Anda di halaman 1dari 9

NASKAH WAYANG LITERASI

Kemanan Data Pribadi

Pak Mukiyo: "Huuh! Kerja nggak kenal waktu. Siang, malam pagi sore. Keliling terus kayak ban montor.
Ora leren-leren. Tapi ya gimana. Kalau nggak kerja ya mau makan apa. (Diam sebentar, menggaruk-
garuk kepala kemudian jalan lagi). Ah! Ya sudahlah. Syukuri aja apa yang ada. Mau bagaimana lagi, lha
wong memang tanggunganya banyak. (Menoleh ke depan dan belakang). Mbokne! Mbokne! Nyangdi
mau wonge? Mbokne..."

[iringan musik : cover jangan menyerah dmasiv]

Ibu Senuk: (Datang mendekat). "Ada apa Pakne?"

Pak Mukiyo: "Yongalah, Mbokne… Mbokne. Mbok ya jangan mainan HP terus toh, yo. Mbok ya bantu-
bantu sini. Bapak mau berangkat kerja ini."

Ibu Senuk: "Iya! Iya! Orang HP juga baru megang, Kok. Aku ini, ya, mau buka warung. Udah keburu siang
juga. Memang Pakne saja yang mau kerja, Ibu juga, ya, sama, mau kerja juga."

Pak Mukiyo: "Ya sudah, tho. Kok malah ceramah. Yo, wes.Bapak berangkat dulu. Ojo ngamuk wae."

Ibu Senuk: "Seng ngamuk ki, yo, sopo. Ya sudah. Ati-ati di jalan, ya, Pakne. Ingat jangan lupa sholat."

Iringan pak Mukiyo berangkat bekerja.

Ibu Senuk: (buka HP). "Ini postingan kok ggak ada yang mutu tho… tho.."

Ibu Siti: "Yu! Yu! Yu Senuk! Biyuh! Kok nggak denger ni ngapain tho jane? Yu! Yu Senuk…"
Ibu Senuk: "Oalah Yu Siti tho? Mau beli apa, Yu?"

Ibu Siti: "Ndak, lho, Yu. Kok tak liat sibuk bener mainan HP. Kayaknya, kok, lagi serius gitu?"

Ibu senuk : "Hehehe. Ini lho, Yu Siti. Lihat postingan kok nggak ada yang mutu. Eh..eh, Yu.
Sampean tau nggak, aku lihat postingan ini. Kayaknya bagus buat kita?"

Ibu Siti : "Postingan apa tho, Yu?"

Ibu senuk : "Ini lho, Yu. Pinjaman online tanpa bunga." (Terkekeh)

Ibu siti : "Ngutang tho?'

Ibu Senuk : "Iya. Ini persyaratanya mudah lho, Yu Siti. Cuma ngirim foto KTP sama KK. Itupun
cukup dikirim lewat online. Mudah banget ini. Sampean mau pijam nggak?"

Ibu Siti : "Ora lah, Yu. Aku takut, eee..."

Ibu Senuk: "Wong cuman minjem, kok, takut, lho. Yang pentingkan dicicil."

Ibu Siti: "Lha ya itu. Takutnya nggak bisa nyicil, Yu."

Ibu senuk : "Oalah! Ya sudah kalau begitu."

Iringan strat ganti adegan.


Singkat cerita, setelah beberapa bulan dari Buk Senuk membicarakan pinjaman online…

Pak Mukiyo : "Yongalah! Bentar lagi mau sampai kok yo malah mogok, tho. Wooo…. Kon ra mogok
piye. Bensinya abis. Aduh. Mumet-mumet iki. Kayak gini rasanya jadi orang kecil.. Sudah motornya
grandong, harga BBM naik terus. Beh! Koyo putus-putus asao, BuneBune!"

Ibu Senuk: "Opo to Pakne? Memang montornya

sudah bodol kok sambat terus. Makanya dijual aja ngapa to Pakne-pakne. Malah enak, dapat duit…"

Pak Mukiyo : "Dijual aja denggelmu! Memang kalo dijual kita mau makan apa? Ngomong kok
sembarangan. Sana bikinin aku kopi. Ini motor biar tak urus sendiri."

