Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA KASUS

SIROSIS HEPATIS

Disusun Oleh :

ANDRE IRWANTO

2111040052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWKERTO

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman


a. Definisi
Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
tidakmenyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangatsubjektif. (Tetty, 2015).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandaidengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai
dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan
ikat dan usaharegenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro danmakro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan
nodul tersebut (Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Secara umum saluran pencernaan dibagi atas dua bagian besar, yaitu kanal
alimentary atau saluran pencernaan itu sendiri dan organ asesoris yang membantu
dalam proses pencernaan. Yang termasuk dalam rgan-organ utama saluran pencernaan
adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Sementara
kelompok organg yang tergabung dalam organ asesoris meliputi beberapa bagian
spesifik mulut seperti gigi, lidah, kelenjar-kelear yang terdapat didalam mulut, hati,
pankreas, dan kandung empedu (Sumiyati, Dkk, 2021).
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit.
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang sempit
atau vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi ; 2. Bagian
rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput
lendir (mukosa).
b. Faring
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakan.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak terdiri dari;
Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media =
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama
tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring

c. Esofagus
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan
phagus – “memakan”) Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

d. Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
o Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
o Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
o Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:
o Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus
o Pepsin membantu pemecahan protein
o Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)
o Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi.

e. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
o Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
o Pulau pankreas, menghasilkan hormone

f. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2 lobus utama
yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan oleh rangkaian duktus.
Bermula dari duktus hepatikus kanan dan kiri, lalu bergabung menjadi satu pada
duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung dengan duktus
kistikus dari kandung empedu, keduanya membentuk duktus empedu. Duktus
empedu menuju duodenum dan bermuara di ampula hepatopankreatikus bersama-
sama dengan duktus pankreatikus.
Hati menampilkan 7 fungsi pokok yaitu:
o Menghasilkan garam empedu, yang digunakan oleh usus halus untuk
mengemulsikan dan menyerap lipid
o Menghasilkan antikoagulan heparin dan protein plasma seperti protrombin,
fibrinogen, dan albumin
o Sel-sel retikuloendotelial hati, memfagosit (memangsa) sel-sel darah yang
telah rusak, juga bakteri
o Menghasilkan enzim yang memecah racun atau mengubahnya menjadi
struktur yang tak berbahaya. Sebagai contoh, ketika asam amino hasil
pemecahan protein dipecah lagi menjadi energy, dihasilkan sampah-sampah
nitrogen beracun (misalnya ammonia) yang akan diubah menjadi urea.
Selanjutnya urea dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.
o Nutrient yang baru diserap akan dikumpulkan di hati. Tergantung kebutuhan
tubuh, kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen atau lipid untuk
disimpan. Sebaliknya hati juga dapat mengubah glikogen dan lipid menjadi
glukosa kembali jika dibutuhkan.
o Hati menyimpan glikogen, tembaga, besi, vitamin A, B12, D, E, dan K. Juga
menyimpan racun yang tak dapat dipecah dan dibuang (misalnya DDT)
o Hati dan ginjal berperan dalam aktivasi vitamin D.

g. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
h. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
i. Usus Besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
o Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
o Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
Apendiks berfungsi dalam sistem limfatik.
o Kolon asendens (kanan)
Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari dari ileum ke bawah hati.
o Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm,membujur dari kolon desendens berada dibawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
o Kolon desendens (kiri)
Panjangnya sekitar 25 cm ,terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur
dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri
bersambung dengan kolon sigmoid
o Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri,bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum.

j. Rectum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda buang air besar.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh
3 sfingter.
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti kehendak.
b) Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c) Sfingter ani eksternus ( sebelah bawah), bekerja menuruti kehendak.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagiannya
lagi dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) , yang merupakan
fungsi utama anus.

c. Faktor Yang Memperngaruhi Perubahan Fungsi Sistem Pencernaan


Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
dua penyebabyang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
 Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati,apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada
tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga
mempunyai peranan yang besar untukterjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi
chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwahepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virusA
 Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada selhati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis
atau degenerasilemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat
hepatotoksik yang seringdisebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena
alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat
mengarah pada kerusakan parenkim hati.
 Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnyahemokromatosis, yaitu:
1) Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
2) Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe,
kemungkinan menyebabkantimbulnya sirosis hati.

d. Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem Pencernaan


a. Diare
b. Asites
c. Sirosis Hepatis
d. Konstipasi Abdomen
e. Gastritis
f. Gagal Ginjal
g. Usus Buntu
h. Tumor
i. CA Abdomen

II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman


1. Pengkajian
A. Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang
tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga,
perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial-budaya, kesehatan spiritual,
dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit. Biasanya pasien datang ke
RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan yang mengalami
pembengkakan.

B. Pemeriksaan fisik: data fokus


Pada pemeriksaan fisik pada sirosis hepatis dilakukan pemeriksaan
fisik abdomen dengan melakukan Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi :
Inspeksi :
 Melihat betuk perut simetris/tidak simetris
 Adanya penonjolan atau tidak
 Asites atau tidak
 Ada pendarahan atau tidak
Auskultasi :
 Mendengar bising usus (peristaltik)
 Suara normal bising usus terdengar 5-20 detik dengan durasi
kurang dari 1 menit.
Perkusi :
 Dilakukan untuk mendengarka apakah ada suara massa,
cairan, dan gas didalam perut.
 Bunyi normal abdomen adalah timpani.
 Perkusi dimulai dari kuadra 1 dan seterusnya searah arum jam.
Palpasi :
 Merupakan metode paling terakhir dari pemeriksaan fisik.
 Perawat mecatat bila teraba suatu massa yang dijelaskan
menurut ukuran, lokasi, kontur, konsistensi, dan adanya nyeri
tekan atau tidak.
C. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratoriuma.
 Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila
penderita adaikterus. Pada penderita dengan asites, maka ekskresi
Na dalam urine berkurang (urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan
kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
 Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan
ikterus,ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak
terserap olehdarah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin
yaitu suatu pigmen yangmenyebabkan tinja berwarna cokelat atau
kehitaman.
 Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan,
kadang-kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan
kekurangan asam folik danvitamin B12 atau karena splenomegali.
Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal
maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni
bersamaan dengan adanya trombositopeni.
 Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih
lagi penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal.
Pada sirosisglobulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada
orang normal tiap hariakan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang
dengan sirosis hanya dapatdisintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar
normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL. Jumlah albumin dan
globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut
elektroforesis protein serum. Perbandingan normalalbumin :
globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu
jugatermasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi
kelainan hatisecara dini.

2) Sarana Penunjang Diagnostik


 Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,:
pemeriksaanfototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic
Porthography (PTP)
 Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi
kelaianan dihati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung
pada tingkat beratringannya penyakit. Pada tingkat permulaan
sirosis akan tampak hatimembesar, permulaan irregular, tepi hati
tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu
tampak penebalan permukaan hati yangirregular. Sebagian hati
tampak membesar dan sebagian lagi dalam batasnomal
 Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati
akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk
nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati,
tepi biasanya tumpul.Seringkali didapatkan pembesaran limpa
2. Rencana Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
A. Definisi
Nyeri menurut NANDA yaitu pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
B. Batasan Karakteristik
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Mengekspresikan perilaku (misalnya gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
g. Masker wajah (misalnya wajah kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
h. Peribahan posisi untuk menghindari nyeri
i. Sikap tubuh melindungi
j. Dilatasi pupil
k. Melaporkan nyeri secara verbal
l. Fokus pada diri sendiri
m. Gangguan tidur
C. Faktor Yang Berhubungan
Agen Cidera Biologis (Ifeksi, Iskmia, dll).

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan Volume Cairan


A. Defiisi
Peurunan, peningkatan, atau pergeseran cepat caira intravaskuler,
iterstisial, dan intraseluler lain, yag dapat mengganggu kesehatan. Ini
mengacu pada kehilangan, penambahan cairan tubuh, atau keduanya.
B. Batasan Karakteristik
a. Asites
b. Berkeringat
c. Luka Bakar
d. Obstruksi Intestinal
e. Pankreatitis
f. Sepsis
g. Trauma
C. Faktor Yang Berhubungan
Asites

3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatanselama nyeri akut teratasi.
b. Kriteria Hasil
a. Nyeri yang dilaporkan membaik
b. Ekspresi wajah mengurang
c. Intervensi keperawata dan Rasional
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, kualitas, pencetus, skala (1- 10) dan
waktu datangnya nyeri. Catat dan kaji faktor-faktor yang mempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
b. Ajarkan dan bantu pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
tidur atau duduk dikursi. Pantau posisi yang nyaman.
Rasional : mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi.
c. Berikan matras/kasur keras, bantal ecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
Rasional : matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada
daerah yang sakit.
d. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi,
sentuhan terapeutik, hipnosis diri dan pengendalian napas.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan. Misalnya aspirin, ibuprofen,
sulindak.
Rasional : mempercepat proses penyembuhan klien dengan mengurangi
tingkat nyeri.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan Volume Cairan


A. Tujuan
Setelah dilakukan tidaka keperawatan diharapkan keseimbangan cairan dapat
menadi normal
B. Kriteria Hasil
a. Berat Badan Stabil
b. Turgor Kulit Normal
c. Asites Berkurang
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional
a. Monitor indikasi kelebihan/kekurangan cairan
Rasional : menjaga status normal cairan output dan input
b. Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan sesudah dilakukan
perawatan
Rasional : Membatu menjaga BB ideal klien
c. Periksa turgor kulit pasien
Rasional : mengembalikan tugor kulit normal
DAFTAR PUSTAKA

 Sumiyati, Dkk. 2021. Anatomi abdomen. Medan : Yayasan Kita Menulis.

 NANDA. 2017. Diagnosa Keperwatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : ECG

 Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed

8).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

 Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai