Anda di halaman 1dari 17

1

SUNYOTO

Naskah Drama Bahasa Indonesia

KELAS : XII IPS 3

SMA NEGERI 1 BALEENDAH


JL. RAA. WIRANATAKUSUMAH BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG
2018
3

Di suatu hari di desa pasir suni di daerah priangan, terdapat


seorang pemuda yang bernama Sunyoto. Sunyoto seorang anak
yatim piatu yang tinggal bersama Ayah angkatnya bernama Pak
Murdiam.Pak Murdiam sayang sekali kepada Sunyoto, sampai-
sampai apapun yang di inginkan Sunyoto akan di turuti, tetapi
ada salah satu keluarga Pak Murdiam iri kepada sunyoto, yaitu
Wa Arsim, Kakak dari Pak Murdiam, dia tidak suka jika sunyoto
tinggal bersama Pak murdiam.
hingga pada suatu hari, Pak Murdiam sakit keras.
Setting : Kamar tidur Pak Murdiam
Pemain : Wa Arsim, Sunyoto, dan Pak Murdiam

Sunyoto : “Pak, Bapak harus segera pergi ke dokter


pak!”
Wa Arsim : “Eleh elehhhh kamu ini gimana sih, bagaimana
kalau Bapak mu ini di bedah oleh dokter, di
buat praktek yang gak bener?! Kamu mau Bapak mu
ini mati hah?!”
Sunyoto : “Gimana mau di bedah wa!?, kalau emang gak
ada yang harus di bedah”
Wa Arsim : “Heeisst sudah! dan kamu lagi diam, kan waktu
itu dukun udah ngomong, penyebab kamu sakit itu
ada dua penyebabnya yang pertama karena kamu
pelihara anak angkat, yang kedua karena kamu
punya hati jelek sama kakak mu ini ! meskipun
begitu, yang akan menjaga mu kelak itu, AKU !
bukan anak angkatmu ini!”
Pak Murdiam : “Terus sekarang gimana ?”
Wa Arsim : “Gampang am gampang, cukup Sunyoto yang harus
pergi dari rumah ini, dan kamu akan sehat
sedikit demi sedikit, ikuti saja apa kata dukun
itu !”
Pak Murdiam : “Ta.. tapi bagaimana dengan Sunyoto?, Sunyoto
kalau begitu pergi saja ke rumah Kakek kandung
mu di Jogja, ini alamatnya, maafkan bapak nak,
semoga kamu lebih bahagia bersama Kakek mu di
Jogja”
4

Sunyoto : “Ya sudah kalau itu akan membuat Bapak


sembuh, aku akan pergi dari rumah ini “
(Sunyoto pergi dengan sedikit berlari)

Setelah Wa arsim berkata seperti itu, Sunyoto tidak menunggu


lama untuk pergi dari rumah itu, dan segera mebereskan barang-
barangnya . Lalu esoknya ia berpamitan kepada Bapak Angkatnya
itu.
Setting : Di depan rumah
Pemain : Sunyoto dan Pak Murdiam

Sunyoto : “Pak, semoga Bapak lekas sembuh, dan doakan


aku semoga bisa bertemu Kakek ku”
Pak Murdiam : “Bapak akan terus mendoakan mu nak, hati-hati
disana jaga dirimu baik-baik’
Sunyoto : “Aku pamit pak, Assalamualaikum”
Pak Murdiam : “Waalaikum salam”

Sunyoto menguatkan dirinya untuk meninggalkan Ayahnya. Ia


tidak tahu seperti apa wajah Kakeknya, di mana rumahnya, ia
hanya di bekali uang secukupnya dan secarik kertas berisikan
alamat.
Ia pergi ke jogja menaiki kereta yang ia tidak tahu bagaimana
cara memperoleh tiketnya.
Setting : Stasiun kereta api
Pemain : Calo dan Sunyoto

Calo : “Mas, kok melamun aja?” (menepuk pundak)


Sunyoto : “Eh, ini saya mau mengantri tiket tapi
antriannya panjang sekali. Bawaan saya juga
banyak”
Calo : “Oh gitu Mas. Mau dibantu tidak?” (sambil
berbisik)
Sunyoto : “Bantu? Bantu apa?”
Calo : “Ini.. saya punya kenalan yang jual tiket..”
5

Sunyoto : “WAH ANDA CALO YA????” (menunjuk dengan


kaget)
Calo : “Sssst, bukan calo Mas. Saya Cuma mau bantu.
Mas mau saya bantu tidak?”
Sunyoto : “Hm.. boleh deh boleh. Jadi Gimana
rencananya?”
Calo : “Ya..gimana ya mas, harus ada ininya dulu..”
(menggesekan jarinya dengan gestur meminta
uang)
Sunyoto : “Oh, cincai lah (memberi uang) Bener ya Mas
tiket ke Jogjanya satu”
Calo : “Siaap!!!”

