Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“Sediaan Steril Injeksi Cefuroxime 5%”

Disusun Oleh :

Eldina Wahyuni Pratiwi

P17335120027

Dosen Pembimbing: apt. Angreni Ayuhastuti, M.Si

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan formulasi, pembuatan sediaan parenteral dan evaluasi sediaan dalam bentuk
larutan injeksi cefuroxime 5%
II. PENDAHULUAN
Cefuroxime adalah antibiotik bakterisida yang menghambat sintesis dinding sel
bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein pengikat penisilin yang aktif membelah.
Cefuroxime merupakan sefalosporin generasi kedua, tersedia untuk pemberian oral dan
intravena. Cefuroxime sefalosporin generasi kedua dalam pengobatan infeksi yang
disebabkan bakteri gram positif dan gram negatif, dengan aktivitas selektif terhadap
beberapa organisme seperti Haemophilius influenza, moraxella cattarrhalis, E. Coli,
klebsielle spp, Nelsseria spp dan juga aktif melawan borrelia burgdorferi. Dan juga
diusulkan bahwa sefalosporin menurunkan ketersediaan penghambat autolisin, suatu
enzim yang terlibat dalam pembelahan sel. Cefuroxime menghambat dinding sel bakteri
dengan cara mirip dengan penisilin (Sharon s, Castle, 2007).
Sefalosporin generasi kedua mungkin menunjukkan aktivitas invitro terhadap
entero bakter sp, tetapi mudah terbentuk mutan-mutan resisten yang secara terus menerus
mengekspresikan β-laktamase kromosal yang menghidrolisis senyawa golongan
sefalosporin golongan ketiga sehingga obat-obat ini jangan digunakan untuk mengobati
infeksi entero bakter (katzung, 799)
Cefuroxime digunakan untuk pengobatan infeksi tulang, kulit, struktur kulit,
saluran pernapasan, saluran kemih (termasuk gonare), penyakit lyme dan juga digunakan
untuk profilaksis infeksi bedah. Cefuroxime dalam injeksi, dosis biasa adalah 750 mg
setiap 8 jam, tetapi pada infeksi yang lebih parah 1,5 gram dapat diberikan secra intravena
setiap 8jam atau lebih beberapa kasus setiap 6 jam (Martindale, 255).
III. Dosis

424,4 𝑚𝑔 𝒎𝒈
Natrium Cefuroxime = × 50 𝑚𝑙 = 47,5358
446,4 𝒎𝒍
𝑚𝑔
47,5358
𝑚𝑙
Kadar = × 10 𝑚𝑙 = 𝟒𝟕𝟓, 𝟑𝟓𝟖 𝐦𝐠
1 𝑚𝑙

1) Infeksi rentan karena bakteri gram posif dan gram negatif


• Anak 20 mg/kg setiap 8 jam (maks. Perdosis 750 mg)
𝑚𝑔
20 𝑚𝑙
𝑘𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 0,4207
475,358 𝑚𝑔 𝑘𝑔
• Dewasa 750 mg setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
2) Peneumonia
• Dewasa 750 mg setiap 8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
3) Selulitis dan erysipelas
• Anak 20 mg/kg setiap 8 jam (maks. Perdosis 750 mg)
𝑚𝑔
20 𝑚𝑙
𝑘𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 0,4207
475,358 𝑚𝑔 𝑘𝑔
• Dewasa 750 mg setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
4) Diverticulitis akut
• Dewasa 750 mg setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
5) Profilaksis bedah
• Dewasa 1,5 gram deberikan 30 menit sebelum tindakan
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
6) Fraktur terbuka, profilaksis
• Dewasa 1,5 gram setiap 8 jam sampai jaringan lunak tertutup
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
7) Prostatitis akut
• Dewasa 1,5 gram setiap 6-8 jam
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
8) Infeksi saluran kemih
• Anak 3 bulan-15 tahun 20 mg/kg setiap 8 jam
𝑚𝑔
20
𝑘𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 0,4207 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
• Anak 16-17 tahun 0,75-1,5 gram setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,7776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
• Dewasa 0,75-1,5 gram setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,7776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
9) Pielonefritis akut
• Anak 3 bulan-15 tahun 20 mg/kg setiap 8 jam
𝑚𝑔
20 𝑚𝑙
𝑘𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 0,4207
475,358 𝑚𝑔 𝑘𝑔
• Anak 16-17 tahun 0,75-1,5 gram setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,7776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
• Dewasa 0,75-1,5 gram setiap 6-8 jam
750 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 15,7776 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
1500 𝑚𝑔
= × 10 𝑚𝑙 = 31,5552 𝑚𝑙
475,358 𝑚𝑔
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan parenteral bisa didefinisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspensi yang
dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis, baik
dalam bentuk siap pakai maupun bentuk yang perlu ditambahkan pelarut yang sesuai atau
agen pensuspensi. Klasifikasi sediaan injeksi sebagai berikut (Ria, 2012):
1. Larutan sejati dengan pembawa air.
2. Larutan sejati dengan pembawa minyak.
3. Larutan sejati dengan pembawa campuran.
4. Suspensi steril dengan pembawa air.
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak.
6. Emulsi steril.
7. Serbuk kering dilarutkan dengan air.
Pencampuran intravena (intravenous admixtures) merupakan suatu proses
pencampuran obat steril dengan larutan intravena steril untuk menghasilkan suatu sediaan
steril yang bertujuan untuk penggunaan intravena. Ruang lingkup dari intravenous
admixtures adalah pelarutan atau rekonstitusi serbuk steril, penyiapan suntikan intravena
sederhana, dan penyiapan suntikan intravena kompleks (Kastango, 2004)
Menurut United States Pharmacopeiea, Small Volume Small Volume Parenteral
(SVP) adalah Injeksi (suntikan) yang dikemas dalam wadah yang berlabel dengan isi 100
ml atau kurang. Umumnya dikemas sebagai ampul, vial,100 ml atau kurang. Umumnya
dikemas sebagai ampul, vial, small bags, dan, dan jarum suntik. Jika larutan merupakan
formulasi steril, maka harus dipastikan terbebas dari material partikulat. Partikulat ini dapat
berupa organisme kecil,terbebas dari material partikulat.
Kategori SVP menurut USP berdasarkan wujud fisiknya:
1. Produk farmasi, contoh: suspensi dan emulsi
2. Produk biologi, contohnya: vaksin dan ekstrak biologi
3. Agen pendiagnoa
4. Ekstrak alergi
5. Produk radio farmasi
6. Produk gigi
7. Produk bioteknologi
8. Liposom dan produk lipid

