan tulang kek, tapi uang!!!”

Simbah : “Owh minta uang, yasudah ini tak kasih.”

Cuap : “Makasih kakek.”

Simbah : “Nduk, kamu itu jangan jadi anak yang nakal, kamu itu sudah simbah besarkan dari
sejak mbah temukan di pinggir kuburan sampai besar seperti ini. Kamu harus meneruskan
perjuangan mbah. Kamu juga harus belajar memelihara buaya-buaya mbah yang sudah mbah
anggap anak sendiri.”
Cuap : “Iya kek, aku usahain.”

Simbah : “Tahu nggak kamu kok bisa namanya Cuap?”

Cuap : “Nggak kek, emang kok bisa namanya Cuap?”

Simbah : “Nama panjang kamu itu Cuap, Cuka Mangap. Karena ketika mbah temukan kamu
sedang mangap nduk. Lalu mbah taruh makanan di mulut kamu tetapi tetap mangap, akhirnya mbah
kasih kecoak di mulut kamu dan akhirnya kamau mau mengunyahnya.”

Cuap : “Owh begitu ya. Yasudah, Cuap ijin main dulu ya kek. Assalamualaikum.”

Simbah : “Waalaikumsalam, hati-hati ya nduk.”

Tanpa sepengetahuan simbah, tiba-tiba ada seorang penculik datang dan langsung menculik
Cuap di depan Simbah.

Cuap : “Kakek, aku diculik, tolong aku!!! “

Simbah : “Ssssssttt.... jangan berisik nduk, simbah lagi sibuk. “

Cuap : “Kakek, ini aku lagi diculik, kakek!!!!!!”

Simbah : “Simbah lagi mainan hp kok malah diganggu. (Beberapa saat kemudian hp kakek
berbunyi).

Simbah : “Hallo? ada yang bisa saya bantu?”

Penculik : “Apa benar ini rumahnya simbah Dulloh?”

Simbah : “Ya saya sendiri, ini dari siapa ya ?”

Penculik : “Saya penculik.”

Simbah : “Penculik? Penculik yang mana ya? Yang sedang duduk itu po??”

Penculik : “Ya bukan, ceritanya itu kita berbeda tempat dan aku menjadi penculik.”

Simbah : “Spesialis penculik apa ya?”

Penculik : “Saya spesialis penculik orang.”

Simbah : “Owh penculik orang, tapi maaf saya tidak pesan penculik disini.”

Penculik : “Aghhh, pusing saya.”

Simbah : “Pujo!! Pujo!!, kesini sebentar.”

Pujo : “Iya tuan, ada apa?”

Simbah : “Ini ada telepon, dari penculik ngakunya. Coba kamu yang jawab, males aku.”

Pujo : “Hallo, apa benar ini penculik?”

Penculik : “Iya benar, anak dari majikan kamu telah aku culik huahahahahaha.”

Pujo : “Tuan, Cuap telah diculik.”

Simbah : Apaa? Cuap diculik? yasudah, kamu suruh aja ketemuan, kalau minta tebusan tawar
ya!”
Pujo : “Baik, bagaimana penculik? Apa yang bisa saya bantu?”

Penculik : “Saya ingin uang 2 Milyar, jika anda tidak bisa memberikan 2 milyar maka anak ini
akan kami makan. Hahahahahaha.”

Pujo : “Waduh, 2 milyar? Bukannya dipasaran harga tebusan nggak segitu?”

Penculik : “Yasudah boleh nego, nego dikit ya gan.”

Pujo : “700 Juta gimana gan?”

Penculik : “Wah, naik lagi gan.”

Pujo : “Yasudah 1 Milyar gimana? “

Penculik : “Yayaya, baiklah. Tapi jangan lapor ke polisi.”

Pujo : “Siap gan, mau ketemuan dimana?”

Penculik : “Di rumah kosong, Gg. Boyo Kurawa. Saya tunggu sampai besok jam 3 sore.“ (Sambil
menutup telepon).

Simbah : “Bagaimana Jo? “

Pujo : “Kita harus membayar 1 M dan bertemu di rumah kosong Gg. Boyo Kurawa.”

Simbah : “Baiklah, besok simbah akan ke sana bersama Polisi. Sekarang kamu cepat ke kantor
polisi laporkan dan besok simbah akan ke sana.”

Pujo : “Siap tuan. Apakah besok saya boleh ikut ke sana?”

Simbah : “Jangan, kamu harus tetap disini menjaga buaya-buaya peliharaan simbah.”

Pujo : “Baiklah, saya akan ke kantor polisi sekarang.”

Simbah : “Mau ngapain ke kantor polisi segala?”

Pujo : “Lho, tadi katanya saya disuruh lapor ke Polisi?”

Simbah : “Oh iya, baiklah silahkan, cepat ya. Kalau begitu simbah mau masuk ke dalam
dahulu.” (Salah jalan).

Pujo : “Eh eh eh, mau kemana tuan? Pintu masuknya disini.”

Simbah : “Oh iya, simbah lupa.”

Setelah itu Pujo melaporkan kejadian penculikan tersebut ke kantor polisi.

Keesokan harinya Simbah datang ke tempat yang telah ditentukan bersama dengan 2 orang
polisi yang menyamar, 2 orang tersebut merupakan polisi yang sangat disegani di desa Sukamabur.

Polisi I : “Kakek masuk dulu, kami akan mengawasi dari sini.”

Polisi II : “Ya. Kami akan mengintai dari sini. Jadi kakek nggak perlu khawatir.”

Simbah : “Iya…iya…”(Sambil masuk ke dalam rumah kosong itu).

Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa cucu dari simbah yang diculiknya.

Penculik : “Anda Simbah Dulloh kakek dari Cuap?”


Simbah : “Iya benar, saya Simbah Dulloh.”(Sambil bersalaman)...Loh, kamu Tono kan?”

Penculik : “Iya saya Tono, kok anda tahu?”

Simbah : “Kamu lupa ya sama aku? Ini lho, aku Dulloh, nama lengkapku Dulloh, Dugem

Gitu Loh

Penculik : “Owh, Dulloh yang waktu SMK suka ngompol di celana itu ya?”

Simbah : “Iya Ton bener, apa kabar?”

Penculik : “Baik-baik saja, kamu?”

Simbah : “Aku juga baik-baik saja. Bagaimana bisnismu sekarang? Kamu sekarang kerja jadi
penculik?”

Penculik : “Wah iya Dull, maklum dulu waktu daftar jadi model sampul Hidayah tapi nggak
diterima, akhirnya aku nyerah dan jadi penculik. Kebetulan korbannya cucumu.”

Simbah : “Iya, gimana? Cucuku nggak nakal kan kalau sedang diculik?”

Penculik : “Iya Dull, dia memang anak yang nggak nakal. Dia juga mau makan apa saja.”

Simbah : “Iya, itu yang membuat aku betah mengurusnya.”

Penculik : “Lha emang orangtuanya kemana?”

Simbah : “Orangtuanya telah meninggal. Ibunya dimakan singa dan ayahnya tergigit ayam.”

Penculik : “Emang kamu juga memelihara ayam?”

Simbah : “Iya, bahkan sekarang ayam tersebut baru nikah sama ayam tetangga yang bernama
Shelly. Nama panjangnya Shellymut Tetangga. Kemaren aku juga baru selesai mengurus pernikahan
mereka di KUA.”

Penculik : “Apa itu KUA?”

Simbah : “Kantor Urusan Ayam.”

Penculik : “Wah, selamat ya.”

Simbah : “Terima kasih.”

Penculik : “Oh iya lupa saya lagi nyulik, reuniannya nanti saja yaaa, Oke. Anda membawa uang
tebusannya?”

Simbah : “Ya, saya membawanya. Kembalikan cucu saya!”

Penculik : “Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru anaknya saya kembalikan.”

Simbah : “Nih!” (Sambil Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada penculik).

Penculik : “Ini isinya duit?!”

Simbah : “Ya iyalah…dah tau nanya!”

Penculik : “Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit receh lagi! (Sambil
menggoyang - goyangkan kantong itu).
Simbah : “Eh! Emang beli koper nggak pake duit apa?! Lagian kan yang penting isinya duit!”

Penculik : “Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Sambil membuka kantong plastik tersebut).
Hmmm…niat banget nih kakek-kakek ngasih gue duit.”

Simbah : “Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya….”

Penculik : “Nih! Cucu kamu saya kembalikan! (Sambil mendorong Cuap ke arah Simbah).

Cuap : “Kakek!” (Sambil mendekati simbah).

Simbah : “Ya ampun Cuap! Simbah khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini dibuka dulu ya.
(Sambil membuka tutup yang menutupi kepala Cuap) Ha…! Lho kok…cucu saya jadi jelek kayak gini
sih, ini bukan cucu saya! Cucu saya cucu bendera (Nyanyi simbah).

Penculik : “Lho?! Jadi ini bukan cucu kakek?”

Simbah : “Ya…kayaknya sih dia emang cucu saya, tapi dulu dia itu cantik. Nggak kayak gini! Ya
udah deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! Anggap saja ini tanda persahabatan kita waktu
kecil.”(Sambil mendorong Cuap ke arah penculik).

Penculik : “Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang-kenangan dari saya untuk kakek dan
uang ini sebagai kenang – kenangan dari kakek untuk saya.” (Sambil mendorong Cuap ke arah
Simbah).

Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu.

Polisi I : “Angkat kaki!!” (Sambil menodongkan pisang).

Polisi II : “Eh! Itu pisang…”(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).

Polisi I : “Oh iya, maaf!”

Polisi II : “Angkat tangan!!”

Penculik : “Tadi katanya kaki, sekarang tangan! “

Polisi I : “Kalian berdua ditangkap!!”

Simbah : “Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik cucu saya itu dia! (Sambil
menunjuk si penculik) Saya ini kan kakeknya!!”

Polisi II : “Dia ditangkap karena menculik cucu kakek dan kakek ditangkap karena menolak
cucu kakek sendiri.”

Simbah : “Apa?! Tapi kan…”

Polisi I : “Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor Polisi!”

Akhirnya polisi membawa Simbah dan si penculik ke Kantor Polisi. Sementara itu, Cuap
dipulangkan ke rumahnya.

Anda mungkin juga menyukai