Setelah mendapat tiket dari sang Calo, Sunyoto pun pergi ke


Jogjakarta dengan kereta. Setibanya di Jogja, ia kebingungan,
mau pergi kemana setelah ini. Lalu ada seorang sales yang
memberikan brosur hotel.
Setting : Stasiun Kereta Api
Pemain : Sales dan Sunyoto

Sales : “Silahkan Mas brosurnya, (sambil memberikan


brosur),kami dari Hotel Muslimin menyediakan
fasilitas yang lengkap dengan harga terjangkau.
Pelayanan kami juga nomor satu karena kami
mengutamakan kejujuran juga keramahan” Sunyoto :
“Hmm, kalau saya mau menginap untuk 6 hari kira-kira
berapa ya Mba?”
Sales : “Oh Mas bisa langsung ke hotelnya saja. Dekat dari
stasiun kok, jalan dikit 500 m udah nyampe mas”
(menggerakan tanganya menunjukan arah)
Kemudian Sunyoto mengikuti petunjuk dari sales itu, Sunyoto
pun pergi ke hotel tersebut untuk menginap selama di Jogja.
Kopernya dibawakan oleh sang petugas hotel. Masuk ke kamarnya,
Sunyoto pun merebahkan diri di kasur. Sadar bau badannya tidak
sedap, ia pun berniat mandi dan membuka kopernya, namun..
Setting : Hotel Muslimin
Pemain : Sunyoto, Petugas dan Manajer hotel
6

Sunyoto : “ASTAGFIRULLAHALDZIM, INI KENAPA KOPERNYA


BERANTAKAN BEGINI??????”
Sunyoto : “Ya Allah, uang saya juga hilang, aduh ini pasti
petugas hotel barusan yang ngambil, (keluar
memanggil petugas hotel) Mbak, sini Mbak!”
Petugas : “Iya Mas ada apa?” (membalikan badanya)
Sunyoto : “Mbak mau nanya apakah disini sering ada
kehilangan?”
Petugas : “Tidak, memangnya kenapa Mas?”
Sunyoto : “Ini masa saya baru kehilangan uang! Banyak pula!”
Petugas : “Berapa banyak Mas?”
Sunyoto : “560 Mbak!”
Petugas : “Masya Allah bukan uang sedikit itu! Ilangnya
dimana Mas?”
Manajer : “Ada apa ini ribut-ribut, ada yang bisa saya bantu
mas?”
Petugas : “Ini bu, dia kehilangan uang di koper”
Manajer : “MasyaAllah aduh gimana ini, kehilangan berapa mas
?”
Sunyoto : “560 bu, mana saya belum bayar hotel buat satu
minggu kedepan lagi, saya bingung harus gimana, saya
gak punya kenalan di sini lagi. Duh duh”
Manajer : “Kalau begitu tidak perlu bingung mas kami bisa
bantu, untuk sementara ini tidak perlu memikirkan
biaya hotel, mas dari mana, mau kemana, bertemu
siapa?”
Sunyoto : “Ini saya di suruh ke jogja untuk bertemu Kakek
saya katanya juragan batik di jogja tapi saya tidak
tahu detailnya dimana”
Manajer : “Kalau nyari orang begitu yaa sulit mas, karna di
jogja kan luas terus banyak sekali perusahan-
perusahaan batik”
Sunyoto : “Nah begitu bu maslahnya”
Manajer : “Waduh,berhubung sudah malam, mas istirahat
saja dulu , selamat beristirahat mas”
Sunyoto :“Terimakasih Bu,mbak” (berjalan kembali ke kamar)
7

