Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


SOSIALISASI PADA LANSIA DENGAN MENDENGAR
MUSIK DAN TEBAK GAMBAR

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TA 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TAK

Terapi Sosialisasi Pada Lansia Dengan Mendengar Musik


Dan Tebak Gambar

OLEH :
1. Annisyah, S.Tr.Kep P0 5120314005
2. Dika Permata Sari, S.Tr.Kep P0 5120314004
3. Friska Permata Sari, S.Tr.Kep P0 5120314012
4. Faulo Rozie, S.Tr. P0 5120314003
5. Giina Dwi Anggraini P0 5120314002
6. Raditio Bismo Prabowo P0 5120314009
7. Renty Fetrriani P0 5120314007

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING LAHAN

Mardianah, S.Sos Yulinda Paulin, A.Md

PEMBIMBING PENDIDIKAN

Ns.Rina Delfina, M.Kep

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TA 2019/2020
A. Latar Belakang

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif. Dalam kesehariannya, sebagian besar
waktu lansia dihabiskan dengan melakukan kegiatan yang tesedia di Panti
Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu dan ada sebagian yang hanya
didalam kamar saja. Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu sering
mengadakan kegiatan setiap harinya seperti hari senin dan selasa diadakan
kegiatan keterampilan, kamis pemeriksaan kesehatan dan jumat diadakan
senam lansia sehingga lansia bisa melakukan kegiatan yang ingin dilakukan.
Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses
alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008).
Akibatnya  jumlah lanjut usia semakin bertambah dan cenderung lebih cepat
dan pesat (Nugroho, 2006).
Sistem tubuh pada lanjut usia akan mengalami penurunan diberbagai
aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual yang merupakan
suatu proses penuaan (Stanley & Beare, 2006).
Menurut Word Health Organization (WHO) populasi lansia yang
berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi dua kali lipat dari 11% pada
tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 22% tahun 2050. Pada tahun 2000
penduduk lansia  populasinya berjumlah 605 juta jiwa dan akan bertambah
menjadi 2 miliar pada tahun 2050 (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Susenas
tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,40 juta orang atau
sekitar 8,05% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia
diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 450.000 jiwa per tahun.
Dengan demikian, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2025 akan
bertambah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2013).
Semakin bertambahnya umur manusia, akan terjadi proses penuaan
dengan diikuti berbagai permasalahan kesehatan terutama secara degeneratif
yang  berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia baik dari
perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (Azizah, 2011).
Pada lansia akan terjadi proses penuaan secara degenerative yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan yaitu secara fisik, kognitif, sosial dan
sexsual (Glascock dan Feinman, 1981). Perubahan yang muncul secara fisik
misalnya sistem indra, sistem musculoskeletal, perubahan pada
cardiovaskuler.
Perubahan secara psikologi misalnya masa pensiun, perubahan peran
sosial yang telah berubah. Dan pada lansia sering muncul gangguan seperti
immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), impairment
(gangguan intelektual) isolation (isolasi) (Kuntjoro, 2002).
Pada lanjut usia umumnya dorongan dan kemampuan masih kuat, akan
tetapi kadang-kadang realisasinya tidak dapat dilaksanakan, karena penurunan
intelektual (impairment), keterbatasan fungsional (fungcional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) akibat dari aging
proses. Keinginan yang tidak dapat dilaksanakan akibat keterbatasan ini sering
kali menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan diri lanjut usia (leck of self-
confidence). Apabila keraguan yang serius dan terus menerus tentang diri
sendiri serta rasa ketidakmampuan menguasai pikiran dan perasaan, maka
lansia akan merasa rendah diri (inferiority complex) dengan berasikap amat
negative terhadap diri, tidak menyukai diri dan  pesimis terhadap segala
kemungkinan yang akan terjadi termasuk kehidupan masa depan
Berdasarkan hasil survei di lapangan, banyak lansia yang menderita
gangguan pada muskuloskeletal, gangguan pendengaran, dan gangguan
penglihatan. Maka dengan data yang ada kami mahasiswa akan melakukan
terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu terapi musik dan tebak gambar.

B. Topik

Stimulasi sensoris, fungsi pendengaran dan kemampuan mengingat.


C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh
mahasiswa yaitu musik.
b. Lansia dapat melatih kemampuan megingat dengan tebak gambar.

