Disusun Oleh :
P17335120027
JURUSAN FARMASI
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan formulasi, pembuatan sediaan parenteral dan evaluasi sediaan dalam bentuk
larutan natrium bikarbonat 1,39%
II. PENDAHULUAN
Sediaan parenteral telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak
tahun 1660. Akan tetapi perkembangan injeksi baru berlangsung tahun 1852, khususnya
pada saat diperkenalkannya ampul gelas oleh Limousin ( Perancis ) dan Friedleader (
Jerman ), seorang apoteker. Injeksi adalah pemakaian dengan cara penyemprotan larutan
atau suspensi ke dalam tubuh untuk tujuan terapeutik atau diagnostik.Parenteral dapat
dilakukan ke dalam aliran darah, ke dalam jaringan atau organ. Adapula istilah sediaan
parenteral dan non parenteral. Sediaan parenteral yaitu sediaan steril yang dimaksudkan
untuk pemberian melalui injeksi, infus, atau implan ke dalam tubuh. (Agoes, 2013). Injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir. (Syamsuni, 2006).
Rute pemberian infus ini dalah intravena tujuan pemberian rute Intravena
memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral,
memperbaiki keseimbangan asam-basa, memperbaiki volume komponen-komponen
darah, memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh, memonitor
tekanan vena sentral (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami
gangguan (Perry & Potter, 2005).
Natrium bikarbonat merupakan agen pembasa yang berdiosiasi dalam darah yang
asam menjadi ion bikarbonat. Natrium bikarbonat diindikasikan untuk asidosis metabolik
(pH darah dibawah 7,2 atau bikarbonat plasma 8mEq/L) disebabkan oleh insufiensi
sirkulasi akibat syok atau dehidrasi berat, sirkulasi ekstrakorporeal darah. Penyakit ginjal
berat, henti jantung, diabetes yang tidak terkontrol dengan ketoasidosis dan asidosis laktat
primer, hiperkalemia. Reaksi hemolitik yang dibutuhkan alkalinisasi urin untuk
mengurangi nefrotoksisitas, diare parah, intoksisitas barbiturat, metil alkohol atau salisilat.
Asidosis metabolik merupakan proses penambahan H+ ke atau menghilangkan HCO3 dari
tubuh dan oleh karena itu akan menyebabkan penurunan kandungan HCO3 dekompartemen
cairan. (Injectable Drug)
III. TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan berbagai
rute. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat
suntikkan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan. Kata ini berasal dari
kata Yunani, para dan enteron berarti di luar usus halus dan merupakan rute pemberian lain
dari rute oral (Ansel, 2005). Akan tetapi, dalam dunia kesehatan, istilah parenteral
didefinisikan sebagai rute pemberian obat melalui suntikan atau injeksi , dimana obat
dihantarkan langsung menuju ke jaringan tubuh , pembuluh darah , atau kompartemen
tubuh.
Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase
kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk
pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet
antimikroba.Larutan untuk infus, diperiksa secara visibel pada kondisi yang sesuai adalah
jernih dan praktis bebas partikel-partikel.
Natrium bikarbonat adalah agen alkalinasi yang digunakan untuk berbagai tujuan
termasuk mengatasi asidosis metabolik, alkalinisasi urin dan sebagai antasida. Natrium
bikarbonat dapat digunakan dalam mengatasi hiperkalimea untuk meningkatkan
penyerapan kalium intraseluler dan mengatasi asidosis terkait. (Sweetman, 2009).
Natrium bikarbonat dapat digunakan dalam pengobatan hiperkalemia. Untuk
mempromosikan pengambilan kalium intraseluler dan memperbaiki asidosis. Bila K+
serum mencapai kadar sekitar 7 mEq/L, dapat terjadi disritmia yang serius dan juga henti
jantung. Hiperkalemia merupakan kondisi kelebihan ion kalium dalam plasma sebanyak 3
– 4 mEq/L. Kondisi ini dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi
lagi dapat menyebabkan henti jantung. Bikarbonat hanya boleh digunakan untuk
mengobati hyperkalemia akut dalam kasus asidosis metabolic. Isotonic bikarbonat dapat
melarutkan konsentrasi kalium dalam darah. (Abuelo, 2018).