Sunyoto terus memikirkan dimana uangnya yang hilang, tiba-tiba


ia ingat untuk mengabari Ayah angkatnya di Priyangan.
Sunyoto : (MENULIS SURAT)
Keesokan harinya Sunyoto terbangun dan terbiasa untuk
merapihkan kamar hotelnya.
Petugas : (tok..tok..tok..) *suara ketuk pintu.
“Assalamualaikum.”
Sunyoto : “Ya tunggu sebentar” (berjalan dan membuka pintu)
Petugas : “Mas ini ada surat untuk mas”
Sunyoto : “Oh begitu, terimakasih mbak”
Petugas : “Sama-sama mas dengan senang hati”
(sunyoto masuk dan mulai membaca surat)
Sunyoto : “innalillahi wainnaliaihi rojiun Bapak… (sunyoto
menangis), kalau begini saya gak bisa diam saja,
untuk apa kaki ini di ciptakan, untuk apa tangan ini
di ciptakan, saya harus bisa bekerja keras mulai
saat ini. Tapi bagaimana cara saya bekerja disini..?
Oh iya koran! koran mana koran. Nahhh ini dia
bismillah semoga bisa”

Keesokan harinya Sunyoto bersiap-siap untuk pergi melamar ke


salah satu rumah sakit untuk jadi perawat, karna sejak SMA dia
sudah mengerti dasar-dasar keperawatan.
Setting : Ruang staf HRD Rumah sakit
Pemain : Direktur rumah sakit dan Sunyoto

Direktur : “Berikutnyaa….”
Sunyoto : “Bissmillah Ya Allah lancarkan…
*tok..tok..tok.. Assalamualaikum
Direktur : “Waalaikumsalam silahkan duduk”
(sunyoto duduk dan memberikan format- format
persyaratan)
Direktur : “Kamu punya pengalaman apa?”
Sunyoto : “Sayaa 6 tahun sd, 3 tahun smp, dan 3 tahun
SMA bu”
8

Direktur : “Eehhh bukan yang kaya gitu, tapi pengalaman


kerja”
Sunyoto : “Belum ada bu, saya baru lulus SMA bulan
kemarin”
Direktur : “Ya sudah kalau begitu, kamu mulai saja
bekerja besok ya”
Sunyoto : “Allhamdulillah terimaksih bu”

Keesokan harinya Sunyoto mulai bekerja di rumah sakit itu


sebgai perawat .
Setting : Ruang pasien rawat inap rumah sakit
Pemain : Sunyoto, pa Diryo dan Direktur

Sunyoto : “Kenapa ya bapa daritadi ngeliatin saya


terus?”
Pa Diryo : “Bapa tuh merasa ga asing sama muka kamu. Kaya
pernah ketemu dimana gitu”
Sunyoto : “Ohh gitu ya pa… dimana?”
Pa diryo : “Nahh itu saya lupa”
Sunyot0o : (ngangguk- ngagguk)
Pa diryo : “Ehhh kamu pegawai baru ya disini?”
Sunyot : “Iya pa, baru 1 minggu disini”
Pa diryo : “Eh kalo boleh bapa tau, kamu disini di gaji
berapa?”
Sunyoto : “Ahh pa ga besar, tapi cukuplah buat makan sehari-
hari. Kalau Bapa kerja apa?”
Pa diryo : “Dulu saya waktu masih muda punya pabrik batik.
Tapi sekarang diteruskan sama anak bapa”
Direktur : “Sunyoto…… kemari!”
Sunyoto : “Iya siap bu, Ada apa?”
Direktur : “Kamu tuh kerja yang bener, harus perhatiin
pasien. Jangan sampai lalai”
Sunyoto : “Iyaa bu siap”
9

Direktur : “sekarang siapa aja pasien yang kamu jaga?”