2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu memberi respons terhadap musik yang didengar.
b. Lansia mampu memberi respons terhadap gambar yang di tunjukkan.
c. Lansia mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan
musik dan tebak gambar.
d. Lansia mampu melatih kemampuan mengingat.
D. Landasan Teori
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan adalah proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
pertumbuhan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikilogis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran dimana salah satunya
seperti pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk. Penurunan
sensori-persepsi dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang mana salah satunya bisa
berakibat depresi. Dimana seperti kita ketahui gangguan sensori persepsi
seperti penglihatan kurang jelas, pendengaran kurang jelas, dan persepsi
mereka dalam menilai dirinya sendiri yang kurang baik. Biasanya mereka
akan beranggapan merasa tidak berguna dan gampang putus asa, sampai
menyebutkan kata mati. Sebaliknya dengan mereka yang mempunyai
penglihatan kurang jelas dan pendengaran kurang jelas juga memicu klien
untuk depresi, yang mana mereka merasa dengan kondisi mereka yang seperti
sekarang selalu merepotkan orang lain dan tidak berguna dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Jadi secara teori depresi merupakan perasaan sedih,
ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaanm
dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah
yang dalam. Gejala yang terjadi umumnya : pandangan kosong, kurang atau
hilangnya perhatian pada diri, orang lain, atau lingkungan, inisiatif menurun,
ketidakmampuan berkonsentrasi, aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan,
mengeluh tidak enak badan, dan kehilangan semangat, sedih, atau cepat lelah
sepanjang waktu, dan mungkin susah tidur di malam hari.
Terapi disini diartikan sebagai suatu aktifitas yang digunakan di dalam
kelompok seperti membaca puisi, seni, musik, menari dan literature. Aktivitas
disini diartikan sebagai stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah, buku/puisi, menonton acara TV (inimerupakan stimulus yang
disediakan) : stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi lansia yang maladaptif atau destruktif, misalnya kemarahan,
kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang,dan halusinasi.
Kemudian dilatih persepsi lansia terhadap stimulus.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuartdan Laraia, 2001). Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya
berhubungan dengan orang lain serta mengubah prilaku yang obstruktif dan
maladaptif. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan
saling membantu satu sama lainnya untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika lansia ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus dari terapi kelompok adalah membuat perubahan sadar diri,
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan.
Dengan TAK itu sendiri memerlukan psikoterapi dengan sejumlah pasien
dengan waktu yang sama , manfaat terapi aktivitas kelompok adalah agar
lansia dapat kembali belajar bagaimana cara bersosialisasi karena kelompok
ini berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan membantu satu sama
lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh
paparan stimulus kepadanya.
E. Lansia
1. Kriteria
- Lansia yang berada di Wisma bougenvile dan flamboyan.
2. Proses seleksi

- Lansia yang termasuk dalam katagori lansia mandiri dan lansia dengan
alat bantu (kursi roda)

3. Pengorganisasian
a. Waktu
Hari/Tanggal           : Rabu, 05 February 2020
Waktu                     : 10.00 – 10.45 WIB
Alokasi waktu         : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat                    : Ruang flamboyan.
Jumlah klien            : 7 orang
b. Tim Terapis
1) Leader           : Annisyah
Uraian tugas            :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok
c) Memimpin diskusi
2) Co-leader :  Dika Permata Sari
Uraian tugas            :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Observer :  Gina Dwi Anggraini
Uraian tugas           :
a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga evaluasi kelompok
4) Fasilitator :  1. Faulo Rozie
2. Friska Permata Sari
3. Raditio Bismo Prabowo
4. Renty Fetriani
Uraian tugas            :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting tempat

L Co.L
P
Ob

P
F1
F4
p

F2 F3

KET:

p
: Pasien
L : Leader
co.L
: co leader
Ob : observer

F : fasilitator

P : pembimbing
d. Metode dan Media
1) Metode
a) Diskusi dan tanya jawab
b) Bermain peran/ simulasi
2) Media
a) Papan nama
b) Kursi
c) Alat tulis : kertas, pena,
d) Speaker
e) laptop
f) Tikar
g) Kertas bergambar
e. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan
 Memilih klien sesuai dengan indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
 Salam terapeutik
 Salam dari leader kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan leader (pakai papan nama)
 Menanyuakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
 Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
 Kontrak
 leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu TAK Tebak Gambar dan Mendengar Musik
 Leader menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama,
dan nama panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam.
b) Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak
semua lansia untuk bertepuk tangan.
c) Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, lansia boleh tepuk
tangan atau boleh menari sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu
selesai lansia akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan
perasaan lansia setelah mendengar lagu.
d) Terapis memutar lagu, lansia mendengar, boleh berjoget atau
tepuk tangan (kira-kira 15 menit).
e) Terapis menunjukkan gabar dan meminta lansia mengingat posisi
gambar, kemudian membalikkan gambar dan meminta lansia
menunjuukan letak gambar dengan menunjuk posisi gambar yang
telah dibalik.
f) Fasilitator memberikan petunjuk dan meminta lansiamenebak
gambar yang telah dipilih oleh leader.
g) Mengobservasi respons lansia terhadap musik dan gammbar
secara bergiliran, lansia diminta menceritakan/mengungkapkan
perasaannya selama dirawat/pengalaman hidup. Sampai semua
lansia mendapatkan giliran.
h) Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai menceritakan
perasaannya, dan mengajak lansia bertepuk tangan.
i) Terapis dan lansia bernyanyi bersama.
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
 Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok dan
lansia
b) Rencana Tindak lanjut
- Terapis meminta lansia untuk mengulang hal yang sama
dengan salah satu teman yang berada di Wisma Cempaka,
menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai
dan bermakna dalam kehidupannya.
c) Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada
lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di Panti
Sosial Tresna Werdha.
5) Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada


tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan lansia
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris mendengar
musik, kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan,
respons terhadap kegiatan, pendengaran, memberi pendapat, dan
mengungkapkan perasaan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

No Aspek yang dinilai Nama Lansia


.
1 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2 Memberi respons
3 Memberi pendapat/ mengungkapkan
perasaan
Petunjuk :

Untuk tiap lansia, semua aspek di nilai dengan memberi tanda √ (check
list) jika ditemukan pada lansia atau tanda “X” jika tidak ditemukan
kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai > 2 berarti lansia
aktif, jika nilai ≤ 2 berarti lansia tidak aktif.

Anda mungkin juga menyukai