Dosis natrium bikarbonat
1. Dosis Dewasa
• Asidosis Metabolik : 2-5 mEq/kg diberikan secara intravena melalui infus
kontinu selama 4-8 jam
• Hiperkalimea : 50 mEq selama 5 menit
• Henti jantung : Awal; 1 mEq/kg/dosis satu kali
2. Pemeliharaan; 0,5 mEq/Kg/dosis selama 10 menit → Dosis Anak
• Henti jantung : Bayi dan anak-anak : 0,5-1 mEq/Kg/dosis diulang selama
10 menit
• Asidosis metabolic : 2-5 mEq/kg selama 4-8 jam
(Drug Information Handbook edition17th, hal : 6640)
IV. PERHITUNGAN DOSIS
Kadar Natrium Bikarbonat 1,39%
BM = 84,01
1,39 g
Bobot Natrium Bikarbonat = × 500𝑚𝑙 = 6950 𝑚𝑔
100 ml
6950 𝑚𝑔 × 1
mEq natrium bikarbonat = = 82,7282 mEq
84,01
1. Dosis dewasa
• Asidosis Metabolik : 2-5 mEq/kg diberikan secara intravena melalui infus kontinu
selama 4-8 jam
2 mEq
= × 500𝑚𝑙 = 12,0878 𝑚𝑙
82,7282 mEq
5 mEq
= × 500𝑚𝑙 = 30,2194 𝑚𝑙
82,7282 mEq
(Pubchem)
Pemerian Serbuk hablur, putih. Stabil diudara kering, tetapi dalam
udara lembab secra perlahan-lahan terurai. Larutan yang
dibuat segar dalam air dingin tanpa dikocok, bersifat basa.
Kebasaan bila larutan didiamkan, digoyang kuat atau
dipanaskan
(FI ed VI, hal 1219)
Kelarutan Larut dalam air, tidak larut dalam etanol
(FI ed VI, hal 1219)
Stabilitas Panas: stabil hingga suhu 270°C (dekomposisi). Pada
• Panas pemanasan 250°-300°C dalam waktu singkat natrium
• Hidrolisis/oksidasi bikarbonat berubah menjadi natrium bikarbonat anhidrat
(HOPE 8th, hal 847)
• Cahaya Hidrolisis/oksidasi: stabil didalam air
• pH stabilitas API (HOPE 8th, hal 847)
pH:
(HOPE 8th, hal 847)
(PubChem)
Pemerian Serbuk halus, bebas butiran, hitam, tidak berbau, tidak berasa
(FI edisi VI, hal 151
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol
(FI edisi VI, hal 151
Stabilitas •
• Panas • karbon aktif umumya dianggap menunjukkan afinitas
• Hisrolisis/oksidasi rendah untuk air
• Cahaya (PubChem)
• pH •
Kesimpulan:
Cara sterilisasi bahan: menggunakan metode panas basah dengan autoklaf 121°C
Kemasan: wadah tertutup baik
(FI edisi VI, hal 151)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
PubChem
4.3 Bahan Tambahan NaOH
Nama bahan/ rumus Natrium hidroksida/NaOH
kimia (FI edisi VI, hal 1224)
Struktur kimia
(PubChem)
Pemerian Putih atau praktis putih, masa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihan atau batang atau bentuk lain, keras rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur
(FI edisi VI, hal 1224)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol
(FI edisi VI, hal 1224)
Stabilitas • Titik didih 130°C
• Panas (PubChem)
• Hisrolisis/oksidasi • Ketika terkena udara, NaOH cepat menyerap kelembaban
• Cahaya dan mencair, tetapi kemudian menjadi padat lagi karena
• pH penyerapan karbondioksida dan pembentukan natrium
bikarbonat
(HOPE 8th, 867)
•
• pH ≈ 12 (0,05% w/w larutan air)
pH ≈ 13 (0,5% w/w larutan air)
pH ≈ 14 (5% w/w larutan air)
(HOPE 8th, 866)
Kesimpulan:
Cara sterilisasi bahan: Metode panas basah dengan autoklaf 121°C
Kemasan: Harus disimpan dalam nonlogam kedap udara, wadah ditempat yang sejuk
dan kering
(HOPE 8th, 867)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press
Kesimpulan:
Cara sterilisasi bahan: Metode panas basah dengan autoklaf pada suhu 121°C
Kemasan: wadah tertutup rapat
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
MSDS. 2017. PT. Smart Lab Indonesia
4.5 Bahan Tambahan Water for injection
Nama bahan/ rumus Water for injection/ H2O
kimia
Struktur kimia
(PubChem)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
(FI ed VI, hal 185)
Kelarutan Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar
(HOPE 8th, 1012)
Stabilitas • Titik didih pada suhu 100°C
• Panas (HOPE 8th, 1012)
• Hisrolisis/oksidasi • Air secra kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es, cair,
• Cahaya uap)
• pH (HOPE 8th, 1012)
• Harus terlindung dari cahaya
• pH 7
(MSDS)
Kesimpulan:
Cara sterilisasi bahan: Menggunakan metode panas basah dengan autoklaf dengan suhu
100°
Kemasan: Disimpan dalam wadah dosis tunggal, biasanya botol kaca tipe 1atau tipe 2
dengan ukuran tidak lebih dari 1000ml
(HOPE 8th, 1014)
Pustaka:
Depkes RI. 2017. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Depkes RI
Paul J, sheskey, dkk. 2017. Handbokk Of Pharmaceutical Excipient. London: The
Pharmaceutical Press
VI. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
Permasalahan Penyelesaian
Natrium bikarbonat diindikasikan untuk Sediaan dibuat dalam bentuk injeksi steril
penyakit asidosis metabolik dan secara intravena.
hiperkalemia yang membutuhkan onset
aksi cepat.
Natrium bikarbonat larut dalam air Sediaan dibuat dalam bentuk larutan dengan
pelarut water for injection
Air yang digunakan harus steril dan bebas Pelarut yang digunakan dalam sediaan injeksi
dari mikroorganisme dan bebas pirogen steril IV natrium bikarbonat adalah WFI
Bahan aktif dibuat dalam bentuk single Sediaan tidak perlu ditambahkan pengawet
dose, sehingga pemakaiannya tidak
digunakan berulang
Sediaan injeksi infus intravena harus Digunakan pH adjuster yaitu NaOH dan HCl
memiliki pH yang sama dengan pH darah pada formula untuk mencapai pH target yang
yaitu 7,35-7,45. sesuai dengan pH darah manusia.
Sediaan steril harus bebas dari Disterilisasi alat dan bahan sebelum digunakan.
mikroorganisme.
Sediaan steril injeksi intravena harus bebas Dilakukan penyaringan pada sediaan yang
dari partikulat. telah dibuat.
Pembuatan injeksi memenuhi persyaratan Dalam pembuatan volume sediaan dilebihkan
volume injeksi dalam wadah yang sesuai. 2% untuk volume dengan penandaan 50,0ml
atau lebih
Untuk menghindari kekurangan bahan Volume sediaan dilebihkan 10% pada
pada saat filling dan proses pembuatan perhitungan penimbangan.
Batang pengaduk 2 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Cawan penguap 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
selama 1 jam
Kaca arloji 1 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
Spatel 2 Metode panas kering dengan oven pada suhu 1700C
Membran filter 0,45 1 Panas lembab dengan autoklaf pada suhu
µm 1210C, tekanan 15 Psi
Membran filter 0,22 1 Panas lembab dengan autoklaf pada suhu
µm 1210C, tekanan 15 Psi
XII. PEMBAHASAN
Praktikum sediaan steril kali ini dibuat sediaan LVP atau infus dengan bahan aktif
Natrium Bikarbonat. Kadar zat aktif yang digunakan yaitu 1,39%.. Sediaan parenteral
diberikan melalui injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir (Syamsuni,
2006). Sediaan large volume parenteral merupakan sediaan cair steril, dan harus bebas
pirogen dan bebas bahan partikulat.
Infus adalah tindakan memasukan cairan melalui intravena kedalam tubuh pasien
dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan serta menyeimbangkan elektrolit sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi pada pasien. Terapi cairan infus merupakan
salah satu aspek terpenting sebagai penanganan pada pasien. Karena fungsinya yang
sangat penting, pemasangan infus harus dilakukan secara tepat, yakni sesuai prosedur
yang tepat. Kesalahan dalam pemberian terapi cairan infus dapat berakibat fatal yang
dapat berujung kematian.
Bahan aktif yang digunakan yaitu Natrium Bikarbonat. Natrium bikarbonat cepat
menetralkan HCl lambung karena daya larutnya tinggi. Karbon dioksida (CO2) yang
terbentuk dalam lambung akan menimbulkan sendawa. Natrium bikarbonat sudah jarang
digunakan sebagai antasid. Obat ini digunakan untuk mengatasi asidosis metabolik,
alkalinisasi urin dan pengobatan radikal pruritus (Syarif, 2012).
Sediaan infus intravena dibuat karena sediaan diinginkan dalam bentuk injeksi
dengan pemberian melalui intravena dan dibuat berupa large volume parenteral. Zat aktif
yang digunakan merupakan garam yang mudah larut dalam air sehingga dibuat sediaan
berupa larutan. Sediaan yang dibuat berupa infus large volume parenteral dengan
pemberiaannya diinjeksikan melalui intravena, maka sediaan tidak ditambahkan zat
pendapar dan pengawet karena akan memberikan efek toksik yang cenderung lebih besar
di dalam tubuh. maka dari itu sediaan LVP umumnya merupakan single dose dengan
diberikan melalui tetesan tetesan dengan kecepatan tertentu. Zat aktif stabil terhadap
pemanasan yaitu hingga suhu 270°C, maka proses filling dan sterilisasi dilakukan dengan
metode sterilisasi akhir.
Sediaan yang dibuat harus sesuai dengan pH darah normal dalam tubuh. pH darah
normal yaitu 7,35-7,45. Maka pada pembuatan ditambahkan adjust pH NaOH 0,1 N atau
HCl 0,1 N jika diperlukan. pH perlu diperhatikan karena berpengaruh pada tubuh terutama
darah. Jika sediaan parenteral volume besar mempunyai pH di luar batas pH darah normal
maka akan menyebabkan masalah pada tubuh. Tujuan utama pengaturan pH dalam
sediaan injeksi adalah untuk mempertinggi stabilitas sehingga obat-obat tersebut tetap
mempunyai aktivitas dan potensi. Zat aktif harus disimpan dalam wadah kedap udara,
maka digunakan botol kaca bening infus tertutup rapat dalam penyimpanan. Kadar zat
aktif yang digunakan termasuk isotonis, maka tidak diperlukan penambahan pengisotonis.
Tonisitas adalah ukuran dari tekanan osmotik dua larutan yang dipisahkan oleh membran
semipermeabel.
Karakteristik fisikokimia larutan infus intravena yang paling umum digunakan dan
relevan secara klinik adalah parameter aktivitas osmotik yang dinyatakan dalam
terminologi osmolalitas (jumlah osmol zat terlarut per kg pelarut), osmolaritas (jumlah
osmol zat terlarut per liter larutan), dan isotonisitas. Osmolalitas larutan adalah jumlah
osmol zat terlarut per kilogram pelarut (mosmol/kg), sedangkan osmolaritas larutan
adalah jumlah osmol zat terlarut per liter larutan (mosmol/liter). Osmolalitas kurang lebih
sama dengan osmolaritas pada larutan encer tapi tidak pada larutan pekat. Osmolalitas
normal plasma 280295 mosmol/kg. Berdasarkan data didapatkan osmolaritas 330,9
mosmol/kg. Osmolalitas dan tonisitas sangat penting dalam terapi infus secara intravena.
Osmosis adalah besar difusi cairan dari tempat berkonsentrasi zat rendah (encer) ke tempat
berkonsentrasi zat tinggi (kental). Membran sel relatif impermeable terhadap zat terlarut
tapi sangat permeable terhadap air, maka air akan berdifusi melintasi membran sel menuju
daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi (kental). Besar tekanan yang harus diberikan
untuk mencegah osmosis akhir melalui membran disebut tekanan osmotik.
Dalam pembuatan sediaan steril, hal pertama yang perlu dilakukan yaitu sterilisasi
alat-alat yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Tujuannya untuk
mengurangi kontaminan dari mikroorganisme maka alat-alat yang digunakan harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi alat dilakukan pada ruangan sesuai sesuai dengan metode
sterilisasi yang digunakan.
Setelah dilakukan sterilisasi alat dan dilakukan penimbangan bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan sediaan steril injeksi infus intravena, maka dilakukan proses
filling. Proses filling dilakukan pada ruangan dengan Kelas A background B. Zat aktif
dilarutkan dengan sejumlah aqua pro injection dan ditambahkan aqua pro injection hingga
80% dari batas kalibrasi Dilakukan depirogenasi, dilakukan dengan menambahkan karbon
aktif yang telah ditimbang ke dalam sediaan yang telah jadi dan dipanaskan. Tujuan
dipanaskan yaitu untuk mengdepirogenasi atau menghilangkan pirogen yang ada pada
sediaan. Depirogenasi ini hanya dilakukan pada sediaan large volume parenteral. Maka
pada evaluasi biologi dilakukan evaluasi uji pirogen untuk sediaan yang lebih dari 10ml.
Dilakukan pengecekan pH menggunakan pH meter, jika belum mencapai pH target
ditambahkan adjust pH hingga mencapai pH yang diinginkan. Setelah itu ditambahkan
aqua pro injection hingga 100% dari batas kalibrasi.
Uji sterilitas untuk menetapkan sediaan sudah steril sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pertumbuhan
mikroba pada media tioglikonat dan Soybean Casein Digest. Sediaan dikatakan memenuhi
syarat jika tidak ada pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi selama 14 hari (FI VI, hal
1834).
Uji pirogen dilakukan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Dilakukan dengan mengukur
kenaikan suhu setelah penyuntikan dengan dosis tidak lebih dari 10 mL/Kg BB dalam
jangka waktu tidak lebih dari 10 menit. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada
satupun hewan uji yang menunjukan kenaikan suhu ≥ 0,50C. Namun apabila terdapat
kelinci menunjukan kenaikan suhu ≥ 0,50C maka dilakukan uji 5 ekor lain. Maka
memenuhi syarat bila tidak lebih dari 3 dari 8 ekor yang menunjukan kenaikan suhu 0,50C
(FI VI, hal 1897).
Evaluasi fisika yaitu uji partikulat untuk menghitung partikel asing ukuran
tertentu. Dilakukan dengan penghamburan cahaya. Sediaan memenuhi syarat jika pada
unit ≥ 10 µm tidak leboh dari 25 partikel dan jika pana unit 25 µm tidak lebih dari 3 per
mL (FI VI,2020. Hlm 1996). Penetapan pH sediaan menggunakan alat potensiometrik pH
meter untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan pH target sediaan. Sediaan memenuhi
syarat jika sesuai dengan pH target yaitu 7 (FI VI, 2020, Hlm 2067). Uji penetapan
kejernihan dan warna untuk memastikan sediaan sudah bebas dari bahan pengotor. Dilihat
dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam. Sediaan memenuhi
syarat jika tidak ditemukan pengotor dalam larutan (FI VI, 2020, Hlm 2020). Uji
kejernihan dilakukan dengan melihat larutan dengan latar hitam dan putih dibawah cahaya
lampu untuk melihat ada tidaknya partikel viable. Sediaan memenuhi syarat jika tidak ada
partikel viable. Uji kebocoran untuk memeriksa kualitas kemasan agar sediaan tetap steril
dan stabil. Untuk cairan bening dimasukkan ke dalam larutan metilen blue 0,1%. Sediaan
memenuhi syarat jika dalam wadah tidak menjadi biru (Goeswin, 2009).
Evaluasi kimia yaitu uji penetapan kadar dilakukan yntuk melihat kandungan
klorida dengan cara titrasi. Sediaan memenuhi syarat apabila kada klorida sediaan yaitu
16,5% dan 17,1% (USP 30 NF 25. Hlm 1439)
XIII. Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum kali ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
Formula sediaan infus natrium bikarbonat 1,39 % terdiri dari natrium bikarbonat,
NaOH 0,1, HCl 0,1 , dan water for injection.
2. Sediaan natrium bikarbonat 1,39 % memiliki osmolaritas 330,9 mOsmole/L.
3. Teknik sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi akhir dengan panas basah alau
autoklaf suhu 1210C waktu 15 menit tekanan 15 Psi.
XIV. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2013. Sediaan Farmasi Steril (Sediaan Farmasi Industri), Edisi 4.
Bandung: Penerbit ITB
Anief, M. 2013. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia, edisi VI, Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Dunn J.D., Benton W.W., Adamson R.T. 2015. The Burden of Hyperkalemia in Patients
with Cardiovascular and Renal Disease.Pharmacy Services
Indonesia
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L.. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II. Jakarta: UI Press.
Pharmaceutical Press.
Komposisi: Indikasi:
Natrium Bikarbona..…... 7,6 g Mengatasi asidosis metabolic,
DISIMPAN DI TEMPAT
SEJUK, KERING, Infus STERIL DAN BEBAS
TERLINDUNG DARI SINAR PIROGEN
MATAHARI
Natrium Bikarbonate
1,39%/500 ml
JANGAN DIGUNAKAN BILA No Reg: DKL2223121143A1
BOTOL RUSAK, LARUTAN
KERUH/BERISI PARTIKEL No Batch: 02220401
Natrium Bikarbonat
KOMPOSISI :
Natrium Bikarbona....…. 7,6 g
Air untuk injeksi ad........ 500mL
INDIKASI :
Mengatasi asidosis metabolic, alkalinisasi urin dan pengobatan radikaal pruritus
FARAMAKOLOGI ;
Infus intravena Natrium Bicarbonat mengandung natrium bicarbonat 9,96 g. Natrium bikarbonatcepat menetralkan HCl
lambung karena daya larutnya tinggi. Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk dalam lambung akan menimbulkan sendawa.
Natrium bikarbonat sudah jarang digunakan sebagai antasid. Obat ini digunakan untuk mengatasi asidosis metabolik,
alkalinisasi urin dan pengobatan radikal pruritus. Asidosis metabolik adalah gangguan ketika status asam-basa bergeser ke sisi
asam akibat hilangnya basa atau retensi asam nonkarbonat dalam tubuh. Asidosis sendiri merupakan kondisi dimana
keseimbangan asam-basa tubuh terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya produksi
bikarbonat. Kondisi ini akhirnya menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun hingga di bawah 7,35.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan koma dan bahkan kematian. Asidosis
metabolik disebabkan oleh peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zat yang dapat dikonversi menjadi
asam. Kondisi ini juga disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti dalam kasus diare dan asidosis tubulus ginjal. Natrium
bikarbonat bersifat alkalis dengan efek antasid yang sama dengan kalsium karbonat. Natrium bikarbonat juga dapat digunakan
sebagai komponen garam rehidrasi oral dan sebagai sumber bikarbonat dalam cairan dialisis
KONTRAINDIKASI :
Diuretik yang diketahui menyebabkan alkalosis hipokloremik (misalnya, tiazid), edema, hipertensi, hipokalsemia (alkalosis
dapat menyebabkan CHF, kejang, hipertensi, dan tetani), hipokloremia (akibat muntah. suction GI, atau diuretik),
hipernatremia, gangguan ginjal fungsi, alkalosis metabolik, alkalosis respiratorik atau asidosis, dan setiap situasi di mana
pemberian natrium dapat merugikan secara klinis
EFEK SAMPING :
Perut kembung, kram perut, mual, muntah. Segera hentikan konsumsi obat dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek
samping atau gejalagejala Anda bertambah parah. Bagi penderita gangguan saluran kemih, penggunaan natrium bikarbonat
yang berlebihan atau overdosis dapat
memicu alkalosis metabolik.
KEMASAN : 500ml No Reg: DKL2223121143A1
PENYIMPANAN : No Batch: 02220401
Simpan ditempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari Exp Date: Februari 2024