Sunyoto : “Pa Diryo, Pa Marto, Pa Kirto, Pa Toto, Pa Dito,
Pa Harto, dan Pa karto. Eh…. Dimana Pa Karyo?”
(menggaruk-garuk bingung)
Direktur : “Nah loh…. Nah loh…. Dimana Pa Karto?”
Sunyoto : “Oh iya paling ke kamar mandi mungkin bu”
Direktur : “Kenapa orang sakit kamu biarin ke kamar mandi
sendiri?!!! Cepet cek sana”
Sunyoto : (lari menuju kamar mandi, tetapi kamar mandi
terkunci) “Tolong….. tolong!! Pa Karto bunuh diri.
Direktur : “Cepat kamu cari kunci cadangannya!(Sunyoto
datang, langsung membuka pintu). Gawat Sunyoto…… Pa
Diryo sudah tidak tertolong. Bisa jadi masalah ini
Sunyoto”
Sesudah menerima surat PHK, Sunyoto pamit kepada direktur dan
pasien yang ada disana.
Pa Diryo : “To… ini bukan sepenuhnya salah kamu. Tapi salah
bapa juga, yang sering ngajak kamu ngobrol terus
lupa sama kerjaan kamu”
Sunyoto : “Ah jangan berpikiran begitu pa. ini sudah takdir
saya dipecat dari rumah sakit”
Pa diryo : “Terus kamu sekarang pulang ke Priyangan?”
Sunyoto : “Ah… enggak kayanya pa. saya mau nyari kerja dulu”
Pa diryo : “oh… mau nyari kerja di Jogja. Syukur kalau kamu
betah di Jogja, bapa ada kerjaan buat kamu siapa tau
cocok”
Sunyoto : “kerjaan apa Pa?”
Pa Diryo : “Kamu mau, kamu bisa kerja di pabrik batik bapa
jadi sekretaris. Gimana?”
Sunyoto : “Ah.. belum tau pa. nanti saya pikirkan dulu”
Pa diryo : “Ga usah banyak mikir, mumpung ada kesempatan
soalnya anak bapa lagi sibuk-sibuknya. Kalau kalu
mau, bapa mau ngasih surat buat anak bapa. Nanti
kamu sampaikan”
Sunyoto : “Yaudah kalau gitu pa… saya pikirkan untuk menoba
dulu siapa tau bisa”
10

Pa diryo : “Oh iya, nihh To, kasih surat ini ke anak bapa.
Kalau belum tau alamatnya tanyain aja ke warga
setempat, pasti mereka tau”
Sunyoto : “Iyaa siap pa, saya pamit dulu. Makasih ya pa”
(sambil salam dengan pa Diryo)
Sunyoto kembali ke hotel Muslimin dan membereskan barang-
barangnya. Lalu esoknya Sunyoto pergi ke tempat pabrik batik
Pa Diryo, menaiki andong.
Setting : Rumah produksi batik
Pemain : Sunyoto, Sudirman

Sunyoto : “Permisi mas,saya mau bertemu mas Sudirman”


Sudirman : “Saya sendiri, mau apa? Dari mana?”
Sunyoto : “Ini mau nganterin surat dari Pa diryo”
Sudirman : (baca surat) “ohhh kamu mau minta pekerjaan?”
Sunyoto : “Bukan saya yang minta pa, tapi pa Diryo yang
menyuruh saya bekerja di sini”
Sudirman : “so tau banget si tua bangka itu! Sekarang kamu
belum bisa diterima kerja disini. Tunggu saja sampai
bapa saya pulang. Dimana kamu tinggal sekarang?”
Sunyoto : “Di hotel Muslimin mas.”
Sudirman : “Waduh…. Gaya bener kamu. Belaga tinggal di hotel
tapi ga punya kerjaan. Udah sekarang kamu pulang aja
dulu”
Sunyoto : “Yasudah mas, saya pamit dulu”
Seminggu setelah Sunyoto bertemu Pa Sudirman, Pa Diryo menemui
Sunyoto di hotel Muslimin dan ditemani Sudirman. Besoknya
Sunyoto pergi ke kota Gede untuk mulai bekerja di pabrik batik
mas Sudirman.
Sunyoto : (mengabsen pegawai) cape ternyata jadi
juru tulis.
Sudirman : kamu ini! Kerja gitu aja ngeluh. kerja enak
tapi ga puya keahlian.
Suatu hari, ada seorang pegawai yang izin untuk pulang karena
sakit, namanya Pak dimin. Karena itu, Pa Dimin di izinkan
pulang oleh Sunyoto, karena Sunyoto merasa iba.
Sudirman : “Itu si Dimin kemana?”
11

Sunyoto : “Mau pulang, dia sakit”


Sudirman : “Siapa yang suruh dia pulang hah?! Kenapa
kamu gak bilang saya?!”
Sunyoto : “Saya pikir cukup izin ke saya. Jadi kan saya
nanti yang bilang ke mas”
Sudirman : “Kamu baru kerja disini beberapa hari saja
sudah lancang, kamu siapa disini hah? Cuman
jadi sekertaris aja udah so tau begitu!
Sunyoto : “Bukan saya lancang, tetapi Pak Dimin sudah
tidak kuat lagi untuk bekerja jadi saya suruh
dia pulang untuk istirahat.”
Sudirman : “Bagaimana kalau orang yang pulang itu
membawa barang dan kita mengalami banyak
kerugian hah?!”
Sunyoto : “Eh jangan begitu mas, saya pastikan beliau
pulang karena memang benar-benar sakit.”
Sudirman : “Pokoknya saya gamau tau, kalau ada barang
yang hilang, kamu yang harus ganti rugi, karna
semua ini ulah kamu”
Sunyoto : “silahkan”
Beberapa hari setelah itu, Sunyoto berniat untuk menengok Pak
Dimin yang sakit karena sudah satu minggu dia tidak kembali
bekerja di Pabrik batik.
Istri Pak Dimin: Assalamualaikum juragan.
Sunyoto : “Waalaikumsallam, Eh mbok, silahkan duduk
mbok, ada perlu apa kemari?”
Istri Pak Dimin: “Emmm…ini juragan, saya mau minta gaji
suami saya bulan ini”
Sunyoto : “Oh begitu, sebentar saya hitung dulu ya
mbok. (sambil menghitung uang) bagaimana
kondisi Pak dimin?”
Istri Pak Dimin: “begitu juragan, masih sama seperti
kemarin-kemarin, belum ada perkembangan.
Masih harus istirahat”
Surdirman : (Sudirman dating menghampiri) “Mau apa kamu
kesini? Mana pak Dimin , ko males-malesan kerja
sih?!”
12

IstriPak dimin : “Maaf juragan saya kesini mau ngambil gajih


suami saya, bukannya suami saya mau males-
malesan, tapi suami saya sedang sakit dan butuh
istirahat”
Sudirman : “Alaaahhhhh.. masa yang sakit masih mikirin
uang gaji, kerjaan belum beres pingin minta
gaji, dasar malas”
Istri Pak Dimin: “astagfirullah, Demi Allah juragan suami
saya bener-bener sakit” (nangis)
Sudirman : “Saya tidak butuh pegawai yang males-malesan
kaya suami kamu. Dan kamu Sunyoto gaji kamu
bulan ini saya potong untuk mengganti uang
pabrik untuk menggaji pegawai gak berguna itu”
(sudirman pergi dengan marah)
Sunyoto : “Sudah mbok tidak usah terlalu di pikirin.
Ini uangnya mbok pulang aja, jaga Pa Dimin
baik-baik ya”
Pak Diryo : “Ada apa to?”
Sunyoto : “Itu pak barusan istrinya Pak Dimin dateng
kesini mau ngambil gaji suaminya bulan ini”
Pak Diryo : “Kalau sudirman bicara yang tidak mengenakan
hati tidak usah di masukkan ke hati ya, dia
memang begitu hatinya keras seperti batu”
Sunyoto : Iya Pak.
Keesokkan harinya, sunyoto pergi menengok Pak Dimin di rumah
nya.
Setting : Rumah Pak Dimin
Pemain : Sunyoto, Pak Dimin

Sunyoto : “Assalamualaikum…”
Pak Dimin : “Waalaikumsalam juragan mari masuk, maaf
berantakan”
Sunyoto : “Tidak masalah pak, gimana keadaanya udah
mendingan?”
Pak Dimin : “Alhamdulillah juragan mendingan, berkat juragan
saya kemarin sudah bisa berobat”
13

Sunyoto : “Syukur kalau begitu Pak, ini juga kan hasil kerja
bapak. Oh iya Pak mohon maaf sekali kalau perilaku
Pak surdiman selalu bikin gak enak”
Pak Dimin : “Ohhh tidak apa-apa saya sudah terbiasa sama
sikapnya, ya maklum dia dulunya yatim piatu sebelum
di angkat oleh Pak diryo, jadi kurang terididik”
Sunyoto : “Pantas saja perilaku dan sifatnya jauh berbeda
dengan Pak Diryo”
(tiba-tiba Sudirman datang)
Sudirman : (BRAK, memukul pintu dengan keras)“Oh jadi kamu
disini leye-leye ini menggosip, bukannya pada pergi
kerja, dasar pegawai gak berguna! Sudah lah kalau
begini terus kalian berhenti saja di Pabrik, saya
gak butuh orang-orang pemalas seperti kalian!, masih
banyak kok yang mau bekerja di tempat saya”
(langsung pergi dan menendang pintu)
Sunyoto : “Astagfirullah…. Sabar ya pak , kalau begitu saya
pamit pulang dulu, semoga cepat sembuh ya pak”
Pak Dimin : “Terimakasih banyak ya juragan” (bejabatan tangan)
Setelah meenengok Pak dimin, Sunyoto langsung pulang ke rumah
kecil yang Pak Diryo sediakan untuk tinggal Sunyoto yang tak
jauh dari Pabrik.
Sunyoto : “Hahh….. lelah sekali hari ini” (merileks kan
badan). *beberapa menit setelah itu . “Foto Bapak
dimana ya?, (mencari-cari) kangen juga sama Bapak,
semoga Bapak tenang ya disana . coba saya lukis ah
biar terlihat besar”. (melukis)
Mendadak Pintu terbuka paksa karena di dobrak dari luar.
Terdapat 2 orang polisi, Pak Diryo dan Sudirman di sana.
Sunyoto : “Astagfirullah ada apa ini ?”
Polisi : “geledah semuanya”
Sunyoto : “Ehh tunggu sebentar apa salah dan dosaku? Kenapa
main geledah-geledah seperti ini ?” (menahan Polisi)
Sudirman : “Sudah kamu tidak perlu pura-pura lugu ! Mengaku
saja !”
Sunyoto : “Eh kamu jangan sembarangan ya, saya benar-benar
tidak tau apa-apa. Pak Diryo ada apa ini?”
Pak Diryo : “Benar kamu mengambil jam tangan emas Sudirman?
14

Sunyoto : “Astagfirullah pak, saya tidak mengambil apa-apa


saya juga tidak tahu itu milik siapa dan berada
dimana . Kamu Sudirman jangan nuduh saya!”
Polisi 1 : “Sudah-sudah geledah saja!”
Polisi 2 : (menggeledah) “Pak ini barangnya ? (menunjukan
barang yang dicari)
Sudirman : “Iya benar itu barang saya. Tuh kan dia yang
mencuri tidak salah lagi, sudah pak bawa saja ke
kantor polisi, penjarai pencuri itu !”
Polisi : “Ayo sekarang kamu harus ikut kami ke kantor, beri
penjelasan di kantor”
Sunyoto : “Sebentar, sebentar, anda jangan main bawa saya ke
kantor, belum ada bukti kalau saya yang membawanya,
bisa saja ada yang menjahati saya lalu menyimpannya
di kamar saya”
Sudirman : “Sudah lah gak usah banyak alesan bawa aja pak”
Polisi : “ya sudah, sebentar, kalau begitu kita periksa
saja menggunakan alat pendeteksi sidik jari”
Sudirman : “Gak usah begitu-begitu sudah terbukti ko dia yang
mencurinya”
Pak Diryo : “Kalau begitu sudah periksa saja Pak polisi”
Polisi : “Kemari letakkan tangan Anda disini Sunyoto,
(tidak terdeteksi) loh ko bukan, coba Pak Diryo
(tidak terdeteksi) Loh bukan juga, coba Anda mas
Sudirman..”
Sudirman : “Masa saya yang melapor saya yang mencurinya Pak!”
Polisi : “Lakukan saja apa yang saya perintahkan agar adil.
(memaksa medeteksi tangan Sudirman) Akurat?! Sudah
kalau begitu Anda yang harus ikut kami ke kantor”
Pak Diryo : “Astagfirullah Nak, untuk apa kamu menjahati
Sunyoto”
Sudirman : “Pokonya awas kamu Sunyoto !” (sudirman di seret
dan di borgol oleh polisi untuk di bawa ke kantor
polisi)
Pak Diryo : “Aduh heran sama anak itu, dimana akal sehatnya,
kenapa sampai berbuat jahat begitu kepada orang,
padahal saya sama sekali tidak pernah mecontohinya”
15

Sunyoto : “Sudah pak tidak apa-apa yang sabar pak,


(mengambil minum untuk pak diryo) ini pak di minum
dulu, silahkan duduk dulu pak”
Pak diryo : “Terimakasih to, saya gak habis pikir, kenapa dia
seperti itu, mentang-mentang bukan anak kandung saya
jadi sulit untuk di didik, dan di rubah sifatnya
itu”
(sunyoto memandangi lukisan bapaknya yang sedari
memegang foto)
Pak diryo : “Siapa yang ada di lukisan itu to?”
Sunyoto : “oh ini lukisan foto Bapak saya pak”
Pak diryo : “Coba saya lihat foto yang kamu pegang.(sunyoto
memberikannya) loh ko ini mirip anak saya yang
meninggal?”
Sunyoto : “Ah yang betul pak?”
Pak Diryo : “Iya betul ini anak saya, yang dulu pernah pergi
ke priyangan karena membuat bangkrut Pabrik saya.
Ini bapak kamu?”
Sunyoto : “Iya pak, saya di beri surat wasiat oleh bapak
angkat saya, katanya saya masih mempunyai Kakek di
Jogja beranama Pak Sumarto juragan batik.”
Pak Diryo :”Coba saya lihat suratnya.(Sunyoto mencari surat
dan memberikanya), udah gak salah lagi ternyata kamu
cucu saya, alhamdulillah Ya Allah ternyata saya
masih punya keluarga”
Sunyoto : “Tapi pak di surat wasiat Kakek saya bernama
Sumarto bukan Diryo”
Pak Diryo : “Jadi gini to. Hal itu sangat kakek rahasiakan,
karena dulu itu Bapak kamu waktu bujangan, banyak
sekali membuat kerusakan, akhirnya perusahaan kakek
bankrut karna banyak di ambil Bapak kamu, terus
Kakek jadi ngehutang kesana-kesini sampai-sampai
kakek tidak bisa membayarnya, Kakek di penjara.
Terus setelah keluar dari penjara kakek malu untuk
balik lagi ke Jogja, Kakek pindah tinggal di
Surabaya dan merintis usaha dari nol lagi, dan
setelah maju, Kakek ingin usaha kembali di Jogja. Di
Jogja sudah tidak banyak yang kenal Kakek karena 15
tahun Kakek di luar kota”
Sunyoto : “Lalu Sudirman itu anak siapa?
16

Pak Diryo : “Nah , sudirman anak pegawai bapak, dulu bapaknya


Mas Sudirman meninggal dia tidak punya istri jadi
Sudirman yatim piatu tidak punya keluarga lagi, jadi
bapak urus dia sebagai anak. Karena bapak yakin dia
akan menajadi anak yang baik kelak. Tetapi siapa
yang tahu, ternyata dia malah bersikap jahat kepada
orang lain. Ya sudah lupakan saja. Di priyangan kamu
tinggal bersama siapa?”
Sunyoto : “Bersama Pak Murdiam, beliau yang ngurus saya 19
tahun beliau menganggap saya seperti anaknya
sendiri”
Pak diryo : “Alhamdulillah kamu hidup sama orang yang baik,
dan tulus sama kamu” (mengusap dada)
Sunyoto : “Tapi kemarin ada kabar kalau Pak Murdiam
meninggal, saya belum sempat membalas budi
kepadanya” .
Pa Diryo : “Innalillahi, Kalau begitu, nanti kapan-kapan kita
pergi ke priyangan ya untuk berziarah ke makamnya”
Sunyoto : “Baik Pak”

Beberapa minggu setelah itu, Pak Diryo dan Sunyoto pergi ke


priyangan untuk berziarah.

Pak diryo & Sunyoto : “Assalamualaikum”


keluarlah laki-laki tua bertubuh kurus
Sunyoto : “Masya Allah Bapak, ternyata bapak Masih
hidup” (sunyoto memeluk Pak Murdiam dan
sujud syukur)
Pak Murdiam :“Iya sunyoto bapak masih hidup. Wa Arsim
yang mengirim kamu surat palsu.
Alhamdulillah kamu akhrinya bertemu Kakek
kamu”
Pak Diryo : “Saya sangat berterimakasih kepada
Bapak, karena sudah merawat cucu saya
samapai sebesar ini, dan menjadikannya
anak yang baik”
17

Semenjak hal itu, Hidup Sunyoto bahagia, karena tidak ada


lagi orang-orang yang jahat lagi kepadanya. Ternyata Wa Arsim
telah kabur semenjak dia membawa pergi uang Sunyoto untuk
pergi ke Jogja.

Tokoh-tokoh :
1. Anita sebagai Polisi
2. Daffa sebagai Pak Dimin&Wa Arsim
3. Fathurroman sebagai Mas Sumarto
4. Gita F sebagai Petugas Hotel
5. Gurat M sebagai Pak Diryo
6. M Rafi w sebagai Sunyoto
7. Nadya sebagai Manager Hotel&Istri
Pak dimin
8. Rastya sebagai Direktur rumah sakit
9. Qisti sebagai Calo tiket&Pak Karto
10. Yuri sebagai Pak Diryo&Polisi

Anda mungkin juga menyukai