Ibuk Senuk: "Motor kok bisanya ngabisin modal aja. Tiap hari rusaaak terus. Lama-lama aku juga jadi ikut
munet. Ini belum apa-apa sudah minta kopi lagi. Tak bikinin kopi oli mau?"

Pak Mukiyo : Ya! Terus mbok minum sendiri. Kopi oli dengkulmu mlocot. Motor ini lho bukan rusak,
tapi bensinya habis!"

Iringan kedatangan tamu…

Depkolektor : "Assalamualaikum."

Pak Mukiyo: "Iki sopo meneh?"

Depkolektor: "Assalamualaikum!" (Lebih keras dari sebelumnya).

"Pak Mukiyo: "Walaikumsalam. Kok malah nyentak cah iki."


Depkolektor: "Apa benar ini rumah Buk Senuk?"

Pak Mukiyo: "Oh, ya benar, Pak. Saya suaminya. Ada apa ya? Kok njanur gunung. Bapak ini dari mana?
Apa mau ngasih BLT kok moro-moro datang ke sini?

Depkolektor : "Bukan, Pak. Saya bukan petugas kantor pos."

Pak Mukiyo: "Lha terus?"

Depkolektor: "Jadi begini, Pak. Kedatangan kami kemari mau menagih hutang Ibu Senuk dengan koprasi
kami. Masalahnya, Bu Senuk sudah bolak-balik nungguk. Malah kadang-kadang ngilang kalau pas kami
datang."

Pak mukiyo : (Terkejut). "Lho! Sejak kapan Istri saya hutang?"

Renternir: Sudah beberapa bulan, Pak. Ini ada datanya. Di sini sudah tertera, atas nama Senuk Seniwati
pinjam 5 juta dan hari ini sudah jatuh tempo bahkan sudah telat bayar. Jadi gimana, ini, Pak?

Masukkan  ini sudah jatuh tempo atau telat bayar? Kalau belum jatuh tempo rentenir biasanya belom
dateng. Jadi, lebih baik diganti ini sudah telat bayar sebulan (misalnya) dan sudah kami peringatkan
lewat telepon, tapi nggak ada tanggapan.

Pak Mukiyo : "Aduh!" Kok, bisa-bisanya. Kami gak ada e.. Pak kalo uang segitu."

Renternir : "Saya nggak mau tau, Pak! Saya beri waktu satu minggu lagi. Dan kalo sampai nggak
ada cicilan juga, maaf, terpaksa kami sita barang-barang yang ada! Jadi, jangan macam-macam, ya. Saya
ini sudah 21 kali bunuh orang, Pak. Jangan sampai Bapak jadi orang yang ke 22!"

(Para penagih meninggalkan pak Mukiyo)


Pak Mukiyo : "Nuk ...Senuk!

Bu Senuk: "Kopinya belum panas."

Pak Mukiyo: "Ora sah kopi-kopian. Sini dulu. Pening.. eh Penting!"

Ibu Senuk: "Ada apa tho Pakne? Kok teriak-teriak kayak orang mendem?"

Pak Mukiyo : "Aku mau nanya. Kamu pinjam uang ke koperasi untuk apa? Apa masih kurang Kang
Masmu ini kerja, ha? Kok lancang kamu minjem duit gak pamit dulu?!"

Ibu Senuk: "Aku nggak pinjam duit ke koprasi, Pakne. Beneran."

Pak Mukiyo : "Lantas siapa yang pinjam kok ada petugas dari koprasi datang nagih utang? Siapa yang
pinjem kalo bukan kamu, Senuk?"

Anak Pak Mukiyo : "Pak! Pakne …Pakne….heehae..he."

Pak mukiyo : "Iki opo meneh? Nggak tau orang tua lagi pusing apa?"

