TEAM KREATIF
1. Sutradara : Dina Aurellia Fairunnisa
2. Asisten Sutradara : Amar Agy
3. Make up dan Busana : Rury Amandasari, Haya Zhahirah
4. Artistik Properti : Annisa Putri
5. Artistik Setting : Nadhiva Amelia
6. Tata Musik : Dian Ramadhan, Ferdinan Putra
7. Tata Cahaya : Refka
8. Stage Manager :
TOKOH PEMAIN
Bapak : Rama
Ibu :
Lena : Nanda
Tamu I : Salsa
Tamu II : Putra
LENA TAK PULANG
Karya : Muram Batubara
SATU
LAMPU MENYALA DALAM SEBUAH RUMAH. SOFA BESAR
MENGHADAP TV. MEJA MAKAN, KULKAS, PINTU KAMAR MANDI, PINTU
DAPUR, PINTU KAMAR MANDI, PINTU KELUAR MASUK RUMAH. PAK LENA
DUDUK MEMANDANG TV. BU LENA KELUAR DARI KAMAR MANDI.
Ibu : (Keluar dari kamar mandi sambal berjalan ke meja makan) “Lena
sudah pulang, Pak?”
Bapak : (Duduk memandang TV) “Belum.”
Ibu : (Duduk di kursi meja makan) “Bagaimana ini? Sudah tiga hari ia
tidak pulang.”
Bapak : “Nanti juga pulang.”
Ibu : “Sudah tiga hari.”
Bapak : “Nanti juga pulang.”
Ibu : “Iya, tapi belum juga pulang, padahal sudah tiga hari ia itu kan
perempuan.”
Bapak : (Tetap memandang tv) “Anak kita.”
Ibu : “Ya, anak kita, tapi ia perempuan dan belum pulang tiga hari.”
Bapak : “Nanti juga pulang sendiri Ketika bekal larinya telah habis.”
Ibu : “Tidak segampang itu, Pak, ia itu perempuan!”
Bapak : “Jika ia memang perempuan, ia akan pulang.”
Ibu : “Tapi belum… (Menghentikan kalimat, memperhatikan pintu
keluar rumah) Sepertinya ada yang datang, pasti itu Lena, anak
kita, pulang juga ia setelah tiga hari tidak pulang.”
Bapak : “Bukan, itu pasti temannya dating mencari.”
Ibu : “Pasti Lena.”
Bapak : “Berani taruhan?”
Ibu : “Taruhan apa?”
Bapak : “Jika bukan Lena, lebaran tahun ini kita pulang ke rumah orang
tuaku.”
Ibu : “Tapi tahun kemarin kan sudah.”
Bapak : “Itu karena kau kalah taruhan.”
Ibu : “Tidak bisa, bayangkan dalam lima tahun kita selalu pulang ke
rumah orang tuamu.”
Bapak : “Berani taruhan tidak?”
Ibu : (Bingung) “Em…”
Bapak : “Dengar ketukan pintu itu semakin keras, Bukakan lah!”
Ibu : “Baik.”
DUA
LAMPU MENYALA. DALAM SEBUAH RUMAH. SOFA BESAR
MENGHADAP TV. MEJA MAKAN. KULKAS. PINTU KAMAR MANDI. PINTU
DAPUR. PINTU KAMAR TIDUR. PINTU KELUAR MASUK RUMAH. PAK LENA
DUDUK MEMANDANG TV. BU LENA KELUAR DARI KAMAR MANDI.
Ibu : “Lena sudah pulang, pak?”
Bapak : “Belum.”
Ibu : (Duduk di kursi meja makan) “Bagaimana ini? Sudah empat hari ia
tak pulang.”
Bapak : “Nanti juga pulang.”
Ibu : “Kemarin kau jawab seperti itu juga, tidak kemarin saja,
kemarinnya lagi dan kemarin nya lagi juga.”
Bapak : “Terus harus gimana? Berteriak, mengabarkan pada semua orang
bahwa anak kita yang perempuan tidak pulang dalam empat hari
ini. Bagaimana kata dunia? Apa respon mereka pada kita? Orang
tua yang tidak bertanggung jawab?”
Ibu : “Tampaknya memang kita tidak bertanggung jawab.”
Bapak : “Ko bisa?”
Ibu : “Lihatlah sendiri apa yang kita telah lakukan pada anak kita?
Empat hari, bayangkan empat hari anak kita tidak pulang, tidak ada
usaha kita untuk mencarinya.”
Bapak : “Menunggu juga mencari.”
Ibu : “Menunggu itu pasrah.”
Bapak : “Tidak sama, pasrah itu tanpa berbuat. Menunggu itu kan berbuat,
sama seperti berdoa.”
Ibu : “Apa yang dilakukan dalam menunggu? Diam memandang tv atau
sibuk berbincang tanpa tujuan?”
Bapak : “Jika kita kekantor polisi dan melaporkan kehilangan anak, terus
apa yang kita lakukan? Menunggu kan? Menunggu kabar dari pak
polisi itu. Dan dalam menunggu kabar dari pak polisi, kita juga
menonton tv atau berbincang kemana pun yang kita suka kan?
Sama saja.
Ibu : “Beda.”
Bapak : “Apanya yang beda? Jika kita memasang iklan tentang kehilangan,
sama juga seperti melapor ke polisi. Jika kita mencari sendiri, sama
juga dengan menunggu kabar kan? Kita mencari itu tanpa tujuan,
kita tidak tahu dimana anak kita berada. Jadi sama juga dengan nol.
Kita tetap juga menunggu. Daripada kita memutari kota, tentunya
habis energy, toh lebih baik. Semuanya ini berarti menunggu,
mencari itu juga menunggu. Menunggu juga mencari, jelas!”
Ibu : “Pusing aku, jika kita tahu dimana Lena berada kan gampang, bisa
kita jemput.
Bapak : “Itu dia kata yang tepat. Menjemput. Menjemput itu jelas beda
denngan mencari atau juga menunggu.
Ibu : “Tapi kita tak tahu dimana Lena berada?”
Bapak : “Yahh harus dicari.”
Ibu : “Dengan?”
Bapak : Ya menunggu.”’