Anda di halaman 1dari 6

LA MAPPANYUKKI, SULTAN IBRAHIM,

MATINROE RI GOWA

RAJA BONE KE-32

Andi Mappanyukki (lahir 1885 - meninggal 18 April 1967)[1] adalah salah tokoh


pejuang dan seorang bangsawan tertinggi di Sulawesi Selatan. Ia adalah Putra
dari Raja Gowa ke XXXIV yaitu I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang
Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang) dan I Cella
We'tenripadang Arung Alita, putri tertua dari La Parenrengi Paduka Sri Sultan
Ahmad, Arumpone Bone (Raja Bone). Ia pulalah yang memimpin raja raja di
Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) pada tahun 1950.

Ia sejak berusia 20 tahun sudah mengangkat senjata untuk berperang mengusir


kolonial Belanda, perang yang dilakoni dimasa muda itu takala mempertahankan
pos pertahanan kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari.

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”


Pada tahun 1931 atas usulan dewan adat ia diangkat menjadi Raja Bone ke-
XXXII dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga ia bernama lengkap Andi
Mappanyukki Sultan Ibrahim. Karena menolak bersekutu dengan Belanda Ia pun
“di turunkan” dari sebagai raja Bone oleh kekuatan dan kekuasaan Belanda,
kemudian di asingkan bersama "Istri permaisurinya I' Mane'ne Karaengta
Ballasari" dan Putra Putrinya selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja.

Andi Pangerang Petta Rani yang lahir dari Istrinya yang bernama I Batasi
Daeng Taco dan dari Istrinya yang bernama Besse Bulo lahirlah Putranya
yaitu Andi Abdullah Bau Massepe yang dikenal juga sebagai pejuang
kemerdekaan dan mendapat gelar Pahlawan Nasional. Adapun Putrinya yang
dilahirkan dari Istri Permaisurinya I Mane'ne Karaengta Balla Sari Bernama Andi
Bau Tenri Padang Opu Datu ikut berjuang bersama suaminya Andi Djemma Datu
Luwu (Raja Luwu) yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Ia Mangkat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya (Jl. Kumala no.160


Makassar dan masih terjaga dan terawat sampai sekarang sebagai Rumah Ex.
Raja Bone Andi Mappanyukki), dimana daerah ia juga dilahirkan. Makamnya tidak
diletakkan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh
masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia Makamnya di letakkan di Taman
makam Pahlawan Panaikang Makassar (Ujung Pandang) dengan upacara
kenegaraan.

Pada tahun 1931 Kamis tanggal 12 April, atau 13 Syawal 1349H. atas usulan


dewan adat ia diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim,
sehingga ia bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Gelar Sultan
Ibrahim sendiri merupakan gelar yang diberikan kepadanya manakala menjabat
Raja Bone kala itu (mangkauE Ri Bone). Pada masanyalah Kompeni Belanda di
Celebes Selatan bernama Tuan L.J.J. Karon serta Raja Belanda di Nederland
pada waktu itu bernama A.C.A de Graff.[2] Pada masa pemerintahan La
Mappanyukki di Bone, Perang Dunia II pecah dan melibatkan seluruh negara-
negara besar di Eropa. Negeri Belanda diserbu oleh Jerman, Ratu Belanda
Wilhelmina melarikan diri bersama seluruh keluarganya ke Inggris untuk minta
perlindungan.

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”


La Mappanyukki (Penyebutan La merupakan gelar bangsawan Bugis,
sedangkan I Mappanyukki merupakan gelar dari bangsawan Gowa) diangkat
menjadi Arung MangkauE’ (Untuk istilah raja di Kerajaan Bone bernama Arung
MangkauE') di Kerajaan Bone menggantikan pamannya yaitu sepupu satu kali
ayahnya, karena jelas bahwa dia adalah cucu dari MappajungE. Dia merupakan
turunan La Tenri Tappu MatinroE ri Rompegading. Dengan demikian Hadat Tujuh
Bone dianggap tidak salah pilih dalam menentukan pengganti La Pawawoi
Karaeng Sigeri sebagai Mangkau’ di Kerajaan Bone. Karena menolak bersekutu
dengan Belanda Ia pun “di turunkan” dari sebagai raja Bone oleh kekuatan dan
kekuasaan Belanda, kemudian di asingkan bersama Istri (permaisuri) nya I'
Mane'ne Karaengta Ballasari" dan Putra Putrinya selama 3,5 tahun di
Rantepao, Tana Toraja. Ia pernah diangkat memimpin kerajaan suppa tahun 1902
s/d 1906.

Pada tanggal 21 Desember 1957, atas usulan Panglima Daerah Militer Sulsel,
Andi Mappanyukki dilantik sebagai Kepala Daerah Bone yang juga masih bergelar
sebagai Raja Bone. Pelantikan Kepala Daerah ini dilakukan secara adat dan
dihadiri oleh Syamsul Rizal Gubernur DKI Jakarta sebagai perwakilan pemerintah
pusat, Kementerian Dalam Negeri. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Raja
Bone yang sekaligus Kepala Daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah
yaitu Bupati Andi Patoppoi untuk bidak eksekutif dan lima orang anggota Dewan
Pemerintah Daerah untuk bidang legislatif.

Andi Mappanyukki memiliki permaisuri bernama I Mane'ne Karaengta Balla Sari &
juga memiliki beberapa istri diantaranya I Batasai Daeng Taco, Besse Bulo (I
Rakiyah Bau Baco Karaeng Balla Tinggi).

Ia juga mempunyai beberapa anak antara lain

 Andi Bau Tenri Padang Opu Datu (P) Istri dari Andi Djemma Datu Luwu
 Andi Bau Datu Cella Bone (P)
 Andi Bau Tenri Datu Bau (p)
 Andi Bau Parenrengi Datu Lolo (L)

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”


 Andi Bau To'Appo Datu Appo (L)
 Andi Bau Datu Sawa (L).
 Andi Abdullah Bau Massepe(L) dari Pernikahannya dengan Besse Bulo (Putri
La Sadapotto Addatuang Sidenreng XVI )
 Andi Pangerang Petta Rani (L) dari Pernikahannya dengan I Batasi Daeng
Taco

Wafat

Ia Mangkat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya (Jl. Kumala no.160 Makassar


dan masih terjaga dan terawat sampai sekarang sebagai Rumah Ex. Raja Bone
Andi Mappanyukki), di mana daerah ia juga dilahirkan. Makamnya tidak diletakkan
di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh masyarakat dan
pemerintah Republik Indonesia Makamnya di letakkan di Taman makam
Pahlawan Panaikang Makassar (Ujung Pandang) dengan upacara kenegaraan.

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”


Pahlawan Nasional RI

berdasarkan SK Presiden: Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5 November


2004, Andi Mappanyuki diangkat sebagai pahlawan nasional.[3][4] Menjelang
proklamasi, ia juga bertindak sebagai penasihat BPUPKI. Setelah Indonesia
merdeka, ia menyatakan bahwa Kerajaan Bone merupakan bagian dari Republik
Indonesia. Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia ikut menuntut peleburan
Negara Indonesia Timur ke dalam RI. Keteladanan dan keteguhan hati beliau
dalam berjuang dilkuti oleh putra-putranya, yaitu Andi Pangeran Petta
Rani dan Andi Abdullah Bau Massepe.

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”


Tugas Bahasa Daerah

SEJARAH RAJA BONE


LA MAPPANYUKKI SULTAN IBRAHIM, MATINRO RI GOWA

RAJA BONE KE- 32

KELOMPOK 1

KELAS IX.A

 JUMATANG
 NURFIKASARI
 NURAMELIA PUTRI
 ENI KARTIKA

SMPN 1 TELLU SIATTINGE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Kelompok I Kelas IX.a - Raja Bone Ke-32 “ LA MAPPAYUKKI SULTAN IBRAHIM”

Anda mungkin juga menyukai