Anak Pak Mukiyo : "Pakne…mintak duit…"

Pak Mukiyo : "Duit apa lagi? Kemarin kan sudah dikasih, kamu kemanain? Mbok ya kalo dikasih duit
itu ditabung. Jangan dibuat jajan terus. Sana mintak Mbokmu yang duitnya 5 juta!"

Ibuk Senuk : "Lima juta apa tho Pakne? Aku ramudeng ….e."
Pak Mukiyo : "Kamu yang pinjam uang kok nggak tau. Jujur aja, kamu pinjam uang kan?"

(Ibu Senuk diam)

Pak Mukiyo: "Ayo, jujur! Bener kamu minjam uang koperasi, kan?"

Ibu Senuk : "Aku jujur Pakne. Memang pernah pinjam tapi nggak di koprasi. Itupun belum cair sampai
sekarang. Dan itu pun cuma 500 ribu."

Pak Mukiyo : Lha terus pinjam ke mana?

Ibu Senuk : Pinjaman online, pake persyaratanya cuman foto KTP dan KK. Padahal katanya itu nanti
langsung di transfer tapi orangnya malah menghilang gak ada kabar. Ini gimana ini tho Pakne?"

Pak Mukiyo: "Kamu tanya aku? Terus aku tanya siapa? Tanya sama tembok itu? Men koyo wong edan?"

Jarnet : "Ini ada apa tho, Pak? Kok kayaknya serius banget. Buk Senuk aku pesan makan, ya?"

Pak Mukiyo: "Ini lho, Mas Jarnet. Bune Senuk ini kan pinjam online, tapi kok jadinya malah nggak jelas."

Jarnet : "Lha, kok bisa? Memang apa saja Buk yang sampean kirim ke orang itu?"

Ibu Senuk: "Foto KTP sama KK, Mas."

Jarnet : Sekarang ini harus hati-hati lho Bu, Pak. Karena kemajuan teknologi informasi ini banyak yang
dimanfaatkan oleh oknum untuk mencari data pribadi masyarakat untuk di salah gunakan. Contohnya ya
seperti kasus Ibu Senuk ini. Makanya kita harus hati-hati saat men-share data-data penting kita. Jangan
gegabah."

Ibu Senuk: "Lha, pikir saya timbang pinjam ke koprasi pastinya bunganya besar. Terus gimana ini
Pakne?"

Pak Mukiyo : "Gimana-gimana, dengkulmu mlocot! Makanya jangan banyak mainan HP. Giliran
kayak gini gimana? Bingung semua, tho! Lantas bagaimana cara kita menyikapi penggunaan teknologi ini
agar tidak dapat masalah, Mas Jarnet? Minta tolong penjelasanya, Mas, agar masyarakat tidak sama
nasipnya seperti kami.

Jarnet : "Jadi, intinya yang harus diperhatikan dalam menggunakan teknologi informasi khususnya
sosial media, kita harus bijak dan ekstra hati-hati. Terutama menyangkut hal-hal atau data diri kita yang
bersifat pribadi. Jangan mudah memberikan dan memposting data kita dengan cuma-cuma hanya
karena iming-iming, hadiah atau layanan-layanan yang tidak jelas dan belum tentu kebenaranya. Sebab,
tanpa kita sadari, hal itu dapat dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
kepentingan mereka."

 karena ini temanya pinjol, aku mikir lebih baik diarahkan untuk mikir lagi kalo mau pakai pinjol. Harus
terdaftar di OJK resmi kalau perlu pakai dan siap membayar ketika sudah jatuh tempo. Nah, untuk iming-
iming kemudahan peminjaman, kita harus hati-hati banget untuk share data pribadi. Termasuk
penawaran2 dengan iming2 hadiah yang belum jelas kebenarannya. Tetap harus kritis sebelum
membagikan data pribadi. (disesuaikan aja dengan dialog bagian ini dan di bawah juga)

Pak Mukiyo: "Terus, untuk keamanan privasi itu maksudnya gimana, Mas?"

 ini perlu bridging. Jangan tiba2 pak Mukiyo tanya soal privasi. Misalnya:

Pak Mukiyo: “Nah, tuh Nuk, Senuk! Kamu sembarangan kirim2 KTP dan KK, itu data pribadi kita. Lha
sekarang kalo udah di tangan oknum jahat, ya gimana lagi nasib kita?”