Sterilitas merupakan persyaratan dari sediaan injeksi, Injeksi yang dibuat secara tidak
tepat dapat mengandung bermacam organisme, dan salah satu yang paling berbahaya
adalah Escherichia coli. Tujuan dari sterlisasi adalah menjamin sterilitas produk maupun
karakteristik kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Sterilisasi adalah menghilangkan
semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun
nonvegetatif dari suatu objek atau material (Agoes, 2009). Untuk menghilangkan
terjadinya pertumbuhan mikroba pada sediaan multiple dose selain dilakukan sterilisasi
kita perlu adanya pengawet antimikroba untuk melindungi sediaan obat dari kontaminasi
mikroba. (Lukas, 2006)

Persyaratan sediaan injeksi menurut Aulton (2018), yaitu :

1) Steril.

Seluruh sediaan parenteral yang ditujukan untuk injeksi, infus, ataupun impan ke
badan harus dalam kondisi steril. Persyaratan sterilitas ini sangat penting karena
metode pemberian sediaan parenteral ini akan memby-pass lapisan kulit dan system
pertahanan tubuh, karena obat akan secara langsung masuk ke aliran darah atau
jaringan tubuh lainnya.

2) Bahan tambahan

Pada sediaan parenteral boleh ditambahkan bahan tambahan tertentu untuk tujuan
tertentu pula. Bahan tambahan dapat ditambahkan untuk membuat sediaan isotonis
dengan plasma darah, menyesuaikan pH, meningkatkan kelarutan dari bahan aktif,
meningkatkan stabilitas dari bahan aktif, dan meningkatkan waktu penyimpanan
sediaan (pengawet). Tetapi harus diperhatikan pula bahwa bahan tambahan yang
digunakan tidak mempengaruhi efek dari bahan aktif dan tidak menimbulkan efek
samping maupun toksisitas.
3) Wadah

Sediaan parenteral sebisa mungkin harus disimpan dalam wadah yang transparan
agar sebelum digunakan dapat dilihat kejernihan dari sediaan. Wadah sediaan
parenteral dapat terbuat dari kaca ataupun plastic. Apapun tipe bahan wadah harus
diperhatikan wadah efektif dalam mencegah sediaan terkontaminasi dari
mikroorganisme atau kontaminan lain selama penyimpanan dan sebelum digunakan.

4) Endotoksin dan pirogen

Selain harus steril, sediaan parenteral juga harus bebas dari bakteri endotoksin dan
pirogen. Pemusnahan bakteri ini dapat dilakukan dengan proses sterilisasi pada saat
proses pembuatan sediaan. Apabila sediaan parenteral mengandung bakteri endotoksin
dan pirogen kemudian diinjeksikan kepada pasien, maka akan menyebabkan demam
dan shock.

5) Partikulat

Sediaan parenteral harus bebas dari partikel visible dan hanya mengandung sedikit
sekali partikel subvisibel. Apabila dalam sediaan parenteral terdapat partikel kemudian
diinjeksikan secara intravena kepada pasien, obat akan terdistribusi dari vena ke
jantung dan paru-paru. Pada paru-paru, system pembuluh darah akan semakin
menyempiy, sehingga partikel dapat terjerap sehingga akan mencegah darah mengalir
yang akan menyebabkan penyumbatan.
V. FORMULASI
4.1 Bahan aktif
Bahan aktif/ Cefuroxime sodium / C16H15N4NaO8S
Rumus kimia
Struktur kimia

(Pubchem)
Pemerian Serbuk putih atau sedikit kekuningan
(FI ed VI, hal 1575)
Kelarutan Natrium cefuroxime steril larut dalam air, sedikit larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam toluena,
dalam eter, dalam etil asetat dan dalam aseton
(Codex, 779))
Stabilitas Panas: titik didih ± 70°C
• Panas (Chemspider)
• Hidrolisis/oksidasi Hidrolisis/oksidasi: larutan natrium sefuroksim dalam air
• Cahaya yang tidak didapar stabil selama 12 jam pada suhu kamar,

• pH stabilitas API tetapi sekitar 15% terdekomposisi setelah 24 jam, cairan


dapat berubah warna menjadi gelap atau menjadi
kekuningan pada penyimpana
(Codex, 779)

Cahaya: stabil terhadap cahaya


(Handbook injection drug 12th, 1752)

pH: diantara 6,0 dan 8,5


(FI edisi VI, 1576)
Inkompatibilitas Natrium cefuroxime inkombatibel dengan natrium
bikarbonat atau aminoglikosida
(Codex, 779)
pH sediaan berdasarkan Antara 5,0 dan 7,5
FI (USP, 886)
Bentuk sediaan yang Injeksi rekonstitusi
telah didistribusikan
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester/lain-lain): garam
Bentuk sediaan(lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi): Serbuk rekonstitusi
Cara sterilisasi sediaan: Menggunakan filtrasi membran
(USP, 886)
Kemasan: Gelas tipe 1
Tipe administrasi sediaan injeksi (IV/IM/SC/IA/IT/lain-lain): IV
Tipe sediaan( single dose/multiple dose): Multiple dose
4.2 Bahan Tambahan Benzalkonium klorida
Nama bahan/ rumus Benzalkonium klorida / C13H22ClN
kimia
Struktur kimia

(PubChem)
Pemerian Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau kekuningan.
Biasanya berbau aromatik lemah. Larut dalam air, berasa pahit,
jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali
(FI edisi VI, hal 270)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, bentuk anhidrat
mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter
(FI edisi VI, hal 270)
Stabilitas • Pada suhu > 140ºC terdekomposisi
• Panas (MSDS thermofisher 2021)
• Hisrolisis/oksidasi
• Cahaya • Tidak stabil terhadap cahaya
• pH (HOPE 8th, hal 97)
• Antara 6,0 dan 9,0
Cara sterilisasi bahan: menggunakan metode panas basah dengan autoklaf 121°C
(HOPE 8th, hal 97)

Kemasan: wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya matahari


(FI edisi VI, hal 271)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
(MSDS thermofisher 2021)
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press
PubChem

4.3 Bahan Tambahan NaOH


Nama bahan/ rumus Natrium hidroksida/NaOH
kimia (FI edisi VI, hal 1224)
Struktur kimia

(PubChem)
Pemerian Putih atau praktis putih, masa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihan atau batang atau bentuk lain, keras rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur
(FI edisi VI, hal 1224)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol
(FI edisi VI, hal 1224)
Stabilitas • Titik didih 130°C
• Panas (PubChem)
• Hisrolisis/oksidasi • Ketika terkena udara, NaOH cepat menyerap kelembaban
• Cahaya dan mencair, tetapi kemudian menjadi padat lagi karena
• pH penyerapan karbondioksida dan pembentukan natrium
bikarbonat
(HOPE 8th, 867)
• pH ≈ 12 (0,05% w/w larutan air)
pH ≈ 13 (0,5% w/w larutan air)
pH ≈ 14 (5% w/w larutan air)
(HOPE 8th, 866)
Cara sterilisasi bahan: Metode panas basah dengan autoklaf 121°C
Kemasan: Harus disimpan dalam nonlogam kedap udara, wadah ditempat yang sejuk
dan kering
(HOPE 8th, 867)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press

4.4 bahan Tambahan HCL


Nama bahan/ rumus Asam klorida/HCl
kimia
Struktur kimia H-Cl
(PubChem)
Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan deanagn 2 bagian volume air, asap hilang. Bonot
jenis lebih kurang 1,18
(FI ed VI, hal 185)
Kelarutan Larut dalam air, larut dalam dietil eter, etanol 95% dan metanol
Stabilitas • Stabil secara kimiawi dibawah kondisi ruangan standar
• Panas (suhu kamar)
• Hisrolisis/oksidasi (MSDS. 2017. PT. Smart Lab Indonesia)
• Cahaya • pH 1,2 pada 20°C
• pH
Cara sterilisasi bahan: Metode panas basah dengan autoklaf pada suhu 121°C

Kemasan: wadah tertutup rapat


Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
MSDS. 2017. PT. Smart Lab Indonesia
4.5 Bahan Tambahan Water for injection
Nama bahan/ rumus Water for injection/ H2O
kimia
Struktur kimia

(PubChem)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
(FI ed VI, hal 185)
Kelarutan Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar
(HOPE 8th, 1012)
Stabilitas • Titik didih pada suhu 100°C
• Panas (HOPE 8th, 1012)
• Hisrolisis/oksidasi • Air secra kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es, cair,
• Cahaya uap)
• pH (HOPE 8th, 1012)
• Harus terlindung dari cahaya
• pH 7
(MSDS)
Cara sterilisasi bahan: Menggunakan metode panas basah dengan autoklaf dengan suhu
100°
Kemasan: Disimpan dalam wadah dosis tunggal, biasanya botol kaca tipe 1atau tipe 2
dengan ukuran tidak lebih dari 1000ml
(HOPE 8th, 1014)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press
4.6 Bahan Tambahan Natrium fosfat monobasic
Nama bahan/ rumus Natrium fosfat monobasic / NaH2PO4
kimia
Struktur kimia

(PubChem)
Pemerian Kristal tidak berbau, tidak berwarna atau putih, sedikit berubah
warna
(HOPE 8th, 879)
Kelarutan Larut 1:1 bagian air, sangat sukar larut dalam etanol 95%
(HOPE 8th, 879)
Stabilitas • Meleleh disertai dekomposisi pada 205°C membentuk
• Panas Na2H2P2
• Hisrolisis/oksidasi (HOPE 8th, 880)
• Cahaya • Dalam bentuk larutan stabil
• pH (HOPE 8th, 880)
• Stabil sedikit berubah warna
(HOPE 8th, 880)
• Antara 4,1 dan 5,0 (1% solution)
(PubChem)
Cara sterilisasi bahan: Menggunakan metode panas basah dengan autoklaf dengan suhu
121°C
(HOPE 8th, 880)
Kemasan: Disimpan dalam wadah dosis tunggal, biasanya botol kaca tipe 1atau tipe 2
dengan ukuran tidak lebih dari 1000ml
(HOPE 8th, 880)
Pustaka:
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press
PubChem

VI. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN

Permasalahan Penyelesaian
Pemberiaan sediaan ditujukan untuk pasien Sediaan cefuroxime harus memiliki onset kerja
yang mengalami infeksi bakteri yang cepat, maka sediaan dibuat dalam injeksi
parenteral untuk meeningkatkan bioavaibilitas
dan efek obat
Sediaan dibuat dalam volume 10 ml yang Sediaan dibuat dalam bentuk SVP karena ≤
kurang dari 100 ml 100ml
Bahan aktif yang digunakan cefuroxime, Digunakan natrium cefuroxime agar
diharskan larut dalam water for iinjection menjadikan zat aktif tersebut larut dalam air

Natrium cefuroxime diharapkan memiliki Sediaan diinjeksikan melalui intravena


onset kerja cepat dari rute lain

pH sediaan injeksi natrium cefuroxime Rentang pH sediaan yang dibuat adalah 6,0-8,5
berada pada pH 6,0-8,5

pH sediaan injeksi natrium cefuroxime Sediaan dibuat denagn pH target yaitu 7


berada pada pH 6,0-8,5

Larutan natrium cefuroxime dalam air yang Ditambahkan buffer agar tidak terdekomposisi
tidak di buffer stabil selama 12 jam pada
suhu kamar, tetapi 15% terdekomposisi
setelah 24 jam cairan berubah menjadi
gelap atau kekuningan
Tonisitas natrium cefuroxime bersifat Sediaan ditambahkan pengisotonis NaCL agar
hipotonis dan memiliki tonisitas sebanyak sediaan menjadi isotonis
0,7456%
Pembuatan injeksi harus memenuhi Dalam pembuatan sediaan dilebihkan
persyratan volume injeksi dalam wadah sebanyak 0,50 ml untuk volume dengan
sesuai farmakope indonesia penandaan 10 ml
Dikhawatirkan terjadi kekurangan bahan Volume sediaan dilebihkan 10%
pada saat proses filling dan proses
pembuatan

Dikhawatirkan sediaan mengandung Dilakukan sterilisasi menggunakan membran


mikroorganisme filter

Dosis sediaan digunakan setiap 6-8 jam Sediaan dibuat multiple dose

Sediaan multiple dose rentan ditumbuhi Ditambahkan pengawet benzalkonium klorida


mikroorganisme karena pemakaian dengan kadar 0,01%
berulang

VII. PENDEKATAN FORMULA


No Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1 Natrium cefuroxime 4,75358 % Bahan aktif
2 Disodium fosfat 0,1345% Buffer
3 Mononatrium fosfat 0,1264 Buffer
4 HCL/NaOH 0,1 N Ad pH: 7 Adjust pH
5 NaCl 0,7456% Pengisotonis
6 Benzalkonium klorida 0,01% pengawet
7 Water for injection ad 100% Pelarut
VIII. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR, MEQ/L
6.1 Perhitungan dapar
Rentang pH Na Cefuroxime = 6,0-8,5, pH target = 7
Dapar yang digunakan = Mononatrium fosfat (NaH2PO4), BM = 119,998
Disodium fosfat (Na2HPO4), BM = 177,98
[𝐺]
1) pH = pKa + log
[𝐴]
[𝐺]
7 = 7,2 + log
[𝐴]
[𝐺]
-0,2 = log
[𝐴]

[𝐺]
= 0,631
[𝐴]
[𝐺] = 0,631 [𝐴]

[𝑘𝑎] [𝐻+]
2) β = 2,303 × C ×
([𝑘𝑎] + [𝐻+])2

[10−7,2] [10−7 ]
0,01 = 2,303 × C ×
([10−7,2 ] + [10−7 ])2

6,301 × 10−15
0,01 = 2,303 × C ×
2,660 × 10−14

0,01 = 2,303 × C × 0,237


0,01
C =
0,545

C = 0,0183

3) C = [𝐺] + [𝐴]
0,0183 = [𝐴] + 0,631 [𝐴]
0,0183 = 1,631 [𝐴]
0,0183
[𝐴] =
1,631
[𝐴] = 𝟎, 𝟎𝟏𝟏𝟐

4) [𝐺] = 𝐶 − [𝐴]
= 0,0183 – 0,0112
= 7,1 × 10-3

𝑔 1000
5) M NaH2PO4 = ×
𝐵𝑀 𝑉

𝑔 1000
0,0112 = ×
119,98 56 𝑚𝑙

g = 0,0753 gram

𝑔 1000
6) M Na2HPO4 = ×
𝐵𝑀 𝑉
𝑔 1000
0,0071 = ×
177,98 56 𝑚𝑙

g = 0,0708 gram

6.2 Perhitungan Tonisitas


1) Natrium cefuroxime 5%
E5% = 0,13%
4,7536 %
E= × 0,13 = 0,1235%
446,4

2) Na2HPO4 0,070%
E0,5% = 0,13%
0,1264
E= × 0,13% = 0,0329 %
0,5%

3) NaH2PO4 0,1345%
E1% = 0,29%
0,1345
E= × 0,29% = 0,0390 %
1%
4) Benzalkonium klorida
E1% = 0,16%
0,01%
E= × 0,16% = 0,0016 %
1%
Total nilai E = (0,1235% + 0,0329% + 0,0390% + 0,0016%) = 0,197 % (hipotonis)
NaCl yang dibutuhkan = 0,9% - 0,197% = 0,703 %
IX. PENIMBANGAN
• Sediaan dibuat 5 vial @10 ml = 5 × 10 ml = 50 ml
• Sediaan dilebihkan 10% = 50 ml + (50 ml × 10%) = 55 ml, untuk mencegah
kekurangan bahan pada saat filling dan proses pembuatan
• Sediaan dilebihkan 0,50 ml = 55 ml + 0,50 ml = 55,5 ml ≈ 56 ml, untuk memenuhi
syarat penetapan volume injeksi sediaan lebih dari 10ml (Farmakope Indonesia
edisi VI hal 2073)
• Total volume sediaan yang dibuat : 56 ml
No Nama Bahan Jumlah yang ditimbang
1 Natrium cefuroxime 4,75358 𝑚𝑔
= × 56 𝑚𝑙 = 2,6620 𝑔
100 ml
2 NaCl 0,7456 𝑚𝑔
= × 56 𝑚𝑙 = 0,703 𝑔
100 ml
3 Benzalkonium klorida 0,01 𝑚𝑔
= × 56 𝑚𝑙 = 0,0056 𝑔
100 ml

4 Disodium fosfat 0,1345 𝑚𝑔


= × 56 𝑚𝑙 = 0,0753 𝑔
100 ml

5 Mononatrium fosfat 0,1264 𝑚𝑔


= × 56 𝑚𝑙 = 0,0708 𝑔
100 ml

6 HCl 0,1 N Ad pH= 7


7 NaOH 0,1 N Ad pH= 7
8 WFI = 56 ml – (2,6620 + 0,4175 + 0,0056 + 0,0753
+ 0,0708) gram
= 52,7688 ml
X. ALAT DAN WADAH

Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi

Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C


Beaker glass 1L 1
selama 1 jam
Beaker glass 250 ml 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Erlenmeyer 1L 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Gelas ukur 500 ml 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Corong 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Pipet tetes 2 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Tutup karet pipet 2 Desinfeksi dengan alkohol 70%

tetes
Batang pengaduk 2 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Mortir dan stemper 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Cawan penguap 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Kaca arloji 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
Spatel 2 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
Membran filter 0,22 1 Metode Panas lembab dengan autoklaf pada suhu
µm 1210C, tekanan 15 Psi
Vial 5 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
XI. PROSEDUR PEMBUATAN
Ruang Prosedur
Kelas C 1. Semua alat dan wadah disterilisasi sesuai dengan cara
(Ruang Sterilisasi) masing-masing

2. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan


kedalam transfer box

Kelas C Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan infus


(Ruang Penimbangan) intravena ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik
yang sudah dikalibrasi:
1. Natrium cefuroxime ditimbang sebanyak 2,6620 gram
2. NaCl ditimbang sebanyak 0,703 gram
3. Mononatrium fosfat ditimbang sebanyak 0,0708 gram
4. Disodium fosfat ditimbang sebanyak 0,0753 gram
5. Benzalkonium klorida ditimbang sebanyak 0,0056 gram
6. HCl 0,1 N ad pH=7
7. NaOH 0,1 N ad pH=7

Kelas A background Bahan-bahan diambil dari pass box


B 1. Dimasukkan NaCl sebanyak 0,703 gram kedalam mortir,
(pencampuran) kemudian digerus, ditambahkan disodium fosfat sebanyak
0,0753 gram kedalam mortir dan digerus ad homogen,
kemudian monosodium fosfat sebanyak 0,0708 gram
digerus ad homogen
2. Ditambahkan natrium cefuroxime sebanyak 2,6620 gram
kedalam mortir, kemudian digerus ad homogen dan diayak
dengan ayakan B40
3. Campuran yang tekah diayak ditimbang untuk 5 vial
masing-masing pada kertas perkamen. Kemudian
dimasukkan kedalam masing-masing vial dengan bantuan
kertas perkamen, lalu vial ditutup
4. Benzalkonium klorida sebanyak 0,0056 gram dalam cawan
dicampurkan kedalam aqua for injection, kemudian
dimasukkan kedalam beakerglass yang telah dikalibrasi,
cawan dibilas dengan aqua for injection sampai tanda batas
kalibrasi
5. Disiapkan buret steril dan lakukan pembilasan dengan
dalam buret dengan 3 ml aqua for injection sebanyak 2 kali
pembilasan.
6. Campuran aqua for injection dengan benzalkonium klorida
dituang kedalam buret steril, ujung bagian atas buret
ditutup aluminium foil
7. Diis setiap vial dengan aqua for injection
8. Ditutup vial dengan penutupnya

Kelas C 1. Dilakukan sterilisasi sediaan rekonstitusi natrium


(Ruang Sterilisasi) cefuroxime
Kelas C 1. Dilakukan evaluasi sediaan
(Ruang Evaluasi) 2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam
wadah sekunder

XII. PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan injeksi ini, digunakan bahan aktif cefuroxime,


cefuroxime yang biasa digunakan untuk pembuatan injeksi adalah menggunakan garam
dari cefuroxime, yaitu Na Cefuroxime. Injeksi Cefuroxime ini dibuat serbuk injeksi
rekonstitusi, karena Na cefuroxime tidak stabil dalam bentuk larutan saat penyimpanan.
Serbuk injeksi cefuroxime disterilisasi dan dibuat dengan cara aseptic.
Injeksi atau Small Volume Parenteral (SVP) adalah volume injeksi kecil yang
berlaku untuk injeksi yang dikemas dalam wadah berlabel berisi 100 mL atau kurang
(Ansel, 2014). Produk parenteral volume kecil sering kali dikemas dalam gelas atau ampul
plastik (Aulton, 2018).

Cefuroxime merupakan antibiotik golongan cephalosporin bersifat bakterisidal


yang resisten terhadap sebagian besar enzim β-lactamase dan aktif terhadap bakteri Gram-
positif dan Gram-negatif. Cefuroxime diindikasikan untuk pengobatan infeksi, sebelum
bakteri yang menginfeksi terindentifikasi atau bila disebabkan oleh bakteri yang sensitif.
Selain itu, cefuroxime merupakan suatu profilaksis yang efektif untuk infeksi pascaoperasi
padaberbagai jenis operasi. Umumnya efektif bila diberikan dalam bentuk tunggal, atau
bila sesuai dapat digunakansecara kombinasi dengan antibiotika aminoglycoside atau
dilanjutkan dengan metronidazole (oral, injeksi atau supositoria), terutama untuk
profilaksis pada operasi usus.

Sediaan injeksi Natrium Cefuroxime dibuat dalam sediaan yang memiliki rentang
pH sekitar 65,0-7,5 dan Natrium Cefuroxime dibuat pada sediaan dengan pH 7,0 karena
sediaan SVP tidak harus memenuhi persyaratan isohidris, yaitu pH sediaan sama dengan
pH darah (7,35-7,45). Sediaan injeksi Natrium Cefuroxime menggunakan buffer. Buffer
yang digunakan adalah Disodium Fosfat dan Monosodium Fosfat. Disodium fosfat
sebanyak 0,12 % dan Monosodium Fosfat 0,13 %.

Sediaan SVP Natrium Cefuroxime memiliki nilai tonisitas 0,197 % nilai tersebut
kurang dari 0,9 %. Sehingga sediaan dikategorikan hipotonis. Maka sediaan ditambahkan
zat pengisotonis, karena jika sediaan hipotonis maka akan menyebabkan sel darah merah
terjadi lisis. Zat pengisotonis yang digunakan adalah NaCl sebanyak 0,703%

Evaluasi sediaan SVP meliputi evaluasi fisika (uji bahan partikulat dalam injeksi,
penetapan ph, uji kejernihan, uji kebocoran, uji kejernihan dan warna, dan penetapan
volume injeksi dalam wadah), dan evaluasi biologi (uji sterilitas, dan uji endotoksin
bakteri).

Evaluasi secara biologi yaitu Uji endotoksin dilakukan untuk mengkuantitasi


endotoksin bakteri yang terdapat dalam sampel. Pengujian dilakukan menggunakan
Limulus Amebocyte Lysate (LAL). Teknik pengujian yang digunakan pembentukan
jendal gel didasarkan pada pembentukan gel dan fotomerik yang didasarkan pada
pembentukan kekeruhan. Sediaan memenihi syarat jika mengandung tidak lebih dari 0,01
endotoksin unit/mg arginin hidroklorida (USP 30 NF 25. Hlm 1439).

Uji sterilitas untuk menetapkan sediaan sudah steril sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pertumbuhan
mikroba pada media tioglikonat dan Soybean Casein Digest. Sediaan dikatakan memenuhi
syarat jika tidak ada pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi selama 14 hari (FI VI, hal
1834).

Evaluasi fisika yaitu uji partikulat untuk menghitung partikel asing ukuran
tertentu. Dilakukan dengan penghamburan cahaya. Sediaan memenuhi syarat jika pada
unit ≥ 10 µm tidak leboh dari 25 partikel dan jika pana unit 25 µm tidak lebih dari 3 per
mL (FI VI,2020. Hlm 1996). Penetapan pH sediaan menggunakan alat potensiometrik pH
meter untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan pH target sediaan. Sediaan memenuhi
syarat jika sesuai dengan pH target yaitu 7 (FI VI, 2020, Hlm 2067).

Uji penetapan kejernihan dan warna untuk memastikan sediaan sudah bebas dari
bahan pengotor. Dilihat dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang
hitam. Sediaan memenuhi syarat jika tidak ditemukan pengotor dalam larutan (FI VI,
2020, Hlm 2020). Uji kejernihan dilakukan dengan melihat larutan dengan latar hitam dan
putih dibawah cahaya lampu untuk melihat ada tidaknya partikel viable. Sediaan
memenuhi syarat jika tidak ada partikel viable.

Uji kebocoran untuk memeriksa kualitas kemasan agar sediaan tetap steril dan
stabil. Untuk cairan bening dimasukkan ke dalam larutan metilen blue 0,1%. Sediaan
memenuhi syarat jika dalam wadah tidak menjadi biru (Goeswin, 2009).

Evaluasi kimia yaitu uji penetapan kadar dilakukan untuk melihat kandungan
klorida dengan cara titrasi. Sediaan memenuhi syarat apabila kada klorida sediaan yaitu
16,5% dan 17,1% (USP 30 NF 25. Hlm 1439)
XIII. Kesimpulan
1. Formula yang tepat untuk sediaan injeksi natrium cefuroxime 5% terdiri dari:

No Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1 Natrium cefuroxime 4,75358 % Bahan aktif
2 Disodium fosfat 0,1345% Buffer
3 Mononatrium fosfat 0,1264 Buffer
4 HCL/NaOH 0,1 N Ad pH: 7 Adjust pH
5 NaCl 0,7456% Pengisotonis
6 Benzalkonium klorida 0,01% pengawet
7 Water for injection ad 100% Pelarut

2. Injeksi Natrium Cefuroxime ini diinjeksikan melalui rute intravena. Injeksi


Natrium Cefuroxime digunakan untuk pengobatan infeksi tulang, kulit, struktur
kulit, saluran pernapasan, saluran kemih (termasuk gonare), penyakit lyme dan juga
digunakan untuk profilaksis infeksi bedah

XIV. DAFTAR PUSTAKA


Agoes, Goeswin. 2013. Sediaan Farmasi Steril (Sediaan Farmasi Industri), Edisi 4.
Bandung: Penerbit ITB
Anief, M. 2013. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Aulton, Michael E., & Kevin M.G. 2018. Aulton’s Pharmaceutics The Design
and Manufacture of Medicines 5th ed. London: Elsevier.
BNF. 2021. British National Formulary 81th Edition. London: BMJ Publishing
Group.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia, edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Katzung BG, Master SB, Trevor AJ. 2014. Farmakologi Dasar Dan Klinik Terjemahan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Martindale. 2014. The Complete Drug Reference. 36th ed. London: Pharmaceutical Press

Rowe, Raymond C. 2017. Handbook of Pharmaceutical Excipients 8th edition. London:

Pharmaceutical Press.

Sharon s, Castle. 2007. Cefuroxime. USA: VA Medical Center

Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London:


Pharmaceutical Press.

USP 30–NF 25. 2007. United States Pharmacopeia and The National Formulary Rockville.
MD: The United States Pharmacopeial Convention
1. Kemasan sekunder

Komposisi:
Natrium cefuroxime,
NaCl, benzalkonium
klorida, disodium fosfat,
NACEFU
monosodium fosfat, HCl,
NaOH, WFI JANGAN DIGUNAKAN
INJEKSI BILA BOTOL RUSAK,
DISIMPAN DI LARUTAN
NATRIUM KERUH/BERISI
TEMPAT SEJUK,
CEFUROXIME 5% PARTIKEL
KERING,
No Reg: DKL2223121143A1
TERLINDUNG DARI Diproduksi oleh:

SINAR MATAHARI PT. EYCKMAN INDO No Batch: 02220401


Brighte Exp Date: Februari 2024
2. Etiket

Komposisi: Indikasi: infeksi tulang, kulit, struktur


Natrium cefuroxime, NaCl, kulit, saluran pernapasan, saluran
benzalkonium klorida, disodium NACEFU kemih (termasuk gonare), penyakit
fosfat, monosodium fosfat, HCl, lyme dan juga digunakan untuk
NaOH, WFI profilaksis infeksi bedah

DISIMPAN DI TEMPAT
SEJUK, KERING, Injeksi Rekonstitusi SEDIAAN STERIL
TERLINDUNG DARI SINAR
MATAHARI Natrium Cefuroxime
No Reg: DKL2223121143A1
JANGAN DIGUNAKAN BILA 5%/10 ml No Batch: 02220401
BOTOL RUSAK, LARUTAN
KERUH/BERISI PARTIKEL Exp Date: Februari 2024

Diproduksi oleh :
PT. EYCKMAN INDO
Bandung-Indonesia
Netto 10 mL
NACEFU®

Natrium CEFUROXIME

KOMPOSISI :
Natrium cefuroxime, NaCl, benzalkonium klorida,
disodium fosfat, monosodium fosfat, HCl, NaOH, WFI

NatrINDIKASI :
Pengobatan infeksi tulang, kulit, struktur kulit, saluran pernapasan, saluran kemih (termasuk gonare),
penyakit lyme dan juga digunakan untuk profilaksis infeksi bedah
FARMAKOLOGI :

Mengikat protein pengikat penisilin dan menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis
peptidoglikan, mengakibatkan kematian dinding sel; menolak degradasi oleh beta-laktamase; Dosis
yang tepat dan rute pemberian yang tepat ditentukan oleh kondisi pasien, tingkat keparahan infeksi, dan
kerentanan mikroorganisme.

PERHATIAN :

Ibu hamil, menyusui dan anak dibawah 3 bulan dan superinfeksi

KONTRAINDIKASI : Hipersensitivitas

EFEK SAMPING : Mual atau muntah, diare, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut

KEMASAN : 10ml No Reg: DKL2223121143A1

PENYIMPANAN : No Batch: 02220401

Simpan ditempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari Exp Date: Februari 2024

PT. EYCKMAN INDO

Bandung-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai