Anda di halaman 1dari 11

EKSTERNALITAS INDUSTRI GARMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Dosen Pengampu: Endah Djuwendah, SP., M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
M. Irfan Ghani 150610200028
Indira Sekar Setiyadi 150610200078
Amienda Cahya Mandasansa 150610200099
Chabibah 150610200105
Dyah Sekar Taji Nur Fadjri 150610200107
Tazkia Khaerunnisa 150610200110

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
PENDAHULUAN

A. Eksternalitas
Eksternalitas dapat terjadi apabila tindakan suatu individu terhadap individu
lainnya memberikan dampak tanpa adanya kompensasi sehingga timbul inefisiensi.
Eksternalitas adalah biaya atau manfaat transaksi pasar yang tidak tercermin dalam harga
(Rinawati, 2014). Suatu tindakan, baik tindakan konsumsi ataupun produksi, dari suatu
pihak memberikan pengaruh terhadap pihak lainnya tanpa adanya kompensasi yang
diberikan dari pihak penyebab eksternalitas atau kompensasi yang diterima pihak yang
terkena dampak eskternalitas tersebut. Jika terdapat eksternalitas, maka akan ada pihak
ketiga yang terkena pengaruh dari suatu kegiatan produksi dan konsumsi. Pihak ketiga
merupakan pihak yang menerima dampak dari eksternalitas tersebut. Menurut
Mangkoesoebroto (2014), terdapat dua syarat terjadinya eksternalitas, yaitu adanya
pengaruh dari suatu tindakan serta tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau
diterima.
Eksternalitas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksternalitas positif dan
eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi apabila suatu kegiatan yang dilakukan
oleh suatu pihak dapat bermanfaat pada pihak lainnya. Adapun eksternalitas negatif dapat
terjadi apabila suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu pihak berdampak buruk dan
merugikan pihak lainnya. Contoh dari eksternalitas negatif adalah polusi. Proses produksi
juga dapat menyebabkan eksternalitas negatif yaitu ketika perusahaan membuang
limbahnya ke lingkungan sekitar sehingga penduduk sekitar akan mengalami dampak
yang dirugikan dari perusahaan tersebut. Timbulnya eksternalitas menyebabkan
perbedaan manfaat sosial dengan manfaat individu, yang merupakan hasil dari tidak
efisiennya alokasi sumberdaya. Suatu individu yang menyebabkan eksternalitas tidak
memiliki keinginan untuk bertangung jawab terhadap dampak dari kegiatannya kepada
pihak lain

B. Jenis-Jenis Eksternalitas

Ada empat jenis eksternalitas positif dan negatif dilihat dari pihak yang menyebabkan dan
yang merasakan eksternalitas
a. Eksternalitas produsen-produsen

Produsen bisa menghasilkan eksternalitas positif atau negatif terhadap produsen lain.
Contoh eksternalitas negatif adalah misalnya pada pabrik gula yang mengeluarkan polusi
dan asap tebal ketika menggiling tebu yang menyebabkan tercemarnya udara sehingga
bisa menyebabkan pabrik lain yang menggunakan udara bersih sebagai inputnya
mengalami kerugian dan harus mengeluarkan biaya input dan produksi yang lebih
banyak. Sedangkan pada contoh Eksternalitas positif adalah pelatihan pada karyawan
oleh produsen A akan mempengaruhi dampak positif pada produsen lain karena bisa
mendapatkan karyawan yang terdidik tanpa melatih ulang.

b. Eksternalitas produsen-konsumen

Kegiatan yang dilakukan produsen menyebabkan eksternalitas bagi daya guna/manfaat


bagi masyarakat sekitar atau suatu individu tanpa mendapat kompensasi. Misalnya pada
pabrik gula yang mengeluarkan polusi udara yang mana udara tersebut nantinya dihirup
oleh masyarakat sehingga utilitas pada suatu masyarakat yang menempati lokasi sekitar
pabrik gula tersebut menurun, sedangkan untuk eksternalitas positifnya yaitu tersedianya
lapangan kerja bagi masyarakat sekitar

c. Eksternalitas konsumen-produsen

Contohnya adalah ketika seseorang membuang sisa nasi ke aliran sungai maka sisa nasi
tersebut akan masuk ke tempat pengusaha ternak ikan yaitu di kolamnya ikan tersebut,
sehingga si pengusaha tanpa susah payah memberi makan ikannya, ikannya dapat tumbuh
besar dengan memakan sisa nasi yang masuk ke kolam itu.

d. Eksternalitas konsumen-konsumen

Eksternalitas konsumen dibagi menjadi eksternalitas fisik dan eksternalitas kejiwaan.


Eksternalitas fisik yaitu eksternalitas yang secara langsung mempengaruhi kesehatan.
Misalnya pada kendaraan yang dikendarai seseorang mengeluarkan suara bising dan asap
tebal sehingga akan menyebabkan orang di sekitarnya mengalami sesak napas maupun
kebisingan. Pada eksternalitas kejiwaan itu berkaitan dengan perasaan, yang mana secara
tidak langsung mempengaruhi keadaan seseorang karena kegiatan konsumsi orang lain,
misalnya saja pada seseorang yang merasa iri ketika saudaranya membeli motor baru.

C. Cara Mengatasi Eksternalitas Negatif


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya eksternalitas yang
dapat menimbulkan permasalahan bagi individu untuk menentukan alokasi
sumber-sumber ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Teori Coase
Teori ini menerangkan bahwa penyebab dari eksternalitas adalah
kepemilikan atas barang atau jasa yang tidak jelas. Akibat ketidakjelasan ini, ada
satu pihak yang merasa dirugikan sedangkan pihak yang lainnya merasa
diuntungkan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kejelasan atas kepemilikan
barang atau jasa tersebut dan juga perlu dibuat perjanjian yang disetujui oleh
kedua belah pihak supaya tidak ada yang merasa dirugikan. Kepada siapa
kepemilikan atas barang atau jasa tersebut bukan merupakan suatu permasalahan
sebab sama-sama akan mengakibatkan terjadinya alokasi sumber-sumber ekonomi
secara efisien.
Meskipun demikian, teori coase ini kurang dapat dilaksanakan sebab pihak
yang ikut terlibat pada kenyataannya berjumlah besar sedangkan teori ini hanya
dapat berjalan secara efisien apabila negosiasi dilakukan antara beberapa pihak
yang berjumlah sedikit. Oleh karena itu, untuk mengatasi eksternalitas, diperlukan
juga campur tangan dari pemerintah.
b. Pajak Pigovian
Pajak pigovian merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk
mengatasi pihak yang dapat menimbulkan eksternalitas negatif. Dengan pajak ini,
penyebab eksternalitas negatif harus memperhatikan pihak lain juga dengan
memberi insentif untuk mengurangi eksternalitas negatif tersebut. Semakin
banyak pajak yang diberikan, semakin banyak pula pengurangan eksternalitas
negatif yang ditimbulkan.
Akan tetapi, pajak pigovian ini masih memiliki kekurangan, yaitu
membutuhkan waktu lama supaya dalam pelaksanaannya dapat berjalan optimal
sebab penentuan banyaknya biaya pajak tersebut dilakukan secara coba-coba.
c. Pemberian Subsidi
Pemberian subsidi dilakukan oleh pemerintah kepada pabrik yang
menimbulkan eksternalitas negatif. Pihak pabrik harus mengurangi jumlah
produksinya dan kerugian yang ditimbulkan akibat pengurangan tersebut
digantikan oleh pemerintah berupa pemberian subsidi. Apabila pabrik tidak
mengurangi produksinya, pemerintah akan mengurangi bantuan subsidi yang
diberikan.
Seperti yang lainnya, pemberian subsidi pun masih memiliki kekurangan.
Tingkat produksi dari pabrik harus dapat diketahui oleh pemerintah. Selain itu,
karena tidak memperhatikan bertambahnya jumlah pabrik, subsidi ini bersifat
jangka pendek dan akan menimbulkan distorsi lokasi yang akan merugikan pihak
lain. Oleh sebab itu, pihak yang pantas menerima subsidi dari pemerintah adalah
pabrik yang mampu memberikan eksternalitas positif.
d. Lelang Polusi
Upaya ini dilakukan berupa pemberian hak untuk menimbulkan polusi
optimum kepada perusahaan yang bersedia membayar dengan harga yang paling
tinggi. Pabrik yang bersedia membayar harga tinggi tersebut dapat melakukan
produksi dalam jumlah besar dengan menciptakan distribusi hak polusi yang
optimal di antara para pengusaha.
e. Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah mengenai eksternalitas merupakan serangkain
regulasi yang dikeluarkan oleh untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya pabrik yang beraktivitas dalam jumlah tertentu. Dengan
adanya peraturan pemerintah ini, efisiensi penggunaan sumber-sumber ekonomi
dapat meningkat. Akan tetapi, karena biaya penurunan polusi tiap pabriknya
berbeda-beda, akan mengakibatkan inefisiensi terhadap pabrik lain. Karena hal
tersebut, peraturan pemerintah semestinya membedakan jumlah polusi yang
diizinkan sesuai dengan struktur biaya, tingkat polusi, dan struktur keuntungan
yang dimiliki setiap pabrik.

D. Tujuan Pembangunan Industri


Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian
secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang menjalankan operasi
dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder. Sedangkan yang
selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi, dimana industri diartikan sebagai
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama dalam suatu
pasar. Industri yang akan dibahas saat ini adalah industri yang dijelaskan pada UU no 3
tahun 2014 tentang perindustrian Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk
jasa industri.

Sesuai pengertiannya, Sektor industri dapat memberi nilai tambah sebuah komoditas
dengan cara mengolah komoditas tersebut menjadi barang jadi sebagai contoh industri
kertas yang mengolah kayu sebagai bahan mentah menjadi kertas. Sektor industri juga
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar karena sektor industri membutuhkan
tenaga kerja sehingga membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar.

Industrialisasi adalah transformasi structural dalam suatu negara. Suatu negara sedang
mengalami proses industrialisasi ketika terdapat kenaikan kenaikan kontribusi sektor
industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja. Industrialisasi
juga bisa didefinisikan sebagai proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh
sektor yang berkaitan dengan industry pengolahan dengan tujuan meningkatkan nilai
tambah seluruh sektor ekonomi dan menjadikan industri pengolahan sebagai leading sector

Tujuan industri sebagaimana yang sudah diatur dalam pasal 3 pada undang undang nomor
3 tahun 2014 tentang perindustrian adalah:
1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian
nasional

2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri

3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau

4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah


pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang
merugikan masyarakat

5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja

6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia


guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan

7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan

E. Dampak Kegiatan Industri Bagi Lingkungan dan Sosial-Ekonomi


Kegiatan industri di suatu daerah menimbulkan dampak bagi masyarakat
sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan salah satunya adalah dampak sosial-ekonomi dan
lingkungan. Perusahaan atau industri yang mendirikan perusahaan mempunyai tuntutan
sosial. Tuntutan sosial pada perusahaan sektor industri muncul sebagai aplikasi
pertanggungan jawab dari perusahaan (social responsibility) pada seluruh stakeholder
utamanya. Stakeholder terdiri dari karyawan, pembeli, investor/nasabah, pemerintah,
masyarakat, dan kelangsungan hidup bagi generasi penerus. Hal ini disebabkan dengan
adanya opportunity cost yang ada dengan adanya pembangunan industri tersebut.
Eksternalitas atau dampak industrialisasi terjadi dalam masyarakat yang ditinjau
dari ekonomi, yaitu dalam memperbaiki struktur perekonomian masyarakat dan bidang
sosial akan mengakibatkan perubahan struktur sosial di mana sebagian besar masyarakat
mempunyai mata pencaharian yang bergantung kepada sektor industri (Syaifullah, 2009).
Menurut Darojah (2012) industrialisasi di Indonesia telah menggeser aktivitas ekonomi
masyarakat yang bergantung kepada sektor industri. Kebijakan pemerintah yang
mendukung perkembangan industri (IKM) akan mengakibatkan kesempatan kerja di
bidang industri semakin terbuka. Sektor industri akan menyerap banyak tenaga kerja,
khususnya industri tekstil yang memiliki industri garmen dalam industri padat karya
(Prasetyo, 2017).
Selain dampak yang dijelaskan di atas, dampak positif lainnya dari adanya
industri yaitu penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak
negatif yang dihasilkan adalah pencemaran lingkungan. Dampak positif dan negatif
dengan adanya sektor industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik
sosial-ekonomi meupun lingkungan (Nawawi, 2013). Adanya sektor industri di suatu
daerah baik besar maupun kecil akan memengaruhi kondisi sosial-ekonomi dan
lingkungan sekitarnya. Singgih (1991:6) mengemukakan bahwa dibukanya lapangan
pekerja di sektor industri yang besar akan memunculkan kegiatan ekonomi yang baru,
baik yang langsung diakibatkan oleh industri contohnya terbukanya kesempatan kerja
baru, maupun akibat lain seperti usaha-usaha ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan
industri.
CONTOH KASUS
“Eksternalitas Industri Garmen di Kabupaten Jepara Terhadap Lingkungan dan
Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar”

Pembahasan mengenai bagaimana upaya menurunkan eksternalitas, kelompok kami


mengambil berdasarkan contoh kasus dari skripsi hasil penelitian karya (Fitria Ernawati, 2019),
yang berjudul “Eksternalitas Industri Garmen di Kabupaten Jepara Terhadap Lingkungan dan
Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar”

Berdasarkan penelitiannya tersebut industri garmen ini menimbulkan eksternalitas positif


dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif yang ditimbulkan industri garmen di Kabupaten
Jepara terhadap masyarakat sekitar diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Harga tanah naik,
2. Kebutuhan masyarakat tercukupi,
3. Limbah industri dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
4. Masyarakat banyak yang bekerja di industri,
5. Muncul struktur ekonomi baru.

Sedangkan, eksternalitas negatif yang ditimbulkan industri garmen di Kabupaten Jepara


terhadap masyarakat sekitar diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pencemaran industri,
2. Kemacetan,
3. Jalan cepat rusak,
4. Peningkatan sampah,
5. Ketersediaan air berkurang.

Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian eksternalitas positif lebih besar daripada
eksternalitas negatifnya, yaitu skor eksternalitas positif 20,26, sedangkan eksternalitas negatif
hanya 13,87. Dengan demikian, eksternalitas industri garmen di Kabupaten Jepara tersebut baik.

Pemerintah dan industri telah berupaya untuk mengatasi eksternalitas negatif adanya
industri garmen di Kabupaten Jepara. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan PERDA,
2. Membuka jalan masuk air,
3. Membuat IPAL tambahan,
4. Memberikan ultimatum kepada PT Jiale,
5. Membuat peraturan mengubah jam masuk,
6. Pelebaran jalan.

Sedangkan, langkah industri untuk menurunkan eksternalitas negatifnya adalah sebagai


berikut.
1. Membuat laporan UKL-UPL tiap semester,
2. Memperbaiki IPAL,
3. Memberikan dana CSR,
4. Memperkerjakan aparat dan satpam,
5. Memberikan limbah perca kepada masyarakat,
6. Membayar pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Ernawati. (2019). Eksternalitas Industri Garmen di Kabupaten Jepara Terhadap


Lingkungan dan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar.
Virdausya, S., Balafif, M., & Imamah, N. (2020). DAMPAK EKSTERNALITAS INDUSTRI
TAHU TERHADAP PENDAPATAN DESA TROPODO KECAMATAN KRIAN
KABUPATEN SIDOARJO. Bharanomics, 1(1), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai