takhta dari jabatan Raja, WE BANRIGAU resmi naik takhta di lantik menjadi
raja Bone ke IV dan yang mengawali periode kepemimpinan perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwasannya raja Bone itu tidak harus berstatus seorang laki-
berlangsung lama. Setelah raja Bone keempat memimpin wilayah Bone selama
20 tahun lalu ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya yakni, La Tenri
Sukki.
Banrigau menyuruh Arung Katumpi yang bernama La Datti untuk membeli Bulu’
Cina (gunung Cina) senilai 90 ekor kerbau jantan. Akhirnya gunung yang
dibunuh oleh orang Katumpi, maka digempur lah Katumpi oleh orang Bone
Kampung Laliddong.
dan Cina, maka La Tenri Gora disebut sebagai Arung Majang dan Arung Cina.
rumahnya. Tiba-tiba ada api yang menyala di atas loteng (menurut keyakinan
orang disebut = api dewata). Setelah api itu padam, maka MakkaleppiE tidak
nampak lagi di tempat duduknya. Oleh karena itu, We Banrigau Daeng Marowa
dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Songke, anak dari La
Tenri Songke. Dari perkawinan ini lahirlah La Pattawe Daeng Sore MatinroE ri
Bettung.
Tenri Sumpala Arung Mampu, anak dari La Potto To Sawedi Arung Mampu
Riaja dengan isterinya We Cikodo Datu Bunne. Dari perkawinan ini lahirlah We
Bantaeng.
La Tenri Giling Arung Pattiro MaggadingE anak dari La Settia Arung Pattiro
Daleng Arung Kung. Lahirlah We Tenri Gau yang kemudian kawin dengan La
Uliyo Bote’E, lahirlah We Temmarowe Arung Kung. Inilah yang kawin dengan
Oleh :
Kelas : IX.c
LISDA NURAVIANI
RINDIYANI
ANDIKA