Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 1 & 5

1. Azkia Rahmah
2. Galih Asharul A.
3. Lovina Aresta P.
4. Mengsi Susilawati
5. Muhammad Ilham
6. Salsabila Putri R.
7. Selvia Luthfiatus
8. Ratih Putri Ayu
9. Roby Maulana

Naskah Drama Stratifikasi Sosial

Scene 1
Pada suatu hari di pagi yang cerah, hiduplah sepasang suami istri di Desa Sukamiskin yang
merupakan seorang petani. Mereka memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan makmur.
Namun, saat musim kemarau pun datang mereka menjadi sangat gelisah karena telah berkali-kali
mengalami gagal panen.
(Di sebuah gubuk)
Lovina : Pak, bagaimana ini? Musim kemarau sudah tiba. Bagaimana kita bisa memenuhi
kehidupan sehari-hari?
Galih : Iya, Bu. Sudah lebih dari tiga kali kita gagal panen karena lahan kita yang
kekeringan. Nanti kita pikirkan bagaimana kedepannya ya, Bu.
Lovina : Pak ini persediaan makanan terakhir kita, besok mau makan apa, Pak?
Galih : Aduh iya, Bu. Bagaimana hidup kita ini. Kalau hidup kita seperti ini terus selama
bertahun-tahun, Bapak sudah berputus asa.
Lovina : Sabar, Pak. Kita percayakan saja pada yang diatas.
(Kemudian suasana menjadi sunyi selagi meratapi makanan terakhir mereka)

Scene 2
Datanglah sepasang suami istri yang sangat kaya raya dari kota. Mereka datang ke desa untuk
tinggal dan menghabiskan masa-masa tua mereka di sana. Tempat yang sunyi, indah, dan jauh dari
kota besar yang ramai.
(Di jalan)
Ilham : Istriku, nampaknya desa ini sangat pas untuk kita tinggal di masa tua. Udaranya
yang segar, pemandangannya yang indah, sungai yang bersih, dan budayanya yang sangat menarik
hati.
Azkia : Iya, Suamiku. Harga rumah juga tidak mahal disini kita bisa beli 5 hingga 10
rumah, dan sawah juga disini murah. Mungkin kita bisa membeli semua sawah disini jika kita mau.
Lovina : Pak, lihat. Siapakah kedua orang itu? Apakah mereka warga Desa kita?
Galih : Sepertinya bukan, Bu. Sepertinya mereka pendatang dari kota. Lihat saja
bawaannya yang begitu banyak.
(Ketika borjuis sedang berjalan, datang sepasang petani yang sedang kelaparan berjalan)
Ilham : Permisi warga desa. Apakah kalian tau lahan luas yang dapat dibangun rumah
mewah disekitar sini?
Azkia : Oh ya, saya dan suami saya juga berniat untuk membeli sawah seluas 1 hektare.
Apakah kalian tau dimana saya dan suami saya bisa mendapatkannya?
Galih : Kalau Bapak dan Ibu sedang mencari lahan untuk membangun rumah dan sawah
yang luas, saya bisa mengantarkan kearah sana.
Ilham : Oh begitu. Boleh kami minta tolong untuk diantarkan?
Galih : Iya, Pak. Saya dan istri saya akan dengan sangat senang hati mengantar Bapak
dan Ibu.
(Berbisik-bisik di jalan)
Lovina : Sangat bahagia sepertinya kehidupan mereka ya, Pak. Andai kita seperti mereka,
bahkan makan tidak usah berpikir lagi, semua sawah bisa mereka miliki. Alangkah bahagianya
mereka.
Galih : Iya, Bu. Bagaimana caranya kita bisa seperti mereka? Kita harus mencari
bagaimana pun caranya agar kita bisa menjadi orang kaya seperti mereka.

Scene 3
Tanpa disadari, seorang pemudi desa mendengar obrolan singkat pasangan petani yang
menyebutkan bahwa mereka akan melakukan apapun demi menjadi orang kaya. Pemudi tersebut
berniat menghasut petani tersebut dengan datang ke gubuk kecil mereka.
(Di gubuk)
(suara pintu)
Mengsi : Permisi, Pak, Bu.
Lovina : Iya, Nak. Hendak mencari siapa?
Mengsi : Saya mencari Ibu dan Bapak. Ini saya membawa sedikit makanan untuk Bapak
dan Ibu, tolong diterima.
Lovina : Alhamdulillah, terima kasih ya, Nak. Jika tidak ada pemberian dari kamu mungkin
kami tidak akan makan hari ini, terima kasih. Sebentar ya saya panggilkan Bapak. (memanggil
Galih) Pak! Kesini sebentar, ada tamu!
Galih : Wah, ada perlu apa anak muda, sampai merepotkan membawa makanan.
Mengsi : Iya sama-sama, Pak, Bu. Saya datang kesini karena saya memiliki tawaran untuk
membantu Bapak dan Ibu untuk keluar dari kemiskinan dan sulitnya hidup ini.
Galih : Oh ya? Tolong beritahu Bapak dan Ibu bagaimana caranya, Nak. Bapak sudah
lelah dengan semua ini.
Mengsi : Mudah saja, Pak. Saya jamin setelah ini Bapak dan Ibu tidak akan merasa
kekurangan sedikitpun. Jadi begini, Pak Bu, saya memiliki kenalan yang dapat membantu, jika
Bapak dan Ibu berminat besok biar saya antar menemui teman saya.
Lovina : Oh begitu. Kalau begitu kapan kami bisa bertemu, Nak?
Mengsi : Saran saya, lebih cepat lebih baik, Bu.
Galih : Baik, kalau begitu saya ingin bertemu pukul 8 malam besok.

Scene 4
Percaya dengan janji yang diberikan oleh sang pemudi, akhirnya mereka pergi ke rumah sang
dukun dengan hati menggebu-gebu. Di jalan tak sengaja mereka bertemu dengan Pak Kepala Desa
Pak Kepala Desa : Pak Galih, Bu Lovina. Hendak pergi kemana kalian malam-malam begini?
Galih : (berbohong) Kami hanya ingin mengantarkan pemudi yang tersesat ini,
Pak ke ujung jalan sana.
(Lovina dan Mengsi tersenyum ke Pak Kepala Desa)
Pak Kepala Desa : Oh begitu. Kalau gitu hati-hati ya, Pak Bu. Saya duluan.

Scene 5
(sampai di rumah dukun)
(bunyi ketukan pintu)
Selvia : Anda mencari siapa disini? (sambil melihat-lihat keadaan)
Mengsi : Selamat malam. Saya telah memiliki janji dengan Nyai
Selvia : Baik silahkan masuk. Akan saya antar bertemu Nyai (dingin)
(ketemu Nyai)
Ratih : Apa maksud dan tujuan kalian datang kesini? (dingin)
Galih : Begini Nyai, maksud dan tujuan saya datang kesini karena saya mendapat tawaran
untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Saya tidak ingin hidup melarat lagi Nyai, saya akan
lakukan apapun demi menjadi orang kaya. Kalau bisa melebihi pasangan suami istri yang baru saja
pindah dari kota!
Lovina : Iya, Nyai. Tolong bantu kami untuk mendapat penghidupan yang lebih layak.
Ratih : HAHAHAHAHA (tertawa). Jadi kalian ingin menjadi orang kaya? Sangat mudah
bagi saya untuk mewujudkannya, yang perlu kalian lakukan hanyalah taburkan ramuan ini di
depan gubuk kecil kalian. Tapi dengan satu syarat! Saat kalian telah menjadi orang kaya nanti,
jangan pernah kamu membuang dan menyia-nyiakan makanan sedikit pun!
Lovina : Baik, terima kasih Nyai terima kasih banyak, kami berjanji tidak akan melakukan
apa yang telah dijadikan syarat oleh Nyai.
Ratih : Ingat selalu perkataan Nyai. Karena apabila kalian melanggar syarat yang telah
saya tetapkan, maka akan ada balasan yang sangat hebat! HAHAHAHAHA (tertawa)
Galih : Iya, Nyai saya berjanji. Terima kasih, Nyai kami pamit pulang untuk menaburkan
ramuan ini. Sekali lagi terima kasih.
(kemudian mereka pulang)

Scene 6
Tidak berapa lama setelah ditaburkannya ramuan di depan gubuk kecil mereka, tiba-tiba lahan
pertanian mereka kembali tumbuh subur tanpa mereka sadari. Dengan sangat ajaib muncul uang
dengan jumlah banyak secara tiba-tiba di ruang tamu mereka. Mereka menjadi kaya dan akhirnya
dapat membangun rumah yang mewah dan layak huni untuk mereka berdua.
Setelah itu kekayaan dari suami istri ini semakin menjadi - jadi, uang yang dimiliki tidak habis
habis. Sawah dapat dimiliki, rumah menjadi rumah yng sangat besar, namun berkat semua itu
mereka merasa sombong dan angkuh. Suatu hari, istri si petani merasa bosan akan semua makanan
yang telah mereka makan. Hingga akhirnya sang istri pun berkata
(di rumah baru petani)
Lovina : Pak, aduh ternyata menjadi kaya sangat membosankan juga ya, makanan yang kita
punya rasanya tak habis-habis. Aku ingin makanan enak seperti orang-orang yang ada di kota!
Galih : Jangan begitu, Bu. Ingat kata-kata, Nyai kala itu. Kita sangat dipantang untuk
membuang-buang makanan walaupun hanya satu suap saja.
Lovina : Sudahlah, Pak. Masih percaya juga dengan perkataan Nyai? Semua makanan ini
lebih baik aku buang saja, dan membeli makanan enak seperti yang dimakan orang-orang kota.
Perutku saja sudah bosan memakan semua makanan ini.
(Istri petani membuang makanannya)

Scene 7
Tidak lama setelah sang istri membuang makanannya, tiba-tiba datang petir besar dan menyambar
sebuah pohon di dekat rumah mereka. Pohon tersebut tumbang dan menyebabkan kerusakan pada
rumah mereka. Terlebih lagi pohon tersebut masih terdapat percikkan api akibat tersambar petir.
Rumah baru petani pun terbakar dan membakar semua bagian rumah mereka beserta yang ada di
dalamnya. Untungnya si petani dan istrinya masih sempat menyelamatkan diri dari sambaran api.
Dengan cepat mereka memanggil warga sekitar mengharap pertolongan, mereka pun pergi ke
rumah Pak Kepala Desa.
(di rumah Pak Kepala Desa)
Galih : Pak Kepala Desa! Tolong kami, Pak! Rumah kami terbakar karena
sambaran petir dan harta benda kami ada di dalam semua!
Pak Kepala Desa : Tenang dulu tenang dulu. Saya pasti akan membantu, sekarang saya
kumpulkan dulu warga untuk membantu memadamkan api.
(warga desa membawa ember berisi air untuk memadamkan api)
Akhirnya api berhasil dipadamkan. Tetapi karena proses pemadaman yang cukup lama, harta
benda mereka ikut terbakar habis di dalamnya tanpa ada satupun yang dapat diselamatkan.

Scene 8
Untuk sementara Bapak dan Ibu petani diberi tawaran untuk tinggal di rumah Pak Kepala Desa
selama beberapa saat.
(di ruang tamu)
Pak Kepala Desa : Pak Galih, mohon maaf sebelumnya apabila perkataan saya salah auat
menyinggung perasaan Bapak. Tetapi, apakah sebelum kejadian ini ada sesuatu yang janggal yang
kalian lakukan?
Galih : Iya, Pak. Saya mengaku salah. Pada saat itu saya terhasut oleh seorang
pemudi desa yang terlihat baik hati. Tetapi pada akhirnya ia menghasut saya dan istri saya untuk
meminta kekayaan kepada dukun dan mempercayai ilmu gaib.
Pak Kepala Desa : Haduh, Pak. Saran saya, janganlah sekali pun Bapak percaya kepada hal-
hal gaib seperti itu, karena itu bukan merupakan hal yang baik. Jika ingin mendapatkan hasil yang
lebih banyak besungguh-sungguhlah dalam bekerja karena sesungguhnya tidak akan ada usaha
yang mengkhianati hasil. Dan sesuatu yang diberikan secara instan niscaya akan hilang dengan
instan juga.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai