Anda di halaman 1dari 7

SEMBAKO

Oleh : Alkadina Marsela

SINOPSIS
Ada 2 keluarga yang dihidup berdampingan. Mereka saling iri satu dengan yang lainnya.
Yang satu selalu berkecukupan, satunya susah untuk makan. Bu Welas dan pak Kukuh
selalu berdebat dengan kehidupannya yang kurang beruntung, selalu membandingkan
dengan keluarga bu Lilis. Kedua keluarga, selalu memamerkan apa yang mereka punya. Bu
Lilis tetap mau berbagi dengan keluarga bu Welas. Saat pendemi covid-19, pak Somat
suami bu Lilis, kehilangan pekerjaan. Berbalik dengan keluarga bu Welas. Disaat pandemi,
keluarga bu Welas beruntung mendapatkan bantuan sembako dan uang. Sedih dirasakan
keluaraga bu Lilis karena suaminya kehilangan pekerjaan dan keluarganya sendiri pun tidak
mendapatkan bantuan apa – apa. Suamianya kerja di perusahaan, itupun sebagai office
boy. Mereka pasrah menjadi pengangguran.

TEMA
Sosial-ekonomi

TOKOH :
Pak Somat : 35 tahun
Bu Lilis : 30 tahun
Pak Kukuh : 30 tahun
Bu Welas : 30 tahun
Mas Uut : 25 tahun
Karyawan : 20 tahun

Adegan 1

Di sebuah gubug kecil, tinggal keluarga pak Kukuh dan ibu Welas. Mereka selalu berdebat
masalah pekerjaan dan kehidupannya yang kurang beruntung. Di teras rumahnya ibu Welas
menyapu dan pak Kukuh ngopi sambil membaca koran.

Bu Welas : “ Woalahhhhhh poakkk, lihat! Pak Somat udah rapi, siap – siap mau kerja,
eh eh eh suamiku tercinta kok masih duduk manis gak cari – cari kerja. “ ( suara bu Welas
menggetarkan hati Pak Kukuh, sambil dia menyapu teras dan ngomel di depan suaminya.)

Pak Kukuh :” Elah, bentar to buk, ngopi – ngopi sini dulu to, pagi – pagi kok udah marah,
bidadari cantikku.”

Bu Welas : “ Gombal pak. Gimana nggak marah pak, lha wong bapak gak cari kerja.
Gak ada pemasukan. Lagi – lagi, lihat keluarga bu Lilis, sejahtera dan bahagia. Kalau kaya
gini terus, aku nggak kuat pak.”

Pak Kukuh :” Nggak kuat apa buk?”.


Bu Welas :” lha ya keadaannya to pak, nyambung nya kok nggak kuatnya. Bapak mau
cari kerja kapan pak ?. Beras sudah habis, telur tinggal 1, gula juga sudah habis, eh bedak,
lipstik, pensil alis juga tinggal dikit pak.”

Pak Kukuh :” Makannya, kopinya pahit banget seperti kehidupanku. Sebentar buk, kalau
udah waktunya bapak mau cari kerja.”

Bu Welas :” Cari kerja kok nunggu waktu. Hmmm, mau njemur pakaian dulu pak,
keburu panas nanti.” ( sambil mengambil jemuran ke belakang lalu menjemur di depan teras
rumah)

Ketika pak Kukuh dan bu Welas berbincang bincang, ternyata terdengar oleh bu Lilis karena
rumah mereka yang saling berdekatan dan bersamaan bu Lilis dan bu Welas menjemur
pakaian didepan rumah mereka masing – masing.

Bu Lilis :”Ada apa bu, kok saya dengar rame banget, ada problem ya?”.

Bu Welas :”Engga bu, itu suami saya gak cari kerja, padahal kebutuhan banyak kan ya
bu ?.”

Bu Lilis :”Iya bu, itu lo suami saya, syukurlah gajinya lumayan, ini pemberian suami
saya, bagus kan bu?.” (memamerkan gelang emasnya kepada bu Welas)

Bu Welas :”Wuapikkk. Enak ya bu punya suami kaya pak Somat.”

Bu Lilis :”Jelas dong bu. Kemarin saya juga habis beli perabotan rumah, televisi saya
baru, cash langsung bayar ditempat, no kredit.”

Bu Welas :”Awas lo bu, biasanya kalau suka pamer gitu, barangnya cepet rusak.
Bercanda bu. Hahahahahah.” (sambil menampar bahu bu Lilis)

Bu Lilis :”Pamer nggak papa, kan saya punya. Hahahahah.”


(Mereka tertawa bersama, namun dalam hati bu Welas, merasa iri dengan kehidupan bu
Lilis, dan sikapnya bu Lilis yang suka pamer kepada bu Welas).

Setelah tertawa bersama, bu Lilis dan bu Welas kembali kerumah mereka.

Adegan 2

Di dalam rumah, sore hari pak Kukuh dan bu Welas melihat televisi. Kemudian bu Welas
kembali mengeluhkan dan bercerita kepada pak Kukuh.

Bu Welas :”Televisi ngeblur, nggak ada bagus – bagusnya.” (sambil megang antena ke
kanan dan ke kiri, biar ngga ngeblur )

Pak Kukuh :”Sini bidadari cantikku, aku benerin.”


Bu Welas :”Mbok ya dari tadi pak, tau istrinya megang antena, malah diam aja. Keburu
mau lihat boy tu lo pak.”

Pak Kukuh :”Lahhh, boyada didepanmu bu.”(sambil menunjukan dirinya)

Bu Welas :”Kalau ini boy ndeso pak. Ada – ada aja.”

Pak Kukuh :”Udah bisa bu.”

Bu Welas :”Nah kan jernih, udah mulai tu pak.”

Pak Kukuh :”Sebentar aja yang lihat boy, bapak mau lihat berita.”

Bu Welas :”Ganggu saja kamu tu pak.”

Pak Kukuh :”Lo, ibu gak tau, di negara kita ini baru aja ada pandemi covid-19”

Bu Welas :”Iya tau pak, terus kenapa?.”

Pak Kukuh :”Ganti bu, tvone, berita – berita.”

Bu Welas :”Katanya sebentar pak. Woalah pak, istri mau seneng sebentar aja gak bisa.
Nesu pak, aku nesu. (sambil berjalan menuju kamar)

Akhirnya pak Kukuh melihat berita sendirian, dan bu Welas berada di kamar. Namun bu
Welas kembali bersama dengan pak Kukuh, karena bu Welas mendengar berita bahwa,
rakyat miskin akan memperoleh bantuan disaat pandemi)

Bu Welas :”Bener pak, itu beritanya ?.”(sambil mengintip dari pintu kamar dan berjalan
menuju pak Kukuh)

Pak Kukuh :”Ya bener to bu,makanya liat berita biar tau.”

Bu Welas :”Pak mau cerita, jadi gini to pak, tadi waktu ibu njemur pakaian, bu Lilis
pamer gelang, pamer televisi, pamer perabotan semuanya baru. Terus ibu jadi sedih pak,
bapak udah gak cari kerja, nunggu waktu, kebutuhan habis. Pengin hidup kaya bu Lis tu lo
pak, berkecukupan.”

Pak Kukuh :”Kondisi seperti ini mau cari kerja dimana bu?.”

Bu Welas :”Kalau bapak punya ketrampilan, bisa bapak buka – buka bengkel”.

Pak Kukuh :”Sepiii bu, kondisi pandemi kaya gini.”

Bu Welas :”Ya, pelan – pelan pak.”

Pak Kukuh :”Ahaaa. Gini bu, nanti kalau kita dapat bantuan uang, bantuan sembako, kita
bisa lebih ringan bu, uang bisa buat beli ini itu.”
Bu Welas :”Benar pak.”

Kemudian ada tamu mengetuk pintu rumah pak Kukuh.

Bu Lilis :”Assalamualaikum bu Welas.” (sambil mengetuk pintu )

Bu Welas :”Waalaikumsalam, sebentar, bu. Pak, tolong buka kan pintu, ada tamu.”
(menyuruh pak Kukuh)

Pak Kukuh :”Yang dipanggil kan nama ibu, sana bu.”

Bu Welas :”Kamu aja pak.”

Pak Kukuh :”Kamu bu.”

Bu Welas :”Kalau udah nonton berita, ngga bisa diganggu.”


(Bu Welas berjalan keluar dan membuka kan pintu)

Bu Welas :”Eh bu Lis, silahkan masuk bu. Ada perlu apa bu?.”

Bu Lilis :”Ini saya mau ngasi sayur sop, kebetulan suami saya juga baru aja pulang
dari kerja.”

Bu Welas :”Wah, terimakasih bu, repot – repot lo.”

Bu Lilis :”Hehehe, ngga bu. Eh saya lihat kok pak Kukuh benar benerin antena aja itu
bu.”

Bu Welas :”Iya bu, televisi saya lagi bermasalah.”

Bu Lilis :”Beli baru bu, murah, dapat besar nempel didinding. Kaya punya ku itu lo.
Saya terusan aja bu.”

Bu Welas :”Hehehe, iya bu. Hati – hati.”

(Sambil menutup pintu, bu Welas berbicara lirik, berkata, kesini mau ngasih apa mau pamer
bu Lis bu Lis)

Beberapa menit kemudian, ada yang mengetuk pintu kembali.

Mas Uut :”Assalamualaikum pak Kukuh.”

Pak Kukuh :”Walaikumsalam pak. Bu , tolong buka kan pintu .”

Bu Welas :”Yang dipanggill kan nama bapak.”


(sambil berjalan menuju pintu )
Bu Welas :”Mas Uut, silahkan masuk mas. Pak dicari mas Uut.”

Mas Uut :”Terimakasih bu, saya disini aja, saya terusan, cuma mau ngasi sembako
dari kelurahan bu, dan ini sedikit bantuan, saya taruh sini.”

Bu Welas :”Waah, terimakasih mas Uut, saya terima. Terimakasih atas bantuan yang
diberikan kepada kami.”

Pak Kukuh :”Pecis ku dimana ?.” (sibuk mencari pecis)

Bu Welas :”Di meja kamar pak. Mau ketemu tamu aja pakai pecis.”

Mas Uut :”Hehehe, saya terusan ya, permisi.”

Bu Welas :”Hati – hati mas.”

Pak Kukuh :”Lolo lah kok udah ilang mas Uutnya.”

Bu Welas :”Bapak lama sih. Alhamdulillah kita dapat sembako pak.”

Pak Kukuh :”Alhamdulillah bu.”

Adegan 3

Di pagi yang cerah, seperti biasanya keluarga bu Welas melakukan rutinitas di pagi hari. Bu
Welas dan pak Kukuh sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan kelurahan. Mereka
mendapatkan bantuan sembako dan bantuan uang. Saat itu bu Welas sedang menjemur
pakaian di depan rumahnya, begitu pun dengan bu Lilis.

Bu Welas :”Kok muka bu Lis kelihatan sedih begitu, nggak sumringah seperti biasanya,
ada apa bu ?.”

Bu Lilis :”Nggak papa ko bu las.”

Bu Welas :”Beneran bu?.”

Bu Lilis :”Sedih bu, sedih. Gara – gara corona, perusahaan suami saya gulung tikar.
Jadi suami saya kehilangan pekerjaan.

Bu Welas :”La berarti sekarang nganggur di rumah, suami bu Lis.”

Bu Lilis :”Lha ya to bu. Kamu enak ya dapat bantuan dari kelurahan. Dapat uang,
dapat sembako.”

Bu Welas :”Disyukuri bu, hehehehe.”


Tak lama kemudian , datang mobil pick-up membawa televisi.

Bu Welas :”Wah, dah sampai televisi baruku. Lihat bu Lis, televisiku baru, masih mulus,
tipis, new, cash.”

Karyawan :”Televisi sudah datang. Ditaruh mana ini bu.”

Bu Welas :”Situ pak, didalam sekalian.”

Karyawan :”Awas – awas, minggir.”

Bu Welas :” Pelan to mas, lo to ngasi nubruk aku.”

Karyawan :”Baik bu, garansi 3 tahun ya bu, uang sudah ditransfer. Mari bu.”

Bu Welas :”Oke mas, hati – hati.”

Bu Lilis langsung pergi meninggalkan bu Welas tanpa berkata apa – apa.

Adegan 4

Diruang keluarga, bu Lilis langsung bercerita pada pak Somat suaminya.

Bu Lilis :”Pak, aku dipameri sama bu Welas to, tau nggak pak, bu Welas habis beli
televisi baru, sama kayak punya kita pak.”

Pak Somat :”Alhamdulillah, ikut seneng.”

Bu Lilis :”Seneng gimana to pak, kelihatannya, pakek uang bantuan deh pak. Ibu
sedih pak. lha wong bapak saja sudah tidak bekerja, mau beli barang apa – apa aja bisanya
cuma utang. Lagi – lagi kebutuhan sudah pada habis pak. Mau jual gelang ku ini pak.”
(melepas gelang emas yang dipakainya)

Pak Somat :”Kita sekarang susah bu, mau makan aja susah, mereka enak dapat
sembako, sekarang ini ya bu, enak orang miskin daripada orang setengah – setengah
seperti kita.”

Bu Lilis :”Bener pak.” (menaruh gelangnya di dompet kecil yang dibawanya.”

Pak Somat :”Orang miskin diperhatikan pemerintah, dapat bantuan. Kita mau makan telur
aja harus utang warung. Berbalik, dulu kita mau makan aja terpenuhi, ada sayur mayur, lauk
pauk, buah dan mereka yang susah. Sekarang ?.”

(Bu Lis mengintip dari jendela rumahnya, melihat bantuan sembako datang dirumah bu
Welas)
Bu Lilis :” Dapat bantuan terus tu lo pak, walah terus – terusan begini ayo jadi miskin
aja pak.”

Pak Somat :” Ayo bu.” (Pak Somat ikut – ikutan pasrah).

Dan akhirnya mereka pun pasrah dengan keadaannya. Waktu itu pak Somat tertidur dan
bermimpi, bahwa mereka menjadi kaya dan hidup bahagia.

Pak Somat :”Bu, kita sekarang kaya, dinyalain dong ac nya, bapak gerah ini. Bu nanti
kalo mandi pakai air hangat ya, kan sekarang air kamar mandi kita bisa air hangat, air
dingin. Lololo kok rasanya dingin gini, kan udah aku pilih yang hangat”

Bu Lilis :”Hayoh, nyo dingin nyo, bangun bangun udah siang. Nglindur aja
kerjaannya. Punya – punya skill bisa buka dirumah pak pak.” (sambil menyiram muka pak
Somat dengan air dingin menggunakan gayung)

Pak Somat :”Walahhh mimpi to iki.”

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai