Anda di halaman 1dari 7

“Tang Piutang, Bank Plecit”

Adegan l

Latar Tempat : (Di taman perusahaan)


Tokoh : ~ Pak Dirjo (40 tahun)
Pak Dirjo dengan duduk termenung, memikirkan banyak kebutuhan dan dia belum
mempunyai pekerjaan.

Pak Dirjo :
Apa lagi yang harus aku lakukan? Kenapa hidupku menjadi seperti ini?
Kini semuanya telah hancur? Semua itu karenamu korona!! Ya semua ini karenamu!!
Aku kehilangan pekerjaan, aku kehilangan sumber pengahasilanku. Bagaimana lagi aku
harus mencari uang untuk anak-anak ku, untuk keluarga ku?
" Mohon maaf pak anda terkena PHK dan ini uang pesangon untuk bapak"
kata itulah yang selalu membuatku sakit hati, bingung harus bagaimana, tubuhku langsung
lemas seperti tak berdaya.
Selama 10 tahun saya mengadu nasip di Ibukota dan di pabrik perusahaan ini kini harus
terusir dan berakhir seperti ini.
Hey, pak direktur kenapa kau memecat aku? Apa karena virus korona ini? Atau karena
sudah ada banyak karyawan muda yang baru? Selama 10 tahun saya mengabdi sebagai
karyawan disini apakah kau memikirkan saya? Bagaimana keluarga saya di kampung, Jika
kau memecat ku? Ohh.. pak direktur sungguh malang sekali ya nasib saya dan kau tidak
pernah memikirkan itu?
Mencari pekerjaan kesana kemari tidak ada satupun yang menerima di kota dikampung
sama saja susah nya. Setiap bulan harus membeli kuota untuk anak, uang bulanan untuk
istri mau uang dari mana lagi semua tabungan semakin hari semakin menipis karena
kebutuhan yang semakin banyak. "Mau dapat pekerjaan dan uang dari mana?? Oh Tuhan
berikanlah aku kemudahan untuk menghadapi semua ini"

Adegan ll
Latar Tempat : (Di angkringan)
Tokoh : ~ Pak Dirjo (40 tahun)
~ Yu Lasmi (50 tahun)
~ Bank Plecit (30 tahun)

Semua perusahaan tidak menerima pak Dirjo sampai membuat pak Dirjo bingung harus
bagaimana dengan berjalan pelan dan membawa stopmap berisi dokumen melamar
pekerjaan mampirlah Pak Dirjo di Angkringan Bu Lasmi untuk makan dan beristirahat
sejenak.

Pak Dirjo : " Yu, kopi hitam satu ya?"


Yu Lasmi : " Ooo...nggih pak?"
Yu Lasmi : " Pak Dirjo ini kopi nya...(sambil memberikan kopi)"
Pak Dirjo : " (melamun)"
Yu Lasmi : " Pak Dirjo?...Pak?..(dengan suara agak keras)
Pak Dirjo : " (kaget) Ohhh, iya yu.. terima kasih yu..?"
Yu Lasmi : " Enggeh pak, sampean itu lo pak dari tadi saya panggil kok tidak respon, saya
lihat juga sampean itu kelihatan lesu dan dari tadi melamun terus itu ada apa to pak?"
Pak Dirjo : " Hehhhh( menghela nafas), gini lo yu saya itu pusing, mencari pekerjaan didesa
dan dikota itu sama saja susahnya apalagi ditambah kebutuhan keluarga yang semakin hari
semakin banyak"
Bu Lasmi : "Oalah pak, kalo itu nggeh sama saja semua orang juga sedang dimasa yang sulit
apalagi ada Corona ini pak?"

Datanglah seorang petugas bank plecit yang akan meminta uang kepada Yu Lasmi
B. Plecit : " Angsurane yuuu...."
Yu Lasmi : " Aku nitip dulu ya mas, ini baru ada 50 ribu"
B. Plecit : " Wo gapapa yu, yang penting besok full ya".

(B. Plecit melihat Pak Dirjo yang sedang kelihatan lesu bertanya.)
B. Plecit : " Ada apa ini pak? Kok kelihatannya lagi ada masalah?".
P. Dirjo : " Iya mas semakin hari kebutuhan semakin banyak, uang pun tak punya." (Nada
putus asa)
B. Plecit : " Wah, anda bertemu dengan orang yang tepat pak, jika anda membutuhkan
uang saya bisa meminjamkan nya kepada bapak dengan bunga yang lumayan rendah pak?
Bagaimana?".
P. Dirjo : " Aahh... Apa iya to mas kalau misalnya saya pinjam bunga nya berapa persen
mas sama butuh jaminan apa dan syarat apa mas?".
B. Plecit : "Mudah sekali Pak, hanya dengan syarat E-KTP dan jaminan bebas, uang sudah
bisa cair dengan bunga 10% dan lama angsuran 12 Minggu Pak, bagaimana pak?"
P. Dirjo : " Wah yasudah mas, saya mau pinjam 2.5 juta bisa hari ini cair? Saya sudah
membawa persyaratannya kalau jaminannya hp bisa mas? ".
B. Plecit : " Bisa pak bisa, langsung bapak tanda tangan disini dan ini uangnya bisa dihitung
kembali".
P. Dirjo : "Ya mas uang nya sudah pas".
B. Plecit : "Baik pak kalau begitu saya pamit meneruskan pekerjaan saya".
P. Dirjo : "O ya mas.. terimakasih, yu jadinya berapa ya kopinya?".
Yu Lasmi : "Jadi 3000 pak".
P.Dirjo : "Ini ya uang nya yu, saya pamit dulu".
Yu Lasmi. : "O nggeh pak terimakasih".

Adegan lll
Latar Tempat : (Dirumah)
Tokoh : ~ Pak Dirjo (40 tahun)
~ Bu Dirjo (39 tahun)
~ Dina (15 tahun)
~ Bank Plecit (30 tahun)

Petugas bank plecit menagih hutang hari pertama

B. Plecit : “ Kula nuwun..? Assalamualaikum Pak?”


P. Darjo : “ Monggo mas? Ini ya angsurannya?”
B. Plecit : “Matur nuwun pak”
Tibalah pada hari penagihan angsuran yang ke 9. Karena belum ada uang Pak Dirjo
meminta untuk besok datang lagi. Hari dimana akan ada penagihan angsungan yang sudah
menunggak hingga 4 kali, Pak Dirjo menjadi khawatir karena tidak bisa memberikan uang
dan hp anaknya jadi jaminannya.
( Pak Dirjo duduk didepan rumah sambil membaca koran)
Bu.Dirjo : “ Pak, apa bapak sudah punya uang buat bayar tagihan nanti?” (sambil menjemur
pakaian)
P. Dirjo. : “ Belum, Bune.. bapak juga bingung Bune mau dapat uang dari mana, angsuran
udah
nunggak banyak bapak juga sedikit khawatir kalau hp Dina yang disita Bune”.
Bu.Dirjo : “ Terus bagaimana Pak?” (cemas)
P. Dirjo : “ Kita pikirkan nanti saja lah Bune, bapak jadi pusing...(sambil memegang kepala)
Bu, Bune
Sepertinya itu bank plecit ayo Bune masuk rumah dulu Bune ( cemas sambil masuk rumah)
Bu. Dirjo : “ Sabar pak, semoga ada jalan... Mana pak? Woiya pak” (langsung masuk rumah)

Petugas bank plecit melihat pak Dirjo dan istrinya yang ingin menghindar. Petugas
langsung lari tapi mereka sudah keburu masuk rumah.

B. Plecit : “ Pak, pak Dirjo saya tau anda di dalam saya minta anda keluar untuk mengurus
tunggakan angsuran pak” (sambil menggedor-gedor pintu)
(Tidak ada jawaban)
B. Plecit. : “ Pak, Pak jika bapak tidak keluar saya akan memanggil teman saya untuk
mengurus anda”
(Masih tidak ada jawaban)
B. Plecit. : “ Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi pak saya harap anda bisa mengerti saya
akan membawa teman saya kemari”. (Nada tinggi sambil meninggalkan rumah Pak Dirjo)

Melihat petugas sudah pergi pak Dirjo berencana membawa anak dan istrinya untuk pergi
dari rumah itu.
P.Dirjo :” Ayo Bune , cepat bawa barang-barangnya sama anak-anak diajak pergi dari
sini”
B.Dirjo. :” Nggih Pak, ayo cepat nak cepat...”(nada terburu-buru)
Dina :” Kita mau kemana pak Bu?”
B.Dirjo. : “ Gausah banyak tanya ya nak, yang penting kita harus cepat pergi dari sini ayo”

Adegan lV
Latar Tempat : (Dijalan)
Tokoh : ~ P. Dirjo (40 tahun)
~ Bank Pelcit ( 30 tahun)
~ Pak Lurah ( 45 tahun)
Pada saat mau melarikan diri Pak Dirjo kebetulan bertemu dengan petugas bank Plecit itu
dijalan dan terjadi kekerasan oleh petugas bank yang ingin memaksa pak Dirjo untuk bayar
hutang.

B.Plecit : “ Mau kemana kamu? Mau kabur? Bayar dulu hutang kamu!!!!“ (sambil sudah
menarik baju pak Dirjo)
P.Dirjo. : “ maa...aaaf mas, saya belum punya uang, kasih waktu lagi ya”
B.Plecit. : “ Hasssss.... tidak ada tenggang waktu lagi, kamu harus bayar sekarang lunas
atau tidak hp anak km yang harus saya sita”.
P. Dirjo : “ Too..tolong mas jangan, kasihan anak saya”
B.Plecit : “ Tidak mau tau saya, bisa bayar tidak kalau tidak saya hajar kamu”

Pak Lurah yang kebetulan lewat melerai dan memberikan solusi jalan keluar untuk masalah
Pak Dirjo. Dan memberikan saran untuk ketika meminjam uang lebih baik dikoperasi desa
yang lebih aman dan terpercaya.

P. Lurah : “ Berhenti (suara keras, tegas), kalau berani memukul saya akan panggil
keamanan”
B.Plecit : “ Jangan ikut campur”
P. Lurah : “ Ini menyangkut warga saya, saya berhak ikut campur...ada apa ini?”.
B.Plecit : “ Pak Dirjo ngutang di perusahaan saya, dan sudah nunggak angsuran banyak
sekali”
P. Lurah : “ Itu to permasalahan nya?, Berapa total hutangnya kok sampai pakai
kekerasan?”
B.Plecit : “ Totalnya lima ratus ribu pak!”
P. Lurah : “ Ini uangnya saya lunasi hutang Pak Dirjo?”
B. Plecit : “ Nah gitu dong hutang itu dibayar nggak malah mau ditinggal kabur...?”
P. Dirjo : “ Matur nuwun pak, matur nuwun...Besok pasti cepat saya kembalikan”
P. Lurah : “Nggih pak sami-sami, sudah pak jangan terlalu dipikirkan”
P. Dirjo : “ Nggih pak...”
Melihat kejadian yang seperti itu pak Lurah memberikan perintah untuk melarang para bank
plecit untuk masuk desa dikarenakan dapat meresahkan warga.
P. Lurah : “ Melihat kejadian ini saya sebagai Kepala Desa merasa bahwa warga saya
menjadi
sangat kasihan, saya harap tidak ada kejadian seperti ini lagi dengan ini saya sebagai kepala
desa memutuskan untuk melarang bank plecit untuk masuk di desa saya.
B. Plecit : “ Loh kenapa pak, didesa ini banyak nasabah saya pak?
P. Lurah : “ Tidak usah banyak tanya saya persilakan sampean pergi dari sini”

Petugas bank plecit sudah tidak bisa berkata kata langsung pergi meninggalkan tempat
itu

P. Lurah : “ Dan untuk pak Dirjo, saya harap ini juga menjadi kejadian terakhir bagi
bapak jika
Bapak membutuhkan uang atau pun modal usaha bapak bisa meminjam di
Koperasi desa disana dengan hadirnya KUD (koperasi unit desa)
masyarakat akan mendapatkan manfaat seperti kebutuhan hidup semakin
terpenuhi, kesejahteraan terjamin dan masih banyak lagi, dengan itu Pak
saya harap bapak jika mau meminjam uang di Koperasi desa saja”.
P. Dirjo : “ Nggih Pak Lurah, dan Pak saya mau bertanya apakah pak Lurah ada
pekerjaan untuk
saya?
P. Lurah : “ Kebetulan saya sedang mencari pekerja megawe disawah saya pak, jika
bapak mau
boleh monggo mawon pak, nggih kalau begitu berhubung sudah beres urusan
ini
saya pamit dulu nggih pak..bu soalnya masih ada urusan yang mendesak”
P. Dirjo : “ Wo nggih pak matur nuwun sanget kula purun, pak?.....Nggih pak ingkang
ngatos
atos nggih matur nuwun...”

Adegan V
Latar Tempat : (Dirumah)
Tokoh : ~ Pak Dirjo (45 tahun)
~ Bu Dirjo (44 tahun)

Setelah beberapa tahun pak Dirjo yang dulunya susah kini menjadi orang yang lebih baik
lagi dengan pekerjaan yang telah diberikan oleh pak Lurah. Dan Bu Dirjo sudah mempunyai
warung makanan jajanan pasar hasil dari modal pinjaman koperasi desa.

Bu Dirjo : “ Bapak sudah pulang to? Ini pak kopinya bapak istirahat dulu aja”
P. Dirjo : “ Nggih Bune, oh iya Bune ini alhamdulilah ini gaji bapak tadi dan kemarin”
Bu Dirjo : “ Alhamdulillah Pak, memang kita harus selalu bersyukur nggih pak nggih?”
P. Dirjo : “ Enggih Bune dengan kehidupan yang seperti ini sederhana tetapi tercukupi
bapak
selalu bersyukur.. Terimakasih ya Allah engkau telah memudahkan setiap
jalanku walau banyak
rintangan yang kau berikan tetapi yakin pasti akan ada hal baik di balik itu
tetap narimo Ing pandum”

........Tamat.....

Anda mungkin juga menyukai