Jarnet: “Benar. Kita harus menyadari bahwa data pribadi itu tidak boleh sembarangan disebar-sebar.
Gak mau kan KTP atau KK bu Senuk jadi bungkus tukang gorengan di pasar?”

Ibu Senuk: “Yo ndak maulah, Jarnet. Nanti disalahgunakan sama orang”

Pak Mukiyo: “Lha sama aja. Yang KTP dan KK yang kamu kirim lewat Wasap itu kan bisa nyebar juga.
Kamu ini piye toh, Nuk!”
Jarnet: “Benar lagi, pak Mukiyo. Data-data itu adalah privasi kita. Kita punya hak menolak untuk
memberikan data pribadi ke orang2 yang nggak jelas juntrungannya! Kita punya privasi”

Pak Mukiyo: “Privasi itu maksute opo toh jarnet?”

Jarnet: “Privasi itu kesadaran kita, kemampuan kita untuk melindungi data pribadi kita. Saat berinteraksi
dengan orang lain. Kita harus ingat, jangan sampai sembarangan menyerahkan data pribadi kita, karena
iming-iming tertentu misalnya.”

Pak Mukiyo: “Oh, baru paham aku pun. Jadi selain KK dan KTP apa lagi data pribadi yang harus kita
lindungi?”

Jarnet : “Yo banyak, jaman sekarang kan zaman digital. Semua informasi tentang kita yang ada di aplikasi
dan media social juga merupakan data kita. Misalnya username, password, foto, audio, video, itu semua
harus kita pikirkan dulu sebelum mengumbarnya ke orang lain, apa lagi ke internet”

Jarnet : Keamanan Privasi itu, contohnya, kita memberikan sandi yang kuat atas akun pribadi kita
seperti e-mail. Pastikan sandi kita kuat dan jangan mudah memberi tahu orang lain."

Ibu Senuk : "Pakne, Ibu minta maaf ya. Ibu salah."

Pak Mukiyo: "Tiada maaf bagimu. Panas atiku rasane!"

Jarnet: "Maaf, Pak Mukiyo. Bu Senuk kan melakukan semua itu karena beliau belum tau akibatnya. Jadi,
menurut saya, dalam hal ini tidak ada yang benar-benar salah. Yang terpenting, mulai hari ini kita semua
harus selalu berhati-hati terutama menyangkut kejahatan teknologi sebab ini sangat berbahaya.
Kejadian hari ini adalah contohnya. Dan, yang tak kalah penting lagi. Bapak juga harus bisa memaafkan
Ibu atas ketidaktahuannya."

Ibu Senuk: "Iya, Pakne. Ibu tidak akan mengulangi lagi. Cukup satu kali ini saja. Sumpah."

Pak Mukiyo : "Yo wes. Makanya jadi isteri jangan ngeyel. Kita sudah sama-sama salah. Saya juga
minta maaf. Untung ada Mas Jarnet. Kita akhirnya tahu tentang apa yang penting untuk dilakukan dan
apa yang harus dijauhi dalam penggunaan teknologi. Oh, ya. Terimakasih ini, Mas Jarnet atas
pencerahannya."
Jarnet : "Sama-sama, Pak. Jadi, sudah iklhas, nih, memaafkan Ibu?"

Pak Mukiyo: "Hehehe, sudah, Mas. Gimana-gimana, Dek Senuk ini sudah jadi sigaran nyowo puluhan
tahun, Mas."

Jarnet: "Nah, gitu, dong."

Anak Pak Mukiyo: "Pak, minta uang."

Pak Mukiyo: "Kamu ini kok bisanya cuman minta duit, tho, Le. Mbok main sana. Nggak tau Bapak lagi
mumet." (*)

Anda mungkin juga menyukai